Anda di halaman 1dari 9

AKUNTANSI SYARIAH

“AKUNTANSI IJARAH DAN IMBT”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah

Akuntansi Syariah

Semester 5

Dosen pengampu:

BAYU SUDRAJAT ,M.H

Disusun oleh:

Kelompok 9

Mufti Nur Kholis (201100416)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUFYAN TSAURI MAJENANG


CILACAP

Sekretariat:JL.Kyai haji sufyan tsauri MajenangTelp(0280)623562 PO.BOX 18 Tahun


Akademik 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Akuntansi Ijarah
Dan Imbt meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami sampaikan terimakasih kepada
Bapak Bayu Sudrajat ,M.H selaku Dosen Akuntansi Syariah.

Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita. Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa didalam makalah ini terdapat banyak
kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan
usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat dimasa yang akan datang, mengingat tidak ada
saran yang sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami oleh siapapun yang membacanya. Sekiranya
laporan yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami
mohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

i
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i

Daftar pustaka ............................................................................................................................ ii

Bab I pendahuluan ..................................................................................................................... 1

A. .latar belakang ................................................................................................................ 1

BAB II pembahasan ................................................................................................................... 2

A. .pengartian ijarah............................................................................................................ 2
B. Dasar hukum ijarah ........................................................................................................ 3
C. Jenis-jenis ijarah............................................................................................................. 3
D. Rukun dan syarat ijarah ................................................................................................. 4

BAB III PENUTUP ................................................................................................................... 6

KESIMPULAN .......................................................................................................................... 6

ii
Bab I

Pendahuluan

A.Latar belakang

Pada zaman modern ini kita dituntut dengan kebutuhan yang semakin banyak.dari
semua kebutuhan itu tidak semuanya dapat kita capai atau miliki.oleh karenanya munculah
system sewa menyewa.

Kegiatan menyewa seperti menyewa rumah, ruko, apartemen, kost dan lain sebagainya
sudah lumrah dan sering dilakukan dalam masyarakat Indonesia. Apalagi bagi yang memiliki
aset lebih dari satu, menyewakan aset tersebut kepada orang lain bisa menjadi ladang bisnis
dan bentuk investasi tersendiri. Dan juga bagi yang membutuhkan namun belum mampu
membelinya, menyewa akan menjadi solusi. Tata cara ijarah yang sesuai dengan syariat agama
dapat menjadi salah satu solusi dalam sewa menyewa.

Karena pentingnya kegiatan sewa menyewa dalam masyarakat, kegiatan sewa


menyewa ini juga telah diatur secara jelas dan terperinci dalam hukum agama Islam. Dalam
hukum Islam, sewa menyewa dikenal dengan istilah Ijarah.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A.Pengertian Ijarah.

Al-Ijarah berasal dari kata al-ajru yang berarti al-iwad atau upah, sewa, jasa atau
imbalan.Al-Ijarah merupakan salah satu bentuk kegiatan muamalah dalam memenuh
kebutuhan hidup manusia, seperti sewa menyewa, kontrak, menjual jasa dan sebagainya. Al-
Ijarah secara bahasa merupakan pecahan dari kata alajr yang bermakna iwad atau kompensasi.
Al-Ijarah merupakan kata yang di khususkan pada konpensasi dari manusia, sedangkan
konpensasi dari Allah sebagai balasan atau ketaatan hambanya disebut al-ajr atau al-tsawab
dalam istilah fikih.

Ijarah secara etimologi adalah masdar dari kata (ajara – ya‟jiru), yaitu upah yang
diberikan sebagai kompensasi sebuah Ijarah secara etimologi adalah masdar dari kata (ajara –
ya‟jiru), yaitu upah yang diberikan sebagai kompensasi sebuah.

Secara terminology dapat dikemukakan beberapa pendapat ulama, antara lain:

1. Ulama Hanafi.
Ijarah ialah akad atas suatu kemanfaatan,dengan pengganti.
2. Ulama asy-syafi’i.
Ijarah ialah akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu dan
mubah, serta menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti tertentu.
3. Ulama maliki.
Ijarah ialah menjadikan milik suatu kemanfaatan yang mubah dalam waktu
tertentu dengan pengganti.
4. Ulama hanbali.
Ijarah ialah akad atas sutu manfaat yang mubah, dalam waktu tertentu, dari
bentuk tertentu, sifat tanggungan, atau dengan penggantian baru.

Berbagai pernyataan di atas intinya memberikan pemahaman bahwa Ijarah adalah akad
untuk memberikan pengganti atau konpensasi atas penggunaan manfaat suatu barang. Ijarah
merupakan akad konpensasi atau jasa yang halal dan jelas.

2
B.Dasar hukum ijarah

Al-Ijarah merupakan akad yang di perbolehkan, hal ini berlandaskan dalil-dalil yang
terdapat pada Al-qur‟an, Hadits maupun ijma ulama. Namun demikian terdapat ulama yang
tidak membolehkannya, diantaranya Abu Bakar Al Ashamm, Ismail bin‟Aliyah, Hasan Basri
dan lainnya, dengan alasan, jika di gunakan qiyas (analog) akad al-Ijarah identik dengn ba‟i al
ma‟dum yang dilarang, manfaat sebagai objek tidak bisa dihadirkan ketika akad, akan tetapi
pendapat ini disanggah Ibnu Rusyd dengan mengatakan bahwa walaupun manfaat tidak bisa
dihadirkan ketika akad, namun akan bisa terpenuhi ketika akad telah berjalanRusyd dengan
mengatakan bahwa walaupun manfaat tidak bisa dihadirkan ketika akad, namun akan bisa
terpenuhi ketika akad telah berjalan.

C.Jenis-Jenis Ijarah.

Berdasarkan dari apa yang disewakan ijarah dibagi menjadi 2 jenis.

a. Ijarah murni.
Praktik tata cara ijarah murni ini sama dengan perjanjian sewa menyewa biasa.
Dalamtata cara ijarah yang berkaitan dengan jasa ini kedua belah pihak berkedudukan
sama. Artinya jika perjanjian telah selesai, maka pihak penyewa dan pihak yang
menyewakan akan kembali ke kedudukannya masing-masing.dalam ijarah murni
menitik beratkan pada pwnyewaan jasa.
b. Ijarah Muntahia Bi Al-Tamlik
Tata cara ijarah muntahia bi al-tamlik merupakan jenis ijarah yang memiliki
dua akad yang saling berangkaian. Dua akad tersebut yaitu akad al-ba’i dan akad al-
ijarah muntahia bi al-tamlik. Pertama adalah akad al-ba’i yang merupakan akad jual
beli. Kedua adalah akad al-ijarah muntahia bi al-tamlik, yaitu akad ijarah (sewa
menyewa) yang dikombinasikan dengan akad jual beli di akhir masa sewa.
Secara sederhana, tata cara ijarah muntahia bi al-tamlik adalah transaksi sewa
menyewa yang memiliki dua akad, yaitu perjanjian menyewa dalam periode tertentu,
dan ketika masa sewa berakhir objek sewa akan dijual atau dihibahkan kepada
penyewa.
Praktik tata cara ijarah muntahia bi al-tamlik ini seringkali kita jumpai dalam
transaksi jual beli rumah. Dalam praktik tata cara ijarah, uang sewa diwujudkan sebagai
uang muka (DP) dan cicilan atau angsuran tiap bulannya. Masa mencicil ini biasanya
ditetapkan dalam periode tertentu, misalnya selama 10 tahun. Kemudian jika masa sewa
sudah mencapai 10 tahun, maka rumah tersebut menjadi milik penyewa.

3
D. Rukun-Rukun Dan Syarat Ijarah.

a. Rukun ijarah .
• Adanya pihak penyewa(mu;jir)
• Pihak yang menyewa(musta’jir)
• Ijab dan qobul(sighat)
• Manfaat yang di sewakan
• Upah
b. Syarat-syarat ijarah.
1) Mu‟jir dan Mustajir adalah dua orang yang melakukan akad sewa-menyewa
atau upah-mengupah. Mu‟jir adalah yang memberikan upah dan yang
menyewakan, Mustajir adalah orang yang menerima upah untuk melakukan
sesuatu dan menyewa sesuatu, di syaratkan pada mujir dan mustajir adalah
baligh, berakal, cakap, melakukan tasharuf, (mengendalikan harta), dan saling
meridhai. Bagi orang-orang yang berakad Ijarah, di syari‟atkan juga
mengetahui manfaat barang yang diakadkan dengan sempurna, sehingga dapat
mencegah terjadinya perselisihan, yang terkait dengan dua orang yang berakad.
Menurut ulama Syafi‟iyah dan Hanabilah disyariatkan telah baligh dan berakal.
Kedua belah pihak yang berakad menyatakan kerelaannya melakukan akad al-
Ijarah. Apabila salah seorang diantaranya terpaksa melakukan akad ini, maka
akad Ijarahnya tidak sah.
2) Shighat ijab kabul antara mu’jir dan musta’jir, ijab kabul sewa-menyewa dan
upah mengupah, ijab kabul sewamenyewa, misalnya : “aku sewakan mobil ini
kepadamu setiap hari Rp. 5.000,00”. maka musta‟jir menjawab “aku terima
sewa mobil tersebut dengan harga demikian setiap hari”. Adapun ijab kabul
upah-mengupah, misalnya : seseorang berkata, “kuserahkan kebun ini
kepadamu untuk dicangkuli dengan upah setiap hari Rp. 5.000.00”, kemudian
musta’jir menjawab “akan aku kerjakan pekerjaan itu sesuai dengan apa yang
engkau ucapkan”. Manfaat yang menjadi objek al-Ijarah harus diketahui,
sehingga tidak muncul perselisihan dikemudian hari. Apabila manfaat yang
menjadi objek yang tidak jelas, maka akadnya tidak sah.
3) Ujrah, disyari‟atkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak, baik
dalam sewa menyewa maupun dalam upah mengupah. Objek al-Ijarah itu boleh
diserahkan dan digunakan secara langsung dan tidak ada cacatnya. Oleh sebab
itu, para ulama fiqh sepakat, bahwa tidak boleh menyewakan sesuatu yang tidak
boleh diserahkan dan dimanfaatkan langsung oleh penyewa,dan objek al-Ijarah

4
itu sesuatu yang dihalalkan oleh Syara‟. Oleh sebab itu para ulama fiqh sepakat
mengatakan tidak boleh menyewa seseorang untuk membunuh ornag lain,
demikian juga tidak boleh mnyewakan tempat-tempat maksiat.
4) Barang yang disewakan atau sesuatu yang dikerjakan dalam upah mengupah,
disyari‟atkan barang yang disewakan dengan beberapa syarat berikut ini.
• Hendaklah barang yang menjadi objek akad sewamenyewa dan upah
mengupah dapat dimanfaatkan kegunaanya.
• Hendaklah benda-benda yang objek sewa menyewa dan upah mengupah
dapat diserahkan kepada penyewa dan pekerja berikut kegunaanya
(khusus dalam sewa menyewa).
• Manfaat dari benda yang di sewakan adalah perkara yang mubah (boleh)
menurut syara, bukan hal yang dilarang (diharamkan).
• Benda yang disewakan disyaratkan kekal „ain (zat)- nya hingga waktu
yang ditentukan menurut perjanjian dalam akad.35 Objek al-Ijarah itu
merupakan sesuatu yang bisa disewakan seperti: rumah, kendaran dan
alat-alat perkantoran. Oleh sebab itu, tidak boleh dilakukan akad sewa
menyewa terhadap sebatang pohon yang akan dimanfaatkan penyewa
sebagai sarana penjemur pakaian. Karena pada dasarnya akad untuk
sebatang pohon bukan dimaksudkan seperti itu.
• Yang disewakan itu bukan sesuatu kewajiban bagi penyewa, misalnya
menyewa orang untuk melaksanakan shalat untuk diri penyewa atau
menyewa orang yang belum haji untuk menggantikan haji penyewa.
Para ulama fiqh sepakat mengatakan bahwa akad sewa menyewa seperti
ini tidak sah, karena shalat dan haji merupakan kewajiban peneywa itu
sendiri.
• Upah upah atau sewa dalam Ijarah harus jelas, tertentu dan sesuatu yang
memiliki nilai ekonomi. Dalam rukun Ijarah ijab qobul berupa
pernyataan dari kedua belah pihak yang berakad, pihak-pihak yang
berakad, objek akad yaitu manfaat barang dan sewa, manfaat jasa dan
upah.

5
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Ijarah adalah akad untuk memberikan pengganti atau konpensasi atas penggunaan
manfaat suatu barang. Ijarah merupakan akad konpensasi atau jasa yang halal dan jelas.

Al-Ijarah merupakan akad yang di perbolehkan, hal ini berlandaskan dalil-dalil yang
terdapat pada Al-qur‟an, Hadits maupun ijma ulama.

Berdasarkan dari apa yang disewakan ijarah dibagi menjadi 2 jenis.yaitu ijarah murni
dan ijarah Muntahia Bi Al-Tamlik..

Rukun ijarah itu diantaranya Adanya pihak penyewa(mu;jir),Pihak yang


menyewa(musta’jir),Ijab dan qobul(sighat),Manfaat yang di sewakan,Upah .Sedangkan
syaratnya diantaranya di syaratkan pada mujir dan mustajir adalah baligh, berakal, cakap,
melakukan tasharuf, (mengendalikan harta), dan saling meridhai,Ujrah, disyari‟atkan diketahui
jumlahnya oleh kedua belah pihak, baik dalam sewa menyewa maupun dalam upah mengupah,
Barang yang disewakan atau sesuatu yang dikerjakan dalam upah mengupah, disyari‟atkan
barang yang disewakan dengan beberapa syarat yang sudah di tentukan.

Anda mungkin juga menyukai