Disusun oleh :
Kelompok 8
Penulis,
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR ISI……………………………………………………………................ii
BAB I.........................................................................................................................................
PENDAHULUAN.....................................................................................................................
1.1 Latar Belakang...............................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................2
1.3 Rumusan Masalah..........................................................................................2
BAB II.......................................................................................................................................
PEMBAHASAN.......................................................................................................................
A. Pengertian Ijarah..............................................................................................3
B. Dasar Hukum Ijarah.........................................................................................4
C. Syarat dan Rukun Ijarah..................................................................................5
D. Macam-macam Ijarah......................................................................................6
E. Ijarah Muntahiya Bit Tamlik...........................................................................6
F. Ijarah Maushufah Fi Dzimmah........................................................................8
G. Akibat Hukum Akad Ijarah terhadap Pihak-Pihak yang Melakukan Akad. .13
BAB III....................................................................................................................................
PENUTUP...............................................................................................................................
A. Kesimpulan.................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
ii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna. Seluruh aktifitas di dalamnya telah
diatur dengan hukum Islam, baik itu dalam hal ibadah, munkahat, muamalah
maupun jinayat. Dalam karya ilmiah ini, penulis akan mendeskribsikan kajian
tentang bab Ijarah (sewa-menyewa / upah-mengupah). Ijarah merupakan salah
satu pokok pembahasan yang masuk dalam wilayah fiqh muamalah.
Muamalah sendiri berarti “saling berbuat” atau berbuat secara timbal balik.
Sederhananya dapat diartikan dengan “hubungan antar orang dengan orang”.
Maka, dalam kajian fiqh mengandung arti aturan yang mengatur hubungan
antara seseorang dengan orang lain dalam pergaulan hidup di dunia (dalam
bagian ini berkaitan dengan harta).
Hubungan antara sesama manusia berkaitan dengan harta ini dibicarakan
dan diatur dalam kitab-kitab fiqh karena kecenderungan manusia kepada harta
itu begitu besar dan sering menimbukan persengketaan sesamanya, sehingga
jika tidak diatur, dapat menimbulkan ketidak stabilan dalam pergaulan hidup
sesama manusia. Di samping itu penggunaan harta dapat bernilai ibadah bila
digunakan sesuai dengan kehendak Allah, yang berkaitan dengan harta
itu(garis-garis besar fiqh: Amir Syarifuddin).
Hal ini adalah yang mendorong penulis untuk mengkaji lebih dalam
mengenai muamalah, khususnya bab Ijarah. Keterangan lebih lanjut akan
penulis paparkan pada bab pembahasan.
2
1.2 Tujuan
Adapun tujuan kami menulis makalah ini adalah :
Dengan memahami ilmu pengelolaan harta, dalam hal ini pembahasan
Ijarah, semoga senantiasa dapat menjadikan kita lebih berhati-hati dalam
menggunakan harta yang kita miliki. Sehingga ilmu tersebut dapat
menuntun kita agar tidak jatuh pada hal yang syubhat, terlebih pada yang
haram.
Tujuan disyariatkannya ijarah sendiri adalah untuk memberikan
keringanan kepada umat dalam pergaulan hidup. Seseorang mempunyai
uang tetapi tidak dapat bekerja, dan di lain pihak ada yang mempunyai
tenaga dan membutuhkan uang. Dengan adanya ijarah keduanya saling
mendapat keuntungan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Ijarah
1)
Menurut etimologi, ijarah adalah بيع المنفعة (menjual manfa’at). Al-ijarah
berasal dari kata al-ajru yang arti menurut bahasanya ialah al-‘iwadh yang arti dalam
bahasa Indonesianya ialah ganti dan upah. Sewa-menyewa atau dalam bahasa arab
ijarah berasal dari kata اجر yang sinonimnya:
1. اكوىyang artinya menyewakan, seperti dalam kalimat اجرالشئ (menyewakan
sesuatu)
2. اعطا ه اجراyang artinya ia member upah, seperti dalam kalimat اجرفالناعلى كذا
(ia memerikan kepada si fulan upah sekian)
3. اثابهyang artinya memberinya pahala, seperti dalam kalimat(اجرهللا عبدهAllah
memberikan pahala kepada hamba-Nya).
Sedangkan menurut istilah, para ulama berbeda-beda mendefinisikan ijarah, antara
2)
Bahwa ijarah adalah akad yang objeknya ialah penukaran manfaat untuk masa
tertentu, yaitu pemilikan manfaat dengan imbalan, sama dengan menjual manfaat.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, kiranya dapat dipahami bahwa ijarah adalah
menukar sesuatu dengan ada imbalannya, diterjemahkan dalam bahasa Indonesia
berarti sewa-menyewa dan upah-mengupah, sewa menyewa adalah menjual manfaat.
Sedangkan upah mengupah adalah menjual tenaga atau kekuatan.
1)
www.baihaqi-annizar.blogspot.co.id/2017/08/makalah-fikih-muamalah-tentang-al-
ijarah.html
Suhendi Hendi,Fiqh Muamalah(Jakarta:PT Raja Grafindo
2)
Persada,2011),hlm. 113
5
3)
Ibid.,hlm.116
Mu’jir adalah orang yang memberikan upah dan yang menyewakan atau mu’jir
adalah orang yang menggunakan jasa atau tenaga orang lain untuk mengerjakan suatu
pekerjaan tertentu.
Musta’jir adalah orang yang menerima upah untuk melakukan sesuatu atau
musta’jir adalah orang yang menyumbangkan tenaganya, atau orang yang menjadi
tenaga kerja dalam suatu pekerjaan dan mereka menerima upah dari pekerjaannya itu.
Pekerjaan dan barang yang akan dijadikan objek kerja harus memiliki manfaat yang
jelas, seperti mengerjakan proyek, membajak sawah dan sebagainya.
Sighat merupakan suatu bentuk persetujuan dari kedua belah pihak untuk
melakukan ijarah. Ijab merupakan pernyataan dari pihak pertama (mu’jir) untuk
menyewakan barang atau jasa. Sedangkan Qabul adalah jawaban persetujuan dari
pihak kedua untuk menyewakan barang atau jasa yang dipinjamkan oleh mu’jir.
Upah sebagaimana terdapat dalam kamus umum Bahasa Indonesia adalah uang dan
sebagainya yang dibayarkan sebagai pembalas jasa atau sebagai pembayar tenaga
yang sudah dikeluarkan untuk mengerjakan sesuatu.
6
Syarat Ijarah
D. Macam-macam Ijarah
Perspektif objek dalam kontrak sewa (al-ma'qud ‘alaih), ijarah terbagi menjadi 3:
satunya menyewakan barang kepada pihak lainnya dengan pembayaran secara angsur
dalam jangka waktu tertentu, pada akhir masa sewa, kepemilikan barang tersebut
berpindah kepada pihak penyewa dengan akad baru. Fahd al-Hasun dalam bukunya
“al-Ijarah al-Muntahiya bi al-Tamlik fi al-Fiqh al-Islam” mendefinisikan ijarah
muntahiya bi al-tamlik adalah kepemilikan manfaat suatu barang dalam jangka waktu
tertentu disertai pemindahan kepemilikan barang tersebut kepada penyewa dengan
pengganti tertentu.
Ijarah muntahiya bi al-tamlik (IMBT) adalah sejenis perpaduan antara kontrak
jual-beli dan sewa, atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan
barang di tangan si pembeli. Menurut Kamus Ekonomi Syariah, ijarah muntahiya bi
al-tamlik adalah ijarah dengan jani (wa’ad) yang mengikat pihak yang menyewakan
untuk menjadikan kepemilikan kepada penyewa.
Dengan demikian, ijarah adalah sewa murni (lease contract), sedangkan IMBT (lease-
purchase financing) adalah sewa yang diakhiri dengan perpindahan kepemilikan
kepada lessee.
2. Bentuk-Bentuk Ijarah Muntahiya Bi Al-Tamlik
Menurut Imam Mustofa, ijarah muntahiya bi al-tamlik memiliki lima bentuk, yaitu :
pertama, akad ijarah yang sejak awal akad dimaksudkan untuk memindahkan
kepemilikan barang sewa kepada pihak penyewa. Kedua, akad ijarah dari awal
dimaksudkan hanya untuk sewa, tetapi si penyewa diberi hak untuk memiliki barang
sewaan dengan memberikan uang pengganti dalam jumlah tertentu. Ketiga, akad
ijarah dimaksudkan untuk sewa suatu barang, yaitu pada saat akad pihak penyewa dan
pemberi sewa membuat perjanjian yang mengikat untuk melakukan akad jual-beli
barang objek sewa. Keempat, akad ijarah dimaksud untuk sewa sutau barang, yaitu
pada saat akad pihak penyewa dan pemberi sewa membuat perjanjian yang mengikat
untuk melakukan hibah barang objek sewa. Kelima, akad ijarah dimaksudkan untuk
sewa suatu barang dalam janka waktu tertentu dengan pembayaran dalam jumlah
tertentu. 2)
pembukuannya. Selain itu, bank tidak direpotkan untuk mengurus pemeliharaan aset,
baik pada saat leasing maupun sesudahnya. 3)
1) rukun dan syarat yang berlaku dalam akad ijarah berlaku pula dalam akad IMBT ;
2) perjanjian untuk melakukan akad IMBT harus disepakati ketika akad ijarah
ditandatangani ;
a) pihak yang melakukan IMBT harus melakukan akad ijarah terlebih dahulu. Akad
pemindahan kepemilikan, baik dengan jual-beli maupun hibah hanya dapat dilakukan
setelah masa ijarah selesai ;
b) janji pemidahan kepemilikan yang disepakati di awal akad ijarah adalah wa’ad
(janji) yang hukumnya tidak mengikat. Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah
(KHES), ketentuan mengenai ijarah muntahiya bi al-tamlik diatur dalam bab
kesembilan Pasal 322-329. Rukun dan syarat dalam ijarah dapat diterapkan dalam
pelaksanaan ijarah muntahiya bi al-tamlik. Dalam akad ini, perjanjian antara mu’jir
(pihak yang menyewakan) dengan musta’jir (pihak penyewa) diakhiri dengan
pembelian ma’jur (objek ijarah) oleh pihak peneyewa.
Akad ijarah maushufah fi adz-dzimmah adalah gabungan dari akad ijarah dan akad
salam, tetapi yang paling dominan adalah akad ijarah. Ada beberapa karakteristik
ijarah maushufah di dzimmah (IMFZ). Pertama, akad itu adalah akad ijarah dengan
harga (upah) dibayar tunai, sedangkan objek sewa diserahkan pada waktu yang
disepakati. Kedua, akad IMFZ itu kombinasi dari dua akad yaitu akad ijarah dan akad
salam.
Disebut akad ijarah karena yang diperjual belikan adalah jasa, dan disebut akad salam
karena objek ijarah diserahkan tidak tunai. Rukun dan syarat ijarah ada tigas yaitu
pihak-pihak akad (penyewa dan pihak yang menyewakan), shigat dan objek ijarah
(upah dan jasa). Syarat ijarah yang berkaitan erat dengan pembahasan ijarah
maushufah di adz-dzimmah adalah syarat yang berkaitan dengan manfaat dan upah,
diantaranya objek ijarah (baik manfaat ataupun layanan) itu harus tersedia saat akad,
karena tujuan penyewa adalah mendapatkan manfaat barang. 4)
Mayoritas ahli fikh berpendapat bahwa IMFZ itu boleh karena mereka membolehkan
ijarah dan salam. Sedangkan Hanafah berpendapat bahwa IMFZ itu tidak boleh
karena mereka tidak membolehkan ijarah dan salam.
Transaksi IMFZ boleh jika memenuhi empat syarat. Pertama, objek ijarah jelas
diketahui spesifikasinya. Jika objek ijarahnya, tidak jelas tidak bisa dituliskan ciri-ciri
dan spesifikasinya, maka akad IMFZnya tidak sah, karena objek yang tidak jelas
adalah salah satu unsur gharar.
Ketentuan Fatwa DSN MUI tentang Akad IMFZ. Dalam Fatwa DSN MUI No. 101
Tahun 2016 tentang akad Al-ijarah al-Maushufah fi al-Dzimmah (IMFZ) diatur terkait
ketentuan-ketentuan akad IMFZ sebagai berikut : 5)
10
Ketentuan Hukum
Manfaat barang (‘Ain) dan pekerjaan (‘Amal) dalam akad al-ijarah al-maushufah fi
al-Dzimmah, harus :
Uang muka dapat dijadikan gantu rugi (al-ta’widh) oelh pemberi sewa atas
biaya-biaya/kerugian yang timbul dari upaya mewujudkan barang sewa apabila
peneyewa melakukan pembatalan sewa, dan menjadi pembayaran sewa (ujrah)
apabila akad al-ijarah al-maushufah fi al-Dzimmah dilaksanakan sesuai kesepakatan.
Apabila jumlah uang muka lebih besar daripada jumlah kerugian, uang muka
tersebut harus dikembalikan kepada penyewa.
Dalam Fatwa DSN MUI No. 102 diatur ketentuan syariah terkait Penerapan Akad
IMFZ pada produk PPR Inden Syariah sebagai berikut :
Ijarah adalah jenis akad lazim, yaitu akad yang tidak membolehkan adanya fasakh
pada salah satu pihak, karena ijarah merepukan akad pertukaran, kecuali bila didapati
hal-hal yang mewajibkan fasakh.
Ijarah akan menjadi batal (fasakh) bila ada hal-hal sebagai berikut :
1. Terjadinya cacat pada barang sewaan yang terjadi pada tangan penyewa.
2. Rusaknya barang yang disewakan, seperti rumah menjadi runtuh dan
sebagainya.
3. Rusaknya barang yang di upahkan (ma’jur alaih), seperti baju yang di
upahkan untuk di jahitkan.
4. Terpenuhinya manfaat yang di akadkan, berakhirnya masa yang telah
ditentukan dan selesainya pekerjaan.
Menurut Hanafiyah, boleh fasakh ijarah dari salah satu pihak, seperti yang menyewa
toko untuk dagang, kemudian dagangannya ada yang mencuri, maka ia dibolehkan
memfasakhkan sewaaan itu.
Pengembalian Sewaan
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam lapangan muamalah adalah Ijarah.
Ijarah sering diterjemahkan dengan “sewa-menyewa”. Menurut Ulama Hanafiyah
Ijarah adalah akad untuk membolehkan pemilikan manfaat yang diketahui dan
disengaja dari suatu zat yang disewa dengan imbalan. Dasar hukum ijarah terdapat
dalam Alqur’an Surat Al-Thalaq ayat 6.
Rukun Ijarah ada lima, yakni Mu’jir (orang/barang yang disewa), Musta’jir
(orang yang menyewa), Objek transaksi (manfaat), Sighat (ijab dan qabul), dan
Imbalan atau Upah. Sedangkan syaratnya adalah kedua orang yang berakad harus
baligh dan berakal, adanya kerelaan kedua pihak, manfaat objek ijarah harus diketahui
secara sempurna dan harus yang dibolehkan agama, objek ijarah boleh diserahkan dan
dipergunakan secara langsung dan tidak bercacat, dan upah/sewa dalam akad harus
jelas dan sesuatu yang berharga atau dapat dihargai dengan uang sesuai dengan adat
kebiasaan setempat. Terdapat tiga macam Ijarah, yaitu Ijarah ‘Ain, Ijarah ‘Amal, dan
Ijarah Mawshufah fi Al-Zimmah / Ijarah Al-Zimmah.
Adapun akad ijarah muntahiya bi al-tamlik, yaitu suatu akad antara dua pihak
dimana salah satunya menyewakan barang kepada pihak lainnya dengan pembayaran
secara angsur dalam jangka waktu tertentu, pada akhir masa sewa, kepemilikan
barang tersebut berpindah kepada pihak penyewa dengan akad baru. Adapula Ijarah
maushufah fi adz-dzimmah, yaitu gabungan dari akad ijarah dan akad salam, disebut
akad ijarah karena yang diperjual belikan adalah jasa, dan disebut akad salam karena
objek ijarah diserahkan tidak tunai.
16
DAFTAR PUSTAKA
http://baihaqi-annizar.blogspot.co.id/2017/08/makalah-fikih-muamalah-tentang-al-ijarah.html
http://hukumijarah.blogspot.co.id/2012/12/hukum-sewa-menyewa-al-ijarah.html