Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

SEWA MENYEWA (IJARAH) DAN UPAH MENGUPAH

Dosen Pengampu:

Zuraidah.M.Ag.

Disusun oleh: Kelompok 6

- Fahdel Muhammad Nasir 12020115883

- Maulia Sekar Wardani 12020125772

PROGRAM STUDI HUKUM KELUARGA


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
RIAU
2022

KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala
Puji bagi Allah yang telah memberikan taufik dan hidayahnya. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada suri teladan kita, Nabi Muhammad SAW, keluarga
dan para sahabatnya yang membawa kebenaran bagi kita semua.
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yakni Ibu
Zuraidah.M.Ag. yang telah membimbing serta mengajarkan kami, dan mendukung
kami sehingga terselesaikan makalah yang berjudul “SEWA MENYEWA (IJARAH)
DAN UPAH MENGUPAH” dan juga terima kasih yang sebesar-besarnya kami
ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu kami sehingga terselesaikan
makalah ini.

Ucapan terima kasih tak lupa kami ucapkan, sebagai wujud rasa syukur dengan
tersusunnya makalah ini kepada semua pihak yang telah berpartisipasi selama
penyusunan makalah ini, yang telah dengan tulus ikhlas membantu baik secara moril
maupun materiil, terutama kepada Dosen Pembina dan teman-teman sekalian.

Pekanbaru, 04 April 2022

Pemakalah

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................II


DAFTAR ISI .............................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................................
C. Tujuan ....................................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................
A. Pengertian dan landasan hukumnya....................................................................
B. Rukun dan syarat ijarah .......................................................................................
C. Pembagian ijarah ................................................................................................

D. Berakhirnya ijarah ..............................................................................................


BAB III PENUTUP ..................................................................................................
A. Kesimpulan ..........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Islam sebagai agama Allah yang disempurnakan memberi pedoman bagi


kehidupan manusia di berbagai bidang, baik dalam bidang ibadah maupun muamalah
secara menyeluruh. Dalam bidang kegiatan ekonomi, Islam memberikan pedoman-
pedoman atau aturan-aturan hukum yang pada umumnya dalam bentuk garis besar.

Dalam kehidupan sehari-hari, masyarakat memiliki kebutuhan-kebutuhan yang


harus dipenuhi baik kebutuhan primer, sekunder maupun tersier. Ada kalanya
masyarakat tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ataupun
dengan alasan yang lain untuk kegiatan perekonomiannya. Oleh karena itu Islam
memberikan peluang bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan hidupnya atau
untuk perkembangan kegiatan perekonomian di kemudian hari melalui cara Ijarah.

Ijarah merupakan menjual manfaat yang dilakukan seseorang dengan orang lain
dengan menggunakan ketentuan syariat islam. Kegiatan ijarah ini tidak dapat
dilepaskan dari kehidupan kita sehari – hari baik di lingkungan keluarga maupun
masyarakat sekitar kita. Oleh sebab itu, penting untuk kita mengetahui apa pengertian
dari ijarah sebenarnya, rukun dan syaratnya serta bagaimana dalil yang mengatur
ijarah dalam islam. Yang mana hal – hal ini akan dijelaskan dalam pembahasan
makalah berikut ini.

B. Rumusan Masalah

Dalam penulisan makalah ini, kami telah menuliskan rumusan masalah yaitu
sebagai berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan Ijarah? Dan dasar hukum


2. Apa sajakah rukun dan syarat ijarah?
3. Apa sajakah pembagian ijarah?
4. Bagaimanakah dengan berakhirnya ijarah?

C. Tujuan

1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Ijarah


2. Mengetahui apa yang menjadi dasar hukum dari Ijarah
3. Mengetahui apa yang menjadi rukun beserta syarat Ijarah
4. Mengetahui bagaimana berakhirnya ijarah.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ijarah

Al-Ijarah berasal dari kata al-ajru yang berarti al’iwadhu atau berarti ganti.
Dalam Bahasa Arab, al-ijarah diartikan sebagai suatu jenis akad untuk mengambil
manfaat dengan jalan penggantian sejumlah uang.1

Secara terminologi, ada beberapa defenisi al-ijarah yang dikemukakan oleh para
ulama fiqh. Pertama, ulama Hanafiyah mendefinisikannya dengan: “transaksi
terhadap suatu manfaat denganimbalan.2

Kedua, ulama syafi’iyah mendefinisikannya dengan “transaksi terhadap suatu


manfaat yang dituju, tertentu, bersifat mubah, dan boleh dimanfaatkan dengan
imbalan tertentu”.3

1
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 13, terj. Kamaludin A. dan Marzuki (Bandung: PT alMa’arif,

2007), h. 15
2
Al-Kasani, al-Bada’i’u al-Sana’i, Jilid IV (Beirut: Dar al-Fikr, t.th.), h. 174

3
Al-Syarbaini al-Khathib, Mugni al- Muhtaj, Jilid II ( Beirut: Dar al-Fikr, 1978), h.233
Ketiga, ulama Malikiyah dan Hanabilah mendefinisikannya dengan: “pemilikan
manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu dengan suatu imbalan”.4

Pada dasarnya keempat pendapat ulama di atas memiiliki pandangan yang sama
terhadap pengertian al-ijarah.

Dari beberapa pengertian di atas dapat dikatakan bahwa al-ijarah adalah


pemindahan hak guna atau manfaat terhadap suatu barang atau jasa dari
seseorang kepada orang lain dalam kurun waktu tertentu sesuai kesepakatan.

- Landasan Syariah

a. Al-Qur’an

Dalil tentang kebolehan transaksi al-ijarah dapat dipahami dari nash al-Qur’an
di antaranya QS. Ath-Thalaq: 6

‫ض ْعنَ لَ ُك ْم فَ ٰاتُوْ ه َُّن اُجُوْ َره ۚ َُّن‬


َ ْ‫فَا ِ ْن اَر‬

"kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu maka berikanlah imbalannya


kepada mereka."

Yang menjadi dalil dari ayat tersebut adalah ungkapan “berikanlah kepada
mereka upahnya, ungkapan tersebut menunjukan adanya jasa yang diberikan sehingga
berkewajiban membayar upah (fee) secara patut. Dalam hal ini termasuk di dalamnya
jasa penyewaan atau leasing. Upah dalam ayat ini disebutkan dalam bentuk umum,
mencakup semua jenis sewa-menyewa (ijarah).

b. Al-Hadis

Kebolehan melakukan transaksi ijarah didasarkan juga kepada hadis, di


antaranya hadis yang diriwayatkan dari ibnu Aisyah ra. bahwa:
‫واﺳﺘﺄﺟﺮاﻟﻨﺒﻲﺻﻠﻰﷲﻋﻠﯿﮫوﺳﻠﻢوأﺑﻮﺑﻜﺮرﺟﻼﻣﻦﺑﻨﻲاﻟﺪﯾﻞﺛﻢﻣﻦﺑﻨﻲﻋﺒﺪﺑﻦﻋﺒﺪيھﺎدﯾﺎﺧﺮﺗﺎاﻟﺨﺮتاﻟﻤﺎھﺮﺑﺎﻟﮭﺪﯾﺔ‬

Artinya:

‘Nabi saw bersama Abu Bakar menyewa seorang penunjuk jalan yang mahir
dari Bani al-Dail kemudian dari Bani ‘Abdu bin ‘Adi.’ (HR Bukhari)5

Hadis ini menunjukkan bahwa sewa-menyewa atau ijarah hukumnya boleh. Hal
itu dipahami dari hadis fi’liyah Nabi saw yang menyewa dan memberikan upahnya
kepada penunjuk jalan yang memandu perjalanan beliau bersama Abu Bakar ra.
Sebab Nabi Muhammad saw merupakan suri teladan yang baik untuk diikuti.

B. Rukun dan Syarat Ijarah


4
Ibnu Qudama, al-Mugni, Jilid V ( Riyadh al-Haditsah, t.th.), h. 398

5
Al-Bukhari, Sahih al-Bukhari, Juz IV (Beirut: Dal-Kutub al-Ilmiyyah, 1992), h. 442
a. Rukun Ijarah

Menurut ulama Hanafiyah, rukun al-ijarah itu hanya satu, yaitu ijab (ungkapan
menyewakan) dan qabul (persetujuan terhadap sewa menyewa). Akan tetapi, jumhur
ulama mengatakan bahwa rukun al-ijarah itu ada empat, yaitu:

(a) orang yang berakad,

(b) sewa/imbalan,

(c) manfaat,

(d) shighat (ijab dan qabul).

Ulama Hanafiyah menyatakan bahwa orang yang berakad, sewa/imbalan, dan


manfaat, termasuk syarat- syarat al-ijarah, bukanrukunnya.6

b. Syarat Ijarah

1. Syarat bagi kedua orang yang berakad, adalah telah baligh dan berakal
(Mazhab Syafi’i dan Hambali). Dengan demikian, apabila orang itu belum
atau tidak berakal, seperti anak kecil atau orang gila, maka ketika melakukan
Ijārah maka akadnya tidak sah. Berbeda dengan Madzhab Hanafi dan Maliki
mengatakan, bahwa orang yang melakukan akad, tidak harus mencapai usia
baligh, tetapi anak yang telah mumayyiz pun boleh melakukan akad Ijārah
dengan catatan disetujui walinya.
2. Kedua belah pihak yang melakukan akad menyatakan, kerelaanya untuk
melakukan akad Ijārah itu. Apabila salah seorang di antara keduanya terpaksa
maka akadnya tidak sah.
3. Manfaat yang menjadi obyek Ijārah harus diketahui secara jelas, sehingga
tidak terjadi perselisihan dibelakang hari. Jika manfaat itu tidak jelas maka
tidak sah.
4. Obyek Ijārah dapat diserahkan dan dipergunakan secara langsung. Oleh karena
itu, ulama’ fiqh sepakat mengatakan, bahwa tidak boleh menyewakan sesuatu
yang tidak dapat diserahkan.
5. Obyek Ijārah haruslah sesuatu yang dihalalkan olehsyara’.7
6. Obyek Ijārah merupakan sesuatu yang bisa disewakan, seperti rumah, mobil,
motor dan lain-lain.
7. Upah/sewa dalam akad Ijārah harus jelas, tertentu dan bernilai harta Namun
tidak boleh barang yang diharamkan oleh syara’.

C. Pembagian Ijarah

Dilihat dari obyeknya, akad al-ijarah oleh para ulama dibagi menjadi dua yaitu:

6
Nasrun Harun, Fiqh Muamalah, (Cet. II; Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007), h. 231

7
Ibid. hlm. 232-233.
1. Al-Ijarah yang bersifat manfaat, seperti sewa menyewa rumah, toko,
kendaraan, pakaian dan perhiasan. Apabila manfaat itu merupakan manfaat
yang dibolehkan syara’ untuk dipergunakan, maka para ulama fiqh sepakat
menyatakan boleh dijadikan obyek sewamenyewa.8
2. Al-Ijarah yang bersifat pekerjaan ialah dengan cara mempekerjakan seseorang
untuk melakukan suatu pekerjaan. Al-Ijarah seperti ini menurut para ulama
fiqh hukumnya boleh, apabila jenis pekerjaan itu jelas.

D. Berakhirnya Ijarah

Beberapa alasan yang dapat digunakan untuk membatalkan perjanjian (fasakh)


sewa-menyewa adalah:

1. Terjadinya ‘aib pada barang sewaan, misalnya terjadi kerusakan obyek sewa-
menyewa yang disebabkan penggunaan barang sewa oleh penyewa tidak
sebagaimana mestinya. Dalam hal ini pihak yang menyewakan (mu’jir) dapat
meminta pembatalan atas perjanjian sewa- menyewa tersebut.
2. Rusaknya barang yang disewakan. Yaitu ketika barang yang menjadi obyek
sewa-menyewa mengalami kerusakan, sebab dengan kerusakannya atau
musnah, sehingga tidak dapat dipergunakan lagi sesuai dengan apa yang
diperjanjikan. Misalnya yang menjadi obyek sewa-meyewa adalah rumah,
kemudian rumah yang diperjanjiakan tersebut terbakar.
3. Rusaknya barang yang diupahkan (ma’jur‘alaih). Maksudnya barang yang
menjadi sebab terjadinya hubungan sewa-menyewa mengalami kerusakan,
sebab dengan rusaknya atau musnahnya barang maka akad tidak mungkin
terpenuhi lagi, misalnya pejanjian sewa-menyewa karya, untuk menjahit bakal
celana, kemudian bakal celana itu mengalami kerusakan, maka perjanjian
sewa-menyewa karya itu berakhir.
4. Terpenuhinya manfaat yang di akad kan. Dalam hal ini yang di maksudkan
adalah apa yang menjadi tujuan dalam perjanjian sewa-menyewa tersebut
telah tercapai, atau masa perjanjian sewa-menyewa telah berakhir sesuai
dengan ketentuan yang telah disepakati.
5. Menurut Hanafiyah, boleh fasakh ijārah dari salah satu pihak seperti yang
menyewa toko untuk dagang, kemudian dagangannya ada yang mencuri, maka
ia dibolehkan memfasakhkan sewaan itu.9

8
Wahhab al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Jilid IV (Beirut: Dar al Fikr, 1984),h.

9
Suhendi, Fiqh Muamalah. Cet. 8, 122
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-Ijarah berasal dari kata al-ajru yang berarti al’iwadhu atau berarti ganti.
Dalam Bahasa Arab, al-ijarah diartikan sebagai suatu jenis akad untuk mengambil
manfaat dengan jalan penggantian sejumlah uang.

Secara terminologi, ada beberapa defenisi al-ijarah yang dikemukakan oleh para
ulama fiqh. Pertama, ulama Hanafiyah mendefinisikannya dengan: “transaksi
terhadap suatu manfaat denganimbalan.

Dapat dikatakan bahwa al-ijarah adalah pemindahan hak guna atau manfaat
terhadap suatu barang atau jasa dari seseorang kepada orang lain dalam kurun
waktu tertentu sesuai kesepakatan.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Bukhari. Sahih al-Bukhari, Juz IV, Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1992.

Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah, Jilid 13, Diterjemahkan oleh Kamaludin A. danMarzuki,

Bandung: PT al Ma’arif, 2007.

Suhendi, Fiqh Muamalah. Cet. 8, 122

Al-Kasani. al- Bada’i’u al-Sana’i, Jilid IV Beirut: Dar al-Fikr, t.th.

Khathib, asy-Syarbaini. Mugni al- Muhtaj, Jilid II Beirut: Dar al-Fikr, 1978

Ibnu Qudama. al-Mugni, Jilid V, Riyadh: al-Haditsah, t.th.

Haroen, Nasrun. Fiqh Muamalah, Cet. II; Jakarta: Gaya Media Pratama, 2007

Wahhab al-Zuhaili, Al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, Jilid IV (Beirut: Dar al Fikr,


1984),h

Anda mungkin juga menyukai