Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

IJARAH

Jurnal ini kami buat untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Fiqih II Muamalat
Dosen pengampu: Irwan Fauzy Ridwan, M.E.Sy

Di susun oleh :
Yuli Setianingsih
Muhammad Faizal
Novia Tia

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM TASIKMALAYA


PRODI EKONOMI SYARI’AH
TAHUN PELAJARAN 2020/2021
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. Shalawat serta
salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw, keluarganya,
sahabatnya, dan para pengikut yang serta kepadanya. Amin, karena atas berkat
rahmatnya tulisan ini dapat di selesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah
yang berjudul “IJARAH”.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kekurangan-
kekurangan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan kemampuan
yang penulis miliki. Oleh karena itu, semua kritik dan saran saran pembaca akan
penulis terima dengan senang hati demi perbaikan makalah lebih lanjut.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini tidak lepas dari
bantuan berbagai pihak dan pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Irwan Fauzy Ridwan, M.E.Sy
2. Orang tua yang selalu memberikan dukungan dan doa.
3. Rekan-Rekan yang telah memotivasi penulis untuk menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Bahwa dalam penyusunan ini masih jauh dari kata sempurna, baik dalam
penulisan maupun isi dari makalah tersebut . Penulis mengharapkan kritik dan
saran yang membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Tasikmalaya, Desember 2021

Penyusun,

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................... ii

BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................... 1

A. Latar belakang....................................................................... 1

B. Rumusan masalah................................................................. 1

C. Tujuan .................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN........................................................................ 2

A. Apa yang di maksud dengan ijarah ……………………….. 2

B. Apa dasar Hukum Ijarah ........................................………... 2

C. Apa syarat-syarat dan macam-macam ijarah ………………. 4

D. Apa saja lembaga Aplikasi keuangan Syarat Ijarah ……….. 7

E. Bagaimana akad Ijarah ..........................…………………… 7

BAB III PENUTUP................................................................................. 9

A. Kesimpulan............................................................................ 9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 9

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Islam adalah agama yang sempurna. Seluruh aktivitas di dalamnya
telah diatur dengan hukum Islam, baik itu dalam hal ibadah, munkahat,
muamalah maupun jinayat. Ijarah merupakan salah satu pokok
pembahasan yang masuk dalam wilayah fiqh muamalah. Muamalah
sendiri berarti “saling berbuat” atau berbuat secara timbal balik. Dapat di
artikan dengan "hubungan antar orang dengan orang". Maka, dalam kajian
fiqih mengandung arti aturan yang mengatur hubungan antara seseorang
dengan orang laun dalam pergaulan hidup di dunia.
Hubungan antara sesama manusia berkaitan dengan harta ini
dibicarakan dan diatur dalam kitab-kitab fiqih karena kecenderungan
manusia kepada harta begitu besar dan sering menimbulkan persengketaan
sesamanya, sehingga juga tidak diatur, dapat menimbulkan ketidak
stabilkan dalam pergaulan hidup sesama manusia.
Disamping itu penggunaan harta dapat bernilai ibadah bila
digunakan sesuai dengan kehendak Allah, yang berkaitan dengan harta itu
(garis-garis besar fiqih : Amir Syarifuddin).
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang di maksud dengan ijarah?
2. Apa dasar Hukum Ijarah?
3. Apa Rukun dan Syarat-syarat ijarah?
4. Apa saja lembaga Aplikasi keuangan Syarat Ijarah?
5. Bagaimana akad Ijarah?
C. Tujuan
1 mengetahui arti Ijarah
2 Mengetahui dasar hukum ijarah
3 Mengetahui Rukun dan Syarat-syarat ijarah
4 Mengetahui tentang lembaga aplikasi keuangan syarat ijarah
5 Mengetahui tentang akad ijarah

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Ijarah
Ijarah Menurut syara’ berarti melakukan akad mengambil manfaat
sesuatu yang diterima dari orang lain dengan jalan membayar sesuai
dengan perjanjian yang Menurut bahasa kata ijarah berasal dari kata “al-
ajru ”yang berarti “al-iwadu” (ganti) dan oleh sebab itu “ath-thawab”atau
(pahala) dinamakan ajru (upah). telah ditentukan dengan syarat-syarat
tertentu pula.
Secara terminologi, ada beberapa definisi al-ijarah yang
dikemukakan para ulama fiqh. Menurut ulama Syafi‟iyah, ijarah adalah
akad atas suatu kemanfaatan dengan pengganti. Menurut Hanafiyah bahwa
ijarah adalah akad untuk membolehkan pemilikan manfaat yang di ketahui
dan di sengaja dari suatu zat yang disewa dengan imbalan. Sedangkan
ulama Malikiyah dan Hanafilah, ijarah adalah menjadikan milik suatu
kemanfaatan yang mubah dalam waktu tertentu dengan pengganti.
Menurut Syafi‟i Antonio, ijarah adalah akad pemindahan hak guna
atas barang atau jasa, melalui sewa tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan atas barang itu sendiri.
Menurut Gufron A. Mas ‟adi dalam bukunya Fiqh muamalah
kontekstual mengemukakan, ijarah secara bahasa berarti upah dan sewa
jasa atau imbalan. Sesungguhnya merupakan transaksi yang
memperjualbelikan suatu harta benda.
Menurut Helmi Karim, ijarah secara bahasa berarti upah atau ganti
atau imbalan, karena itu lafadz ijarah mempunyai pengertian umum yang
meliputi upah atas kemanfaatan suatu benda atau imbalan suatu kegiatan
atau upah karena melakukan aktivitas.
B. Dasar Hukum Ijarah
Al-Ijarah merupakan akad yang di perbolehkan, hal ini
berlandaskan dalil-dalil yang terdapat pada Al-qur’an, Hadits maupun Ijma

2
3

ulama. Namun demikian terdapat ulama yang tidak membolehkannya,


diantaranya Abu Bakar Al Saham, Ismail bbin’Aliyah, Hasan Basri dan
lainnya, dengan alasan, jika di gunakan qiyas (analog) akad al-Ijarah
identik dengan ba’i al ma’dum yang dilarang, manfaat sebagai objek tidak
bisa dihadirkan ketika akad, akan tetapi pendapat ini disanggah Ibnu
Rusyd dengan mengatakan bahwa walaupun manfaat tidak bisa dihadirkan
ketika akad, namun akan bisa terpenuhi ketika akad telah berjalan.
Dasar-dasar hukum atau rujukan Ijarah yang lazim digunakan para
ulama adalah berdasarkan pada Al-Qur’an, Hadis dan Ijma’ sebagai
berikut:
1 Dasar hukum Ijarah Dalam Al-Qur’an
“Apakah mereka yang membagi-bagikan rahmat tuhanmu? Kami
telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan
dunia, dan kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang
lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan
sebagian yang lain. Dan rahmat tuhanmu lebih baik dari apa yang
mereka kumpulkan”.(QS. Az-Zukhruf: 32)
2 Dalil Hadits/Sunah
Dasar hukum ijarah selanjutnya adalah pada sebuah hadits riwayat
Bukhori, yakni :
: ‫عن عروة بن الزبير أن عائسة رضي هللا عنها زوج النبي صلى هللا عليه وسلم قالت‬
‫واستأجر رسول هللا صلى هللا علىه وسلم وأبو بكر رجال من بني الديل هاديا خريتا وهو على‬
.‫دين كفار قريش فدفعا إليه راحلتيهما ووعداه غار ثوربعد ثالث ليل براحلتيهما صبح ثلث‬
Artinya: “Dari Urwah bin Zubair bahwa sesungguhnya Aisyah ra.istri
nabi SAW berkata : Rasulullah SAW dan Abu Bakar menyewa seorang
laki-laki dari suku bani Ad Daly, penunjuk jalan yang mahir, dan ia
masih memeluk agama orang kafir Quraisy. Nabi dan Abu Bakar
kemudian menyerahkan kepadanya kendaraan mereka, dan mereka
berdua menjanjikan kepadanya untuk bertemu di Gua Syur dengan
kendaraan mereka setelah tiga hari pada pagi hari Selasa.” (H.R
Bukhori)
4

3 Dalil Ijma
Umat Islam pada masa sahabat berijma’ bahwa Ijarah adalah boleh,
karena manusia membutuhkan kemanfaatan seperti kebutuhan mereka
kepada sebuah barang itu sendiri. Umat Islam telah sepakat
membolehkan akad Ijarah sebelum keberadaan Saham, Ibnu Ulayah,
dan lainnya. Hal itu didasarkan pada kebutuhan masyarakat terhadap
manfaat Ijarah sebagaimana kebutuhan mereka terhadap barang riil,
selama akad jual beli barang diperbolehkan maka akad Ijarah manfaat
harus diperbolehkan juga Umat mat Islam pada masa sahabat telah
berijma‟, bahwa Ijarah di perbolehkan, sebab bermanfaat bagi manusia.
Bahwa perjanjian perburuhan dengan menggunakan menggunakan
tenaga manusia unitmu melakukan suatu pekerjaan dibenarkan dalam
Islam dengan kata lain selain upah (upah kerja) yang merupakan salah
satu macam Ijarah dalam hukum Islam itu dapat dibenarkan.
C. Rukun dan syarat-syarat Ijarah
a. Rukun Ijarah
Menurut Hanafiyah, rukun dan syarat ijarah hanya ada satu, yaitu
ijab dan qabul, yaitu pernyataan dari orang yang menyewa dan
meyewakan. Sedangkan menurut jumhur ulama, Rukun-rukun dan
syarat ijarah ada empat, yaitu diantaranya :
1) Aqid (Orang yang berakad)
Orang yang melakukan akad ijarah ada dua orang yaitu
mu’jir dan mustajir. Mu’jir adalah orang yang memberikan upah
atau yang menyewakan. Sedangkan Musta’jir adalah orang yang
menerima upah untuk melakukan sesuatu dan yang menyewa
sesuatu. Bagi yang berakad ijarah di syaratkan mengetahui
manfaat barang yang di jadikan akad sehingga dapat mencegah
terjadinya perselisihan. Untuk kedua belah pihak yang melakukan
akad disyaratkan berkemampuan, yaitu kedua-duanya berakal dan
dapat membedakan. Jika salah seorang yang berakal itu gila atau
5

anak kecil yang belum dapat membedakan baik ataupun buruk ,


maka akad menjadi tidak sah.
2) Sighat Akad
Yaitu suatu ungkapan para pihak yang melakukan akad
berupa ijab dan qabul adalah permulaan penjelasan yang keluar
dari salah seorang yang berakad sebagai gambaran kehendaknya
dalam mengadakan akad ijarah. Dalam Hukum Perikatan Islam,
ijab diartikan dengan suatu pernyataan janji atau penawaran dari
pihak pertama untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Sedangkan qobul adalah suatu pernyataan yang diucapkan dari
pihak yang berakad pula (musta’jir) untuk penerimaan kehendak
dari pihak pertama yaitu setelah adanya ijab.

3) Ujroh (upah)
Ujroh yaitu sesuatu yang diberikan kepada musta’jir atas jasa
yang telah diberikan atau diambil manfaatnya oleh mu’jir.
Dengan syarat hendaknya diantaranya :
a) Sudah jelas/sudah diketahui jumlahnya. Karena ijarah akad
timbal balik, karena itu iijarah tidak sah dengan upah yang
belum diketahui.
b) Pegawai khusus seperti hakim tidk boleh mengambil uang
dari pekerjaannya, karena dia sudah mendapatkan gaji khusus
dari pemerintah. Jika dia mengambil gaji dari pekerjaannya
berarti dia mendapat gaji dua kali dengan hanya mengerjakan
satu pekerjaan saja.
c) Uang yang harus diserahkan bersamaan dengan penerimaan
barang yang disewa. Jika lengkap manfaat yang disewa,
maka uang sewanya harus lengkap.

4) Manfaat
6

Di antara cara untuk mengetahui ma’qud alaih (barang) adalah


dengan menjelaskan manfaatnya, pembatasan waktu, atau
menjelaskan jenis pekerjaan jika ijarah atas pekerjaan atau jasa
seseorang.Semua harta benda boleh diakadkan ijarah diatasnya,
kecuali yang memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a) Manfaat dari objek akad sewa-menyewa harus diketahui
secara jelas.
b) Objek ijarah dapat diserahterimakan dan dimanfaatkan secara
langsung dan tidak mengandung cacat yang menghalangi
fungsinya.
c) Objek ijarah dan manfaatnya tidak bertentangan dengan
Hukum Syara‟.
d) Objek yang disewakan manfaat langsung dari sebuah benda.
Misalnya, sewa rumah untuk ditempati, mobil untuk
dikendarai, dan sebagainya.
e) Harta benda yang menjadi objek ijarah haruslah harta benda
yang bersifat isty’mali, yakni harta benda yang dapat
dimanfaatkan berulangkali tanpa mengakibatkan kerusakan
zat dan pengurusan sifatnya. Sedangkan harta benda yang
bersifat istihlaki adalah harta benda yang rusak atau
berkurang sifatnya karna pemakaian. Seperti makanan, buku
tulis, tidak sah ijarah diatasnya.
b. Syarat Ijarah
Menurut M. Ali Hasan syarat-syarat ijarah adalah :
a. Syarat bagi kedua orang yang berakad adalah telah baligh dan
berakal (Mazhab Syafi‟i Dan Hambali).
b. Kedua belah pihak yang melakukan akad menyatakan kerelaannya
untuk melakukan akad Ijarah itu, apabila salah seorang keduanya
terpaksa melakukan akad maka akadnya tidak sah.
7

c. Manfaat yang menjadi objek Ijarah harus diketahui secara jelas,


sehingga tidak terjadi perselisihan dibelakang hari jika manfaatnya
tidak jelas. Maka, akad itu tidak sah.
d. Objek Ijarah itu dapat diserahkan dan dipergunakan secara
langsung dan tidak ada cacatnya.
e. Objek Ijarah itu sesuatu yang dihalalkan oleh syara.
D. Penetapan Aplikasi Ijarah dalam Lembaga Keuangan Syariah
1 Aplikasi dalam Perbankan
Bank-bank Islam yang yang mengoperasikan produk ijarah,
dapatmelakukan leasing, baik dalam bentuk operating lease maupun
financiallease. Akan tetapi, pada umumnya, bank-bank tersebut lebih
banyak menggunakan ijarah muntahiya bit tamlik karena lebih
sederhana dari
sisi pembukuan. Selain itu, bank pun tidak direpotkan untuk mengurus
pemeliharaan aset, baik pada saat leasing maupun sesudahnya.
2 Manfaat dan Risiko yang Harus Diantisipasi
Manfaat arti transaksi ijarah untuk bank adalah keuntungan
sewa dankembalinya uang pokok. Adapun risiko yang mungkin terjadi
dalamijarah adalah sebagai berikut:
a. Nasabah tidak membayar cicilan dengan sengaja.
b. Rusak: aset ijarah rusak sehingga menyebabkan biaya
pemeliharaan bertambah, terutama bila disebutkan dalam kontrak
bahwa pemeliharaan harus dilakukan oleh bank.
c. Berhenti: nasabah berhenti di tengah kontrak dan tidak mau
membeliaset tersebut. akibatnya, bank harus menghitung kembali
keuntungan dan mengembalikan sebagian kepada nasabah.
E. Akad Ijarah
1 Sifat dan Hukum Akad Ijarah
Para ulama Fiqh berbeda pendapat tentang sifat akad ijarah,
apakah bersifat mengikat kedua belah pihak atau tidak. Ulama
Hanafiah berpendirian bahwa akad ijarah bersifat mengikat, tetapi
8

boleh dibatalkan secara sepihak apabila terdapat uzur dari salah satu
pihak yang berakad, seperti contohnya salah satu pihak wafat atau
kehilangan kecakapan bertindak hukum. Apabila salah seorang yang
berakad meninggal dunia, akad ijarah batal karena manfaat tidak boleh
diwariskan.

Akan tetapi, jumhur ulama mengatakan bahwa akad ijarah itu


bersifat mengikat, kecuali ada cacat atau barang itu tidak boleh
dimanfaatkan. Apabila seorang yang berakad meninggal dunia,
manfaat dari akad ijarah boleh diwariskan karena termasuk harta dan
kematian salah seorang pihak yang berakad tidak membatalkan akad
ijarah.
2 Berakhirnya Akad Ijarah
a. Objek hilang atau musnah,
b. tenggang waktu yang disepakati dalam akad ijarah telah berakhir,
c. menurut ulama Hanafiyah, wafatnya seorang yang berakad.
d. menurut ulama Hanafiyah, apabila ada uzur dari salah satu pihak
seperti rumah yang disewakan disita Negara karena terkait utang
yang banyak, maka akad ijarah batal. Akan tetapi, menurut
jumhur ulama uzur yang boleh membatalkan akad ijarah hanyalah
apabila obyeknya cacat atau manfaat yang dituju dalam akad itu
hilang, seperti kebakaran dan dilanda banjir.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Ijarah Menurut syara’ berarti melakukan akad mengambil manfaat


sesuatu yang diterima dari orang lain dengan jalan membayar sesuai
dengan perjanjian yang Menurut bahasa kata ijarah berasal dari kata “al-
ajru ”yang berarti “al-iwadu” (ganti) dan oleh sebab itu “ath-thawab”atau
(pahala) dinamakan ajru (upah). telah ditentukan dengan syarat-syarat
tertentu pula.
Secara terminologi, ada beberapa definisi al-ijarah yang
dikemukakan para ulama fiqh. Menurut ulama Syafi‟iyah, ijarah adalah
akad atas suatu kemanfaatan dengan pengganti. Menurut Hanafiyah bahwa
ijarah adalah akad untuk membolehkan pemilikan manfaat yang di ketahui
dan di sengaja dari suatu zat yang disewa dengan imbalan. Sedangkan
ulama Malikiyah dan Hanafilah, ijarah adalah menjadikan milik suatu
kemanfaatan yang mubah dalam waktu tertentu dengan pengganti.
Al-Ijarah merupakan akad yang di perbolehkan, hal ini
berlandaskan dalil-dalil yang terdapat pada Al-qur’an, Hadits maupun
Ijma ulama.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.seputarpengetahuan.co.id/2020/11/hukum-ijarah.html#Hadits

https://www.scribd.com/document/370048257/Makalah-Ijarah-COMPLETED

https://www.scribd.com/document/366550217/Makalah-Ijarah-Fiqh-Muamalah

https://wartaekonomi.co.id/read326707/apa-itu-ijarah

http://fileperbankansyariah.blogspot.com/2011/03/definisi-ijarah.html

Anda mungkin juga menyukai