Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

SEWA-MENYEWA (IJARAH)
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hadis Ekonomi 2
Dosen Pengampu :Mulyadi,M.Pd

Kelompok 3 :
Eli Julia Sari :1804041054
Fiki Haiful :1804041067
Isna Solehawati :1804040053
Nita Ayu Aprilian :1804041116
Suci Mutia :1804041158
Yuni Lestari : 1804041175

KELAS A
JURUSAN EKONOMI SYARIAH (ESy)
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM (FEBI)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
1441 H / 2020 M

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
"SEWA-MENYEWA (IJARAH)”.
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang
diberikan oleh dosen mata kuliah Hadis Ekonomi 2. Kami sadar bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran serta yang membangun serta bimbingan dosen pengampu mata ini agar
penulisan makalah berikutnya dapat lebih baik.

Metro, 23 Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................ii


DAFTAR ISI .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................... 1
C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. pengertian Ijarah .........................................................................2
B. Rukun dan syarat Ijarah..............................................................4
C. Ijarah Mutahiyah Bittamlik..........................................................6
D. Berakhirnya Ijarah.......................................................................7
E. Dasar Hukum Ijarah....................................................................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ijārah merupakan tata cara sewa menyewa dalam Islam. Secara terminologis,
Ijārah adalah upah sewa yang diberikan kepada seseorang yang telah mengerjakan
satu pekerjaan sebagai balasan atas pekerjaannya. Tujuan persewaan ini adalah untuk
memperkenalkan nilai dan etika Islam dalam hal sewa
menyewa barang. Secara umum, Ijārah berarti pemindahan manfaat atas
suatubarang. Melihat pola transaksinya, Ijārah menyerupai jual beli, hanya saja apa
bila jual beli yang menjadi obyek transaksi adalah barang sedang Ijārah adalah jasa.

B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian Ijarah?
b. Apa saja Rukun dan syarat Ijarah?
c. Apa yang dimaksud Ijarah Mutahiyah Bittamlik?
d. Bagaimana berakhirnya Ijarah?
e. Apa saja Dasar Hukum Ijarah?

C. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui pengertian Ijarah
b. Mengetahui Apa saja Rukun dan syarat Ijarah
c. Mengetahui Apa yang dimaksud Ijarah Mutahiyah Bittamlik
d. Mengetahui Bagaimana berakhirnya Ijarah
e. Mengetahui Apa saja Dasar Hukum Ijarah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Sewa-Menyewa (Ijarah)


Ijarah (Sewa-menyewa) secara sedehana diartikan dengan “transaksi manfaat
atau jasa dengan imbalan tertentu’’. Bila yang terjadi objek transaksi adalah manfaat
atau jasa dari suatu benda disebut ijarat al-‘ain atau sewa-menyewa, seperti sewa
rumah untuk ditempati. Bila yang menjadi objek transaksi adalah manfaat atau jasa
dari tenaga seseorang, disebut ijarat al-zimmah atau upah-mengupah seperti upah
menjahit pakaian.Ijarah baik dalam bentuk sewa-menyewa maupun dalam bentuk
upah-mengupah itu merupakan muamalah yang telah disyariatkan dalam islam.
Hukum asalnya adalah boleh atau mubah bila dilakukan dengan ketentuan yang
ditetapkan islam.1
Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam lapangan muamalah ialah ijarah.
al-ijarah berasal dari kata al-ajru yang artinya menurut bahasa ialah al-‘iwadh yang
artinya menurut bahasa Indonesia ialah ganti atau upah 2.Dalam arti luas, ijarah
bermakna suatu akad yang berisi penukaran manfaat sesuatu dengan jalan
memberikan imbalan dalam jumlah tertentu.
Hal ini sama artinya dengan menjual manfaat sesuatu benda, bukan menjual
‘ain dari benda itu sendiri. Kelomok Hanafiyah mengartikan ijarah dengan akad yang
berisi pemilikan manfaat tertentu dari suatu benda yang diganti dengan pembayaran
dalam jumlah yang disepakati. Dengan istilah lain dapat pula Hal ini sama artinya
dengan menjual manfaat sesuatu benda, bukan menjual ‘ain dari benda itu sendiri.
Kelomok Hanafiyah mengartikan ijarah dengan akad yang berisi pemilikan manfaat
tertentu dari suatu benda yang diganti dengan pembayaran dalam jumlah yang
disepakati. Dengan istilah lain dapat pula disebut bahwa ijarah adalah salah satu akad
yang berisi pengambilan manfaat sesuatu dengan jalan penggantian.

1
Amir Syariffuddin, Garis-Garis Besar Fikih, (Jakarta: Prenada Media, 2003), cet ke-2,
hlm.215-216.
2
Hendi Suhendi, Fikih Muamalah, (Jakarta: PT. Raja Grafiindo Persada, 2005), cet ke-
1,hlm.114.

2
Pemilik barang yang dapat upah atas barangnya disebut dengan mu’jir dan
nilai yang dikeluarkan sebagai imbalan dari manfaat-manfaat yang diperboleh disebut
dengan ijr atau ujrah atau ijar, sewa yang mengandung arti upah. Maka apabila akad
sewa-menyewa itu telah dipandang sah si penyewa berhak memiliki manfaat.
Sedangkan menurut istilah, para ulama berbeda-beda mendefenisikan ijarah antara
lain adalah sebagai berikut :
Kelomok Hanafiyah mengartikan ijarah dengan akad yang berisi pemilikan
manfaat tertentu dari suatu benda yang diganti dengan pembayaran dalam jumlah
yang disepakati. Dengan istilah lain dapat pula disebut bahwa ijarah adalah salah satu
akad yang berisi pengambilan manfaat sesuatu dengan jalan penggantian.
Pemilik barang yang dapat upah atas barangnya disebut dengan mu’jir dan
nilai yang dikeluarkan sebagai imbalan dari manfaat-manfaat yang diperboleh disebut
dengan ijr atau ujrah atau ijar, sewa yang mengandung arti upah. Maka apabila akad
sewa-menyewa itu telah dipandang sah si penyewa berhak memiliki manfaat.
Sedangkan menurut istilah, para ulama berbeda-beda mendefenisikan ijarah antara
lain adalah berikut:
1. Ulama Mazhab Hanafi mendefinisikan Artinya:
“Transaksi terhadap suatu manfaat dengan suatu imbalan”.3
2. Ulama Mazhab Syafi’i mendefinisikan :
Artinya: “Transaksi terhadap manfaat yang dituju, tertentu bersifat
bisa dimanfaatkan dengan suatu imbalan tertentu”.
3. Ulama Malikiyah dan Hambaliyah mendefinisikan Artinya:
“Pemilikan manfaat sesuatu yang dibolehkan dalam waktu tertentu
dengan imbalan”.
Dari beberapa defenisi yang telah dikemukakan di atas, dapatlah ditarik suatu
kesimpulan bahwa sewa-menyewa (ijarah) ialah suatu akad yang berisi penukaran
manfaat sesuatu dengan jalan memberikan imbalan dalam jumlah tertentu yang sudah
disepakati. Dapat disimpulkan juga, bahwa sewa-menyewa rumah ialah suatu akad

3
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,
2004), cet. ke-2, hlm. 227

3
antara pemilik dengan penyewa yang mengandung tentang pemakaian rumah dengan
jalan memberikan imbalan dalam jumlah tertentu sesuai dengan kesepakatan
bersama.

B. Rukun dan syarat Ijarah


Transaksi ijarah dalam kedua bentuknya akan sah bila terpenuhi rukun dan
syarat. Rukun dari ijarah sebagai sesuatu transaksi adalah akad atau perjanjian
kedua belah pihak, yang menunjukkan bahwa transaksi itu telah berjalan secara
suka sama suka. Adapun rukun sewa-menyewa ada 4 macam yaitu sebagai
berikut :
1. Yang menyewakan
2. Yang menyewa
3. Barang atau sesuatu yang disewakan
4. Harga atau nilai sewa.4
Menurut ulama hanafiyah, rukun al-ijarah itu hanya satu yaitu ijab
(ungkapan menyewakan). Akan tetapi, jumhur ulama mengatakan bahwa
rukun al-ijarah itu ada tiga, yaitu :
1. Orang yang berakad
2. Sewa atau imbalan
3. Manfaat atau sighat (ijab dan qabul)
Ulama hanafiyah mengatakan bahwa orang yang berakad, sewa atau
imbalan, dan manfaat, termasuk syarat-syarat al-ijarah bukan hukumnya.
Kalau kita lihat dari rukun ijarah yang dikemukakan oleh ulama
Hanafiyah dan jumhu ulama pada dasarnya tidaklah terdapat perbedaan yang
jauh dari rukun ijarah yang ada dalam kitab Fiqh Nabawi yaitu : yang
menyewakan, yang menyewa, barang atau sesuatu yang disewakan dan harga
atau nilai sewa.
Sewa-menyewa dianggap sah, jika memenuhi syarat-syaratnya sebagai
berikut :

4
M. Thalib, Fikih Nabawi, (Surabaya: al-Ikhlas, tth), cet. ke-2, hlm.193

4
1. Yang menyewakan dan yang menyewa telah baligh, berakal sehat
dan sama- sama ridho.
2. Barang atau sesuatu yang disewakan itu mempunyai faedah yang
berharga, faedahnya dapat dinikmati oleh yang menyewa dan
kadarnya jelas, misalnya : rumah disewa satu tahun, taksi disewa
dari Yogya sampai Solo satu hari, atau seorang pekerja disewa
mengerjakan membuat pintu berukuran sekian meter.
3. Harga sewanya dan keadaannya jelas, misalnya : rumah Rp.
1.000.000/bulan, dibayar tunai atau angsuran.
4. Barang yang diambil manfaatnya, harus masih tetap wujudnya
sampai waktu yang telah ditentukan menurut perjanjian.
5. Waktunya harus dapat diketahui dengan jelas, misalnya sehari,
seminggu atau sebulan dan seterusnya.
6. Dalam sewa-menyewa ini adakalanya berupa jasa, seperti dokter,
tukang pijat, supir dan lain-lain. Dan adakalanya berupa
“kegunaan” suatu barang, seperti : kebun untuk ditanami, rumah
untuk dihuni, mobil untuk mengangkat barang.5
Dengan demikian pula orang yang mabuk dan orang yang kadang-
kadang datang sakit ingatannya, tidak sah melakukan ijarah ketika ia dalam
keadaan sakit. Karena begitu pentingnya kecakapan bertindak itu sebagai
persyaratan untuk melakukan suatu akad, maka golongan Syafi’iyah dan
Hanafiyah menambahkan bahwa mereka yang melakukan akad itu mestilah
orang yang sudah dewasa dan tidak cukup hanya sekedar mumayyiz saja.
Untuk ijarah yang sah ada unsur-unsur penting yang terdiri dari
penyewa dan yang menyewakan, barang yang disewakan, harga sewa,
persetujuan persewaan.Pihak-pihak yang melakukan perjanjian harus secara
legal memenuhi syarat berpartisipasi dalam kontrak ijarah dan harus ada harga
sewa yang pasti. Harga sewa harus dibayarkan hari demi hari kecuali dalam
kasus di bawah ini:

5
M. Thalib, Fikih Nabawi, (Surabaya: al-Ikhlas, tth), cet. ke-2, hlm.195

5
1. Apabila terdiri dari objek yang sudah pasti.
2. Apabila sewa itu ditetapkan
3. Apabila kebiasaan berlaku
4. Apabila bagi persewaan binatang untuk perjalanan tertentu yang
belum pasti.
Sewa dalam perjanjian ijarah dapat ditentukan sesuai dengan
perbandingan kerja yang dilakukan.Orang yang menyewakan dapat
menyewakan kepada penyewa barang yang disewakan.Pemilik yang
menyewakan barang dapat melakukan kontrak selama satu tahun.

C. Ijarah Mutahiyah Bittamlik

Al Ijarah Al Muntahiya bit Tamlik (financial leasing with purchase option)


atau Akad sewa menyewa yang berakhir dengan kepemilikan.
 Definisinya : Istilah ini tersusun dari dua kata :
1. At-ta’jiir / al-ijaaroh (sewa)
2. Al-tamlik/ Al-Milk (kuat dan sehat)
 Ulama Khalid Al-Kahfi ia mendefinisikan bahwa IMB adalah akad kedua
belah pihak dimana salah satunya menyewakan barang kepada pihak lainnya
dengan pembayaran secara angsur dalam jangka waktu tertentu, pada akhir masa
sewa kepemilikan barang tersebut berpindah kepada pihak penyewa dengan akad
baru.6  
1. Bentuk- bentuk Ijarah Mutahiyah Bittamlik
a. Akad Ijarah yang sejak awal akad memang dimaksudkan untuk
memindahkan kepemilikan barang sewa kepada pihak penyewa.penyewa
menyewa suatu barang dengan pembayaran sewa secara angsur dalam
kurun waktu tertentu dengan jumblah tertentu, kemudian pada saat
ngusran terakhir barang sewaan berpindah pemilikan kepada pihak
6
Imam Mustofa,Fiqih Muamalah Kontemporer, (Depok:PT.Raja Grafindo
Persada,2015),hlm.115

6
penyewa. Dalam hal ini tidak ada akad baru untuk memindahkan hak
barang tersebut setelah angsuran sewa lunas.
b. Akad Ijarah yang memang awal murni dimaksudkan hanya untuk sewa,
hanya saja si penyewa diberi hak untuk memiliki barang sewaan dengan
memberikan uang pengganti dalam jumblah tertentu. Dalam hal ini tidak
ada perjanjian yang mengikat di antara keduanya untuk memindahkan hak
barang dengan cara jual beli, karena akad yang dibuat adala akad sewa
murni.
c. Akad Ijarah dimaksudkan untuk sewa suatu barang pada saat akad
penyewa dan pemberi sewa membuat perjanjian yang mengikat untuk
melakukan akad jual beli barang sewa. Pemberi sewa akan menjual barang
yang di sewakan kepada penyewa dengan sejumblah harga tertentu dengan
angsuran sewa lunas.
d. Akad Ijarah dimaksudkan untuk sewa suatu barang,pada saat akad pihak
penyewa dan pemberi sewa membuat perjanjian yang mengikat untuk
melakukan hibah barang objek sewa.pemberi sewa akan menghibahkan
barang yang disewa kepada penyewa.
e. Akad Ijarah dimaksukan untuk sewa suatu barang dalam jangka
tertentudengan pembayaran dalam jumblah tertentu, pada saat akad pihak
penyewa dan pemberi sewa membuat perjanjian yang mengikat untuk
7
memberikan hak tiga opsi/pilihan kepada pihak penyewa.

D. Berakhirnya Ijarah
Perjanjian sewa menyewa berlaku selama masa perjanjian yang telah
ditentukan belum habis.Bila masa itu telah habis, perjanjian dipandang telah
berakhir, tidak berlaku lagi untuk masa berikutnya, dan barang sewa yang
diminta harus dikembalikan kepemiliknya. Tanpa perjanjian baru, sewa-
menyewa dipandang terhenti, kecuali bila ada keadaan yang memaksa untuk
seberapa lamanya dilangsungkan. Misalnya bila seseorang menyewa tanah

7
Ibid, hlm. 116-118

7
pertanian selama setahun. Bila pada saat masa perjanjian itu habis, ternyata
masih ada tanaman yang belum dapat diketam, maka untuk memberi
kesempatan kepada penyewa menikmati hasil tanamannya itu, ia dapat
memperpanjang waktu sewaan, dengan pembayaran sewa yang pantas untuk
waktu perpanjangan yang diperlukan tersebut.
Kecuali karena habis masanya, perjanjian ijarah dapat dirusakkan
(difasakhkan) bila terdapat cacat pada barang sewa yang berakibat terhalang
sebelum menggunakannya sebagai dimaksud dalam perjanjian, baik cacat itu
terjadi sebelum atau sesudah perjanjian diadakan. Perjanjian menjadi rusak
juga bila barang sewa mengalami rusak yang tidak memungkinkan lagi
dipergunakan sesuai dengan fungsinya. Yang menyewakan berhak
membatalkan perjanjian, bila ternyata pihak penyewa memperlakukan barang
sewa yang tidak semestinya. Menurut pendapat sebahagian para ulama,
berakhirnya akad ijarah karena ada beberapa sebab, yaitu :
1. Menurut Hanafiyah akad ijarah berakhir dengan meninggalnya
seseorang dari kedua orang yang berakad. Ijarah hanya hak
manfaat maka hak ini tidak dapat diwariskan karena kewarisannya
berlaku untuk benda yang dimiliki.8
2. Sedangkan Imam Malik, Imam Syafi’I dan Imam Ahmad tidak
sepenapat dengan ulama-ulama mazhab Hanafi itu, mereka
berpendapat bahwa perjanjian dapat diteruskan oleh ahli warisnya
sampai waktu yang telah ditentukan. Dan jumhur ulama
berpendapat ijarah tidak fasakh karena kematian salah seorang
bagi yang berakad.
E. DASAR HUKUM IJARAH
1. Al-Qur’an
        
  

8
Rozalinda, Fikih Muamalah dan Aplikasinya Pada Perbankan Syari’ah, (Padang: Hayfa Press,
2005), cet. ke-1, hlm. 111

8
Artinya: salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena Sesungguhnya orang yang paling
baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat
dipercaya".(QS.Al-Qashas:26)
          
        

233. Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah memberi
Makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf. seseorang tidak dibebani
melainkan menurut kadar kesanggupannya. janganlah seorang ibu menderita
kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun)
dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas
keduanya. dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha melihat apa
yang kamu kerjakan.
2. Hadits
Dari aisyah radhiyallahuanhu (ia berkata):

Artinya: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta Abu Bakar menyewa


(mengupah) seorang penunjuk jalan yang mahir dari Bani ad-Dail kemudian dari Bani
‘Abdu bin ‘Adi”. (HR.AL-BUKHORI)

Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahuanhuma,ia berkata, “ Rasulullah Shalallahu’alaihi wa


sallam, bersabda:

9
Artinya : “Ðari Abdullah bin „Umar ia berkata: telah bersabda Rasulullah
“berikanlah upah pekerja sebelum keringatnya kering”. (HR. Ibnu Majah)
3. Ijma’
Mengenai disyari’atkannya ijarah, semua Ulama bersepakat, tidak ada seorang
ulama pun yang membantah kesepakatan ijma’ ini, sekalipun ada beberapa orang
diantara mereka yang berbeda pendapat dalam tataran teknisnya.
Pakar-pakar keilmuan dan cendekiawan sepanjang sejarah di seluruh negeri telah
sepakat akan legitimasi ijarah. Dari beberapa nash yang ada, kiranya dapat dipahami
bahwa ijarah itu disyari'atkan dalam Islam, karena pada dasarnya manusia senantiasa
terbentur pada keterbatasan dan kekurangan. Oleh karena itu, manusia antara yang
satu dengan yang lain selalu terikat dan saling membutuhkan.

Ijarah (sewa menyewa) merupakan salah satu aplikasi keterbatasan yang dibutuhkan
manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Bila dilihat uraian diatas, rasanya mustahil
manusia bisa berkecukupan hidup tanpa berijarah dengan manusia. Oleh karena itu
boleh dikatakan bahwa pada dasarnya ijarah itu adalah salah satu bentuk aktivitas
antara dua pihak atau saling meringankan, serta termasuk salah satu bentuk tolong
menolong yang diajarkan agama.9

BAB III
PENUTUP

9
Qamarul Huda, Fiqh Muamalah, Yogyakarta: Sukses Offset, 2011, hlm.79

10
A. Kesimpulan
Ijarah (Sewa-menyewa) secara sedehana diartikan dengan “transaksi
manfaat atau jasa dengan imbalan tertentu’’. Bila yang terjadi objek transaksi
adalah manfaat atau jasa dari suatu benda disebut ijarat al-‘ain atau sewa-
menyewa, seperti sewa rumah untuk ditempati.
Ijarah mempunyai rukun dan syarat tertentu Transaksi ijarah dalam
kedua bentuknya akan sah bila terpenuhi rukun dan syarat. Rukun dari ijarah
sebagai sesuatu transaksi adalah akad atau perjanjian kedua belah pihak, yang
menunjukkan bahwa transaksi itu telah berjalan secara suka sama suka.
Ijarah Mutahiyah Bittamlik adalah akad kedua belah pihak dimana
salah satunya menyewakan barang kepada pihak lainnya dengan pembayaran
secara angsur dalam jangka waktu tertentu, pada akhir masa sewa kepemilikan
barang tersebut berpindah kepada pihak penyewa dengan akad baru. Dasar
hukum. Ijarah adalah al-qur’an, hadis dan ijma.

DAFTAR PUSTAKA

11
Hasan,M. Ali Hasan. 2004. Berbagai Macam Transaksi Dalam Islam.Jakarta: PT.
Raja Grafindo Persada.
Huda,Qamarul.2011. Fiqh Muamalah. Yogyakarta: Sukses Offset
M. Thalib.Fikih Nabawi.Surabaya: al-Ikhlas, tth
Mustofa ,Imam.2015 .Fiqih Muamalah Kontemporer. Depok:PT.Raja Grafindo
Persada.
Rozalinda.2005. Fikih Muamalah dan Aplikasinya Pada Perbankan Syari’ah.
Padang: Hayfa Press.
Suhendi,Hendi. 2005. Fikih Muamalah. Jakarta: PT. Raja Grafiindo Persada.
Syariffuddin,Amir.2003. Garis-Garis Besar Fikih.Jakarta: Prenada Media.

12

Anda mungkin juga menyukai