Anda di halaman 1dari 9

IJAROH

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Fiqh Muamalah II

Dosen Pengampu : Rifatul Muna M.S.I

Disusun Oleh :

Prastiyo (2012082)

Parikin ( 201217 )

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

SEKOLAH TINGGI ISLAM KENDAL

2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul `IJAROH` dengan tepat waktu.

Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Fiqh Muamalah II. Selain itu, makalah ini bertujuan
untuk menambah wawasan bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Rifatul Muna M.S.I selaku dosen pengampu mata kuliah
Fiqh Muamalah II. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah membantu
diselesaikannya makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih.

Kendal, 22 September 2022

(Penulis)


DAFTAR ISI

JUDUL 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN 4

1.1 Latar Belakang 4

1.2 Rumusan Masalah 5

1.3 Tujuan penulisan 6

BAB II PEMBAHASAN 7

2.1 Pengertian Rahn 7

2.2 Rukun dan Syarat Rahn 8

2.3 Macam-Macam Rahn 8

2.4 Penerapan (Aplikasi) Rahn dalam LKS 8

2.5 Berakhirnya Akad Rahn 9

BAB III PENUTUP 11

3.1 Kesimpulan 11

DAFTAR PUSTAKA 12

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakan

Manusia adalah mmakhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain,
masing-masing berhajat kepada orang lain, bertolong-tolongan, tukar menukar untuk memenuhi
kebuatuhan hidupnya baik dengan cara jual beli, sewa menyewa, pinjam meminjam atau suatu
usaha yang lain yang bersifat pribadi maupun untukk kemaslahatan umat.
Dalam pergaulan sehari-hari ada kalanya kita sebagai manusia dihadapkan pada suatu
permasalahan keluarga yang mau tidak mau harus dihadapi. Ada kalanya keberadaan kitab suci
umat Islam sering kita abaikan, padahal Al-Quran dan As-sunnah merupakan pedoman hidup
bagi umat Islam karena didalamnya telah diatur sedemikian lengkapnya tentang kehidupan dan
tata cara beribadah baik itu berhubungan dengan Allah SWT sebagai Maha Pencipta juga
didalam Al-Qur’an pun telah diuraikan bagaimanana cara kita berhubungan dengan sesama
makhluk hidup lainnya.
Selain merupakan satu-satunya agama yang di ridhoi Allah, Islam juga merupakan
sebuah agama yang sangat sempurna karena selain permasalahan akhirat Islam juga sangat
lengkap dalam mengatur semua kehidupan umatnya di dunia seperti Muamalah. Apa arti
muamalah ? Mengapa sewa menyewa merupakan bagian dari muamalah
Sebelum kita bahas tentang sewa-menyewa yang merupakan bagian dari muamalah ,
sebaiknya kita mengetahui apa arti muamalah itu sendiri.
Secara bahasa kata Muamalah adalah masdar dari kata asmala-yu’amilu mu’amalatan
yang berarti saling bertindak, saling berbuat, dan saling beramal. Dalam Fiqih muamalah
memiliki dua macam pengertian yaitu pengertian muamalah secara sempit dan pengertian
muamalah secara luas. Secara sempit muamalah adalah : Aturan allah yang mengatur hubungan
manusia dengan manusia dalam usahanya untuk mendapatkan alat-alat keperluan jasmaninya
dengan cara yang paling baik ( Idris Ahmad ), sedangkan secara sempit muamalah adalah : tukar
menukar barang atau sesuatu yang sangat bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan
(Rasyid Ridho ).
Muamalah merupakan bagian dri rukun Islam yang mengatur hubungan antara seseorang
dengan orang lain. Contoh hokum Islam yang termasuk muamalah salah satunya adalah Ijarah
atau sewa-menyewa.
Dalam makalah ini akan kami jelaskan secara sederhana tentang definisi ijarah, landasan
hukum, rukun dan syrat sah ijarah, juga pembagian dan hukum ijarah.
B. Rumusan Masalah

1. . Mendefinisikan Ijarah ?
2. Menyebutkan Landasan Hukum Ijarah ?
3. Menyebutkan rukun syarat sah Ijarah ?
4. . Menyebutkan berapa macam pembagian dan hokum Ijarah ?
5. . Batalnya sewa menyewa ( Ijarah )

.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Sewa menyewa atau Al-Ijarah berasal dari kata al-Ajru yang berarti Al’Iwadhu
( ganti)dari sebab itu Ats Tsawab ( pahala ) dinamai Ajru ( upah ).
Menurut etimologi, ijarah adalah menjual manfaat. Demikian pula artinya menurut
terminologi syara’. Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan dikemukakan beberapa definisi
ijarah menurut pendapat beberapa ulama fiqih :
a) Ulama Hanafiyah, akad atas suatu kemanfaatan dengan pengganti.
b) Ulama Asy-Syafi’iyah, akad atas suatu kemanfaatan yang mengandung maksud tertentu
an mubah, serta menerima pengganti atau kebolehan dengan pengganti tertentu.
c) Ulama Malikiyah dan Hanabilah, menjadikan milik sesuatu kemanfaatan yang mubah
dalam waktu tertentu dengan pengganti.

Menurut pengertian syara’, Al-Ijarah ialah ; Urusan sewa menyewa yang jelas manfaatnya dan
tujuannya, dapat diserahterimakan, boleh diganti dengan upah yang telah diketahui ( gajian
tertentu ).seperti halnya barang itu harus bermanfaat, misalkan: rumah untuk di tempati, mobil
untuk di naiki.

Para ulama mendefinisikan ijarah ialah sewa menyewa atas manfaat satu barang
dan atau jasa antara pemilik objek sewa dengan penyewa untuk mendapatkan imbalan berupa
sewa atau upah bagi pemilik objek sewa.[1]

Pemilik yang menyewakan manfaat di sebut Mu’ajjir (orang yang menyewakan).


Pihak lain yang memberikan sewa di sebut Musta’jir ( orang yang menyewa=penyewa ) dan,
sesuatu yang di akadkan untuk di ambil manfaatnya di sebut Ma’jur ( sewaan ). Sedangkan
jasa yang diberikan sebagai imbalan manfaatnya di sebut Ajran atau Ujrah (upah). Dan setelah
terjadi akad Ijarah telah berlangsung orang yang menyewakan berhak mengambil upah, dan
orang yang menyewa berhak mengambil manfaat, akad ini di sebut pula Mu’addhah
(penggantian).
C. Dasar Hukum
Dasar-dasar hokum atau rujukan Ijarah adalah Al-Qur’an, Al-Sunnah, dan AL-Ijma’.
1. Dasar hukum Ijarah dalam Al-Qur’an adalah

)6: ‫فا ن ارضعن لكم فاء توهن اجو رهن ( ا لطالق‬

“Jika mereka menyusukan (anak-anakmu) untukmu, maka berikanlah upahnya.”(Al-Talaq: 6).

2. Dasar Hukun Ijarah Dari Al-Hadits:

( ‫اَجْ َرهُفَ ْليَ ْع َم ْل ِج ْيرًااَ َج َرا ْستَْأ َم ِن) هريرةأبيعنالرزاقعبدرواه‬

“Barang siapa yang meminta untuk menjadi buruh, beritahukanlah upahnya.”

(HR. Abdul Razaqdari Abu Hurairah).

Seperti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah, bahwa Rasulullah SAW, bersabda:

(‫ع ََرقُهُيَ ِجفَّا َ ْنقَبْاَل َجْ َرهُاْالَ ِج ْي َراُ ْعطُوْ ا)عمرابيعنماجهابنرواه‬

“Berikanlah olehmu upah orang bayaran sebelum keringatnya kering”

3. Landasan Ijma’nya ialah :


Umat Islam pada masa sahabat telah ber ijma’ bahwa ijarah di perbolehkan sebab bermanfaat
bagi manusia.

D. Rukun Ijarah
Menurut ulama Hanfiyah, rukun Ijarah adalah ijab dan qabul, antara lain dengan
menggunakan kalimat: al-ijarah, al-isti’jar, al-iktira; dan al-ikra.
Ada pun menurut jumhur ulama, rukun ijraha ada 4, yaitu :
1. Aqid (orang yang akad).
2. Shigat akad.
3. Ujrah (upah).
4. Manfaat.
E. Syarat sah Ijarah
Ada 5 syarat sah dari Ijarah, diantaranya :
1. Kerelaan dari dua pihak yang melakukan akad ijarah tersebut,
2. Mengetahui manfaat dengan sempurna barang yang di akadkan, sehingga mencegah
terjadinya perselisihan,
3. Kegunaan dari barang tersebut,
4. Kemanfaatan benda di bolehkan menurut syarat,
5. Objek transaksi akad itu (barangnya) dapat di manfaatkan kegunaannya menurut
criteria, dan realita.
F. Pembagian dan hukum Ijarah

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Pada dasarnya, ijarah atau sewa menyewa di definisikan ssebagai hak untuk memanfaatkan
barang/jasa dengan imbalan tertentu. Ada yang menerjemahkan ijarah sebagai jual beli jasa ( upah-
mengupah), yakni mengambil manfaat tenaga manusia, ada pula yang menerjemahkan sewa-menyewa
yaitu mengambil manfaat dari barang yang dipersewakan.

Transaksi Ijarah dilandasi adanya pemindahan manfaat ( hak guna 0, bukan pemindahan
kepemilikan ( hak milik ). Jadi pada prinsipnya ijarah hamper sama dengan prinsip jual beli.

Anda mungkin juga menyukai