Anda di halaman 1dari 11

Tugas Makalah Dosen Pengampu

Fiqih Muamalah Zuraida, M. Ag

MAKALAH
“ Sewa menyewa ( Ijarah ) dan Upah mengupah “

Disusun Oleh:
ADISTY GITA ANJANI 12020124405
PUTRI AMELIA 12020124167
JUNIZAR EFENDI 12020114507

LOKAL AH-D
JURUSAN HUKUM KELUARGA
FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN SYARIF KASIM RIAU
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.......
Puji Syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat, karunia, serta kasih
sayangnya kami dapat menyelesaikan makalah Fiqih Muamalah mengenai Sewa menyewa
( Ijarah ) dan Upah mengupah.. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah kepada Nabi
terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya Uswatun Hasanah kita, Nabi Muhammad
SAW. Tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih kepada ibuk Zuraida, M. Ag selaku dosen
matakuliah Fiqih Muamalah.
Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan
kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal dari kami.
Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan Ilmu pengetahuan
dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna memperbaiki kesalahan
sebagaimana mestinya.

Pekanbaru, 22 April 2022

Pemakalah

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................................ii

2. 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................................1
C. Tujuan Makalah..............................................................................................................1

2. 2 PEMBAHASAN
A. Pengertian dan Landasan hukum ( Sewa menyewa ( Ijarah ) dan Upah
mengupah ........................................................................................................................
...............2
B. Rukun dan syarat Ijarah...............
C. Pembagian dan hukum ( ketetapan ) Ijarah
D. Tanggung jawab atas ajir dan gugurnya upah
E. Berakhirnya Ijarah

2. 3 PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran/Kritik

2. 4 DAFTAR PUSTAKA
ii
2. 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang sempurna. Seluruh aktifitas di dalamnya telah diatur
dengan hukum Islam, baik itu dalam hal ibadah, munkahat, muamalah maupun
jinayat.  Dalam kesempatan kali ini, pemakalah akan membahas tentang bab Ijarah
(sewa-menyewa / upah- mengupah). Ijarah merupakan salah satu pokok pembahasan
yang masuk dalam wilayah fiqh muamalah. Muamalah sendiri berarti “saling berbuat”
atau berbuat secara timbal balik Sederhananya dapat diartikan dengan “hubungan
antar orang dengan orang”.
Maka, dalam kajian fiqh mengandung arti aturan yang mengatur hubungan antara
seseorang dengan orang lain dalam pergaulan hidup di dunia (dalam bagian ini
berkaitan dengan harta). Hubungan antara sesama manusia berkaitan dengan harta ini
dibicarakan dan diatur dalam kitab-kitab fiqh karena kecenderungan manusia kepada
harta itu begitu besar dan sering menimbukan persengketaan sesamanya, sehingga
jika tidak diatur, dapat menimbulkan ketidak stabilan dalam pergaulan hidup sesama
manusia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan Landasan Hukum Sewa menyewa ( Ijarah ) dan Upah
mengupah?
2. Apa saja rukun dan syarat Ijarah?
3. Bagaimana cara pembagian dan hukum ( ketetapan ) Ijarah?
4. Apa saja tanggung jawab atas ajir dan gugurnya upah?
5. Bagaimana berakhirnya Ijarah ?
C. Tujuan Penulisan
Dengan memahami ilmu pengelolaan harta, dalam hal ini pembahasan Sewa
menyewa/Upah mengupah, semoga senantiasa dapat menjadikan kita lebih berhati-
hati dalam menggunakan harta yang kita miliki. Sehingga ilmu tersebut dapat
menuntun kita agar tidak jatuh pada hal yang syubhat, terlebih pada yang haram.
Tujuan disyariatkannya sewa menyewa/upah mengupah sendiri adalah untuk
memberikan keringanan kepada umat dalam pergaulan hidup. Seseorang mempunyai
uang tetapi tidak dapat bekerja, dan di lain pihak ada yang mempunyai tenaga dan
membutuhkan uang. Dengan adanya ijarah keduanya saling mendapat keuntungan.
1
2. 2 PEMBAHASAN

A. Pengertian dan Landasan Hukum Sewa menyewa ( Ijarah ) dan Upah mengupah
 Sewa Menyewa ( Ijarah ) dan Landasan Hukumnya
Dalam fiqih muamalah sewa – menyewa disebut ijarah. Lafal al-ijarah
dalam bahasa arab berarti upah, sewa, jasa, atau imbalan.  Al-ijarah
merupakan salah satu bentuk kegiatan Muamalah dalam memenuhi keperluan
hidup manusia, seperti sewa menyewa, kontrak, atau menjual jasa perhotelan
dan lain-lain. Sedangkan menurut istilah para ulama' berbeda pendapat dalam
mendefinisikan Ijarah.
 Menurut Ulama Hanafiyah, ijarah ialah “ Akad untuk membolehkan
pemilikan manfaat yang diketahui dan disengaja dari suatu dzat yang
disewa dengan imbalan ”.1
 Menurut Ulama Malikiyah, ijarah ialah “Nama bagi akad-akad untuk
kemanfaatan yang bersifat manusiawi dan untuk sebagian yang dapat
dipindahkan “.
 Menurut Ulama Syafi'iyah, ijarah ialah “Akad terhadap manfaat yag
diketahui dan disengaja harta yang bersifat mubah dan dapat
dipertukarkan dengan imbalan tertentu”.2
 Menurut Ulama Hanabilah, ijarah ialah “Akad terhadap manfaat harta
benda yang bersifat mubah dalam periode waktu tertentu dengan suatu
imbalan".
Dasar Hukum Ijarah Hukum asal ijarah adalah mubah atau boleh, yaitu apabila
dilakukan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan Islam.3 Ada beberapa
dasar hukum Sewa menyewa ( Ijarah ) yaitu :
Al-Quran, dalam surat Al-Baqarah (2) :233
ۗ ‫ا َأ ۡو ٰلَ َد ُكمۡ َفاَل ُج َنا َح َعلَ ۡي ُكمۡ ِإ َذا َسلَّ ۡم ُتم مَّٓا َءا َت ۡي ُتم ِب ۡٱل َم ۡعر‬%ْ‫َوِإ ۡن َأ َرد ُّتمۡ َأن َت ۡس َت ۡرضِ ع ُٓو‬
ِ‫ُوف‬
‫ير‬ٞ ِ‫ون بَص‬َ ُ‫ٱعلَم ُٓو ْا َأنَّ ٱهَّلل َ ِب َما َت ۡع َمل‬ۡ ‫َوٱ َّتقُو ْا ٱهَّلل َ َو‬
2
1
Syaifullah Aziz, Fiqih Islam Lengkap, Asy-syifa, Surabaya, 2005 dibaca 22 April 2022
2
Diana Nur, Sewa menyewa dalam Islam (24 Februari 2018   18:15 ) https://www.kompasiana.com/ diakses
22 April 2022
3
abdul.qodri.s, Sewa menyewa dalam hukum Islam (25 Oktober 2018, 07.33 ) https://pkebs.feb.ugm.ac.id/
diakses 22 April 2022
“Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, tidak dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertaqwalah kepada Allah; dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat
apa yang kamu kerjakan.”
As-sunnah, Hadis riwayat Abu Daud dari Sa`d Ibn Abi Waqqash, ia
berkata:
“Kami pernah menyewakan tanah dengan (bayaran) hasil
pertaniannya; maka, Rasulullah melarang kami melakukan hal tersebut
dan memerintahkan agar kami menyewakannya dengan emas atau
perak.”
Ijma ulama tentang kebolehan melakukan akad sewa menyewa.
kaidah fiqih“ Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”

 Upah mengupah dan Landasan Hukumnya


Upah dalam bahasa Arab disebut dengan Ujrah. Upah dalam istilah adalah
pemberian sesuatu sebagai imbalan dari jerih payah seseorang dalam bentuk
imbalan di dunia dan dalam bentuk imbalan di akhirat. Dan ini berbeda sekali
pengertian upah dalam istilah barat, yaitu Gaji biasa atau minimum yang
dibayarkan langsung atau tidak langsung, oleh pengusaha kepada pekerja
hanya dalam kaitan dengan hubungan kerja, tidak mempunyai keterkaitan erat
antara upah dengan moral, dan tidak memiliki dimensi dunia dan akhirat.4
Pemberian Upah hukumnya mubah, tetapi bila hal itu sudah menyangkut hak
seseorang sebagai mata pencaharian berarti wajib. Upah merupakan han dan
kewajiban yang harus dibayar sesuai dengan pekerjaannya. Menunda-nunda
pembayaran upah tidak dibenarkan dalam ajaran Islam, sebab termasuk
perbuatan aniaya. Nabi Muhammad SAW bersabda:
‫اع ُح ًّرا َفَأ َك َل َث َم َن ُه َو َرجُل‬
َ ‫َثالَ َث ٌة َأ َنا َخصْ ُم ُه ْم َي ْز َم ْل ِق َيا َم ِة َر ُج ٌل اَعْ َطى ِبيْ ُث َّم َغد ََر َو َر ُج ٌل َب‬
)‫اِسْ َتْأ َج َر َأ ِجيْرً ا َفاسْ َت ْو َفى ِم ْن ُه َولَ ْم َيعْ طِ ِه َأجْ َرهُ (رواه البخارى‬

4
https://www.bacaanmadani.com/2017/12/pengertian-upah-hukum-rukun-syarat-dan.html diakses 23 April
2022
Artinya : “Tiga orang (tiga golongan) yang aku musuhi nanti pada hari kiamat,
yaitu (1) orang yang memberi kepadaku kemudian menarik kembali, (2) orang
yang menjual orang merdeka kemudian makan harganya (3) orang yang
mengupahkan dan telah selesai, tetapi tidak memberikan
upahnya.”(HR.Bukhari)

B. Rukun dan syarat Ijarah


 Rukun Ijarah, di antaranya sebagai berikut.
1) Aqid (Orang yang berakad)
Orang yang melakukan akad ijarah ada dua orang yaitu mu’jir dan
mustajir. Mu’jir adalah orang yang memberikan upah atau yang
menyewakan. Sedangkan Musta’jir adalah orang yang menerima upah
untuk melakukan sesuatu dan yang menyewa sesuatu.
2) Sighat Akad
Yaitu suatu ungkapan para pihak yang melakukan akad berupa ijab dan
qabul adalah permulaan penjelasan yang keluar dari salah seorang
yang berakad sebagai gambaran kehendaknya dalam mengadakan akad
ijarah.
3) Ujroh (upah)
Ujroh yaitu sesuatu yang diberikan kepada musta’jir atas jasa yang
telah diberikan atau diambil manfaatnya oleh mu’jir.5
4) Manfaat
Di antara cara untuk mengetahui ma’qud alaih (barang) adalah dengan
menjelaskan manfaatnya, pembatasan waktu, atau menjelaskan jenis
pekerjaan jika ijarah atas pekerjaan atau jasa seseorang.

5
Muhammad Rawwas Qal „Ahji, Ensiklopedi Fiqh Umar bin Khattab, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1999,
h. 178 dibaca 23 April 2022
 Syarat Ijarah, dalam suatu perjanjian sewa-menyewa, penting untuk selalu
memperhatikan syarat-syaratnya agar proses transaksi dapat terjalin secara
sah. Berikut adalah syarat ijarah.
1) Pihak penyelenggara akad, baik penyewa maupun yang menyewakan
tidak atas keterpaksaan. Kemudian, orang yang tidak sah melakukan
akad ijarah adalah orang yang belum dewasa atau dalam keadaan tidak
sadar.6
2) Objek yang disewakan harus berwujud sama sesuai dengan realitas dan
tidak dilebih-lebihkan, sehingga meminimalisir unsur penipuan.
3) Kegunaan dari objek yang disewakan merupakan sesuatu yang bersifat
mubah (dibolehkan), bukan haram.
4) Pemberian imbalan atau upah dalam transaksi Ijarah harus berwujud
sesuatu yang dapat memberikan keuntungan bagi pihak penyewa.

.
C. Pembagian dan hukum ( ketetapan ) Ijarah
 Pembagian Ijarah
Ijarah terbagi menjadi dua macam, yaitu sebagai berikut :
1) Ijarah atas manfaat, disebut juga sewa-menyewa. Dalam ijarah bagian
pertama ini, objek akadnya adalah manfaat dari suatu benda.7
2) Ijarah atas pekerjaan, disebut juga upah-mengupah. Dalam ijarah
bagian kedua ini, objek akadnya adalah amal atau pekerjaan seseorang.
Al-ijarah yang bersifat manfaat, umpamanya adalah sewa
menyewa rumah, kendaraan, pakaian, dan perhiasan. Apabila manfaat
itu merupakan manfaat yang dibolehkan syara‟ untuk dipergunakan,
maka para ulama fiqh sepakat menyatakan boleh dijadikan objek sewa-
menyewa.
Al-ijarah yang bersifat pekerjaan ialah dengan cara
memperkerjakan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Al-ijarah seperti
ini, hukumnya boleh apabila jenis pekerjaan itu jelas, seperti buruh bangunan,
tukang jahit, buruh pabrik, tukang salon, dan tukang sepatu.

6
https://www.ocbcnisp.com/id/article/2022/04/07/akad-ijarah-adalah diakses 23 April 2022
7
M. Ali Hasan, Berbagai Macam Transaksi dalam Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, h. 227 dibaca 24
April 2022
5
Al-ijarah seperti ini biasanya bersifat pribadi, seperti menggaji seorang
pembantu rumah tangga, dan yang bersifat serikat, yaitu seseorang atau
sekelompok orang yang menjual jasanya untuk kepentingan orang banyak,
seperti tukang sepatu, buruh pabrik, dan tukang jahit. Kedua bentuk ijara
terhadap pekerjaan ini menurut ulama fiqh hukumnya boleh.
 Hukum ( ketetapan ) Ijarah
Sewa menyewa atau Ijarah merupakan salah satu praktek mua’malah yang
dilakukan oleh manusia untuk saling bekerjasama, yang bertujuan untuk
menjalin hubungan silaturahmi yang baik bagi umat Islam. Sehingga Islam
menghendaki dalam melakukan sewa menyewa atau Ijarah tersebut sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam Islam.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa hukum dari akad al-Ijarah
adalah boleh berdasarkan firman Allah SWT. Jadi, dengan demikian tidak ada
larangan dari menggunakan Ijarah didalam kehidupan sehari-hari. Peraturan
hukum tentang Ijarah ini semua fuqaha sepakat bahwa Ijarah bersifat sah
untuk barang yang memiliki manfaat dan yang dapat di sewa atau tanpa
mengonsumsi badan atau substansinya (‘ayn).
D. Tanggung jawab atas ajir dan gugurnya upah
 Tanggung jawab ajir
Orang yang menyewa harus jujur, dapat dipercaya, dan memakai barang
sewaannya dengan hati-hati. Kalau dengan cara yang demikian ada kerusakan,
maka ia tidak berkewajiban. Demikian juga orang yang diupah harus jujur
dalam melaksanakan pekerjaan. Kalau tidak ada kejujuran, kerusakan-
kerusakan yang menjadi tanggungannya. 
Adapun membebankan tanggung jawab kepada pembuat sesuatu atas
keruskan barang-barang yang telah diserahkan untuk mereka, para Ulama
berbeda pendapat mengenai hal tersebut:
1) Malik, Ibnu Abu Laila, dan Abu Yusuf berpendapat bahwa meraka
(pembuat barang) bertanggung jawab terhadap apa yang rusak ditangan
mereka.
2) Abu Hanifah berpendapat bahwa para pembuat barang yang tidak
mendapatkan upah atau orang khusus, tidak terkena tanggung
jawab,sedangkan pembuat barang yang biasa membuat barang untuk
orang lain dan mendapatkan upah maka ia terkena tanggung jawab atas
kerusakan yang terjadi.
Orang yang khusus menurut mereka adalah pekerja yang ada dirumah
penyewa.
 Gugurnya Upah
Kematian orang yang mengupah atau yang diupah tidak mirip akad
pengupahan. Artinya: kalau orang yang mengupahnya meninggal, padahal
permintaannya sudah dikerjakan oleh orang yang diupah, maka keluarganya
wajib memberikan upahnya. Tetapi apabila orang yang diupah meninggal
sebelum menerima upahnya, maka ahli warisnya upahnya. Tetapi jika sebelum
menyelesaikan pekerjaan, urusannya ditangan tuhan.
Kalau yang diupahkan rusak, umpamanya : binatang mati, kain sobek,
bisadilihat. kalau rusaknya setelah diserahkan kepada yang mengupah namun
belummencukupi ketentuan pekerjaan (yang harus dikerjakan) akad itu
menjadi batal. Tetapi kalau sudah mencukupi ketentuannya, tidak batal,
namun batal untuk yang akan datang.
6
E. Berakhirnya Ijarah

Anda mungkin juga menyukai