Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

SEWA MENYEWA DAN UPAH (IJARAH)

Disusun Gua Melengkapi Tugas


Mata Kuliah : Fiqih I
Dosen Pengampu : M. Nadzir, SHI, MSI

Oleh:
1. Musyafi'ah (076051001)
2. Siti Sholihatun (076051023

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2009
SEWA-MENYEWA DAN UPAH (IJARAH)

I. PENDAHULUAN
Dalam hidup pasti mempunyai berbagai kebutuhan yan jumlahnya tidak
terbatas. Padahal kita tidak mungkin memiliki semua barang/jasa yang kita
butuhkan. Untuk memenuhi kebutuhan kita, kita dapat menyewa barang jasa
kepada orang lain. Dalam menyewa barang/jasa itu kita harus menggunakan
aturan-aturan tertentu, dan kita bias menyewa barang/jasa tentunya harus
memberikan imbalan/upah atas jasanya. Dalam islam upah dan sewa disebut
ijarah.
Sewa menyewa merupakan hal yang wajar karena tidak mungkin ada
manusia yang memiliki segalanya.

II. PERMASALAHAN
Dalam makalah ini, kami akan menulis penjelasan tentang: pengertian,
dasar hukum, rukun dan syarat ijarah, upah dalam pekerjaann ibadah,
pembayaran upah dan sewa, menyewakan barang sewaan, pembatalan dan
berakhirnya ijarah serta pengembalian sewaan.

III. PEMBAHASAN MASALAH


A. Pengertian Ijarah
Al-Ijarah dalam bahasa Indonesia ialah ganti dan opah. Sedangkan
menurut istilah, para ulama berbeda-beda mendefinisikan ijarah, antara
lain:
1. Menurut Hanafiyah ijarah ialah akad untuk memboolehkan
pemilikan manfaat yang diketahui dan disengaja dari zat yang disewa
dengan imbalan
2. Menurut Malikiyah ijarah ialah nama bagi akad untuk
kemanfaatan yang bersifat manusiawi dan untuk sebagian dapat
dipindahkan..
3. Menurut Syaikh Syihah al-Din dan Syaikh Umairah, ijarah
ialah akad atas manfaat yang diketahui dan disengaja untuk memberi
dan membolehkan dengan imbalan yang diketahui ketika itu.
4. Menurut Al-Syarbini al-Khatib, ijarah adalah peimilikan
manfaat dengan adanya imbalan dan syarat-syarat.
5. Menurut Syyida Sabiq, ijarah ialah suatu jenis akad untuk
mengambil manfaat dengan jalan penggantian.
Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat dipahami bahwa ijarah
adalah menukar sesuatu dengan ada imbalannya.
B. Dasar Hukum Ijarah
Dasar hukum atau rujukan dalam akad ijarah adalaha Al-Qur'an, Al-
Sunnah dan A-Ijma'.
Dasar hukum dalam Al-Qur'an ialah:

     


Jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu Maka berikanlah
kepada mereka upahnya (Al-Thalaq: 6)

       


   
"Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia
sebagai orang yang bekerja (pada kita), Karena Sesungguhnya orang
yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang
yang Kuat lagi dapat dipercaya". (Al-Qashash: 26)

Dasar hukum dari Al-Hadits ialah:


ِ
َ ِ‫اُ ْعطٌوا اْالَجْيَر اُ ْجَرهُ َقْب َل اَ ْن جَي‬
.ُ‫ف عُُرقُه‬
"Berikanlah olehmu upah sewaan sebelum keringatnya kering" (Riwayat
Ibnu Majah)

.)‫اِ ْحتَ ِج ْم َو ْاع ِط احْلُ َّج َام اُ ْجَرهُ (رواه البخارى و مسلم‬
"Berbekamlah kamu, kemudian berikanlah upajnya kepada tukang bekam"
(Riwayat Bukhari dan Muslim)
ِ ‫الزر ِع َفَنهى رسو ُل‬
 ‫اهلل‬ ِ ‫ُكنَّا نُ ْك ِرى اْالَرض مِب َا علَى َّ ىِف‬
ْ ُ َ َ ْ َّ ‫الس َوا م َن‬ َ َ ْ
.)‫ب اَْو َو َر ٍق (رواه امحد وابو داود‬
ٍ ‫ك واََمرنَا بِ َذ َه‬ِ
َ َ َ ‫ذل‬
"Dahulu kami menyewa tanah dengan jalan membayar dari tanaman yang
tumbuh. Lalu Rasulullah SAW melarang kami cara itu dan memrintahkan
kami agar membayarnya dengan uang mas atau perak" (Riwayat Bukhari
dan Muslim)
Lanjadasan Ijma' ialah semua umat sepakat tidak ada seorang ulama'
pun yang membantah kesepakatan (ijma') ini.
C. Rukun dan Syarat Ijarah
Rukun dan sayarat Ijarah adalah sebagai berikut:
1.Mujir dan Musta'jir, yaitu orang yang melakukan akad sewa menyewa
atau upah mengupah. Mujir adalah orang yang memberikan upah dan
yang menyewakan. Musta'jir adalah orang yang menerima upah untuk
melakukan sesuatu dan menyewakan sesuatu. Disyaratkan pada mujir
dan musta'jir adalah baligh, berakal, cakap melakukan tasharuf
mengendalikan harta), dan saling meridhai.
2.Sighat ijab qobul antara mujir dan Musta'jir
3.Ujroh, disyaratkan diketahui oleh kedua belah pihak
4.Barang yang disewakan atau sesuatu yang dikerjakan dalam upah
mengupah. Barang yang disewakan disyaratkan sebagai berikut:
a. Barang dapat dimanfaatkan kegunaanya.
b. Manfaat dari benda yang disewa adalah perkara yang boleh
menurut syara' dan bukan sesuatu yang dilarang
c. Benda yang disewakan disayaratkan kekal zatnya hingga waktu
yang ditentukan.

D. Upah Dalam Pekerjaan Ibadah


Madzhab Hanafi berpendapat bahwa ijarah dan perbuatan taat seperti
menyewa orang lain untukl sholat, puasa, haji, atau membaca Al-Qur'an
yang pahalanmya dihadiahkan kepada arwah, haram hukumnya
mengambil upah dari pekerjaan itu.
Imam Syafi'I berpendapat bahwa pengambilan upah dari pengajaran
berhitung, khath, bahasa, sastra, fiqih, Hadits, membangun masjid,
menggali kuburan, memandikan mayit dan membangun madrasah boleh.
E. Pembayaran Upah
Hak menerima upah bagi musta'jir adalah sebagai berikut:
1.Ketika pekerjaan selesai dikerjakan
2.Jika menyewa barang, uang sewaandibayar ketika akad sewa, kecuali
bila dalam akad ditentukan lain, manfaat barang yang diijarahkan
mengalir selama penyewaan berlangsung.
F. Menyewakan Barang Sewaan
Musta'jir diperbolehkan menyewakan lagi barang yang disewakan
kepada orang lain atas ijin mujir dengan syarat penggunaan barang itu
sesuai dengan penggunaan yang dijanjikan ketika akad. Harag penyewaan
yang kedua ini bebas saja, dalam arti boleh lebih besar, lebih kecil atau
seimbang.
Bila ada kerusakan pada benda yang disewa, maka yang
bertanggungjawab adalah mujir dengan syarat keruskan it bukan akibat
dari kelalaian musta'jir, bila kerusakan benda akibat kelalaian musta'jir
maka yang bertanggung jawab adalah musta'jir.
G. Pembatalan dan Berakhirnya Ijarah
Ijarah menjadi batal bila ada hal-hal sebagai berikut:
1. Terjadinya cacat pada barang sewaan yang terjadi pada tangan
penyewa.
2. Rusaknya barang yang disewakan
3. Rusaknya barang yang diupahkan
4. Terpenuhinya manfaat yang diakadkan, berakhirnya masa
yang telah ditentukan dan selesainya pekerjaan.
H. Pengembalian Sewaan
Jika ijarah elah berakhir, penyewa berkewajiban mengembalikan
barang sewaan jika barang tersebut dapat dipindahkan, ia wajib
menyerahkan kepada pemiliknya, dan jika bentuk barang sewaan adalah
benda tetap, ia wajib menyerahkan kembali dalam keadaan kosong, jika
barang itu tanah, ia wajib menyerahkan kepada pemiliknya dalam keadaan
kosong dari tanaman.

IV. KESIMPULAN
Kesimpulan dari makalah ini adalah:
1.Ijarah adalah menukar sesuatu dengan ada imbalannya (upah)
2.Dasar hukum ijaraoh adalah AlQur'an, Al-Sunnah dan Ijma'
3.Dalam pembayaran upah dilaksanakan ketika pekerjaan selesai, sedangkan
sewa dibayar ketika akad sewa.
4.Menyewakan barang sewaan diperbolehkan atas ijin orang yang
menyewakan dengan syaqrat barang dikembalikan lagi dalam keadaan
semula dan tidak rusak.
5.Penyewa berkewajiban mengembalikan barang sewaan, jika ijarah telah
berakhir.

V. DAFTAR PUSTAKA
Demikian makalah yang dapat kami buat, semoga dapat memberikan
manfaat khususnya bagi penulis dan pembaca pada umumnya.
Tentunya makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran selalu kami harapkan demi kesempurnaan pembuatan
makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalat, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005.
RESUME
FIQIH MUAMALAT

KOPERASI

Disusun Gua Melengkapi Tugas


Mata Kuliah : Fiqih I
Dosen Pengampu : M. Nadzir, SHI, MSI

Disusun Oleh
Nama : Musyafi'ah
NIM : 076051001
Semester : VIII
Jurusan : S1 PGMI

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2009
KOPERASI

A. Pengertian
Koperasi berasal dari kata cooperation yang berarti kerja sama.
Sedangkan menurut istilah, koperasi adalkah suatu perkumpulan yang
dibentuk oleh para anggota peserta yang berfungsi untuk memenuhi
kebutuhan para anggotanya dengan harga yang relative rendah dan bertujuan
memajukan tingkat hidup bersama.
Sebagian ulama menyahebut, koperasi dengan syirkah ta'awuniyah
(persekutuan tolong menolong), yaitu suatu perjanjian kerjasama antara dua
orang atau lebih, yang satu pihak menyediakan modal usaha, sedangkan pihak
lain melakukan usaha atas dasar profit sharing (membagi untung) menurut
perjanjian. Dalam koperasi ini terdapat unsur mudharoah karena satu pihak
memiliki modal dan pihak lain melakukan usaha atas modal tersebut.

B. Syarat-syarat Pendirian Koperasi


Koperasi merupakan salah satu bentuk kerjasama dalam usaha dapat
didirikan dengan syarat-syarat sebagai berikut:
1. Dilakukan dengan akta notaries
2. Disahkan oleh pemerintah
3. Didaftarkan di pengadilan negeri
4. Diumumkan dalam berita Negara

C. Macam-Macam Koperasi
Macam-macam koperasi dapat dilihat dari dua segi yaitu:
1. Dari segi usahanya, koperasi dapat dibagi menjadi
dua macam yaitu:
a. Koperasi yang berusaha tinggal (single porpuse), yaitu
koperasi yang hanya menjalankan satu bidang usaha. Seperti, koperasi
dalam bidang konsumsi, bidang kredit.
b. Koperasi serpa usaha (multi purpose) yaitu koperasi yang
berusaha dalam berbagai bidang, seperti koperasi yang melakukan
pembelian dan penjualan.
2. Dari segi tujuannya koperasi dapat dibagi menjadi
tiga bagian yaitu:
a. Koperasi produksi yaitu koperasi yang mengurus pembuatan barang-
barang yang bahan-bahannya dihasilkan oleh anggota koperasi
b. Koperasi konsumsi yaitu koperasi yang mengurus pembelian barang-
barang guna memenuhi kebutuhan anggotanya.
c. Koperasi kredit yaitu koperasi yang memberikan pertolongan kepada
anggota-anggotanya yang menentukan modal.

D. Koperasi Menurut Staltut


Menurut staltut koperasi dibagi menjadi empat macam, yaitu:
1. Syirkah Abdan, yaitu suatu kerja sama antara dua
orang atau lebih untuk melakukan suatu usaha yang hasilnya dibagi antara
mereka menurut perjanjian yang telah ditentukan.
2. Syirkah Mufawadhah, yaitu suatu persekutuan
kerja sama antara dua orang atau lebih untuk melakukan uasha dengan
modal uang atau jas dengan syarat sama modalnya.
3. Syirkah Wujuh, kerja sama antara dua orang atau
lebih untuk membeli sesuatu tanpa modal uang, tetapi hanya berdasarkan
saling percaya
4. Syirkah ‘Inan, yaitu kerja sama antara dua orang
atau lebih dalam penanaman modal untuk melakukan sutu usaha atas dasar
pembelian untung dan rugi sesuai dengan jumlah modalnya.

E. Koperasi Sebagai Jalan Tengah


Menurut Dawan Rahargjo, koperasi dilahirkan negara kapitalis. Koperasi
dianggap sebagai alternatif terhadap sistem kapitalis. Koperasi ingin
mengganti hubungan produksi dan pertukangan yang berdasar pada
persaingan bebas dengan kerja sama. Akan tetapi,koperasi tidak menggantikan
sistem kapitalis, bahkan koperasi yang baik adalah koperasi yang dapat
bekerja dan mampu bersaing dalam kerangka kapitalis di mana dia hidup.

F. Hukum Pendirian Koperasi


Persekutuan adalah salah satu bentuk kerja sama yang dianjurkan syara’,
karena dengan persekutuan berarti ada kesatuan. Dengan kesatuan akan
tercipta sebuah kekuatan, sehingga kekuatan itu digunakan untuk
menegakkan suatu yang benar menurut syara’.
Menurut Rasulullah SAW, umat islam dianjurkan untuk menolong
orang-orang yang ekonomi lemah (miskin) dengan cara berkoperasi dan
menolong orang-orang kaya jangan sampai menghisap darah orang-orang
miskin, seperti dengan cara mempermainkan harga, menimbun barang,
membungakan uang dan cara lainnya.
Tolong menolong merupakan perbuatan terpuji menurut agama Islam.
Salah satu bentuk tolong menolong adalah mendirikan koperasi, maka
mendirikan koperasi dan menjadi anggota koperasi merupakan salah satu
perbuatan terpuji menurut agama Islam.

DAFTAR PUSTAKA
Hendi Suhendi, Fiqih Muamalat, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2005.
RESUME
BUKU STUDI ULUMUL QUR’AN
(Telaah Atas Mushaf Utsmani)

Karangan
Muhammad bin Muhammad Abu Syuhbah (Drs. Tufiqurrohman, M.Ag)

Bandung : CV Pustaka Setia, 2003

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Ulumul Qur’an
Dosen Pengampu : Tolchatul Choir

Disusun Oleh
Nama : Musyafiah
NIM : 076051011
Semester : VIII (Delapan)
Jurusan : S1 PGMI

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2009
RIWAYAT TENTANG PENGUMPULAN AL-QUR’AN

1. Pengumpulan Al-Qur’an Dengan Pengertian Penulisannya Pada Masa


Nabi SAW.
Nabi Muhammad SAW tidak hanya menghafal Al-Qur’an dan
membacakannya kepada para sahabat dan kemudian dihafalkan oleh mereka,
melainkan juga beliau menuliskannya dalam lembaran-lembaran. Untuk itu
Nabi SAW memiliki para penulis wahyu, diantaranya Abu Bakar, Umar,
Usman dan Ali, Abban dan Kholid (anak Sa’id), Khalid bin Al-Walid,
Muawiyah bin Abu Sofyan, Zaid bin Tsabit, Uby ibnu Ka’ab dan lain-lain.
Apabila ada wahyu yang diturunkan kepada kepada Nabi SAW. Beliau
memanggil sebagian penulis wahyu yang diturunkan, menunjukkan tempat
wahyu itu harus diletakkan, dan tata cara penulisannya sesuai dengan petunjuk
penjaga wahyu, maikat Jibril.
Pada waktu itu, perangkat alat tulis sulit diperoleh sehingga mereka
menuliskan ayat Al-Qur’an pada benda-benda yang mudah diperoleh, seperti
daun, pelepah kurma, bebatuan, tulang belulang dan sebagainya. Pada masa
Nabi SAW, Al-Qur’an telah tertulis seluruhnya meskipun masih terpisah-
pisah dan penulisan tersebut dilakukan dengan “tujuh huruf” sebagaimana
keadaan Al-Qur’an diturunkan.

2. Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Abu Bakar RA.


Tatkala Abu Bakar Siddiq diangkat menjadi khalifah setelah wafatnya
Rasulullah SAW. Terjadinya peristiwa Yamamah pada tahun ke 12 H, banyak
terjadi pembunuhan di kalangan para sahabat, dan diantara para penghafal Al-
Qur’an yang meninggal dunia hingga mencapai 500 orang. Oleh karena itu,
Umar mengisyarakan kepada Abu Bakar untuk menghimpun Al-Qur’an dalam
suartu tempat, dalam lembaran-lembaran yang terkumpul daripada berceceran
dalam ujung daun kurma, batu-batu datar, kulit dan sebagainya. Untuk itu,
Abu Bakar As-Shidiq menyuruh Zaid bin Tsabit untuk melakukan pekerjaan
yang mulia itu. Zaid menghimpun Al-Qur’an dengan segala kesungguhannya.
3. Pengumpulan Al-Qur’an Pada Masa Utsman RA.
Ketika Utsman r.a memegang kekhalifahan, para sahabat berpencar di
berbagai negara dan masing-masing membawa bacaan (al-qira’ah) yang
didengarnya dari Rasulullah SAW. orang-orang berbeda pendapat dalam
bacaan dan perselisihan pun semakin memuncak. Utsman r.a merasa khawatir
bahwa akibat dari perselisihan yang memburuk ini akan mengurangi
keyakinan terhadap Al-Qur’an Al-Karim dan bacaannya yang telah pasti, dan
merupakan dasar pegangan kaum muslimin serta simbol kesatuan mereka
yang agung.
Lalu dia bermusyawarah dengan para sahabat mengenai apa yang
seharusnya dilakukan. Kemudian Utsman dan para sahabat bersepakat untuk
menyatukan manusia pada satu mushaf agar tidak terjadi perselisihan dan
pertentangan dalam masalah bacaan tersebut. Kemudian Utsman menulis surat
kepada hafsah r.a agar ia mengirimkan lembaran yang telah ditulis pada masa
Abu Bakar, yang setelah meninggalnya berpindah ke tangan Umar, kemudian
ke tangan Hafsah untuk dijadikan pijakan dalam pengumpulan Al-Qur’an.
Kemudian Ustman menugaskan kepada Zaid bin Tasbit, Abdullah ibn Zubair,
Sa’id ibn ‘Ash Abdurrohman bin Auf, Al-Harits ibn Hisyam untuk menulis/
menyalin lembaran tersebut ke dalam mushaf-mushaf. Mereka menulis
mushaf-mushaf itu sesuai dengan tertib surat-surat sebagaimana yang dikenal
sekarang. Setelah selesai menulis mushaf itu, Utsman mengirimkannya ke
setiap penjuru negeri terkenal agar kaum muslimin bersatu dalam bacaan
berdasarkan mushaf tersebut dan melupakan pertikaian serta perselisihan yang
telah terjadi pada waktu itu. Selain itu, Utsman juga memerintahkan untuk
membakar mushaf-mushaf, selain mushaf yang satu itu atau merobeknya.

4. Para penulis Wahyu


Pada masa Nabi SAW, Al-Qur’an telah ditulis pleh para penulis
(sekretaris) wahyu dari kelompok sahabat yang terkenal dengan kesempurnaan
agama, kekohon amanat dan kekuatan daya nalarnya serta memiliki akurasi
yang tak terhingga. Mereka juga terkenal dengan kepandaian dalam masalah
baca tulis. Diantaranya para penulis (sekretaris) wahyu dari kelompok sahabat
yang terkenal adalah (1) Abu Bakar, (2) Umar bin Khothob, (3) Utsman bin
Affan, (4) Ali bin Abi Tholib, (5) Abdullah bin Sa’id bin Sirah, penulis
pertama di Mekah, (6 Zubair bin Awam, (7) Muawiyah bin Abu Sofyan, (8)
Khalid, (9) Ibnu Sa’id bin Al-‘Ash bin Amiyah, (10) Ubay bin Ka’ab, yaitu
penulis pertama di Madinah, (11) Zaid bin Harist, yaitu orang yang paling
banyak tulisannya diantara mereka yang berdomisili di Madinah, (12)
Syarhabil bin Hajarah, (13) Abdullah bin Rowahah, (14) Amr bin Al-‘Ash,
(15) Khalid bin Al Walid, (16) Al-Arqam Az-Zihry, (17) Handalah bin Ar-
Rabi’ Al-Asady, (20) Mu’aqib bin Abi Fatimah yang termasuk dalam
kelompok penulis terakhir. Mereka telah menulis ayat-ayat yang didiktekan
oleh Rasul kepada mereka, dan beliau menunjukkan kepada mereka tentang
penulisannya, tanpa menambah atau mengurangi satu huruf pun.

Komentar
Saya sangat beruntung hidup pada zaan ini, karena sudah ada mushaf Al-
Qur’an yang telah tersusun seutuhnya dan dapat membacanya dengan baik,
tidak seperti zaman Rasulullah SAW, Al-Qur’an telah ditulis seluruhnya tapi
masih terpisah-pisah, jadi tidak bisa membaca Al-Qur’an secara keseluruhan,
dan cara membacanya hanya mendengar dari Rasulullah SAW sehingga
banyak orang berbeda pendapat tentang bacaanya. Tapi sekarang mushaf Al-
Qur’an sudah ada tanda bacaannya, harakat, dan waqofnya, sehingga mudah
untuk membacanya.
Mudah-mudahan ini akan menambah keyakinan kita semua bahwa Al-
Qur’an, sebagaimana yang tercantum di dalam mushaf sekarang, adalah Al-
Qur’an yang diturunkan kepada Nabi kita Muhammad SAW. Semoga Allah
SWT mengokohkan kita semua melaui firman-Nya yang kokoh itu (Al-
Qur’an), baik dalam kehidupan dunia maupun kehidupan Akhirat.
TUGAS AKHIR SEMESTER

Disusun Guna Memenuhi Tugas


Mata Kuliah : Ilmu Jiwa Perkembangan
Dosen Pengampu : Sari Hernawati, S.Ag.M.Pd

Disusun Oleh
Nama : Musyafiah
NIM : 076051011
Semester : VIII (Delapan)
Jurusan : S1 PGMI

FAKULTAS AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS WAHID HASYIM
SEMARANG
2009

1. Mengapa Prinsip-prinsip islam harus diberikan kepada anak dalam


perkembangannya? Jelaskan dan uraikan dengan larakter perkembangan anak?
 Karena anak dilahirkan dengan mambawa fitrah
yang seimbang dan sehat, kedua orang tualah yang memberikan agama
kepada mereka. Keberagamaan bagi seorang anak telah ada semenjak anak
lahir ke dunia, anak memiliki “fitrah” untuk beriman kepada Tuhan.
Tinggal persoalannya usaha pengembangan serta pemeliharaan potensi
(perasaan religious) tersebut yang ada pada diri seseorang. Maka disinilah
peran utama orang tua di dalam mengembangkan potensi keberagamaan
anak dengan cara menerapkan prinsip-prinsip Islam kepada anak dalam
perkembangan agama yang baik karena telah diberikan prinsip-prinsip
Islam sejak kecil.
 Tahapan perkembangan anak dibagi menjadi 6
tingkatan
Tingkatan 1 menurut aturan untuk menghindari hukuman.
Tingkatan 2 anak bersikap konformis untuk memperoleh hadiah agar
dipandang orang baik.
Tingkatan 3 anak bersikap konformis untuk menghindari celaan orang
lain agar disenanginya.
Tingkatan 4 anak bersikap konformis untuk menghindari hukuman yang
diberikan bagi beberapa tingkah laku tertentu dalam
kehidupan bersaman
Tingkatan 5 konformitas anak sekarang dilakukan karena membutuhkan
kehidupan bersama yang diatur
Tingkatan 6 melakukan konformitas tidak karena perintah atau norma
dari luar, melainkan karena keyakinan sendiri untuk
melakukannya.
2. Dalam perkembangan bahasa, ada bahasa Ibu. Apakah yang dimaksud
bahasa ibu?. Seberapa besar pengaruhnya dalam kecerdasan anak?
 Bahasa ibu adalah segala bentuk komunikasi, dimana anak pertama
mengenal/memahami bahasa melalui sikap ibunya.
 Pengaruhnya dalam kecerdasan anak yaitu bahasa ibu sangat mendorong
kecerdasan anak karena seorang anak pertama mengenal bahasa hanya dari
ibunya. Sehingga apa saja yang dilakukan ibu dengan sendirinya akan
mengartikan bahasa ibunya dengan tingkat kecerdasan anak itu sendiri.

3. Jelaskan perbedaan karakteristik perkembangan moral dan agama?. Apa


implikasinya dalam proses pembelajaran di sekolah?
 Perbedaan karakteristik perkembangan moral dan agama
- perkembangan moral anak adalah di mana anak belajar memahami
tentang kegiatan atau perilaku mana yang baik / boleh / diterima /
disetujui atau buruk / tidak boleh / ditolak / tidak disetujui melalui
pengalaman berinteraksi dengan orang lain (orang tua, saudara dan
teman sebaya)
- Perkembangan agama anak adalah dimana anak belajar memahami
nilai-nilai agama mengetahui bagaimana sesuatu yang dianggap benar
atau salah menurut agama sehingga anak bisa berkembang baik.
 Implikasi dan agama dalam proses pembelajaran di sekolah
- Dengan perkembangan moral, anak sudah dapat memahami alasan
yang mendasari suatu peraturan di sekolah. Anak bisa memandang /
menilai bahwa perbuatan nakal, berdusta dan tidak hormat kepada guru
merupakan suatu yang salah / buruk. Sedangkan perbuatan jujur, adil
dan sikap hormat kepada guru merupakan suatu yang benar /baik.
- Dengan perkembangan agama, anak dapat mengembangkan
perasaan ke-Tuhan-an, sehingga kejiwaan anak akan lebih baik
sehingga akan lebih sayang dengan teman-temannya dan gurunya.
4. Apakah yang dimakdud dengan anak berkebutuhan khusu (ABK)?
Bagaimana pandangan islam dengan kaitannya anak sebagai amanah/
 Anak berkebutuhan khusus (ABK) adalah anak yang memiliki
kebutuhan yang berbeda-beda dengan anak lainnya.

Model penanganan ABK


a. Model segresi yaitu anak dipisah-pisah/dikelompokkan
antara pintar dengan pintar, bodoh dengan bodoh.
b. Model kelas khusus
c. Model SDLB
d. Model sekolah terpadu
e. Pendidikan inklusi yaitu dicampur antara yang pintar dan
bodoh agar yang bodoh bisa mengikuti yang pintar.
 Pandangan Islam dengan kaitannya anak sebagai
amanah yaitu Islam tidak membeda-bedakan anak, baik pintar/bodoh,
Islam menganggap semua anak dilahirkan sama.

5. Bagaimana menangani perkembangan anak dalam masa afektif jika terjadi


lingkungan yang tidak harmonis?
 Upaya menangani perkembangan anak dalam masa
afektif jika terjadi lingkungan yang tidak harmonis yaitu dengan cara
a. Meningkatkan pengertian kepada anak tentang dirinya sendiri, orang
lain dan hal yang dapat membawa kecemasan lingkungan yang tidak
harmonis.
b. Meningkatkan rasa aman dan rasa percaya diri
c. Menerima fantasi dengan wajar mengalihkan perhatian anak dari
bayangan yang membuat kecemasan
d. Melakukan relaksasi
e. Tidak mendesak anak
f. Melakukan hal-hal yang menyenangkan, seperti mendengarkan musik,
menggambar dan membaca.
g. Mengekspresikan perasaan melalui permainan / cerita.

LAPORAN PAWARTA WIGATI


BAHASA JAWA

Kasusun Dening
1. Duvi Novita Andriyani
2. Dwi Astuti
3. Wahyu Nirwana Sari
4. Yunita Triati Wahyuningtyas

Judul
PEMBANGUNAN MASJID JAMI’ AL-HUDA
KUTOSARI

I. Adhedasar

Pembangunan Masjid dilampahaken kangge kepentingan

masyarakat Desa Kutosari lan sekitare supadhos kaliyan dibangune

masjid ingkang luwih ageng lan jembar saged dilebeti tiyang ingkang

kathah lan nambahi daya tampung masjid punika.

II. Kagem Sinten Pawarta Puniko

Diaturaken dening Kepala Desa Kutosari lan Pemerintah

Kabupaten Batang kaliyan masyarakat Desa Kutosari lan sekitare

supados saged ibadah ing masjid puniko.

III. Simpulan

Diarepaken Masjid Jami’ Al-Huda puniko rampung

pembangunane tahun niki supados saged digunaake kaliyan warga

sekitar lan masyarakat kathah.

Anda mungkin juga menyukai