Anda di halaman 1dari 6

Ijarah

By kang_tofa on 20/05/2014

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Muamalah merupakan bagian dari rukun islam yang mengatur hubungan
antara seseorang dan orang lain. Contoh hukum islam yang termasuk
muamalah salah satunya adalah ijarah (sewa-menyewa).
Seiring dengan perkembangan zaman, transaksi muamalah tidak terdapat
miniatur dari ulama klasik, transaksi tersebut merupakan terobosan baru
dalam dunia modern.Dalam hal ini kita harus cermat, apakah transaksi
modern ini memiliki pertentangan tidak dengan kaidah fiqih? Jika tidak,
maka transaksi dapat dikatakan mubah.
Dalam makalah ini akan dijelaskan secara sederhana tentang definisi
ijarah, landasan hukum, rukun dan syarat sahnya. Juga pembagian dan
hukum ijarah.
B. Rumusan Masalah
Sebagaimana yang telah penulis makalah kemukakan pada latar belakang
masalah, maka yang menjadi pokok bahasan masalah adalah :
Apakah pengertian/definisi, landasan dan rukun ijarah ?
Apa saja yang menjadi syarat dalam ijarah?
Pembagian dan Hukum (Ketetapan Ijarah)?

BAB II
IJARAH
(SEWA-MENYEWA/UPAH-MENGUPAH)
A. Pengertian, Landasan, dan Rukun Ijarah
1. Pengertian ijarah
Menurut etimologi Ijarah berasal dari kata Al-ajru yang artinya al-iwadh
yang arti dalam bahasa Indonesianya ialah ganti atau upah.
Sedangkan menurut istilahnya, para ulama berbeda-beda dalam
mendefinisakan Ijarah. Dibawah ini akan dikemukakan beberapa definisi
Ijarah menurut pendapat beberapa ulama fiqih :
a. Ulama Hanafiyah:

Artinya: Akad atas sesuatu kemanfaatan dengan pengganti.
b. Ulama Asy-Syafiiyah:

Artinya: Akad atas sesuatu kemanfaatan yang mengandung maksud
tertentu yang mubah, serta menerima pengganti atau kebolehan dengan
pengganti tertentu.
c. Ulama Malikiyah dan Hambaliyah:

Artinya: Menjadikan milik sesuatu kemanfaatan yang mubah dalam
waktu tertentu dengan pengganti.
Jumhur Ulama fiqih berpendapat bahwa Ijarah adalah menjual
manfaatnya bukan bendanya. Oleh karena itu, mereka melarang
menyewakan pohon untuk diambil buahnya, domba untuk diambil

susunya, sumur untuk diambil airnya, dan lain-lain, sebab semua itu
bukan manfaatnya, tetapi bendanya.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa akad Ijarah identik
dengan akad jual beli, namun demikian dalam Ijarah kepemilikan barang
dibatasi dengan waktu. Secara harfiah, Al-Ijarah bermakna jual beli
manfaat dan juga merupakan makna istilah syari. Al-Ijarah bisa
diartikan sebagai akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa dalam
batasan waktu tertentu, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan atas barang.
2. Landasan Syara
Dasar-dasar hukum atau rujukan Ijarah adalah Al-Quran, Al-Sunnah,
dan Al-Ijma.
Dasar hukum Ijarah dalam Al-Quran adalah :
( : )
Jika mereka menyusukan (anak-anakmu) untukmu, maka berikanlah
upahnya.(Al-Talaq: 6).
Dasar Hukun Ijarah Dari Al-Hadits:
( )
Barang siapa yang meminta untuk menjadi buruh, beritahukanlah
upahnya.
(HR. Abdul Razaqdari Abu Hurairah).
Landasan Ijmanya ialah:
Umat islam pada masa sahabat telah ber ijma bahwa ijarah
diperbolehkan sebab bermanfaat bagi manusia.
3. Rukrn ijarah
Menurut ulama Hanafiyah, rukun ijarah adalah ijab dan qabul antara lain
dengan menggunakan kalimat : al-ijarah, al-istijar, al-ikhtira dan alikra.

Adapun menurut jumhur ulama, rukun ijarah ada 4 yaitu :


1. Aqid (orang yang berakad) yaitu mujir (orang yang menyewakan
atau memberikan upah) dan mustajir (orang yang menyewa sesuatu atau
menerima upah)
2. Shighat akad yaitu ijab kabul antara mujir dan mustajir
3. Ujrah (upah)
4. Maqud alaih (Manfaat/barang yang disewakan atau sesuatu yang
dikerjakan)
B. Syarat ijarah
Syarat sah dari ijarah, diantaranya:
1. Adanya keridhaan dari kedua pihak yang aqad
2. Maqud alaih bermanfaat dengan jelas
3. Maqud alaih harus dapat memenuhi syara
4. Kemanfaatan benda dibolehkan menurut syara
5. Tidak menyewa untuk pekerjaan yang di wajibkan kepadanya
6. Tidak mengambil manfaat bagi diri orang yang di sewa
7. Manfaat Maqud alaih sesuai dengan keadaan yang umum
C. Pembagian dan Hukum Ijarah
Ijarah terbagi menjadi dua, yaitu ijarah terhadap benda atau sewamenyewa, dan ijarah atas pekerjaan atau upah-mengupah.
1. Hukum sewa-menyewa
Dibolehkan ijarah atas barang mubah, seperti: rumah, kamar, dan lainlain. Tetapi dilarang ijarah terhadap benda-benda yang diharamkan.
a) Ketetapan Hukum Akad dalam Ijarah
Menurut ulama Hanafiyah, ketetapan akad ijarah adalah kemanfaatan
yang sifatnya mubah.Menurut ulama Malikiyah, hukum ijarah sesuai
dengan keberadaan manfaat. Ulama Hanabilah dan Syafiiyah
berpendapat bahwa hukum ijarah tetap pada keadaannya, dan hukum
tersebut menjadikan masa sewa seperti benda yang tampak.
b) Cara Memanfaatkan Barang Sewaan

1) Sewa Rumah
Jika seseorang menyewa rumah dibolehkan untuk memanfaatkannya
sesuai kemauannya, baik dimanfaatkan sendiri atau dengan orang orang
lain, bahkan boleh disewakan lagi atau dipinjamkan pada orang lain.
2) Sewa Tanah
Sewa tanah diharuskan untuk menjelaskan tanaman apa yang akan
ditanam atau bangunan apa yang akand idirikan di atasnya. Jika tidak
dijelaskan ijarah dipandang rusak.
3) Sewa kendaraan
Dalam menyewa kendaraan, baik hewan atau kendaraan lainnya harus
dijelaskan salah satu diantara dua hal, yaitu waktu dan tempat. Juga
harus dijelaskan barang yang akan dibawa atau benda yang akan
diangkut.
c) Perbaikan Barang Sewaan
Menurut ulama Hanafiyah, jika barang yang disewakan rusak,
pemiliknyalah yang berkewajiban memmperbaikinya, tetapi ia tidak
boleh dipaksa. Apabila penyewa bersedia memperbaikinya, ia tidak
diberikan upah sebab dianggap sukarela. Adapun hal-hal kecil seperti
membersihkan sampah atau tanah merupakan kewajiban penyewa.
d) Kewajiban Penyewa Setelah Habis Masa Sewa
1) Menyeahkan kunci jika yang disewa rumah
2) Jika yang disewa kendaraan, ia harus menyimpannya kembali di
tempat asalnya
2. Hukum Upah-Mengupah
Upah-mengupah atau ijarah ala al-amal, yakni jual-beli jasa. Biasanya
berlaku dalam beberapa hal seperti menjahitkan pakaian, membangun
rumah, dan lain-lain. Ijarah ala al amal, terbagi dua, yaitu:
a) Ijarah Khusus
Yaitu ijarah yang dilakukan oleh seorang pekerja. Hukumnya, orang
yang bekerja tidak boleh bekerja selain dengan orang yang telah
memberinya upah.
b) Ijarah Musytarik
Yaitu ijarah dilakukan secara bersama-sama atau melalui kerja-sama.
Hukumnya dibolehkan bekerja-sama dengan orang lain.

BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dari uraian diatas dapat kami simpulkan bahwa :
Akad Ijarah merupakan akad jual beli, namun demikian, dalam Ijrah
kepemilikan barang dibatasi dengan waktu. Al-Ijarah bisa diartikan
sebagai akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa dalam batasan
waktu tertentu, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan
pemindahan kepemilikan atas barang.
Adapun rukun dan syarat Ijarah adalah Aqid (Mujir dan Mustajir),
Shighat akad, Ujrah (upah), Manfaat. Dasar-dasar hukum atau rujukan
Ijarah adalah Al-Quran, Al-Sunnah, dan Al-Ijma.
B. SARAN
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami berharap semoga makalah ini bisa menjadi
inspirasi dan motivasi agar teman-teman bisa membuat makalah yang
lebih sempurna.
DAFTAR PUSTAKA
Syafei Rachmat. 2004. Fiqih Muamalah. Bandung : Pustaka Setia
M. Hasbi Ash Shiddieqie, Pengamat Fiqih Muamalah, PT Pustaka Rizki
Putra, Semarang 1997
Rasjid,Sulaiman, Fiqh Islam, 2006, Bandung: PT Sinar Baru Algesindo
Djuwaini, Dimyauddin. 2008, Fiqh Muamalah.

Anda mungkin juga menyukai