Disusun Oleh:
Norliana 2014401110011
TAHUN 2022
Fiqih Sewa
Sewa menyewa adalah pengambilan manfaat dari suatu barang atau benda, jadi
dalam hal ini benda sama sekali tidak berkurang, dengan kata lain terjadinya sewa
menyewa yang berpindah adalah hanya manfaat dari benda tersebut. Ijarah
adalah pemindahan hak guna suatu barang dengan pembayaran biaya sewa tanpa
diikuti pemindahan kepemilikan atas barang tersebut.
1. Al-Qur’an
Q.S Al-Baqarah ayat 233
2. Hadist
Mayoritas ulama berdalil dengan hadis dari Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu,
ia berkata:
“Rasulullah berbekam dan memberikan upah kepada orang yang
membekamnya, seandainya itu haram maka Rasulullah tidak akan
memberikan upah kepadanya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
3. Kitab-kitab
Hakikat ijarah adalah jual beli atas manfaat bukan jual beli atas barang.
Dalam kitab al-Fiqhu al-Islami Wa Adillatuh tulisan Wahbah Az-Zuhaili
dikatakan bahwa:
Artinya: Akad ijarah adalah penjualan manfaat, maka menurut Jumhur
Ulama tidak dibolehkan menyewakan pohon untuk diambil buahnya
karena buah adalah barang, sedangkan ijarah adalah menjual manfaat
bukan menjual barang. Begitu pula tidak boleh menyewakan kambing
untuk diambil susunya, minyak saminnya, bulunya, atau anaknya, karena
semuanya baginya dari barang sehingga tidak boleh dilakukan dengan
akad ija>rah. Begitu juga tidak boleh menyewa air di sungai, sumur, kanal,
atau sumber air, karena air adalah barang sehingga tidak boleh disewa.
4. Ijma‟
Ijma adalah kesepakatan, seperti perkataan, perbualan tekad dari para
ulama .ijma dari sewa menywa ( ijarah)adalah: Membenarkan yang
disyaratkan ijarah, semua umat sepakat tak seorang ulama pun membantah
kesepakatan ijma ini sekalipun ada beberapa orang diantara mereka yang
berbeda pendapat, akan tetap dianggap. 15 Jadi Umat Islam pada masa
sahabat telah ber‟ijma bahwa ijarah di bolehkan sebab bermanfaat bagi
manusia.
5. Qias
Qias merupakan yang digunakan untuk menetapkan hukum suatu masalah
jika tidak terdapat ketetapan dalam al-Quran dan Hadits, atau
mengeluarkan suatu hukuman yang serupa dari hukum yang belum
mempunyai ketetapan pada hukum yang telah ada atau telah ditetapkan
oleh kitab dan sunnah, hukum suatu perkara dengan hukum perkara lain
yang sudah di tetapkan , karena adanya persamaan dalam illat Hukum yag
tidak di ketahui dengan semata- mata memahami bahasanya, sewakan16
Jadi dari landasan hukum di atas baik Al-Quran, hadits Assunah, maupun
ijma telah menerangkan dengan jelas bawa Hukum dari ijarah (sewa
menyewa) adalah mubah, kemudian objek dari ijarah adalah yang
mentransaksikan manfaat barang yang lazim disebut persewaan. Misalnya
sewa tanah. Akan tetapi tidak semua harta benda dapat diakadkan dalam
praktik sewa mnyewa lahan pertanian, kecuali yang memenuhi syarat
berikut ini :
a. Manfaat dari objek akad harus diketahui secara jelas.
b. Objek ijarah dapat diserah terimakan dan dimanfaatkan secara
langsung dan tidak mengandung cacat yang menghalangi fungsinya
c. Objek ijarah dan manfaatnya haruslah tidak bertentangan dengan
hukum syara
d. Objek yang di sewakan adalah manfaat langsung dari sebuah benda
e. Harta yang menjadi objek ijarah haruslah harta benda yang dapat di
manfaatkan bukan yang bersifat rusak.
Rukun Ijarah
Rukun ijarah Menurut Hanafiah rukun ijarah hanya satu yaitu ijab dan qabul,
sedangkan menurut jumhur ulama Rukun adalah sesuatu yang harus ada dalam
kontrak, rukun ijarah itu ada empat yaitu:
Jenis Ijarah
1. Ijarah atas Manfaat sendiri disebut juga sewa menyewa, Ijarah atas pekerjaan.
Sewa menyewa (Ijarah) yang bersifat manfaat seperti sewa menyewa tanah
untuk pertanahan, Rumah, Toko, Kendaraan, pakaian dan perhiasan.
2. Sewa- menyewa (ijarah) yang bersifat pekerjaan (jasa) ialah dengan cara
mempekerjakan seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan. Ijarah menurut
ulama fiqih Hukumnya boleh apabila jenis pekerjaan itu jelas seperti buruh
bangunan tukang jahit, tukang cukur, tukang sepatu.
Sewa menyewa (ijarah) seperti ini ada yang bersifat pribadi seperti mengabdi
seorang pembantu rumah tangga, tukang kebun dan ada yang bersifat serikat,
seperti mengabdi buruh pabrik, buruh bangunan dan sebagainya.
Syarat ijarah terdiri empat macam, sebagaimana syarat dalam jual beli, yaitu :
Syarat terjadinya akad (syarat in’iqah ) berkaitan dengan ‘aqid, akad, dan objek
akad. Syarat yang berkaitan dengan ‘aqid adalah berakal, dan mumayyiz (minimal
7 tahun) serta tidak disyaratkan harus baligh menurut Hanafiyah. Akan tetapi, jika
bukan barang miliknya sendiri, akad ijarah anak mumayyiz, dipandang sah bila
diizinkan walinya.
Agar ijarah terlaksana, barang harus dimiliki oleh ‘aqid atau ia memiliki
kekuasaan penuh untuk akad (ahliah).
d. Penjelasan waktu