Anda di halaman 1dari 19

IJARAH DAN

IJARAH
MUNTAHIYA BI AL-
TAMLIK

Pengertian Ijarah Dan
Ijarah Dan Ijarah
Muntahiya Bi-Tamlik

2
Ijarah menurut arti lughat adalah balasan, tebusan, atau pahala.
Menurut syara’ berarti melakukan akad mengambil manfaat
sesuatu yang diterima dari orang lain dengan jalan membayar
sesuai dengan perjanjian yang telah ditentukan dengan syarat-
syarat tertentu pula. Secara terminologi, ada beberapa definisi al-
ijarah yang dikemukakan para ulama fiqh. Menurut ulama
Syafi‟iyah, ijarah adalah akad atas suatu kemanfaatan dengan
pengganti

3
Ijarah Muntahiya Bi Al-Tamlik merupakan kombinasi antara sewa
menyewa (ijarah) dengan jual beli (murabahah) atau hibah di akhir
masa sewa. Al-Ijarah dalam istilah para ulama ialah suatu akad
yang mendatangkan manfaat yang jelas lagi mubah berupa suatu
dzat yang ditentukan ataupun yang disifati dalam sebuah
tanggungan, atau akad terhadap perkerjaan yang jelas dengan
imbalan yang jelas serta tempo waktu yang jelas. Sedangkan At-
Tamlik secara bahasa bermakna menjadikan orang lain memiliki
sesuatu. Sementara itu dalam Undang-undang juga mendefinisikan
Ijarah Muntahiya bi Al-Tamlik berdasarkan Pasal 19 ayat (1)
huruf f UU Perbankan Syariah No.21 Tahun 2008

4

Dasar Hukum, Tujuan Dan
Syarat Rukunnya Ijarah Dan
Ijarah Dan Ijarah Muntahia
Bi-Tamlik.

5
Ayat dalam AlQur’an yang dijadikan sebagai sumber hukum
ijarah:

َّ‫ض ْع َن لَـ ُك ْم فَ ٰا تُ ْوهُنَّ اُ ُج ْو َرهُن‬


َ ‫فَاِ نْ اَ ْر‬

“jika mereka menyusukan (anak-anakmu) untukmu, maka


berikanlah mereka upahnya”. (QS. Al-Thalaq: 6).
Makna dalil yang mengungkapkan “berikanlah mereka upahnya”,
dalam ayat ini yang mengisyaratkan bahwa transaksi upah-
mengupah itu di bolehkan.

6
Selain Al-Qur’an juga ada As-Sunah atau Al-Hadits yang
dijadikan sebagai dasar hukum ijarah. Adapun hadits yang
dijadikan sebagai landasan hukum ijarah adalah sebagai berikut:

༝ ُ‫َأ ْعطُوا ْاَأل ِج ْي َر َأ ْج َرهُ قَ ْب َل َأنْ يَ ِجفَّ َع َرقُه‬.

“Berikanalah upah pekerja sebelum keringatnya kering” (HR. Ibnu


Majah).

Disamping Al-Qur’an dan As-Sunnah, ada juga ijma’ yang dijadikan


sebagai sumber atau landasan hukum ijarah Landasan ijma’nya ialah
umat Islam pada masa sahabat sepakat bahwa ijarah dibolehkan, tidak
ada seorang ulama pun yang membantah (ijma’) ini, meskipun ada
beberapa ulama yang berbeda pendapat.
7
Tujuan dari inplementasi akad ijarah adalah untuk memberikan
fasilitas kepada nasabah yang membutuhkan manfaat atas
barang atau jasa dengan pembayaran tangguh. Objek sewa yang
dapat ditawarkan, antara lain:

1. Properti

2. Alat transportasi

3.Multi jasa (pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaaan, dan lain-


lain)

8
Dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional No:
09/DSN-MUI/IV/2000 tentang Pembiayaan Ijarah, dijelaskan
beberapa rukun Ijarah, di antaranya sebagai berikut:

1. Ada pernyataan ijab qabul (shigat) atau pernyataan sewa dari


kedua pihak.

2. Ada pihak yang melakukan akad, terdiri dari pemberi sewa


(pemilik aset) dan penyewa (pengguna aset)

3. Manfaat dari aset yang disewakan dalam Ijarah harus dijamin oleh
pihak yang menyewakan, dan pihak penyewa wajib menggantinya
dengan pemberian upah (ujrah). 9
Dalam suatu perjanjian sewa-menyewa, penting untuk selalu
memperhatikan syarat-syaratnya agar proses transaksi dapat terjalin
secara sah.

1. Pihak penyelenggara akad, baik penyewa maupun yang menyewakan


tidak atas keterpaksaan.

2. Objek yang disewakan harus berwujud sama sesuai dengan realitas


dan tidak dilebih-lebihkan

3. Pemberian imbalan atau upah dalam transaksi Ijarah harus berwujud


sesuatu yang dapat memberikan keuntungan bagi pihak penyewa

10
Rukun

a. Penyewa (musta’jir) atau dikenal dengan lesse, yaitu pihak yang


menyewa objek sewa. Dalam perbankan, penyewa adalah nasabah.

b. Pemilik barang (mua’ajjir), dikenal dengan lessor, yaitu pemilik


barang yang digunakan sebagai objek sewa.

c. Barang/objek sewa (ma’jur) adalah barang yang disewakan.

d. Harga sewa/ manfaat sewa (ujrah) adalah manfaat atau imbalan yang
diterima oleh mu’ajjir.

e. Ijab Kabul, adalah serah terima barang.

11
Syarat

a. Kerelaan dari pihak yang melaksanakan akad.

b. Ma’jur memiliki manfaat dan manfaatnya dibenarkan dalam


islam, dapat dinilai atau diperhitugkan, dan manfaat atas
transaksi ijarah muntahiya bittamlik harus diberikan oleh lesse
kepada lessor.

12

Ijarah Dan Ijarah Dan
Ijarah Muntahia Bi-Tamlik
Dalam Perbankan Syariah

13
Mengingat kebutuhan masyarakat saat ini yang belum dapat
melakukan pembelian secara tunai, maka akad ijarah dianggap
sebagai salah satu alternatif yang dapat digunakan oleh nasabah
melalui produk yang ditawarkan pada perbankan syariah. Misalkan
pada produk pembiayaan kepemilikan rumah atau KPR di
perbankan syariah. Saat ini trend yang berkembang adalah
maraknya masyarakat yang berinvestasi pada kepemilikan rumah.
Sehingga prospek yang besar apabila perbankan syariah mampu
menjawab kebutuhan masyarakat saat ini dengan memberikan
produk kepemilikan rumah dengan mudah dan sesuai dengan
prinsip Syariah.
14

Kontrak Ijarah Dan
Ijarah Dan Ijarah
Muntahia Bi-Tamlik

15
kontrak yang dilakukan melalui tahapan yang terdiri atas:

a) judul perjanjian;

b) tempat dan waktu perjajian dilakukan;

c) komparisi (dua pihak atau lebih);

d) recitals (alasan-alasan sosial-ekonomi yang

menyebabkan dilakukannya perjanjian); dan

e) ruang lingkup.

16
Para ulama fiqh meyatakan bahwa akad al-ijarah akan berakhir
apabila:

a. Objek hilang atau musnah, seperti rumah terbakar atau baju


yang di jahitkan hilang.

b. Tenggang waktu yang di sepakati dalam akad al-ijarah telah


berakhir. Apabila yang disewakan itu rumah, maka rumah itu
dikembalikan kepada pemiliknya, dan apabila yang disewa itu
adalah jasa seseorang maka ia berhak menerima upahnya.
Kedua hal ini disepakati oleh seluruh ulama fiqh.

17
c. Menurut ulama hanafiyah, wafatnya salah seorang yang berakad. Karena
akad al-ijarah menurut mereka tidak boleh diwariskan. Sedangkan menurut
jumhur ulama, akad al-ijarah tidak batal dengan afatnya salah seorang yang
berakad.

d. Menurut ulama hanafiyah, apabila uzur dari salah satu pihak. Seperti
rumah yang disewakan disita Negara karena terkait utang yang banyak,
maka al-ijarah batal. Uzur-uzur yang dapat mebatalkan akad al-ijarah itu,
menurut ulama Hanafiyah adalah salah satu pihak muflis, dan berpindah
tempat penyewa. Misalnya, seseorang digaji untuk menggali sumur di suatu
desa, sebelum sumur itu selesai penduduk desa itu pindah ke desa lain.
Akan tetapi menurut jumhur ulama, uzur yang boleh membatalkan akad al-
ijarah itu hanyalah apabila objeknya mengandung cacat atas manfaat yang
dituju dalam akal itu hilang, seperti kebakaran dan dilanda banjir.
18
TERIMA
KASIH :)

Anda mungkin juga menyukai