A. PENGERTIAN
Atas konsep ijarah ini terdapat sejumlah definisi yang dikemukakan oleh para
ahli, yaitu:1
Transaksi terhadap suatu manfaat dengan suatu
Ulama Hanafi
imbalan/fee/penukar manfaat.
Transaksi terhadap manfaat tertentu yang dibolehkan,
Ulama Syafi`iyah dapat digunakan dan dengan imbalan (bayaran)
tertentu
Ulama Maliki dan Kepemilikan manfaat atas sesuatu yangdibolehkan,
dalam waktu tertentu dengan imbalan (bayaran
Hambali tertentu
Ijarah adalah menjual manfaat, sehingga yang boleh
disewakan adalah manfaatnya, bukan bendanya.
Berdasarkan hal tersebut dilarang menyewakan
pohon untuk diambil buahnya. Tidak boleh menyewa
kambing untuk diambil susunya, lemaknya, bulunya
atau anaknya. Juga tidak boleh menyewa sungai,
Jumhur Ulama` Fiqih sumur, atau mata air yang diambil airnya. Tidak
boleh menyewa kolam atau danau untuk dipancing
ikannya. Tidak boleh mengontrak padang rumput
untuk mengambil rumputnya, karena rumput adalah
benda. Tidak boleh mengontrak unta jantan untuk
kehamilan yang betina. Juga tidak boleh menyewa
uang dirham dan dinar.2
Transaksi atas suatu manfaat yang mubah yang
Ensiklopedia fiqih berupa barang tertentu atau yang dijelaskan sifatnya
dalam tanggungan pada waktu tertentu. Atau suatu
muamalah transaksi atas suatu pekerjaan yang diketahui dengan
upah yang diketahui pula
Fatwa DSN MUI NO: Ijarah adalah akad pemindahan hak guna (manfaat)
1
Fathurrahman Djamil,Penerapan Hukum Perjanjian Dalam Transaksi Lembaga Keuangan
Syariah(Jakarta: Sinar Grafika, 2012), h. 150-164. Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, Cet. Ke-9,
(jakarta: RajaGrafindo, 2014), h. 113-124. Abdul Rahman Ghazaly, dkk., Fiqh Muamalah, (Jakarta:
Kencana-Prenada Media Group, 2010), h. 275-287. Ibdalsyah dan Hendri Tanjung, Fiqh
Muamalah: Konsep dan Praktik, (Bogor: Azam, 2014), h. 79-81. Gemala Dewi, dkk., Hukum
Perikatan Islam di Indonesia, (Jakarta: Kencana-Prenada Media Group dan Fakultas Hukum UI,
2005), h. 112-115. Peraturan Mahkamah Agung RI No. 2 Tahun 2008, Kompilasi Hukum Ekonomi
Syariah (KHES), Buku II, h. 69-77. Abdullah bin Muhammad Thayyar, dkk., Ensiklopedi Fiqh
Muamalah, (Yogyakarta: Maktabah al-hanif, 2004), h. 311.
2
Lihat: Wahbah Al-Zuhaily, al-fiqh Al-Islam wa adillatuhu, Juz 4 (Damsyik: Dar al-Fikr, 1989), h. 6-
7/57
atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu
melalui pembayaran sewa/upah, tanpa diikuti dengan
09/DSN-MUI/IV/2000
pemindahan kepemilikan barang itu sendiri. Akad
dan No. 112/DSN- ijarah adalah akad sewa antara mu`jir dengan
musta`jir atau antara musta`jir dengan a`jir untuk
MUI/IX2017
mempertukarkan manfa`ah dan ujrah, baik manfaat
barang maupun jasa.
KHES Buku II Bab I Ijarah adalah sewa barang dalam jangka waktu
Pasal 20 ayat (9) tertentu dengan pembayaran
Dengan demikian ijarah adalah akad pemindahan hak atas barang atau jasa
(manfaat) tanpa diikuti dengan perpindahan kepemilikan atas benda yang
dimanfaatkan, melalui pembayaran sewa. Manfaat (jasa) yang disewakan adalah
sesuatu yang dibolehkan Menurut ketentuan syariat dan dapat dimanfaatkan.
Transaksi ijarah didasarkan pada adanya pengalihan hak manfaat atas suatu objek
yang disewakan.
Semua ulama menetapkan bahwa ijarah hukumnya mubah didasarkan pada
dalil Al-Quran antara lain QS. Al-Baqarah [2]:233;QS. Az-Zukhruf [43]:32; QS.
At-Thalaq [65]: QS. Al-Qasash [28]:26 dan sunnah. Ibn Qudamah menguatkan
bahwa kebutuhan atas manfaat sama kuatnya dengan kebutuhan atas benda.3
Sejumlah Fatwa DSN MUI khusus tentang ijarah telah terbit antara lain fatwa
DSN MUI No. 09 tahun 2000 tentang Pembiayaan Ijarah,No. 27 tentang Ijarah
Muntahiyah Bit Tamlik,No. 56 tentang review Ujrah, No. 101 dan 102 tentang
Ijarah Maushufah Fi Dzimmah, serta No. 107 tentang Akad Ijarah.
B. JENIS-JENIS IJARAH
Akad ijarah digolongkan kepada beberapa jeni, yaitu:4
Berkaitan dengan rukun dan syarat ijarah dalam bahasan mengenai syarat
terdapat empat hal yang berkaitan dengan syarat yaitu:pertama, syarat terjadinya
akad (al-in`iqad) yang menghendaki terpenuhinya ketentuan berkaitan dengan
para pelaku akan sewa (`aqidayn), zat (objek) akad sewa, dan tempat
berlangsungnya akad sewa;kedua, syarat pelaksanaan akad (an-nafadz) yang
berkaitan dengan pelaksanaan akad ijarah; ketiga, syarat sahnya ijarah yang
berkaitan dengan keabsahan ajad ijarah yang berhubungan dengan pemenuhan
syarat pihak yang berakad, objek sewa (ma'qud alaih) upah/sewa (ujrah), dan zat
yang dijadikan sebagai bahan sewa (nafs al-`uqud).
Rukun ijarah menurut hanafiyah adalah zigot Ijab dan Qabul sedangkan
menurut mayoritas ulama rukun ijarah ada 4 penjelasan rukun dan syarat ijarah
dijelaskan sebagai berikut.5
Rukun Syarat
Peyewa (`ajir/mu`jir) dan yang menyewa (musta`jir)
1. Baligh, berakal cerdas, memiliki kecakapan untuk
melakukan tasharruf atau mengendalikan harta. Ulama
Hanafiah mensyaratkan berakal dan mumayiz (minimal 7
tahun) dan tidak disyaratkan baligh. Jika menyangkut
barang bukan miliknya maka dipandang sah bila seijin
walinya. Malikiyah mensyaratkan tamyiz sedangkan
transaksi yang belum baligh bergantung keizinan
walinya.Sedangkan Malikiyah dan Syafi`iyah menyaratkan
Ulama mukallaf yaitu baligh dan berakal tidak anak
mumayiz.Tidak sah akad sewa anak kecil dan orang gila.
2. Pihak yang berakad memiliki kekuasaan untuk
melaksanakan akad, di mana penyewa memiliki kemampuan
membayar sewa dan pihak yang menyewakan berhak
menyewakan objek sewa.
3. Adanya saling Rela tidak sah akad sewa yang dipaksakan.
4. Kedua pihak mengetahui manfaat barang yang di sewa
untuk apa disewakan.
Pasal 257: Untuk menyelesaikan suatu proses akad ijarah,
pihak-pihak yang melakukan akad harus mempunyai kecakapan
melakukan perbuatan hukum.
KHES
Pasal 259: Pihak yang menyewakan benda haruslah pemilik,
wakilnya, atau pengampunya.
Fatwa DSN 1. Akad ijarah boleh dilakukan oleh orang (Syakhsiyah
thabi`iyah/natuurlijke person)maupun yang dipersamakan
MUI
dengan orang baik berbadan hukum maupun tidak berbadan
hukum(syakhshiyahi`tibariah/syakhshiyah
hukmiiyah/rechtsperson)berdasarkan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
2. Mu`Jir, Musta`Jir, dan Ajirwajib cakap hukum sesuai
dengan syariah dan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3. Mu`jir wajib melakukan kewenangan (wilayah) untuk
5
Rachmat Syafei, Fiqh Muamalah, h. 125-130. Fathurrahman Djamil, Penerapan Hukum
Perjanjian, h. 155-156. Ibdalsyah dan Hensri Tanjung, Fiqh Muamalah, h. 81-82.Hendi
Suhendi, Fiqh Muamalah, h. 117-118. Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Gay
Media Pratama, 2000), h. 232-235. Abdul Rahman, FiqhMuamalat, h. 279-280. Abdullah
bin Muhammad Thayyar, dkk., Ensklopedi Fiqh Muamalah, h. 311-313., 316-319.
melakukan akad ujrah baik kewenangan yang
bersifatashliyyah maupun niyabiyyah.
4. Mu`jirwajib memiliki kemampuan untuk menyerahkan
manfaat.
5. Musta'jir wajib memiliki kemampuan untuk membayar
ijarah.
6. Ajir wajib memiliki kemampuan untuk menyerahkan jasa
atau
7. Melakukan perbuatan hukum yang dibebankan kepadanya.
Objek sewa (benda/manfaat/pekerjaan/ uang sewa/upah)
Pasal 261:Jika salah satu syarat dalam akad ijarah tidak ada
maka akad itu batal.
Uang Ijarah:
Pasal 262: 1)Uang ijarah tidak harus dibayar apabila akad ijarah
nya batal; 2)Harga ijarah yang wajar atau ujrah Al-mitsli adalah
harga ijarah yang ditentukan oleh ahli yang berpengalaman dan
jujur.
Pasal 264: 1) Uang muka ijarah yang sudah dibayar tidak dapat
dikembalikan kecuali ditentukan lain dalam akad; 2)Uang muka
ijarah harus dikembalikan oleh pihak yang menyewakan jika
pembatalan ijarah dilakukan oleh pihak yang menyewakan;
3)Uang muka ijarah tidak harus dikembalikan oleh pihak yang
menyewakan jika pembatalan ijarah dilakukan oleh pihak yang
akan menyewa.
Para pihak yang melaksanakan transaksi ijarah memiliki hak dan kewajiban
tertentu, yaitu antara lain:6