Anda di halaman 1dari 4

Nama : Kharisma Nurul Fadhilah

NPM : 2151030050
Instansi : UIN Raden Intan Lampung
Prodi : Akuntansi Syariah
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam

MEKANISME KEUANGAN SYARIAH (PENERAPAN AKAD)

BERBASIS AKAD IJARAH

Manusia adalah makhluk sosial yang tak dapat hidup tanpa bantuan orang lain.
Dalam hidupnya, manusia bersosialisi dalam upaya untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Yang termasuk di dalamnya kegiatan muamalah. Sebab, muamalah
merupakan peraturan yang mengatur hubungan antara sesama manusia. Salah satu
bentuk kegiatan manusian dalam lapangan muamalah ialah ijarah.

Dalam memahami pengertian ijarah, ada beberapa definisi yang perlu dipahami.
Secara menyeluruh ijarah adalah akad yang mengikat transaksi pembiayaan sewa bagi
nasabah dan juga pihak bank. Ijarah adalah Akad penyediaan dana dalam rangka
memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan
transaksi sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikian barang itu sendiri.
Sedangkan Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia (DSN
- MUI) yang tertera pada fatwa No. 09/DSN-MUI/IV/2000, ijarah adalah akad yang
berkaitan tentang pemindahan hak guna atau manfaat terhadap suatu barang atau jasa
dalam waktu tertentu. Pemindahan hak tersebut perlu dilengkapi dengan pembayaran
sewa atau upah dari satu pihak ke pihak lainnya.

Ijarah adalah salah satu kegiatan muamalah yang sering kita jumpai dalam
kehidupan sehari-hari yang biasa dikenal dengan sewa-menyewa, upah mengupah
sangan sering dilakukan di masyarakat dan sangat membantu dalam kehidupan.
Karena dengan adanya ijarah orang yang belum bisa membeli barang yang
diinginkannya mereka bisa menyewanya. Dan orang yang memiliki harta tetapi tidak
memiliki tenaga mereka bisa mempekerjakannya. Kegiatan ini tidak dapat dilepas dari
kehidupan sehari-hari baik dilingkungan keluarga maupun masyarakat sekitar kita.
Hal ini juga berlaku pada wilayah lembaga ekonomi seperti bank syariah. Pada
produk yang ditawarkan bank syariah diantaranya terdapat produk yang di perintukan
bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah yang ingin melaksanakan ibadah
umroh ke tanah suci namun belum memiliki kemampuan untuk menanggung biayanya
sekaligus.Pembiayaan Umroh pada Bank Syariah merupakan bentuk pembiayaan
yang bersifat jangka pendek yang dapat digunakan untuk memfasilitasi kebutuhan
biaya perjalanan umroh namun tidak terbatas untuk tiket, akomodasi dan persiapan
biaya umrah lainnya. Kemudian pelunasan biaya dapat dibayar kredit angsuran
pinjaman atau pembiayaan setelah pulang dari umroh, pembayaran cicilan sesuai
dengan jumlah angsuran saat pertama kali pengajuan, karena angsuran tidak berubah
selama masa perjanjian yang telah di sepakati dengan akad ijarah.Dalam setiap
transaksi akad merupakan kunci utama, tanpa adanya akad maka transaksinya
diragukan sebab suatu saat dapat menimbulkan persengketaan. Dalam hal ini akad
yang digunakan ialah akad ijarah, sebab, dalam akad ijarah maka harus terjadi
kejelasan dari unsur-unsur ijarah tersebut yang meliputi objek ijarah dan juga
pengguna jasa. Pelaksanaan penggunaan akad pemindahan hak guna manfaat atas
suatu barang atau jasa dalam waktu yang telah ditentukan melalui pembayaran atau
upah dari pemindahan kepemilikan barang yang disebut akad ijarah.

Rukun Ijarah Menurut mayoritas ulama, Ijarah memiliki empat rukun, Berikut
merupakan rukun dari akad ijarah yaitu :

1) Shighah adalah kesepakatan ijab qabul antara Mu`jir dan Musta`jir.


2) `Aqid (pelaku akad), yaitu mu`jir (penyewa atau pemberi upah) dan
musta`jir (orang yang meminjam dan menerima upah).
3) Ma`qud `alaih adalah segala sesuatu yang ada dan bentuknya masih ada
atau sudah jadi.
4) Ujrah (gaji). Dengan adanya rukun ijarah menandakan bahwa hal ini
merupakan salah satu dari beberapa rukun sewa dan jika tidak terpenuhi
akan membatalkan sewa. Hal ini karena ketentuan sewa pilar merupakan
pilar kumulatif (gabungan), bukan alternatif.

Adapun syarat-syarat dari pelaksanaan ijarah terdiri dari 4 jenis yaitu sebagai
berikut:
a Syarat terjadinya akad (syarat in’iqaq) Mu’jir adalah orang yang
memberikan upah dan menyewakan, musta’jir adalah orang yang
menerima upah untuk melakukan sesuatu yang menyewa sesuatu,
disyaratkan pada mu’jir dan musta’jir adalah baligh, berakal, cakap,
melakukan tasharruf (mengendarlikan harta) dam saling meridhai. Bagi
orang yang berakad ijarah juga disyarat mengetahui manfaat barang yang
diakad kan dengan sempurna sehingga dapat mencegah terjadinya
perselisihan.
b Syarat nafadz (berlangsungnya akad) Shighat ijab qabul antara mu’jir
dan musta’jir , ijab qabul sewa menyewa dan upah mengupah, ijab qabul
sewa menyewa misalnya: aku sewa moror ini setiap hari 5000 maka
musta’jir menjawab aku terima sewa tersebut dengan harga sedemikian.
Ijab qabul upah mengupah. Kuserahkan kebun ini dengan upah 5000
perhari. Maka di jawab dengan akan aku kerjakan dengan apa yang
engkau ucapkan.
c Syarat sahnya akad Disyaratkan diketahui jumlahnya oleh kedua belah
pihak baik dalam sewa menyeawa maupun dalam upah mengupah.
d Syarat mengikatkan akad ( syarat luzum) Barang yang disewakan atau
sesuatu yang dikerjakan dalam upah mengupah, disyaratkan pada barang
yang disewakan dengan beberapa syarat berikut ini:
1) Hendaklah barang yang menjadi objek akad sewa menyewa dan
upah mengupah dapat dimanfaatkan kegunaanya.
2) Hendaklah benda yang menjadi objek sewa menyewa dan upang
mengupah dapat diserahkan kepada penyewa dan pekerja berikut
kegunaanya (khusus dalam sewa menyewa).
3) Manfaat dari benda yang disewa adalah perkara yang mubah
(boleh) menurut syara’ bukan hal yang dilarang (diharamkan).
4) Benda yang disewakan disyaratkan kekal ‘ain (zat) nya hingga
waktu yang ditentukan menurut perjanjian dalam akad.

Sebagaimana yang telah diinformasikan sebelumnya, akad ijarah adalah akad


yang hanya melandasi kesepakatan sewa tanpa adanya unsur perpindahan
kepemilikan. Namun, dalam menjalankan akad tersebut ada ketentuan yang perlu
dipenuhi. Adapun ketentuanlain dari akad ijarah yaitu Selain syarat, ada juga
ketentuan mengenai objek transaksi yang perlu disepakati terlebih dahulu. Pertama-
tama objek ijarah yang menjadi pusat dari transaksi tersebut harus jelas ada, baik
bentuk dan juga informasi mengenai manfaatnya. Selain itu, obyek yang hendak
disewa juga harus berupa dan didapatkan melalui kondisi yang halal dan sesuai
dengan ajaran Islam. Barang yang jadi transaksi juga memerlukan izin dari
pemiliknya terlebih dahulu. Dengan ketentuan tersebut, maka akad ijarah baru bisa
dijalankan.

Referensi:

Mariah, S. (2010). Mekanisme Pelaksanaan Akad Ijarah (Sewa-Menyewa) Di


Cabang Pegadaian Syariah Banjarmasin.

Hudafi, H., & Lakuanine, A. B. (2021). Penerapan akad ijarah dalam produk
pembiayaan bank syariah. Jurnal Ekonomi Syariah Institut Agama Islam
Negeri Sultan Amai Gorontalo, volm, 2.

Sukmaningrum, D. A. S., & Yazid, M. (2022). Analisis Akad Ijarah Dalam Praktik
Produk Pembiayaan Lembaga Keuangan Di Indonesia. Al Fiddhoh: Journal
Of Banking, Insurance, And Finance, 3(2), 81-97.

Anda mungkin juga menyukai