(Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia)
Disusun Oleh:
i
1444 H/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah, taufik, serta
inayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Penggunaan ejaan dalam
bahasa Indonesia”. Sholawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang membimbing kita menuju jalan yang diridhoi oleh-Nya.
Terima kasih kepada dosen yaitu Ibu Zathu Restie Utamie, M.Pd. selaku dosen
pengajar yang telah memberikan ilmunya dan membimbing kepada kami selama proses
perkuliahan. Dalam pembuatan makalah ini penulis telah berusaha semaksimal mungkin
agar dapat bermanfaat bagi para pembaca. Adapun penulisan makalah ini merupakan
bentuk dan pemenuhan tugas mata kuliah Bahasa Indonesia.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi kita, dan penulis mengharapkan
masukan, kritik dan saran dari para pembaca. Karena penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL
KATA PENGANTAR.................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................2
C. Tujuan.............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
B. Penulisan Kata..................................................................................................6
A. Kesimpulan....................................................................................................21
B. Saran...............................................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA
iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Secara umum orang menganggap bahwa ejaan berhubungan dengan
melisankan bahasa. Hal itu terjadi karena orang terikat pada kata atau nama itu.
Didalam bahasa, sebetulnya ejaan berhubungan dengan ragam bahasa tulis.
Ejaan adalah cara menuliskan bahasa (kata atau kalimat) dengan menggunakan
huruf dan tanda baca.Di dalam perkembangannya, bahasa Indonesia pernah
menggunakan beberapa macam ejaan. Mulai tahun 1901, penulisan bahasa
Indonesia (waktu itu masih bernama bahasaMelayu) dengan abjad Latin
mengikuti aturan ejaan yang disebut Ejaan van Ophusyen.Peraturan ejaan itu
digunakan sampai bulan Maret 1947, yaitu ketika dikeluarkan peraturan ejaan
yang baru oleh Menteri Pengajaran, Pendidikan dan Kebudayaan, Mr.Soewandi
dengan Surat Keputusan No. 264/Bhg. A. tanggal 19 Maret 1947 (kemudian
diperbaharui dengan lampiran pada Surat Keputusan tanggal 1 April 1947,
No.345/Bhg. A). Peraturan ejaan yang baru itu disebut Ejaan Republik atau
Ejaan Soewandi. Pada saat ini bahasa Indonesia menggunakan ejaan yang
disebut Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan mulai Agustus 1972,
setelah diresmikan didalam pidato kenegaraan Presiden Suharto pada tanggal 16
Agustus 1972. Di dalampedoman itu diatur hal-hal mengenai (1) Pemakaian
huruf, (2) Penulisan huruf, (3) Penulisan kata, (4) Penulisan unsur serapan.
Berikut ini disajikan beberapa segi yang dirasakan belum mantap mengenai
penerapan aturan ejaan seperti yang dikemukakan didalam pedoman itu, yaitu
beberapa hal yang menyangkut pemakaian huruf, penulisan huruf, penulisan
kata dan penulisan unsur serapan.
Seperti kita ketahui, bahasa Indonesia tidak hanya terdiri dari bahasa murni
asli Indonesia saja. Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia juga menyerap
unsur dari pelbagai bahasa lain, baik bahasa daerah maupun bahasa asing,
seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, ataupun Inggris. Berdasarkan taraf
integrasinya, unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua
golongan besar yaitu: Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap
ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, l’ exploitation
del’homme par l’homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa
Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur
pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa
Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya
sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk
asalnya. Misalnya saja central menjadi sentral, accomodation menjadi
akomodasi, rhythm menjadi ritme, dan scenography menjadi senografi. Selain
kata-kata di atas, tentunya masih banyak perbendaharaan kata lain yang harus
disesuaikan dengan EYD.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penulisan huruf
2. Bagaimana penulisan kata
3. Bagaimana penggunaan tanda baca
4. Bagaimana penulisan unsur serapan
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penulisan huruf
2. Untuk mengetahui penulisan kata
3. Untuk mengetahui penggunaan tanda baca
4. Untuk mengetahui penulisan unsur serapan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penulisan Huruf
1. Penulisan Huruf Kapital atau Huruf Besar
Dalam Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan
terdapat lima belas kaidah penulisan huruf kapital. Berikut ini disajikan beberapa
hal yang perlu diperhatikan:
a. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menuliskan ungkapan yang
berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk
kata ganti untuk Tuhan.
Contoh:
Alloh SWT atas rahmat-Ku
Nabi Muhammad SAW dengan kuasa-Nya
Al Qur’an dengan izin-Mu
Akan tetapi, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama untuk
menuliskan kata-kata, seperti imam, makmum, doa, puasa, dan misa.
Contoh:
Ia diangkat menjadi imam masjid dikampungnya.
Saya akan mengikuti misa digereja itu.
b. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama gelar kehormatan, keturunan, dan
keagamaan yang diikuti nama orang.
Contoh:
Sultan Hasanuddin
Andi Pangeran Pettarani
Imam Hambali
Nabi Ibrahim
Akan tetapi, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama gelar
kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang tidak diikuti nama orang.
Benar Salah
ayahnya menunaikan Ayahnya menunaikan
ibadah haji Ibadah Haji
sebagai seorang sultan Sebagai seorang Sultan
c. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan dan pangkat yang
diikuti nama orang , nama instansi, atau nama tempat.
Contoh:
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
Gubernur Syahrul Yasin Limpo
Rektor Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar
Huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama jabatan dan pangkat yang
tidak diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat.
3
Contoh:
Sebagai seorang gubernur yang baru, ia berkeliling di daerahnya
untuk berkenalan dengan masyarakat yang dipimpinnya.
(bukan)
Sebagai seorang Gubernur yang baru, ia berkeliling di daerahnya
untuk berkenalan dengan masyarakat yang dipimpinnya.
d. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
Contoh:
bangsa Indonesia
suku Jawa
bahasa Mandar
Perhatikan penulisan berikut:
mengindonesiakan kata-kata asing
keinggris-inggrisan
e. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, hari raya,
dan peristiwa sejarah.
Contoh:
Benar Salah
tahun Hijriah Tahun Hijriah
tahun Masehi Tahun Masehi
bulan Agustus Bulan Agustus
Perang Diponegoro perang Diponegoro
Proklamasi Kemerdekaan proklamasi kemerdekaan
Republik Indonesia republik Indonesia
f. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas dalam geografi.
Contoh:
Benar Salah
Teluk Bone teluk Bone
Gunung Bawakaraeng gunung Bawakaraeng
Danau Tempe danau Tempe
Selat Selayar selat Selayar
Sungai Jeneberang sungai Jeneberang
Asia Tenggara asia tenggara
4
g. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga
pemerintahan dan ketatanegaraan, serta nama dokumen resmi.
Contoh:
Departemen Pendidikan Nasional
Dewan Perwakilan Rakyat
Undang-Undang Dasar
Perhatikan penulisan berikut:
Benar
Dia menjadi pegawai di salah satu departemen.
Menurut undang-undang, perbuatan itu dapat.
Salah
Dia menjadi pegawai di salah satu Departemen.
Menurut Undang-Undang, perbuatan itu dapat.
h. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penghubung kekerabatan,
seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata
ganti atau sapaan.
Contoh:
Kapan Bapak berangkat?
Apakah itu, Bu?
Surat Saudara sudah saya terima.
Saya akan disuntik, Dok?
Di mana rumah Bu Hanifah?
Perhatikan penulisan berikut:
Benar
Kami sedang menunggu Bu Guru.
Rumah Pak Guru terlekat di tengah-tengah kota.
Menurut keterangan Bu Dokter penyakit saya tidak parah.
Salah
Dia menjadi pegawai di salah satu Departemen.
Menurut Undang-Undang, perbuatan itu dapat.
i. Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda.
Contoh:
Benar
Tahukah Anda bahwa gaji pegawai negeri dinaikkan?
Apakah kegemaran Anda?
Salah
Tahukah anda bahwa gaji pegawai negeri dinaikkan?
Apakah kegemaran anda?
2. Huruf Miring
Huruf miring dalam cetakan, yang dalam tulisan tangan atau ketikan
dinyatakan dengan tanda garis bawah, dinyatakan untuk (1) menuliskan nama
5
buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan (2) menegaskan atau
mengkhususkan huruf , bagian kata, atau kelompok kata, dan (3) menuliskan kata
nama-nama ilmiah, atau ungkapan asing, kecuali kata yang telah disesuaika
ejaannya.
Contoh:
Sudahkah Anda membaca buku I La Galigo?
Majalah Dunia Pendidikan sangat digemari oleh guru.
Harian Fajar dapat merebut hati pembacanya.
Nama Latin untuk buah manggis adalah Carcinia Mangostana
3. Huruf Tebal
B. Penulisan Kata
Penulisan kata yang masih perlu diperhatikan sebagai berikut:
1. Cara Penulisan Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Contoh:
Ibu percaya bahwa engkau bisa
Kantor pajak penuh sesak
Buku itu sangat tebal
2. Cara Penulisan Kata Turunan
a. Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Contoh:
Dikelola Penetapan
Menengok Mempermainkan
b. Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai
dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya.
Contoh:
Bertepuk tangan Garis bawahi
Sebar luaskan
c. Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran
sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai.
Contoh:
Menggarisbawahi Menyebarluaskan
Dilipatgandakan Penghancurleburan
d. Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasa, gabungan
kata itu ditulis serangkai.
Contoh:
Adipati Mahasiswa
Aerodinamika Mancanegara
Antarkota Narapidana
Audiogram Nonkolaborasi
6
Pancasila Bikarbonat
Biokimia Paripurna
Dasawarsa Poligami
Pramugari Dekameter
Prasangka Reinkarnasi
3. Cara Penulisan Bentuk Kata Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung
(-).
Contoh:
Anak-anak buku-buku
Hati-hati huru-hara
Biri-biri lauk-pauk
Mondar-mandir porak-poranda
Kuda-kuda sayur-mayur
Ramah-tamah tukar-menukar
Kupu-kupu tukar-menukar
Laba-laba terus-menerus
Mata-mata sia-sia
4. Cara Penulisan Gabungan Kata
a. Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus,
unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Contoh:
Duta besar mata pelajaran
Orang tua simpang empat
Kambing hitam meja tulis
Persegi panjang rumah sakit umum
b. Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Contoh:
Ibu-bapak kami anak-istri saya
c. Gabungan kata berikut ditulis serangkai
Contoh:
Acapkali manakala
Adakalanya manasuka
Akhirulkalam mangkubumi
Alhamdulillah astagfirullah
Olahraga bagaimana
Padahal barangkali
Beasiswa peribahasa
Belasungkawa bismillah
Radioaktif saputangan
7
Daripada saripati
Kacamata sukarela
5. Cara Penulisan Kata Ganti ku, kau, mu, dan nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
sedangkan kata -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang
mendahuluinya.
Contoh:
Apa yang kumiliki boleh kauambil.
Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
6. Cara Penulisan Kata depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya
kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata
seperti kepada dan daripada.
Contoh:
Kain itu terletak di dalam lemari.
Bermalam semalam di sini.
Di mana Siti sekarang.
Mereka ada di rumah.
Mari kita berangkat ke pasar.
Catatan: kata-kata yang dicetak miring dibawah ini ditulis serangkai.
Contoh:
Si Amin lebih tua daripada Si Ahmad.
Ia masuk, lalu keluar lagi.
Bawa kemari gambar itu.
7. Cara Penulisan Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Contoh:
Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
Surat itu dikirimkan kembali kepada si pengirim.
8. Cara Penulisan Partikel
a. Partikel –lah dan –kah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Bacalah buku itu baik-baik.
Makassar adalah tempat yang indah.
Siapakah gerangan dia?
b. Partikel pun ditulis terpisah dari kata dari kata yang mendahuluinya.
Contoh:
Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
Jika ibu pergi, adik pun ingin pergi.
Catatan: kelompok yang lazim dianggap padu, misalnya adapun, andaipun,
ataupun, bagaimanapun, biarpun, kendatipun, maupun, meskipun, seklipun,
sungguhpun, dan walaupun ditulis serangkai.
8
Contoh:
Adapun sebab-sebabnya belum diketahui.
Bagaimanapun juga akan dicobanya menyelesaikan tugas itu.
c. Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari
bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.
Contoh:
Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
Mereka masuk ke dalam ruangan satu per satu.
Harga kain itu Rp 2.000.00 per helai.
9. Cara Penulisan Angka dan Lambang Bilangan
a. Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam
tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Contoh :
Angka Arab : 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9
Angka Romawi : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX
b. Angka digunakan untuk menyatakan (1) ukuran panjang, berat, luas, dan isi, (2)
satuan waktu, (3) nilai uang, dan (4) kuantitas.
Contoh:
0,5 sentimeter 1 jam 20 menit
5 kilogram pukul 15.00
10 liter tahun 1928
c. Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen,
atau kamar pada alamat.
Contoh:
Jalan Sultan Alauddin II No.3
Hotel Indonesia, Kamar 23
d. Angka digunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci.
Contoh:
Bab I, Pasal 2, halaman 23
Surah Yasin: 9
e. Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut:
Contoh:
1) Bilangan utuh
Contoh:
Dua belas 12
Dua puluh dua 22
2) Bilangan pecahan
Contoh:
Setengah ½
Tiga perempat ¾
Satu persen 1%
9
f. Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang
berikut.
Contoh:
Paku Buwono X
Paku Buwono ke-10
Paku Buwono kesepuluh
Bab II
Bab ke-2
Bab kedua
g. Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran –an mengikuti cara
berikut (lihat juga keterangan tentang tanda hubung, Bab V, Pasal E, Ayat 5).
Contoh:
Tahun ’50-an atau tahun lima puluhan
Uang 5000-an atau uang lima ribuan
h. Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis
dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan.
Contoh:
Amir menonton drama itu sampai tiga kali.
Ayah memesan tiga ratus ekor ayam.
i. Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu,
susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.
Contoh:
Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu.
Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
Bukan:
15 orang tewas dalam kecelakaan itu.
Dua ratus lima puluh orang tamu diundang Pak Darmo.
j. Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian
supaya lebih mudah dibaca.
Contoh:
Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
Penduduk Indonesia berjumlah lebih dari 120 juta orang.
k. Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks
kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi.
Contoh:
Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai
Di lemari itu tersimpan 805 buku dan majalah.
Bukan:
10
Kantor kami mempunyai 20 (dua puluh) orang pegawai.
Di lemari itu tersimpan 805 (delapan ratus lima) buku dan majalah.
l. Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus
tepat.
Contoh:
Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp 999,75 (sembilan
ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus
rupiah).
11
Tetapi:
a.n. atas nama
d.a. dengan alamat
u.b. untuk beliau
u.p. untuk perhatian
4) Lambang kimia, singkatan satuan ukuran, takaran, timbangan, dan mata
uang tidak diikuti tanda titik.
Contoh:
Cu kuprum
TNT trinitrotoluen
kVA kilovolt-ampere
kg kilogram
Rp rupiah
b. Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku
kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan
sebagai kata.
1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Contoh:
ABRI Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
LAN Lembaga Administrasi Negara
SIM Surat Izin Mengemudi
2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf
dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal huruf kapital
Contoh:
Akabri Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia
Bappenas Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
Kowani Kongres Wanita Indonesia
3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis
dengan huruf kecil.
Contoh:
pemilu pemilihan umum
rapim rapat pimpinan
rudal peluru kendali
12
b. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan nama orang.
Misalnya: A. S. Kramawijaya
c. Tanda titik dipakai pada akhir singkatan gelar, jabatan, pangkat, dan sapaan
Misalnya: Dr. (Doktor)
S.Pd (Sarjan Pendidikan)
Yth (Yang Terhormat)
S.Ag (Sarjana Agama)
4. Tanda Hubung ( - )
a. Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar yang terpisah oleh
pergantian baris.
Misalnya:... ada cara ba-
ru juga
b. Tanda hubung menyambung awalan dengan bagian kata di belakangnya, atau
akhiran dengan bagian kata di depannya pada
Misalnya:.. . cara baru meng-
ukur panas
Akhiran -i tidak dipenggal supaya jangan terdapat satu huruf saja pada
pangkal baris.
c. Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya: anak-anak
13
5. Tanda Pisah ( - )
a. Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan
khusus di luar bangun kalimat.
Misalnya: Kemerdekaan bangsa itu -saya yakin akan tercapai-
diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
b. Tanda pisah menegaskan adanya aposisi atau keterangan yang lain sehingga
kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya: Rangkaian penemuan ini-evolusi, teori kenisbisan, dan kini
juga pembedahan atom- tidak mengubah konsepsi kita tentang alam
semesta.
7. Tanda Elipsis ( ... )
14
Misalnya: Faktor-faktor produksi menyangkut masalah berikut:
(a) alam,
(b) tenaga kerja, dan
(c) modal.
11. Tanda Kurung Siku ([... ])
Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi
atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda
itu jadi isyarat bahwa kesalahan itu memang terdapat di dalam naskah asal.
Misalnya: Sang Sapurba men[d] engar bunyi gemerisik.
12. Tanda Petik ("... ")
a. Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan,
naskah, atau bahan tertulis lain. Kedua pasang tanda petik itu ditulis sama
tinggi di sebelah atas baris.
Misalnya: "Sudah siap?" tanya Awal.
"Saya belum siap," seru Mira, "tunggu sebentar!"
b. Tanda petik mengapit judul syair, karangan, dan bab buku, apabila dipakai
dalam kalimat.
Misalnya: Bacalah "Bola Lampu" dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu
Tempat.
13. Tanda Petik Tunggal ( ' ... ' )
a. Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan
lain.
Misalnya: Tanya Basri, "Kaudengar bunyi 'kring-kring' tadi?
b. Tanda petik tunggal mengapit terjemahan atau penjelasan kata atau
ungkapan asing (Lihat pemakaian tanada kurung)
Misalnya: rate of inflation ’laju inflasi’
14. Tanda Ulang ( ...2 ) (angka 2 biasa)
Tanda ulang dapat dipakai dalam tulisan cepat dan notula untuk menyatakan
pengulangan kata dasar.
Misalnya: kata2
15. Tanda Garis Miring ( / )
a. Tanda garis miring dipakai dalam penomoran kode surat.
Misalnya: No. 7/PK/1973
b. Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, per, atau nomor
alamat.
Misalnya: mahasiswa/mahasiswi
harganya Rp 15,00/lembar
Jalan Daksinapati IV/3
15
reshuffle, shuttle cock, dan long march. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks
bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia dan diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih
dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.
Di samping itu, akhiran yang berasal dari bahasa asing diserap sebagai bagian
kata yang utuh. Kata sepertistandardisasi, implementasi, dan objektif diserap secara
utuh di samping kata standar, implemen, dan objek.
Pedoman EYD mengatur kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur-unsur
serapan. Beberapa kaidah yang berlaku misalnya c di muka a, u, o, dan konsonan
menjadi k (cubicmenjadi kubik, construction menjadi konstruksi), q menjadi
k(aquarium menjadi akuarium, frequency menjadi frekuensi), ftetap f (fanatic
menjadi fanatik, factor menjadi faktor), phmenjadi f (phase menjadi fase, physiology
menjadi fisiologi).
Akhiran-akhiran asing pun dapat diserap dan disesuaikan dengan kaidah
bahasa Indonesia. Misalnya akhiran -agemenjadi -ase, -ist menjadi -is, -ive menjadi -
if.
Akan tetapi, dengan berbagai kaidah unsur serapantersebut, kesalahan
penyerapan masih sering kali dilakukan oleh para pemakai bahasa. Pujiono
menemukan kata sportifitas lebih banyak muncul di Google dibandingkan kata
sportivitas, demikian pula dengan kata aktifitas dibandingkan dengan kata aktivitas.
Satu hal lagi, bahasa Indonesia memang termasuk luwes dalam menerima dan
menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain. Namun keluwesan ini hendaknya tidak
membuat kita serampangan dalam membentuk istilah baru dan mengabaikan
khazanah bahasa kita.
C di muka a,u,oa,dan konsonan menjadi k
Calomel kalomel
Construction konstruksi
Cubik kubik
Coup kup
C (sanskerta) menjadi s
Cabda sabda
Castra sastra
Ee (Belanda) menjadi e
Stratosffer stratosfer
System system
16
Iota iota
Oo (inggris) menjadi u
Cartoon kartun
Proof pruf
Pool pul
Oo (Belanda) menjadi u
Kompoor kompor
Provost provos
Tetapi:
Mass massa
Catatan:
1. Unsur pungutan yang sudah lazim dieja secara Indonesia tidak perlu lagi
diubah
Misalnya:
Kabar Sirsak
Iklan Perlu
Bengkel Hadir
Sekalipun dalam ejaan yang disempurnakan huruf q dan x diterima sebagai bagian
abjad bahasa Indonesia, unsur yang mengandung kedua huruf itu di Indonesiakan
17
menurut kaidah yang terurai di atas. Kedua huruf itu dipertahankan dalam penggunaan
tertentu saja seperti dalam pembedaan nama dan istilah khusus.
Di samping pegangan untuk penulisan unsur serapan tersebut di atas, berikut ini
didaftarkan juga akhiran-akhiran asing serta penyesuaiannya dalam bahasa Indonesia.
Akhiran itu diserap bagian kata yang utuh. Kata seperti standarditasi, efektif, dan
implementasi diserap secara utuh di samping kata standar,efek,dan implement.
-aat (Belanda) menjadi –at
advokaat advokat
plaat pelat
-eel (Belanda) yang tidak ada padanannya dalam bahasa Inggris menjadi –il
matereel materiil
morel moril
18
-ic, -ics, -ique, -iek, -ica (nomina) menjadi -ik, ika
logic, logica logika
phonetics, ponetiek fonetik
ic (nomina) menjadi ik
electronic elektronik
statistic statistik
19
-oir(e) menjadi -oar
trotoir trotoar
repertoire repertoar
Demi keseragaman, sumber rujukan yang diutamakan ialah istilah inggris yang
pemakaiannya sudah internasional, yakni yang dilazimkan oleh para ahli dalam
bidangnya. Penulisan istilah itu sedapat-dapatnya dilakukan dengan mengutamakan
ejaannya dalam bahasa sumber tanpa mengabaikan segala lafal.
Misalnya:
Bound morpheme morfem terikat
Clay colloid koloid lempung
Clearance volume ruang bakar
Subdivision subbagian
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kesimpulan pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Pemakaian huruf sesuai dengan pedoman EYD diantaranya yaitu huruf abjad, huruf
vokal, huruf konsonan, huruf diftong, dan pemenggalan kata.
2. Penulisan huruf sesuai dengan pedoman EYD meliputi huruf kapital dan huruf miring.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam menuliskan ungkapan yang
berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama Tuhan, termasuk
kata ganti untuk Tuhan dan lain sebagainya. Huruf miring dalam cetakan, yang
dalam tulisan tangan atau ketikan dinyatakan dengan tanda garis bawah,
dinyatakan untuk (1) menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang
dikutip dalam karangan (2) menegaskan atau mengkhususkan huruf , bagian kata,
atau kelompok kata, dan (3) menuliskan kata nama-nama ilmiah, atau ungkapan
asing, kecuali kata yang telah disesuaika ejaannya
3. Penulisan kata sesuai dengan pedoman EYD meliputi kata dasar, kata turunan, bentuk
ulang, kata ganti, kata depan, partikel, singkatan, angka dan lambang bilangan.
4. bahwa ada sebagian kecil dari bahasa Indonesia berasal dari bahasa asing maupun
bahasa daerah yang sudah dijadikan bahasa baku yang sesuai dengan EYD yang
disebut dengan unsur serapan. Berdasarkan taraf integrasinya unsur serapan dalam
bahasa Indonesia dapat dibagi atas, unsur serapan yang belum sepenuhnya
terserap ke dalam bahasa Indonesia dan unsur serapan yang pengucapan dan
penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia.
B. Saran
Sudah selayaknya kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia dapat
menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar khususnya dalam bahasa
tulis. Dengan adanya penjabaran tentang pamakaian EYD diharapkan para
pembaca dapat memahami dan menerapkan penggunaan EYD dalam pembuatan
suatu karya tulis.Dan semoga penjabaran ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
21
DAFTAR PUSTAKA
Lukman, Ali. 2000. Sejarah Ejaan Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa,
Departemen Pendidikan Nasional.
Tarigan, Henry Guntur. 1984. Pengajaran Ejaan Bahasa Indonesia. Bandung: Angkasa.
Tim Pusat Bahasa. 2005. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka.
J.S Badudu; 1986, Inilah Bahasa Indonesia Yang Benar, Gramedia. Jakarta.
22