Anda di halaman 1dari 45

Nukhbatulbidayati haka, M.

Pd
LEMBAR KERJA MAHASISWA BAGIAN B
EVALUASI PEMBELAJARAN BIOLOGI
“Membuatrancangankisikisi instrument danskoringpenilaiansikap
(afektif) danpengetahuan (kognitif)”

CPMK SUB-CPMK
Mampumenelaah, mendifrensiasikan, 1. Mahasiswamampumembuatran
menganalisiskonsepevaluasihasilbelajarbiologi yang canganteknikdan instrument
inovatifdalambentukpresentasi, mind mapping, menghasilkan penilaiankompetensisikap
instrument penilaiandenganmenggunakan media, (afektif) (M2)
sumberbelajarberbasis IPTEK
sertadikaitkandalamkontekssituasi di
lapangandenganmenjunjungtingginilaikemanusiaandalammenj
alankantugasberdasarkan agama, moral, danetika (S2, P17,
KU1)
Mampumerencanakansecaramandiri, 2. Mahasiswamampumembuatran
melaksanakandanmenentukannilaiakhirevaluasihasilbelajarbiol canganteknikdan instrument
ogidenganbertanggungjawab, menghargaipendapat orang lain penilaiankompetensipengetahu
sertamenjunjungetika (S2, S5, P14, KU2, KK6) an (kognitif) (M2)

INDIKATOR

1. Merancangkisikisiinstrumendanskoringpenilaiansikap

2. Merancangkisikisiinstrumensikapilmiah, self assessment, peer assessment

3. Merancangkisikisiinstrumen self regulatio learning, self efficacy, instrumengayabelajar, instrumenmotivasibelajar,

daninstrumennilainilaikeislaman

4. Merancangkisikisiinstrumendanskoringpengetahuan (kognitif)

5. Merancangkisikisiinstrumentessubjektifdanobjektif

6. Merancangkisikisiinstrumenmetakognisi

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


7. Merancangkisikisiliterasisains

8. Merancangksiikisiinstrumen HOTS

9. Merancangkisikisiinstrumenkemampuanberpikirkrtisdankreatif, miskonsepsisertapemahamankonsep

IDENTITAS

NO Nama Individu NPM Kelas

RANI ADILAH 2011060321 B

FOTO DIRI
(sertakanfotomudisini
(pastikanwajahterlihatjelas

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


PETUNJUK KERJA

1. Bacalah dan pahamimateri yangdisajikan di bawahini.


2. Anda dapatmelakukanrekognisimelaluitelaahrefrensi dan
jurnalnasionalmaupuninternasionalterindeksdalamkurunwaktu 3
tahunterakhir
3. Jika adarefrensirelevan yang andagunakansematkandalam daftar
Pustaka dan gunakanrefrensidalambentuksitasi footnote
dalammenjawab LKM ini
4. Selanjutnyaandadapatmenjawabbeberapatugas, pernyataan,
ataupunpertanyaan yang disajikan di bawahsebaikmungkin
5. Kerjakandenganbaik, dan lakukandengansungguhsungguh.
6. Setelahnyaandawajibmempersiapkanjawabanuntuksetiap item
pertanyaandalam LKM inidengansebaikmungkin
7. LKMdikumpulkanmaksimalhariMingguTanggal2
p April
2023dalam Trello, sesuai card kelasnya
8. LKM dikumpulkandalamforman (.pdf)
9. PersiapkanDiri Anda
dengansebaikmungkinkonfirmasikeseluruhandalamsesiperkuliah
an di tanggal 3-7 April 2023 via Zoommeeting.
10. LKM inimengcoverpertemuan5 dan 6 (mulaidaritanggal 30
sd 2 april 2023)
11. Anda diwajibkanselaluabsenmelaluielearning dan Trello
sesuai jam perkuliahan dan hariperkuliahan
12. Pelaporankejurusan (kewajibankosma) silahkan di
tandaidengankegiatanbelajarmandiri, ss bagiankegiatan yang
andalakukanuntukpertemuan 5 dan 6 (mulaidaritanggal 30 sd 2
april 2023)

SELAMAT MENGERJAKAN
Do the best^_^
Nukhbatulbidayati haka, M.Pd
Kegiatanpembelajaran

1. Objective Finding
Anda di wajibkanmenyimakpaparanpenyajimateridalam link gdrive yang disematkan di bawahini,
proses penelaahan di perbolehkanlintaskelasuntukmendapatkanpemahaman yang komprehensif.
Silahkanlakukanpemahamandanpengamatanlebihdahuluke link :
a. Kelas a :
https://drive.google.com/drive/folders/1aZ1oe8ZOOgsXwVuMvhyklDzK_UqgpM0o?usp=shari
ng
b. Kelas B : https://drive.google.com/drive/folders/1_2k_NyVVEtjKY4xOK-H4o8GXeq-
y3DYW?usp=sharing
c. Kelas C :
https://drive.google.com/drive/folders/1WW4HrVzpjmPtJPB17Aqqp9mXvXX495ll?usp=sharin
g
d. Kelas D :
https://drive.google.com/drive/folders/1jaIPEhoicyKRIDSJuOfXxjcvld5rWh9G?usp=sharing
e. Kelas E :
https://drive.google.com/drive/folders/18cQq8UeB3iA91TXpXLcYxK4Jj0B065ZJ?usp=sharing
f. Kelas F :
https://drive.google.com/drive/folders/1SF_yaaLJlgwNP4pvqgrP3od3UOxYy4La?usp=sharing

A. Setelah mengamati dan menganalisis video serta refrensi yang disajikan tim penyaji,
buatkan dalam bentuk mind mapping/tabulasi/peta konsep (pilih salah satu) yang
dapat merangkum ulasan “Membuat rancangan kisi-kisi instrument dan scoring penilaian sikap
(afektif) dan pengetahuan (kognitif)”?

Jawab :
1. Membuat rancangan kisi-kisi instrument dan scoring penilaian sikap (afektif)

Kisi-Kisi Ranah Afektif

Satuan Pendidikan : SMA

Kelas/Semester : X/Ganjil

Mata Pelajaran : Biologi

Materi : Keanekaragaman hayati

No. Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Level Jenis

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


Kompetensi Penilaian
1. 1.1 Mengaggumi 1.1.1 Peserta didik kelas Menerima Skala
keteraturan dan X menyatakan (A1) Likert
kompleksitas kekaguman ciptaan
ciptaan Tuhan Tuhan dalam
tentang materi
keanekaragaman keanekaragaman
hayati, ekosistem, hayati.
dan lingkungan
hidup.

1.2 Menyadari dan 1.2.1 Peserta didik kelas Menerima Skala


mengagumi pola X mengikuti (A1) Likert
pikir ilmiah dalam arahan guru
mengamati mengenai berpikir
kemampuan ilmiah dalam
bioproses. mengamati
keanekaragaman
hayati setelah
mendengarkan
guru.
2. 2.1 Berperilaku ilmiah 2.1.1 Peserta didik kelas Menerima Skala
: teliti, tekun, jujur X mengikuti (A1) Likert
terhadap data dan arahan guru
fakta, disiplin, mengenai cara
tanggung jawab, berperilaku ilmiah
dan peduli dalam dalam materi
observasi dan keanekaragaman
eksperimen, berani hayati setelah
dan santun dalam mendegarkan guru.
mengajukan
pertanyaan dan
berargumentasi,
peduli lingkungan,
gotong royong,
bekerjasama, cinta
damai,
berpendapat secara
ilmiah dan kritis,

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


responsif dan
proaktif dalam
setiap tindakan dan
dalam melakukan
pengamatan dan
percobaan didalam
kelas/laboratorium
maupun diluar
kelas/laboratorium.
2.2 Peduli terhadap 2.2.1 Peserta didik kelas Menerima Skala
keselamatan diri X menanyakan (A1) Likert
dan lingkungan hubungan hasil
dengan observasi berbagai
menerapkan keanekaragaman
prinsip hayati dan usulan
keselamatan kerja upaya pelestarian
saat melakukan keanekaragaman
kegiatan hayati di Indonesia
pengamatan dan melalui diskusi
percobaan di kelompok.
laboratorium dan 2.2.2 Peserta didik kelas Menerima Skala
di lingkungan X menyatakan (A1) Likert
sekitar. peduli terhadap
keselamatan
keanekaragman
hayati dan
lingkungan
dengan
menerapkan
prinsip
keselamatan kerja
saat melakukan
kegiatan
pengamatan dan
percobaan di
lingkungan sekitar
setelah melakukan
diskusi.
2.2.3 Peserta didik kelas Merespon Skala
X mendiskusikan (A2) Likert

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


hasil observasi
berbagai
keanekaragaman
hayati dan
ancaman
pelestarian
berbagai
keanekaragaman
dengan
menerapkan
prinsip
keselamatan kerja
saat melakukan
kegiatan
pengamatan dan
percobaan di
laboratorium dan
di lingkungan
sekitar.
2.2.4 Peserta didik kelas Merespon Skala
X melaporkan (A2) Likert
hasil observasi
berbagai
keanekaragaman
hayati dan analisis
ancaman
keanekaragaman
hayati di
Indonesia
terhadap usulan
upaya pelestarian
keanekaragaman
hayati di
Indonesia dengan
menerapkan
prinsip
keselamatan kerja
saat melakukan
kegiatan
pengamatan dan

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


percobaan di
laboratorium dan
di lingkungan
sekitar melalui
presentasi.
2.2.5 Peserta didik kelas Menghargai Skala
X membenarkan (A3) Likert
hasil observasi
berbagai
keanekaragaman
hayati dan usulan
upaya pelestarian
keanekaragaman
hayati terhadap
keselamatan diri
dan lingkungan
melalui diskusi
kelompok.
2.2.6 Peserta didik kelas Menghargai Skala
X menunjukkan (A3) Likert
dampak positif
upaya pelestarian
keanekaragman
hayati di Indonesia
terhadap
kepedulian
keselamatan diri
dan lingkungan
melalui diskusi
kelompok.
2.2.7 Peserta didik kelas Mengorganisasikan Skala
X mengaitkan hasil (A4) Likert
observasi berbagai
keanekaragaman
hayati dan usulan
upaya pelestarian
keanekaragaman
hayati di Indonesia
dalam bentuk
kepedulian

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


terhadap
keselamatan diri
dan lingkungan
dengan
menerapkan
prinsip
keselamatan kerja
saat melakukan
kegiatan
pengamatan dan
percobaan di
laboratorium dan
di lingkungan
sekitar setelah
pembelajaran.

Instrumen dan Rubrik Penilaian Ranah Afektif


Nama Peserta didik :

Kelas :

Nama Sekolah :

Petunjuk :

1. Berilah tanda ceklist (√) pada kolom yang paling sesuai dengan diri Anda.
2. Keterangan :
4 = Sangat Setuju
3 = Setuju
2 = Tidak Setuju
1 = Sangat Tidak Setuju
No Aspek Afektif Pernyataan Pilihan Sikap
1 2 3 4
1. Menerima (A1) Saya menyatakan kekaguman
terhadap ciptaan Tuhan secara lisan
dan tulisan.
Dengan melestarikan
keanekaragaman hayati berarti
sudah melindungi keanekaragaman
hayati.

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


Kita harus menggunakan produk-
produk yang ramah lingkungan
untuk mencegah terjadinya
pemanasan global yang dapat
mengancam keanekaragaman
hayati.
Saya mengetahui hubungan hasil
observasi berbagai
keanekaragaman hayati dan usulan
upaya pelestarian keanekaragaman
hayati di Indonesia.
Saya ikut menanami pohon di
perkarangan rumah sebagai salah
satu cara menjaga kelestarian
keanekaragaman hayati.
2. Merespon (A2) Memanfaatkan keanekaragaman
hayati yang terdapat di sekitar
tidak boleh berlebihan hingga
membuat keanekaragaman hayati
langka dan punah.
Saya memilih menggunakan sepeda
atau angkutan umum ke
sekolah agar mengurangi polusi
udara.
3. Menghargai (A3) Saya akan berusaha mendaur ulang
sampah menjadi barang yang
lebih berguna.
Saya membiasakan diri membuang
sampah pada tempatnya
untuk menjaga kelestarian
keanekaragaman hayati.
4. Mengorganisasikan (A4) Merawat dan menjaga lingkungan
hidup merupakan salah satu
upaya pelestarian keanekaragaman
hayati.

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


2. Membuat rancangan kisi-kisi instrument dan scoring penilaian pengetahuan (kognitif)
KISI-KISI TES KEMAMPUAN KOGNITIF
ELASTISITAS

Nama Sekolah : SMA …


Kelas / Semester :X/2
Mata Pelajaran : Fisika

KOMPETENSI INTI
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun,
responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif
dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingintahunya tentang ilmu
pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan
minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah
secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

KOMPETENSI DASAR
1.1 Menyadari kebesaran Tuhan yang menciptakan dan mengatur alam jagad raya melalui pengamatan fenomena alam fisis dan pengukurannya.
2.1 Menunjukkan perilaku ilmiah (memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis;
kreatif; inovatif dan peduli lingkungan) dalam aktivitas sehari-hari sebagai wujud implementasi sikap dalam melakukan percobaan ,
melaporkan, dan berdiskusi.
3.7 Menerapkan hukum-hukum pada fluida statik dalam kehidupan sehari-hari.
4.1 Menyajikan hasil pengukuran besaran fisis dengan menggunakan peralatan dan teknik yang tepat untuk penyelidikan ilmiah.
4.7 Merencanakan dan melaksanakan percobaan yang memanfaatkan sifat-sifat fluida untuk mempermudah suatu pekerjaan.

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


Aspek Soal Kunci
VARIABEL DIMENSI INDIKATOR INDIKATOR DESKRIPT Kognitif Jawa
KOMPETENS SOAL OR (Anderso ban
I n)
Aspek kognitif 1. Menguraikan  Hukum Menyelesaikan 1. Melatih 1. Terdapat sebuah pegas, mula- mula A
Hook soal dengan untuk C4 pegas itu memiliki panjang 20cm .
Penalaran/analisi
menggunakan memecah (Analisis) kemudian pada salah satu ujung
s dalam Fisika
persamaan yang kan pegas digantungkan beban 2 kg. dan
diberikan masalah ternyata panjang pegas menjadi 25
cm, jika grafitasi 10m/s2 . berapakah
konstanta yang dimiliki oleh pegas
tersebut ?
a. 400 N/m
b. 300 N/m
c. 250 N/m
d. 150 N/m
e. 100 N/m

Menguraikan 2. Tiga pegas masing masing dengan


 Susunan penyelesaian soal 2. Menunjuk konstanta diusun secara seri .
pegas seri- dengan rumus . an konstanta pegas gabungan adalah … C
paralel langkah a. 1/5 K
langkah b. 1/4K
dalam c. 1/3 K
mengerjak d. 1/2 K
an soal e. K

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


3.
Memeriksa nilai No BAHA MODULUS
modulus young N YOUNG
yang benar. 1. Melatih (N/m2) C
2. Mengorganisir peserta 1 Alumu 70 x 109
didik nium
untuk 2 Baja 150 x 109
menyelesa 3 Besi 100 x 109
ikan soal- 4 karet 10 x 109
soal yag
diberikan Dari tabel diatas perikasalah manakah
yang memiliki nilai modulus young
yang benar ?
a. 2 dan 4
b. 1 dan 2
c. 1 dan 3
d. 3 dan 4
e. 2 dan 3

Mengklasifikasika 4. Pegas adalah benda elastic yang C


n benda-benda dapat digunakan untuk menyimpan
yang energy khususnya energy mekanis.
menggunakan Dibawah ini adalah benda-benda
bahan yang elastis yang menggunakan bahan yang
elastic
1. ketapel
2. suspense pada motor
3. spring bed

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


4. sandal jepit
5. balon
6. timbangan
7. neraca
dari benda benda yang sering kita
jumpai di atas manakah benda-benda
yang menggunakan system pegas ?
a. 1,3,4 dan 5
b. 2,4,5 dan 6
c. 2,3,6 dan 7
d. 1,2,3,4, dan 5

5. Berdasarkan dengan rumus hukum B


Menganalisis hooke yaitu F = -k.x manakah
konsep hukum dibawah ini yang merupakan
hooke dengan pernyataan yang benar adalah...
benar a. Hubungan antara gaya F yang
meregangkan pegas dengan
pertambahan panjang pegas x
pada daerah elastisitas
b. Pada saat ditarik, pegas
2. Mengasah mengadakan gaya yang
kemampu besarnya sama dengan gaya
an peserta tarikan tetapi arahnya
didik berlawanan (Faksi = -
Freaksi).
c. Pada daerah elastisitas benda,
besarnya pertambahan panjang

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


sebanding dengan gaya yang
bekerja pada benda.
d. pegas memberikan gaya pada
massa yang menariknya ke
posisi setimbang
e. Gerak harmonik pegas pada
dasarnya merupakan proyeksi
gerak melingkar pada salah satu
sumbu utamanya, sehingga
periode dan frekuensi dapat
ditentukan dengan menyamakan D
gaya pemulih dengan gaya
sentripetal.

Menganalisis 6. suspense pada sepeda motor itu


makna yang menggunakan system pegas, dan
terkandung dalam suatu pegas memiliki elastisitas
rumus gaya yang yang membuat pegas tersebut dapat
bekerja pada meregang dan merapat apabila ada
system pegas. gaya yang bekerja pada system
tersebut, menurut hukum hooke
secara sistematis dapat ditulis…
𝑘
a. F = 𝑥
b. F0= k.-x
1
c. = -K.F
3. menemukan 𝑘
makna tersirat d. F= - K.x

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


1. Meningkat e. F0 = -k. -x C
kan 7. Sebuah keluarga yang terdiri dari 4
Menemukan efektivitas orang yang total massanya 200kg
makna yang kemampua masuk dalam mobil sehingga pegas
terdapat dalam n pesrta mobil tertekan kebawah sejauh 3cm
penggunaan pegas didik. dengan menggap pegasnya tunggal
dalam kehidupan berapakah tetapan pegas mobil itu ?
sehari-hari a. 5,6 x 104 N/m
b. 7,5 x 103 N/m
c. 6,5 x 103 N/m
d. 7,0 x 104 N/m
e. 7,5 x 104 N/m

8. Adapun regangan (strain)


didefinisikan sebagai perbandingan
Menganalisis antara pertambahan panjang batang A
makna yang dengan panjang mula-mula, secara
terkandung dalam sistematis dapat dituliskan dengan ...
konsep regangan.
∆𝑳
a. 𝒆 = 𝑳
𝐹.𝐿
b. 𝐸 = 𝐹.∆𝐴
𝐹
𝐴
c. 𝐸 = ∆𝐿
𝐿
𝜎
d. 𝐸 = 𝑒
e. 𝐹 = 𝑘. 𝑥

9. Jika kita mengambil kawat logam

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


panjangnya 80 cm dan luas
penampang 4 cm2. Ujung yang satu A
Menganalisis diikat pada atap dan ujung yang lain
penerapan ditarik dengan gaya 50 N. Ternyata
regangan dalam panjangnya menjadi 82 cm
kehidupan sehari- berapakah regangan yang ada pada
hari. 2. Melatih kawat ?
kemampu a. 2,5 x 10-2
an analisis b. 2,0 x 10-2
peserta c. 0,5 x 10-2
didik d. 5 x 10-2
e. 1,5 x 10-2
10. Jika terdapat sebuah pegas yang
memiliki panjang 20 cm. Saat
Menghitung ditarik dengan gaya 12,5N panjang
pertambahan pegasnya menjadi 22 cm. Berapakah
panjang pegas panjang pegas jika ditarik
dengan gayasebesar 37,5 N ? E
menggunakan a. 23 cm
rumus. b. 23 cm
c. 24 cm
d. 25 cm
e. 26 cm

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


B. Dari mana saja refrensi yang anda gunakan dalam menjawab LKM a dan B sematkan
disini dalam bentuk daftar pustaka?

Jawab :
LKM A :
Nurjannah, Amalia. 2019. ‘Penilaian Sikap Berbasis Kurikulum 2013 Di Sekolah Menengah
Pertama’. Raudhah Proud To Be Professionals : Jurnal Tarbiyah Islamiyah. 4.1, 33–
42.
Sawitri, Dyah and Rahayu, E., M. 2018. Modul PKT. 08 - Penilaian Hasil Belajar.
Saftari, Maya and Fajriah, N. 2019. ‘Penilaian Ranah Afektif Dalam Bentuk Penilaian Skala
Sikap Untuk Menilai Hasil Belajar’. Edutainment : Jurnal Ilmu Pendidikan Dan
Kependidikan. 7.1, hal 71–81.
Sukanti. 2011. "Penilaian Afektif Dalam Pembelajaran Akuntansi". Jurnal Pendidikan
Akuntansi Indonesia. 9.1, hal 74–82 .

LKM B :
Adityawarman Hidayat, Meta Analisis : Pentingnya self dan peer assessment dalam
pembelajaran, Jurnal Basicedu, Universitas Phalawan Tambusai, Vol.2 No. 1 Than
2019 Hal. 95-101.
Asti Widya Putri, Pengaruh Gaya Belajar Siswa (Visual, Kinestetik, Dan Auditorial) Pada
Mata Pelajaran Mengelola Peralatan Kantor Terhadap Hasil Belajar, Jurnal
Universitas Negri Surabaya.
Giska Khairunisha. 2016. Analisis Hubungan Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa
Pada Mata Pelajaran Seni Tari, Jakarta : Universitas Pendidikan Indonesia.
Iwai, Y. 2011. The effects of metacognitive reading strategies: Pedagogical implications for
efl/esl teachers [Versi electronik]. The Reading Matrix, 11, 2, 150-159.
Kuntjojo. 2009. Metakognisi dan Keberhasian Belajar Peserta Didik.
http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/metakognisi-dan-keberhasilan-belajar-
peserta-didik/.
Malone, L.K. 2007. The Convergence of Knowledge Organization, Problem-Solving
Behavior, and Metacognition Research with The Modeling Method of Physics
Instruction – Part II. Journal Physics Teacher Education.
M. Yasdar; Muliyadi, Penerapan Teknik Regulasi Diri (Self Regulation) Untuk
Meningkatkan Kemandirian Belajar Mahasiswa Program Studi Bimbingan Konseling
Stkip Muhammadiyah Enrekang, Jurnal Pendidikan Edupaspul, Stkip
Muhammadiyah Enrekang, Volume 2 – Nomor 2, Oktober 2018, 50-60.
Naylina Farah Ismawa, Implementasi Nilai-Nilai Keislaman Kepada Peserta Didik,
Universitas Islam Sultan Agung Semarang, 23 Maret 2021, ISSN. 2720-9148.
Ozsoy, G. & Ataman, A. 2009. The effect of metacognitive strategy training on mathematical
problem solving achievement. International Electronic Journal of Elementary
Education, 1, 2, 67-82. http://www.iejee.com/1_2_2009/ozsoy_ataman.pdf.

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


Quirk, M. 2006. Intuition and metacognition in medical education: Keys to developing
expertise. New York, NY: Springer Publishing Company, Inc.
Ria angga Novrianto, Validitas Konstruk Instrumen General Self Efficacy Scale Versi
Indonesia, UIN Sultan Syarif Kasim Riau, Vol 15 No 1 2019.
Rizki Anita B., Nur N. 2021. PENILAIAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS DALAM
PEMBELAJARAN TEMATIK. Jurnal: Universitas Muhammadiyah PPurworejo. H.
1152.
Setyanto, G. G. (2014). Pengaruh self-regulated learning dan pola asuh orang tua terhadap
prokrastinasi akademik mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta: UNY.
Schraw, G. & Dennison, R. S. 1994. Assessing metacognitive awareness [Versi electronik].
Contempory Educational Psychology, 19, 460-475.
Schneider, W. 2010. Metacognition, strategy use, & instruction. Dalam H. S. Waters & W.
Schneider (Eds.), Metacognition and Memory Development in Childhood and
Adolescence (pp. 54-81). New York, NY: the Guilford Press.
Usman Mulbar. 2008. Metakognisi Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika.
Makalah Pendidikan. FMIPA UNM Makasar.
Wells, A. 2009. Metacognitive therapy for anxiety and depression. New York, NY: the
Guildford Press.
Woolfolk, Anita. 2009. Educational Psychology: Active Learning Edisi Kesepuluh Bagian
Kedua. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zohar, A. 1999. Teachers’ metacognitive knowledge and the instruction of higher order
thinking [Versi electronik]. Teaching and Teacher Education, 15, 413-429.

2. Data Finding
Perhatikan visualisasi dibawah ini!

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


A. Berdasarkan visualisasi diatas, ceritakan apa yang menjadi perbedaan kedua
instrument tersebut? Termasuk instrument apa yang tertera dalam visualisasi diatas?
Jawab:
Perbedaannya: self assessment yaitu penilaian diri digunakan untuk memberikan
penguatan terhadap kemajuan proses belajar peserta didik. Sedangkan, peer assessment
yaitu penilaian teman sebaya atau antar peserta didik merupakan teknik penilaian dengan
cara meminta peserta didik untuk saling menilai terkait dengan pencapaian kompetensi.
Visualisasi diatas termasuk instrument penilaian afektif yaitu:
1. penilaian diri (self-assessment)
2. penilaian teman sebaya (peer assessment).

B. Bagaimana tata cara pembuatan instrument penilaian diri dan penilaian teman sebaya
diatas? Uraikan teknis pembuatan yang kamu ketahui.
Jawab:
Terdapat sepuluh langkah yang harus diikuti dalam pengembangan perangkat penilaian
afektif:
a) Menentukan spesifikasi instrument;
b) Menulis instrument;
c) Menentukan skala pengukuran;
d) Menentukan sistem penskoran;
e) Menelaah instrument;
f) Melakukan uji coba ;
g) Menganalisis instrument;
h) Merakit instrumen ;
i) Melaksanakan pengukuran, dan
j) Menafsirkan hasil pengukuran.

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


C. Diatas disajikan angket metakognisi, menurutmu apakah penilaian metakognisi
melibatkan dua ranah (afektif dan kognitif) sehingga sajian instrumennya dalam
bentuk angket dan tes metakognisi? Pelajari hal ini dari sisi ahli, ulas hasil
investigasimu. Dan sajikan bentuk instrumen lain yang sering dipergunakan peneliti
dalam menilai metakognisi?
Jawab :
Istilah metakognisi dalam bahasa inggris dinyatakan dengan metacognition, berasal dari dua
kata yang dirangkai yaitu meta dan kognisi atau cognition. Istilah “meta” berasal dari bahasa
yunani yang dalam bahasa inggris diterjemahkan dengan after, beyond, with, adjacent, yang
merupakan suatu prefik yang digunakan untuk menunjukkan pada suatu abstraksi dari suatu
konsep. Sedangkan cognition berasal dari bahasa latin yaitu cognoscere, yang berarti
mengetahui (to know) dan mengenal (to recognize). Kognisi disebut juga gejala-gejala
pengenalan, merupakan “the act or proses of knowing including both awareness and
judgement”, sedangkan kemampuan metakognisi mencakup aspek kognisi (kuntodjojo, 2009:
1).
Konsep metakognisi pertama kali diperkenalkan oleh John Flavell pada tahun 1976 (Malone,
2007: 7). Flavell mendefinisikan metakognisi sebagai pengetahuan tentang objek-objek

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


kognitif, yaitu tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan kognisi. Dikalangan para
ahli psikologi timbul perdebatan pada pendefinisian dari istilah metakognisi. Hal ini
berakibat bahwa metakognisi tidak selalu sama di dalam berbagai bidang penelitian
psikologi, dan juga tidak dapat diterapkan pada satu bidang psikologi saja. Namun,
pengertian metakognisi yang dikemukakan oleh para peneliti bidang psikologi memberikan
penekanan pada kesadaran berpikir seseorang tentang proses berpikirnya.

Wells (2009: 1) mengungkapkan bahwa “metacognition is cognition applied to cognition.”


Metakognisi adalah pikiran yang diaplikasikan untuk pikiran. Atau dengan kata lain,
metakognitif adalah berpikir tentang berpikir. Flavell (Iwai, 2011: 151) mengartikan
metakognitif sebagai “one’s knowledge concerning one’s own cognitive process and
outcomes or anything related to them”. Metakognitif adalah pengetahuan seseorang
mengenai proses berpikir dan hasil berpikirnya atau apapun yang berkaitan dengan proses
dan hasil berpikir tesebut.

Welman (1985) dalam Usman Mulbar (2008: 4) menyatakan bahwa “Metacognition is a form
of cognition, a second or higher order thingking process wich involves active control over
cognitive processes. It can be simply define as thinking or as a person’s cognition about
cognition”. Metakognisi sebagai suatu bentuk kognisi, atau proses berpikir dua tingkat atau
lebih yang meibatkan pengendalian terhadap aktivitas kognitif. Karena itu, metakognisi dapat
dikatakan sebagai berpikir seseorang tentang berpikirnya sendiri atau kognisi seseorang
tentang kognisinya sendiri. Schneider (2010: 55) juga mengungkapkan bahwa metakognitif
adalah pengetahuan seseorang “of their own information-processing skills, as well as to
knowledge about the nature of cognitive tasks, and about strategies for coping with such
tasks.” Metakognitif adalah pengetahuan seseorang terhadap kemampuan mereka sendiri
dalam mengolah informasi, maupun pengetahuan tentang tugas-tugas berpikir, dan tentang
strategi untuk menyalin tugas-tugas yang serupa.

Brown (Zohar, 1999: 414) mengungkapkan bahwa “metacognition refers to understanding of


knowledge, an understanding that can be reflected in either effective use or overt description
of the knowledge in question.” Metakognitif mengarah pada pemahaman tentang
pengetahuan, suatu pemahaman yang dapat direfleksikan dari penggunaan efektif atau
deskripsi pengetahuan yang jelas pada pertanyaan. Artinya, metakognitif pada dasarnya
berkaitan dengan pemahaman seseorang tentang pengetahuan yang dimilikinya.

Pemahaman tersebut diperoleh atas dasar refleksi yang dilakukan oleh dirinya sendiri
berkaitan dengan penggunaan strategi yang efektif atau deskripsi yang jelas dari strategi-
strategi yang digunakan dalam menjawab suatu pertanyaan atau soal. Sebagai tambahan,
Quirk (2006: 4) mengungkapkan bahwa metakognitif adalah “the ability to think about one’s
thinking and feeling and to predict what others are thinking.” Metakognitif adalah
kemampuan seseorang untuk berpikir tentang pikiran dan perasaannya sendiri dan untuk
memprediksi apa yang orang lain pikirkan.

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


Sejalan dengan pendapat sebelumnya, Ozsoy & Ataman (2009: 68) mengungkapkan bahwa
“metacognition means an individual’s awareness on his own thinking process and his ability
to control these process.” Metakognisi berarti kesadaraan seseorang mengenai proses
berpikirnya dan kemampuannya untuk mengontrol proses tersebut. Selain itu, Schraw &
Dennison (1994: 460) mengungkapkan bahwa “metacognition refers to the ability to reflect
upon, understand, and control one’s learning.” Metakognisi mengarah pada kemampuan
untuk merefleksikan tentang, memahami, dan mengontrol belajar seseorang. Mengontrol
belajar akan mengakibatkan seseorang bisa mengendalikan apa yang mereka lakukan dalam
kegiatan belajarnya.

Selain itu, metakognisi melibatkan pengetahuan dan kesadaran seseorang tantang aktivitas
kognitifnya sendiri atau segala sesuatu yang berhubungan dengan aktivitas kognitifnya
(Woolfolk, 2009: 35). Secara sederhana, metakognisi adalah pengetahuan tentang proses
kognisi. Lebih rinci, metakognisi adalah pengetahuan, kesadaran, dan kendali atas proses
kognisi. Metakognisi mempunyai peranan sebagai suatu bentuk representasi kognisi yang
didasarkan pada proses memonitor dan mengontrol berdasarkan representasi kognisi.
Secara umum metakognisi dapat disimpulkan sebagai kemampuan seseorang dalam belajar,
yang mencakup bagaimana sebaiknya belajar dilakukan, apa yang sudah dan belum
diketahui, yang terdiri dari tiga tahapan yaitu perencanaan mengenai apa yang harus
dipelajari, bagaimana, kapan mempelajari, pemantauan terhadap proses belajar yang sedang
ia lakukan, serta evaluasi terhadap apa yang telah direncanakan, dilakukan, dan hasil dari
proses tersebut.

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


3. Problem Finding
A. Lakukan investigasi mengenai “self regulation learning, self efficacy, angket
gaya belajar, angket motivasi belajar, dan angket nilai keislaman”. Setelahnya
buatkan tabulasi mengenai deskripsi detil mulai dari pengertian, karakteristik,
indikator.
Jawab:
1. Self regulation learning merupakan proses proaktif yang digunakan siswa untuk
memperoleh keterampilan akademis, seperti menetapkan tujuan, strategi memilah dan
menggerakkan, dan efektivitas self-monitoring seseorang, bukan sebagai proses reaktif
yang terjadi pada siswa karena kekuatan impersonal. Karakteristik self-regulated learning
berperan penting dalam pembelajaran karena membantu mengarahkan siswa pada
kemandirian belajar, yakni mengatur jadwal belajar, menetapkan target belajar dan
mencari informasi yang dibutuhkan secara mandiri. Indikator Self-regulated learning
meliputi strategi kognitif, strategi motivasi, dan strategi perilaku.

2. Self efficacy didefinisikan sebagai keyakinan individu pada kemampuannya untuk


melakukan tindakan yang dibutuhkan untuk memperoleh hasil yang diharapkan. Siswa
yang memiliki self efficacy yang tinggi akan mampu untuk mencapai berbagai tujuan di
dalam hidupnya. Seseorang akan lebih mungkin terlibat dalam perilaku tertentu ketika
mereka yakin bahwamereka akan mampu menjalankan perilaku tersebut dengan sukses,
yaitu ketika mereka memiliki self efficacy tinggi. Indikator self efficacy terbagi atas tiga
yaitu: studi pendahuluan, pengembangan, dan pengujian model. Pada tahap studi
pendahuluan dilakukan kajian secara empiris untuk mengetahui permasalahan dan

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


kebutuhan guru, siswa dan sekolah serta mengkaji literatur yang berkaitan dengan self
efficacy, pengembangan instrumen, hasil-hasil penelitian yang relevan. Alat pengumpul
data yang digunakan yaitu: observasi, studi dokumenter, wawancara, dan studi literatur.
Selanjutnya tahap pengembangan model dilakukan perumusan konseptual prototype
instrumen angket self efficacy. Perumusan konseptual mengacu pada teori yang berkaitan
dengan self efficacy.Selajutnya merancang kisi-kisi self efficacy yang dilanjutkan dengan
penulisan butir instrumen angket, dan penyiapan teknik analisis instrumen angket. Tahap
pengujian dilakukan secara teoritis dan empirik.

3. Angket gaya belajar merupakan suatu strategi yang dilakukan oleh siswa dalam
belajarnya untuk mencapai tujuan yang diharapkan yaitu hasil belajar yang baik.
Karakteristik gaya belajar menurut De Porter dibagi dalam tiga kelompok VAK, yakni
gaya belajar visual (mengandalkan mata dalam perolehan informasi, tidak terganggu
keributan, memilih membaca tekun), gaya belajar auditorial (mengutamakan indera
pendengaran, membaca dengan bersuara sampai telinga mendengar, dan lebih suka
berdiskusi) dan gaya belajar kinestetik (berbicara perlahan, menghafal disertai berjalan
dan melihat, tidak bisa duduk dalam waktu lama, juga memilih menggerakkan tubuh).
Indikator angket gaya belajar yaitu:
Adanya hasrat dan keinginan berhasil:
1. Aktif dalam belajar;
2. Senang dalam belajar;
3. Tidak cepat putus asa;
4. Tidak cepat puas dengan hasil yang didapatkan;
5. Ulet dalam menghadapi kesulitan belajar.

Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar:


1. Memiliki tujuan yang jelas dalam pembelajaran;
2. Rasa ingin tahu;
3. Adanya umpan balik;
4. Minat dalam belajar.

Adanya harapan dan cita-cita masa depan:


1. Mencari hal-hal yang berhubungan dengan pembelajaran;
2. Ketekunan dalam belajar.

Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar:


1. Menghindari hukuman;
2. Pujian (penghargaan);
3. Mendapatkan prestasi di kelas;

Adanya lingkungan belajar yang kondusif:


1. Suasana tempat belajar;
2. Senang dengan cara guru mengajar di kelas.

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


4. Angket motivasi belajar merupakan kondisi psikologis yang akan mendorong
seseorang untuk melakukan sesuatu dan motivasi juga sebagai daya penggerak yang
menimbulkan kegiatan belajar, sehingga tujuan belajar yang diharapkan akan tercapai.
Instrumen motivasi belajar siswa yang digunakan berupa kisi-kisi dan lembar kuesioner.
Karakteristik motivasi belajar sebagai berikut:
1. Adanya hasrat dan keinginan berhasil;
2. Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar;
3. Adanya harapan dan cita-cita masa depan;
4. Adanya penghargaan dalam belajar;
5. Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar;
6. Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga memungkinkan seseorang siswa
dapat belajar dengan baik.
Indikator dalam motivasi belajar yaitu:
Adanya hasrat dan keinginan berhasil:
1. Aktif dalam belajar;
2. Senang dalam belajar;
3. Tidak cepat putus asa;
4. Tidak cepat puas dengan hasil yang didapatkan;
5. Ulet dalam menghadapi kesulitan belajar.

Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar:


1. Memiliki tujuan yang jelas dalam pembelajaran;
2. Rasa ingin tahu;
3. Adanya umpan balik;
4. Minat dalam belajar.

5. Angket nilai keislaman, secara hakiki nilai keislaman merupakan nilai yang memiiki
dasar kebenaran yang paling kuat dibandingkan dengan nilai yang lainnya. Nilai ini
bersumber dari kebenaran tertinggi yang datang dari tuhan. Karakteristik nilai keislaman
yaitu: 1) empati, 2) hati nurani, 3) kontrol diri, 4) rasa hormat, 5) kebaikan hati, 6)
toleransi, dan 7) keadilan. Indikator dalam nilai keislaman yaitu nilai akidah, nilai akhlak
dan nilai syariah.

B. Apa yang kamu ketahui tentang Literasi sains? Bagaimana penilaian literasi
sains? Apa saja komponen dalam literasi sains menurut OECD, PISA, dan
TIMSS?
Jawab:
Sains didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan. Sains berasal dari kata Science atau
natural science, yaitu ilmu-ilmu alam yang kajiannya meliputi fisika, kimia dan biologi,
serta ilmu-ilmu lain yang serupa. Sains merupakan suatu keilmuan yang berfokus pada

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


fenomena alam beserta interaksinya. Literasi sains merupakan suatu ilmu pengetahuan
dan suatu pemahaman mengenai konsep dan proses sains yang memungkinkan seseorang
untuk membuat suatu keputusan dengan pengetahuan yang dimilikinya sehingga literasi
sains akan mampu berperan aktif dalam segala segi kehidupan terutama dalam suatu
bidang ilmu. Literasi sains didefinisikan pula sebagai kapasitas untuk menggunakan
pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan dan menarik kesimpulan
berdasarkan fakta dan data untuk memahami alam semesta dan membuat keputusan dari
perubahan yang terjadi karena suatu suatu aktivitas manusia. Penilaian literasi sains yaitu
menilai pemahaman peserta didik terhadap konten sains, proses sains, dan konteks
aplikasi sains. PISA 2006 menetapkan tiga aspek dari komponen kompetensi atau proses
sains berikut dalam penilaian literasi sains, yakni mengidentifikasi pertanyaan ilmiah,
menjelaskan fenomena secara ilmiah dan menggunakan bukti ilmiah. Sikap ilmiah akan
berperapa penting dalam keputusan mahasiswa untuk mengembangkan pengetahuan
sains lebih lanjut, mengejar karir, dan menggunakan konsep dan metode ilmiah dalam
kehidupan mereka. Kemampuan sains seseorang didalamnya memuat sikap-sikap tertentu
seperti kepercayaan, motivasi, pemahaman diri, dan nilai-nilai (OECD, 2006). TIMSS
(The Third International Mathematics and Science Study) berbeda dari PISA, memiliki
assessment framework pada tiga proses berpikir, yaitu pengetahuan (knowing), penerapan
(applying), dan penalaran (reasoning), dan mengaitkan studinya dengan kurikulum yang
berlaku di masing-masing negara peserta.
C. Higher order thingking skills, pasti sudah tidak asing mendengar ini, beberapa
pertemuan pun telah di bahas contoh tes untuk mengases HOTS ini, dapatkan
kamu mengulas kembali apa itu HOTS, siapa saja ahli yang meneliti tentang
HOTS, dapatkah kamu membuat difrensiasi indicator dari tiap ahli tersebut?
Jawab:
HOTS merupakan suatu tingkat berpikir peserta didik yang mementingkan pada setiap
pelaksanaan pengetahuan yang akan atau telah diterima, penalaran refleksi, pengambilan
keputusan, pemecahan dalam setiap masalah serta merumuskan sesuatu hal yang baru.
Peserta didik yang telah mencapai level HOTS, maka akan mudah menerapkan
pengetahuan yang didapatkan secara kritis dan kreatif sehingga didapatkan penyelesaian
masalah dalam konteks belajar. Para ahli yang meneliti tentang HOTS yaitu:
Menurut R. Arifin Nugroho 3 indikator HOTS yang dapat digunakan untuk mengukur
kemampuan berpikir tingkat tinggi HOTS di adalah:
1) Menganalisis adalah kemampuan yang didasari pada uraian materi didalamnya suatu
komponen-komponen dalam berbagai factor dalam memahami hubungan antara suatu
sebab akibat sehingga dalam proses pembelajaraan peserta didik dapat lebih memiliki
kemapuan dalam berpikir tingkat tinggi pada suatu permasalahan. Level analisis
terdiri dari kemampuan atau keterampilan membedakan, mengorganisasikan dan
menghubungkan.
2) Membedakan kemampuan adalah kemampuan yang paling dalam memecahkan
permasalahan. Contohnya kemampuan membedakan dalam sains peserta didik
menganalisis kasus kerusakan hutan yang ada diindonesia yang mengakibatkan
punahnya flora dan fauna diindonesia dari media masa. Berbagai analisis dan

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


argument akan muncul dalam bentuk tarik ulur kepentingan pemerintah dan yang
terkena dampak nya ialah masyarakat. Dari kasus ini peserta didik dapat mengkaji
informasi hukum dan biologi.
3) Mengorganisasikan pengetahuan yang telah dihadapkan dan mengelompokan fakta
dan argument. Lalu peserta didik diminta untuk menganalisis teori mendukung
argument atau fakta terkait.
4) Mengatribusikan kemampuan sangat dibutuhkan karena dengan mengantribusikan ini
kita dapat mengetahui sebuah informasi dan argument, dengan benar atau fakta.

Menurut Resnick diantaranya adalah non algoritmik, yang bersifat kompleks, multiple
solutions (banyak solusi), serta melibatkan variasi dalam pengambilan keputusan dan
interpretasi, penerapan yang banyak kriteria, serta dalam pembelajaran membutuhkan
banyak usaha.
Conklin mengungkapkan karakteristik HOTS sebagai berikut karakteristik keterampilan
berpikir tingkat tinggi yang mencakup berpikir kritis dan berpikir kreatif peserta didik.
Berpikir kritis dan kreatif merupakan dua kemampuan manusia yang paling mendasar
karena dari keduanya dapat mendorong peserta didik untuk senantiasa memandang setiap
permasalahan yang dihadapi secara kritis dan serta, memecahkan dan mencari
jawabannya secara kreatif sehingga didapatkan suatu hal yang baru lebih baik dan
bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari

4. Idea Finding
A. Tuliskan bagaimana “self regulation learning, self efficacy, angket gaya belajar,
angket motivasi belajar, dan angket nilai keislaman” dinilai? Bagaimana bentuk
instrument penilaian, scoring instrument penilaian, dan interpretasi criteria
penilaian yang didapat.
Jawab :
1. Self regulation learning : Instrumen evaluasi dapat berupa informasi lapangan
yang terdiri asal pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan kemampuan
peserta didik dalam mengatur saat, memotivasi diri sendiri, mengatur tujuan, dan
lain sebagainya. Skor instrumen evaluasi bisa diberikan berdasarkan skala likert,
menggunakan rentang nilai yang sudah dipengaruhi. Interpretasi kriteria evaluasi
dapat dilakukan dengan menggunakan rubrik yang sudah disusun sebelumnya,
dan memperhatikan tingkat kemampuan self regulation learning yang dimiliki
sang siswa.

2. Self efficacy ; Instrumen penilaian dapat berupa survey yang terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan menggunakan keyakinan peserta didik
terhadap kemampuannya pada menyelesaikan tugas atau tantangan yang
dihadapinya. Skor instrumen penilaian bisa diberikan sesuai skala likert,
menggunakan rentang nilai yg telah ditentukan. Interpretasi kriteria evaluasi dapat
dilakukan dengan memperhatikan tingkat self efficacy yang dimiliki oleh peserta
didik.

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


3. Angket gaya belajar
Instrumen berupa kuisioner terdiri atas 30 item penyataan yang terbagi ke dalam
tiga bentuk indikator yaitu visual, audiovisual dan kinestetik. Skala yang
digunakan adalah skala Likert, yang terdiri dari empat pilihan jawaban dengan
skala 1 – 4.1

4. Angket motivasi belajar : Instrumen evaluasi bisa berupa survey yang terdiri
dari pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan menggunakan motivasi siswa dalam
belajar, seperti motivasi intrinsik dan ekstrinsik. Skor instrumen penilaian bisa
diberikan berdasarkan skala likert, menggunakan rentang nilai yang sudah

1
Giska Khairunisha, Analisis Hubungan Gaya Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Mata
Pelajaran Seni Tari, (Jakarta : Universitas Pendidikan Indonesia, 2016), hal.37-38

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


ditentukan. Interpretasi kriteria penilaian dapat dilakukan menggunakan
memperhatikan taraf motivasi belajar yang dimiliki sang siswa.

5. Angket nilai keislaman : Instrumen evaluasi dapat berupa kuesioner yang terdiri
berasal pertanyaan- pertanyaan yang berkaitan dengan nilai-nilai keislaman yang
dipelajari pada konteks pembelajaran. Skor instrumen penilaian bisa diberikan
sesuai skala likert, dengan rentang nilai yang sudah dipengaruhi. Interpretasi
kriteria penilaian bisa dilakukan menggunakan memperhatikan taraf pemahaman
siswa terhadap nilai-nilai keislaman yang dipelajari.

B. Apakah instrument penilaian untuk mengakses berpikir kritis dan berpikir


kreatif berbeda? Apa instrumen yang sering dipergunakan guru untuk menilai
kedua kemampuan ini? Uraikan dalam bentuk mind mapping untuk detil ulasan
tentang berpikir kritis dan kreatif disertai indicator dari setiap ahli.
Jawab :
1. Tidak, instrument penilaian untuk mengakses berpikir kritis dan berpikir kreatif
itu sama karena berpikir kritis dan kreatif merupakan dua sisi yang tidak dapat
dilepaskan dan menjadi tujuan pendidikan di mana saja. Keduanya
merupakan keterampilan yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk dapat diterapkan tergantung kemampuan dan keyakinan guru untuk
menerapkan di ruang-ruang praktek kelas. Tidak bergantung pada materiyang
sulit atau dipersulit. Masalah-masalah sederhana dapat mengantarkan siswa
mencapai tujuan tersebut. Budaya pembelajaran di kelas yang perlu diubah
dengan memberikan keleluasaan siswa berpendapat dan beragumentasi dapat
menciptakan sikap kritis. Dengan memberikan kesempatan memberikan ide lain
atau strategi lain meskipun tidak sama dari kebiasaan dapat menciptakan siswa
kreatif. Kemudian menghargai setiap hasil tugas salah atau benar dapat
menjadikan pembelajaran yang menyenangkan.
2. instrumen yang sering dipergunakan guru untuk menilai kedua kemampuan ini
 Berpikir kreatif

 Berpikir kritis

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


3. Indikator berpikir kritis dan kreatif: Kriteria TBK yang disesuaikan dengan
indikator berpikir kritis menurut Ennis (dalam Fatmawati, dkk. 2014) yaitu
mampu: (1) merumuskan pokok-pokok permasalahan; (2) meng- ungkap fakta

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


yang ada; (3) memilih argumen yang logis; (4) mendeteksi bias dengan sudut
pandang yang berbeda; (5) menarik kesimpulan.

5. Solution Finding
Menurutmu apa yang dapat kamu simpulkan mengenai tema “merancang
instrument penilaian ranah afektif dan kognitif” (kamu dapat menguraikan dalam
bentuk apapun yang dapat membuat materi ini dikemas untuk mudah dipahami)
Jawab :
1. Merancang instrument penilaian ranah kognitif
Ranah kognitif adalah ranah yang mencakup kegiatan mental (otak). Menurut Bloom,
segala upaya yang menyangkut aktivitas otak adalah termasuk dalam ranah
kognitif. Dalam ranah kognitif itu terdapat enam aspek atau jenjang proses berfikir,
mulai dari jenjang terendah sampai dengan jenjang yang paling tinggi. Ke enam jenjang
yang dimaksud adalah pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan
penilaian.
Pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang untukmengingat-ingat kembali
atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya,
tanpa mengharapkan kemampuan untuk menggunakannya. Pemahaman (comprehension)
adalah kemampuan seseorang untuk mengerti atau memahami sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat. Analisis (analysis) adalah kemampuan seseorang untuk merinci
atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian atau faktor-faktor
yang satu dengan yang lainnya. Sintesis (synthesis) adalah suatu proses yang memadukan
bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis, sehingga menjelma menjadi suatu pola yang
berstruktur.
Penilaian (nevaluatio) merupakan kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan
terhadap suatu situasi, nilai, atau ide. Dengan demikian aspek kognitif adalah
subtaksonomi yang mengungkapkan tentang kegiatan mental yang sering berawal dari
tingkat pengetahuan sampai ke tingkat yang paling tinggi yaitu evaluasi.
Contoh pengukuran ranah penilaian kognitif
Pengukuran hasil belajar ranah kognitif dilakukan dengan tes tertulis. Bentuk tes kognitif
diantaranya adalah tes atau pertanyaan lisan di kelas, pilihan ganda, uraian obyektif,
uraian non obyektif atau uraian bebas, jawaban atau isian singkat, menjodohkan,
portopolio dan performans. Kata kerja oprasional atau instrumen yang dapat mengukur
kemampuan ini adalah sebagai berikut:
Tahap Pengetahuan
Instrumennya Menyebutkan, mendefinisikan, melukiskan,
mencocokkan, mengidentifikasikan, memberi nama,

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


membuat garis besar, dan menyatakan kembali
Tahap Pemahaman
Instrumennya Menjelaskan, merumuskan dengan kata-kata sendiri,
mengubah, menyatakan secara luas, memberi contoh,
memperkirakan, membedakan, dan mengubah dan
menarik kesimpulan.
Tahap Penerapan
Instrumenya Menghitung, menggunkan, mengapresiasikan,
mendemonstrasikan, memodifikasi, menghubungkan,
memecahkan, dan menghasilkan.
Tahap Analisis
Instrumennya Menguraikan, mengkategorikan, merinci, memilih,
memisah-misahkan, membuat diagram, membuat
skema, dan membeda-bedakan.
Tahap Sintesis
Instrumennya Menggabungkan, menghimpun, menyusun,
mengorganisasikan, merancang, menyusun kembali,
merevisi, menceritakan dan membuat modifikasi.
Tahap Evaluasi
Instrumennya Membandingkan, menilai, mempertentangkan,
mengkritik, mengintrepretasikan, menyimpulkan

2. Merancang instrument penilaian ranah afektif


Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut
sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan
melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan
pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan
perlu lembar pengamatan.
Ranah afektif tidak dapat diukur seperti halnya ranah kognitif, karena dalam ranah
afektif kemampuan yang diukur adalah:
Menerima (receiving) : jenjang ini berhubungan dengan kesediaan atau kemauan
siswa untuk ikut dalam stimuli khusus (kegiatan dalam kelas, baca buku, dan

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


sebagainya). Dipandang dari segi pengajaran, jenjang ini berhubungan dengan
menimbulkan atau mengarahkan perhatian siswa. Contohnya seperti senang membaca
puisi, sering mendengarkan musik. Menjawab (responding) : kemampuan ini bertalian
dengan partisipasi siswa. Hasil belajar dalam jenjang ini dapat menekankan kemauan
untuk menjawab. Contohnya seperti mengerjakan tugas, menaati peraturan dan
sebagainya.
Menilai (valuing) : jenjang ini bertalian dengan nilai yang dikenakan siswa
terhadap suatu objek, fenomena, atau tingkah laku tertentu. Contohnya seperti
menunjukkan alasan, dan lain-lain. Organisasi (organisation) : tingkat ini berhubungan
dengan menyatukan nilai-nilai yang berbeda, menyelesaikan konflik di antara nilai-nilai
itu, dan mulai membentuk suatu system nilai yang konsisten secara internal. Contohnya
seperti objektif dalam menyelesaikan masalah.
karakteristik dengan suatu nilai atau kompleks nilai(characterization by a value
or value complex) : pada jenjang ini individu memiliki sistem nilai yang mengontrol
tingkah lakunya untuk suatu waktu yang cukup lama sehingga membentuk karakteristik.
Contohnya seperti mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar
mengajar berlangsung.
Contoh pengukuran ranah penilaian afektif
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut
sikap dan minat siswa dalam belajar. Secara teknis penilaian ranah afektif dilakukan
melalui dua hal yaitu: a) laporan diri oleh siswa yang biasanya dilakukan dengan
pengisian angket anonim, b) pengamatan sistematis oleh guru terhadap afektif siswa dan
perlu lembar pengamatan.
Langkah-Langkah Menyusun Instrumen Penilaian Afektif
Dalam kaitan untuk mengetahui sejauh mana sikap dan minat siswa terhadap suatu
mata pelajaran atau materi pelajaran, yang kedua termasuk bagian penting dari ranah afektif,
maka guru perlu menyusun instrumen penilaian afektif. Untuk menyusun instrumen penilaian
afektif, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Pemilihan ranah afektif yang ingin dinilai oleh guru, misalnya sikap dan minat terhadap suatu
materi pelajaran.

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


2. Penentuan indikator apa yang sekiranya dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana sikap
dan minat siswa terhadap suatu materi pelajaran
3. Beberapa contoh indikator yang misalnya dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana
sikap dan minat siswa terhadap suatu materi pelajaran, yaitu: (1) persentase kehadiran atau
ketidakhadiran di kelas; (2) aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
misalnya apakah suka bertanya, terlibat aktif dalam diskusi, aktif memperhatikan penjelasan
guru, dsb.; (3) penyelesaian tugas-tugas belajar yang diberikan, seperti ketepatan waktu
mengumpul PR atau tugas lainnya; (4) kerapian buku catatan dan kelengkapan bahan belajar
lainnya terkait materi pelajaran tersebut.
4. Penentuan jenis skala yang digunakan, misalnya jika menggunakan skala Likert, berarti ada 5
rentang skala, yaitu: (1) tidak berminat; (2) kurang berminat; (3) netral; (4) berminat; dan (5)
sangat berminat.
5. Penulisan draft instrumen penilaian afektif (misalnya dalam bentuk kuisioner) berdasarkan
indikator dan skala yang telah ditentukan.
6. Penelaahan dan meminta masukan teman sejawat (guru lain) mengenai draft instrumen
penilaian ranah afektif yang telah dibuat.
7. Revisi instrumen penilaian afektif berdasarkan hasil telaah dan masukan rekan sejawat, bila
memang diperlukan
8. Persiapan kuisioner untuk disebarkan kepada siswa beserta inventori laporan diri yang
diberikan siswa berdasarkan hasil kuisioner (angket) tersebut.
9. Pemberian skor inventori kepada siswa
10. Analisis hasil inventori minat siswa terhadap materi pelajaran

Memberikan skor dalam penilaian afektif


Teknik penskoran untuk penilaian ranah afektif dapat dilakukan secara sederhana.
Contoh, pada instrumen penilaian minat siswa terhadap suatu materi pelajaran terdapat 10 item
(berarti ada 10 indikator), maka bila skala yang digunakan adalah skala Likert (1 sampai 5),
berarti skor terendah yang mungkin diperoleh seorang siswa adalah 10 (dari 10 item x 1) dan
skor paling tinggi yang mungkin diperoleh siswa adalah 50 (dari 10 item x 5). Maka kita dapat
menetukan median-nya, yaitu (10 + 50)/2 atau sama dengan 30. Bila kita membaginya menjadi 4

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


kategori, maka skor 10 -20 termasuk tidak berminat; skor 21 – 30 termasuk kurang berminat;
skor 32 – 40 berminat, dan skor 41 – 50 termasuk kategori sangat berminat.
Kata kerja oprasional atau instrumen yang dapat mengukur kemampuan ini adalah
sebagai berikut :
Tahap Penerimaan
Instrumennya Mengikuri, meperhatikan, bertanya, menunjuk, melokalisir,
melukiskan, mengidentifikasi, dan memberi nama
Tahap Merespon
Instrumennya Menyambut, memperbincangkan, menyesuaikan,
menyetujui, memberitahukan, melukiskan, menjawab,
mempraktekkan, menghimpun.
Tahap Penghargaan
Instrumenya Mengusulkan, memprakarsai, mengidentifikasi diri,
melengkapi, menjelaskan, mempertimbangkan kebenaran,
melaporkan, bertukar pengalaman, bekerja sama, dan
mengikuti
Tahap Mengorganisasikan
Instrumennya Mengintegrasikan, mempertahankan, menyelaraskan,
mengkombinasikan, menarik kesimpulan umum,
mengorganisir, membuat organisasi dan sintesa.
Tahap Karakteristik
Instrumennya Teguh dalam pendiriannya, konsisten dalam bertindak,
mempunyai keyakinan diri, dan memperbaiki diri.

6. Accaptance Finding

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


Buatkan bentuk peta konsep untuk menguraikan rinci tentang miskonsepsi dan
penguasaan konsep dalam pembelajaran!
Jawab :

7. Design Proyek Research


A. Berikan contoh instrument “self regulation learning, self efficacy, angket gaya
belajar, angket motivasi belajar, dan angket nilai keislaman” mulai dari kisi-kisi
sampai instrument siap pakai.
Jawab :
1. self regulation learning

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


2. self efficacy

ANGKET TINGKAT SELF-EFFICACY MAHASISWA PENDIDIKAN


MATEMATIKA

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


3. angket gaya belajar

Instrumen Angket Gaya Belajar Auditorial


Sekolah :
Nama Siswa :
Kelas :
Jenis Kelamin :

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


Instrumen Angket Gaya Belajar Kinestetik
Sekolah :
Nama Siswa :
Kelas :
Jenis Kelamin :

Instrumen Angket Gaya Belajar Visual


Sekolah :
Nama Siswa :
Kelas :
Jenis Kelamin :

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


4. angket motivasi belajar

5. angket nilai keislaman

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


B. Buatkan contoh, mulai dr kisi-kisi, lalu ke instrument siap pakai untuk HOTS,
Literasi Sains, Miskonsepsi, dan Pemahaman Konsep dalam pembelajaran
biologi di SMP/SMA
Jawab :

Kisi-kisi dan instrumen HOTS

INSTRUMEN TELAAH SOAL KETERAMPILAN BERPIKIR TINGKAT


TINGGI BENTUK TES PILIHAN GANDA
Nama Pengembang Soal : ......................
Mata Pelajaran : ......................
Kls/Prog/Peminatan : ......................

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


Kisi-kisi dan Instrumen Literasi Sains
Keterangan :
Berilah tanda ceklis pada kolom yang disediakan :
SS = Sangat Setuju, S = Setuju, KS = Kurang Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju
Indikator Sikap No Pertanyaan Alternatif Jawaban
Literasi Sains
SS S KS STS
1 Saya tertarik terhadap fenomena hujan karena
dekat dengan kehidupan sehari-hari
Minat terhadap sains 2 Saya membaca buku tema hujan dari awal
dan teknologi sampai akhir
3 Mempelajari hujan sangat penting, untuk
mewaspadai berbagai bencana yang dapat
ditimbulkannya
4 Bencana banjir dan longsor tidak semata-mata
disebabkan oleh hujan, tetapi oleh ulah tangan
manusia
Menghargai 5 Pada saat musim hujan, saya merasa malas
pendekatan ilmiah untuk belajar dan bekerja
dalam penyelidikan
6 Menghargai hasil penelitian dan penyelidikan
orang lain tanpa harus menjelekkannya
Kesadaran 7 Tidak pernah membuang sampah ke sungai
Lingkungan karena dapat menyebabkan banjir

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd


8 Melakukan penanaman pohon pada lahan-lahan
kosong

****************************SELAMAT MENGERJAKAN****************************

Nukhbatulbidayati haka, M.Pd

Anda mungkin juga menyukai