Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH FIQH MUAMALAT

IJAROH DAN IMBT

Disusun oleh:

Ku Akmal Helmutz Saddam


Nurul Fikri Al Mufid
Sari Ramadanti
Intan Seifina

(11150490000010)
(11150490000119)
(11150490000113)
(11150490000000)

DOSEN :
H. AH. Azharuddin Lathif, M.Ag, M.H

HUKUM EKONOMI ISLAM (MUAMALAT)


FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2016

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.


Puji Syukur kehadirat Ilahi RabbiTuhan Yang Maha Esa,Penagsih dan
Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan karunianya kepada penulis
sehingga tugas makalah IJAROH DAN IMBT dapat terselesaikan. Shalawat
serta salam atas junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sebagai Uswatun
khasanah, sosok model yang paling ideal bagi sekalian manusia untuk meraih
kesuksesan dunia dan akhirat.
Dapat terselesaikannya makalah ini tidak lepas dari dukungan,bantuan
dan motivasi yang sifatnya spritual dan materil dari banyak pihak. Sehingga
penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya.
Demikian yang bisa penulis sampaikan, dengan harapan semoga Allah
Swt, Senantiasa membalas segala kebaikan mereka dan makalah ini dapat
memberi manfaat sebaik-baiknya. Amien.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Ciputat, 30 Mei 2016.
Penyusun

BAB I
PEANDAHULUAN
A. Latar Belakang

BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi dan Penggunaan

Ijarah dan Ijarah Muntahia Bit Tamlik (IMBT) merupakan transaksi sewa
menyewa yang diperbolehkan oleh bank syariah. Akad ijarah merupakan akad
yang memfasilitasi transaksi pemindahan hak guna (manfaat) atas suatu barang
atau jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa/upah tanpa diikuti
pemindahan kepemilikan barang. Adapun akad IMBT memfasilitasi transaksi
ijarah, yang pada masa akhir sewa, penyewa diberi hak pilih untuk memiliki
barang yang disewa dengan cara yang disepakati oleh kedua pihak. Akad ijarah
dalam suatu lembaga keuangan syariah dapat digunakan untuk transaksi
penyewaan suatu barang maupun penggunaan suatu jasa yang dibutuhkan oleh
nasabah.
Bagi bank syariah, transaksi ini memiliki beberapa keunggulan jika
dibandingkan dengan jenis akad lainnya, yaitu;
1. dibandingkan dengan akad murabahah, akad ijarah ini lebih fleksibel
dalam hal objek transaksi. Pada akad murabahah, objek transaksi haruslah
berupa barang, sedangkan pada akad ijarah, objek transaksi dapat berupa
jasa, seperti jasa kesehatan, pendidikan, ketenagakerjaan, pariwisata, dan
lainnya yang tidak bertentangan dengan syariah.
2. Dibandingkan dengan investasi, akad ijarah mengandung resiko usaha
yang lebih rendah, yaitu adanya pendapatan sewa yang relatif tetap.

Kendati mengandung kelebihan dibanding transaksi jual beli maupun investasi,


pada transaksi ijarah dan IMBT, melekat konsekuensi yang harus ditanggung
oleh bank sebagai pemberi sewa, pembahasan tentang konsekuensi yang
melekat pada bank sebagai pemberi sewa akan dibahas pada bagian ketentuan
syari dan rukun transaksi ijarah dan IMBT.
Adapun aplikasi dalam perbankan ialah bank-bank islam yang mengoperasikan
produk al-ijarah, dapat melakukan leasing, baik dalam bentuk operating lease

maupun financial lease. Akan tetapi, bank-bank tersebut lebih banyak


menggunakan al-ijarah amuntahia bit tamlik karna lebih sederhana dari sisi
pembukuan. Selain itu bank pun tidak direpotkan untuk mengurus pemeliharaan
aset baik pada saat leasing maupun sesudahnya.
Sedangkan bentuk al-ijarah al-muntahia bit-tamlik sangat banyak, tergantung
pada apa yang disepakati kedua pihak yang berkontrak misalnya, al-ijarah dan
janji menjual;nilai sewa yang mereka tentukan dalam al-ijarah; harga barang
dalam transaksi jual; dan kapan kepemilikan dipindahkan.

B. Ketentuan Syari, Rukun Transaksi, dan Transaksi IMBT

Ketentuan Syari Transaksi Ijarah dan Transaksi IMBT


Berdasarkan terminologi, ijarah adalah memindahkan kepemilikan fasilitas
dengan imbalan. Penyewaan dalam sudut pandang islam meliputi 2 hal, yaitu;
pertama, penyewaan terhadap potensi atau sumber daya manusia; kedua,
penyewaan terhadap suatu fasilitas. Penyewaan terhadap potensi manusia
misalnya adalah menyewa seseorang untuk membantu pekerjaan dalam waktu
tertentu (dikategorikan oleh ahli fiqih dengan pekerja pribadi) atau untuk
menyelesaikan satu pekerjaan tertentu (dikategorikan oleh ahli fiqih dengan
pekerja umum). Adapun penyewaan untuk fassilitas antara lain penyewaan
tempat tinggal, tanah garapan atau mobil angkutan.
Ketentuan syari transaksi ijarah diatur dalam fatwa DSN No. 09 th 2000.
Adapun ketentuan syari transaksi ijarah untuk penggunaan jasa diatur dalam
fatwa DSN No. 44 th 2004. Sedangkan ketentuan syari IMBT diatur dalam
fatwa DSN No. 27 th 2000. Secara detail, fatwa DSN tentang transaksi ijarah
dan IMBT dibahas dalam bagian rukun transaksi ijarah, multijasa dan IMBT
berikut.

Rukun Transaksi IMBT


Berdasarkan fatwa DSN No.27 th 2002 disebutkan bahwa pihak yang
melakukan transaksi IMBT harus melaksanakan akad ijarah terlebih dahulu.
Dengan demikian, pada akad IMBT juga berlaku semua rukun dan syarat

transaksi ijarah. Adapun akad perjanjian IMBT harus disepakati akad ijarah
ditanda tangani. Selanjutnya, pelaksanaan akad pemindahan kepemilikan, baik
dengan jual beli atau pemberian hanya dapat dilakukan setelah masa ijarah
selesai. Berdasarkan fatwa DSN No.27 tersebut, janji pemindahan kepemilikan
yang disepakati diawal akad ijarah hukumnya tidak bersifat mengikat. Oleh
karna itu, apabila janji tersebut ingin dilaksanakan maka harus ada akad
pemindahan kepemilikan yang dilakukan setelah masa ijarah selesai.

Alur Transaksi Ijarah dan IMBT


Skema transaksi istishna ditunjukkan pada figur 11.1. Transaksi dilakukan
dengan alur sebagai berikut;
Pertama, nasabah mengajukan permohonan ijarah dengan mengisi formulir
permohonan. Berbagai informasi yang diberikan selanjutnya diverifikasi
kebenarannya dan dianalisis kelayakkannya oleh bank syariah bagi nasabah
yang dianggap layak, selanjutnya diadakan perikatan dalam bentuk
penandatanganan kontrak ijarah atau IMBT.
Kedua, sebagaimana difatwakan oleh DSN, bank selanjutnya menyediakan
objek sewa yang akan digunakan oleh kepada nasabah. Bank dapat mewakilkan
kepada nasabah untuk mencarikan barang atau jasa yang akan disewa nasabah
untuk selanjutnya dibeli atau dibayar oleh bank syariah.
Ketiga, nasabah menggunakan barang atau jasa yang disewakan sebagaimana
yang telah disepakati dalam kontrak. Selama penggunaan objek sewa, nasabah
menjaga dan menanggung biaya pemeliharaan barang yang disewa sesuai
kesepakatan. Sekiranya terjadi kerusakan bukan karna kesalahan penyewa,
maka bank syariah sebagai pemberi sewa akan menanggung biaya
perbaikannya.
Keempat, nasabah penyewa pembayar fee sewa kepada bank syariah sesuai
dengan kesepakatan akad sewa.
Kelima, pada transaksi IMBT, setelah masa ijarah selesai, bank sebagai pemilik
barang dapat melakukan pengalihan hak milik kepada penyewa.

Bank syariah
sebgai
pemberi
sewa
barang/jasa

1. Negosiasi
Akad ijarah

Nasabah
sebagai
penyewa

4.membayar sewa pada

3.menggunakan objek

Ijarah
2.membeli
Barang /jasa
Pada pemasok

OBJEK IJARAH

5.mengalihkan hak
milik barang ijarah
pada akhir masa sewa
(khusus IMBT)

Anda mungkin juga menyukai