Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

PEMBIAYAAN IJARAH DI BANK SYARIAH


Disusun guna memenuhi tugas terstruktur pada Mata Manajemen Pendanaan dan

Pembiayaan Bank Syariah

DOSEN PENGAMPU :

Cita Sary Dja’akum, S.H.I., M.E.I.

DISUSUN OLEH :

1. Windy Sholichatul Arofah (2105036146)


2. Charir Da Taftia Chamuda (2105036154)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

PERBANKAN SYARIAH

2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr wb

Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayat kepada kami
karena telah menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat salam semoga terlimpahkan
kepada baginda Rasulullah SAW yang telah mengantarkan kita semua pada zaman yang modern
dan menghilangkan zaman jahiliyyah atau kebodohan.

Dibuatnya makalah ini diharapkan para pembaca memahami tentang bagaimana cara
mekanisme pembiayaan ijarah yang berada di bank syariah secara benar sesuai dengan Al-
Qur’an dan Hadist yang telah ditetapkan.

Wassalamu’alaikum wr wb

Semarang, 20 Oktober 2022

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Konsep muamalah dalam islam bermakna luas, salah satunya adalah konsep perbankan
syariah yang dimunculkan sebagai sistem ekonomi yang dilakukan oleh setiap muslim
dalam bermuamalah, pendasaran bunga yang digolongkan kedalam fiqih yang berarti
haram. Mulailah timbul usahausaha untuk mendirikan bank alternatif non-ribawi.
Lembaga keuangan merupakan pokok penting dari keberlangsungan perekonomian suatu
negara dalam menjalankan sistem kenegaraannya baik untuk kebutuhan dalam negeri
maupun kebutuhan luar negeri, bentuk lembaga keuangan di Indonesia terbagi dalam dua
macam, yaitu lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank (asuransi,
pegadaian, dana pensiun, pasar modal dan lain-lain). Lembaga perbankan merupakan
salah satu inti dari sistem keuangan dari setiap negara. 1 Bank adalah badan usaha yang
menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnnya dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.2 Al-Ijarah merupakan salah satu bentuk
kegiatan muamalah dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia, seperti sewa-menyewa,
kontrak, atau menjual jasa dibidang jasa keuangan, barang konsumtif, produktif,
perhotelan dan lain-lain. Penggunaan akad ini semakin banyak digunakan pada masa
sekarang sebagai salah satu pilihan akad yang dapat digunakan untuk melakukan
pembiayaan yang berkenaan dengan sewa yang diakhiri dengan pindahnya hak
kepemilikan oleh nasabah yang dikenal dengan Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik. 3 Prinsip
sewa (ijarah) dilandaskan adanya perpindahan manfaat (hak guna), bukan perpindahan
kepemilikan (hak milik). Dengan objek transaksinya adalah barang maupun jasa, dan
tidak diikuti dengan pemindahan kepemilikan (hak milik) barang itu sendiri.4

1
Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional indonesia Edisi Revisi, ( Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011,
hlm. 7
2
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 21 tahun 1998 tentang perbankan syariah
3
Nasrun Haroen, Fiqih Muamalah, (Jakarta: Gaya Media, 2007), hlm.228.
4
Adi Warman A.Karim, Bank Islam,( Jakarta:PT. Raja Grafindo, 2013), hlm. 137.
B. Rumusan masalah

Berikut ini beberapa rumusan masalah yang kami buat untuk menunjang materi
yang disampaikan.

1) Apa yang dimaksud dengan prinsip sewa (Ijarah) dan Apa kewajiban kedua-belah
pihak?
2) Bagaimana cara kesepakatan mengenai harga sewa?
3) Apa pengertian Ijarah dan Leasing?
4) Bagaimana skema dan pola pembayaran Ijarah?
5) Bagaimana contoh kasus pembiayaan Ijarah?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Prinsip Sewa (Ijarah)

Al-Ijarah berasal dari kata al-ajru yang berarti al-'iwadhu (ganti). Dalam pengertian
istilah yang dimaksud dengan ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan
jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
(ownership atau milkiyyah) atas barang itu sendiri. Dalam konteks perbankan syariah,
ijarah adalah lease contract di mana suatu bank atau lembaga keuangan menyewakan
peralatan (equipment) kepada salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya
yang sudah ditentukan secara pasti sebelumnya (fixed charge). 5 Fatwa DSN MUI Nomor
09/DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan ijarah, menjelaskan bahwa objek ijarah
adalah manfaat dari penggunaan barang dan/atau jasa. Serta kewajiban LKS dalam akad
ijarah yaitu menyediakan barang yang disewakan atau jasa yang diberikan.
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat atau sewa. Transaksi ini dapat
menjadi transaksi leasing sebagai pilihan kepada penyewa/nasabah untuk membeli aset
tersebut pada akhir masa penyewaan, meskipun hal ini tidak selalu dibutuhkan. Dalam
perbankan syariah transaksi ini dikenal dengan ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa yang
diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Bank mendapatkan imbalan atas jasa sewa
tersebut. Harga sewa dan harga jual pada akhir masa sewa disepakati pada awal
perjanjian.6
Menurut Muhammad Syafi‟i Antonio, Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas
barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri.7 Menurut Nadratuzzaman
Hosen dan Sunarwir Kartika Setiati, ijarah yang dilakukan oleh perbankan syariah tidak
sama persis dengan definisi ijarah yang dikenal dalam kitab-kitab fikih. Ijarah yang
5
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Yogyakarta: Ekonisia, 2012, h. 73
6
Abdul Manan, Hukum Ekonomi Syariah dalam Perpektif Kewenangan Peradilan Agama, Jakarta: Kencana, 2012, h.
227
7
Muhammad Syafi‟i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, Jakarta: Gema Insani Press, 2013, h. 117
lazimnya dijelaskan dalam kitab fikih hanya melibatkan dua pihak, yaitu penyewa dan
yang menyewakan. Metode pembayarannya dapat dilakukan tunai (naqdan) atau
angsuran (bi tsaman ajil atau majjal), Adapun dalam perbankan syariah sebenarnya
terdapat dua akad ijarah yang melibatkan tiga pihak. Ijarah pertama dilakukan secara
tunai antara bank (sebagai penyewa) dengan yang menyewakan jasa. Ijarah yang kedua
dilakukan secara cicilan antara bank (sebagai yang menyewakan) dengan nasabah bank.
Lazimnya bisnis, tentu bank mengambil keuntungan dari transaksi ijarah ini. Rukun
ijarah pertama terpenuhi (ada penyewa, dan ada yang menyewakan, ada jasa yang
disewakan, ada ijab kabul), demikian pula ijarah yang kedua. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa kedua akad ijarah ini sah hukumnya.
Hak Dan Kewajiban Dalam Sewa-Menyewa adalah sebagai berikut: 8 Hak dan kewajiban
pihak yang menyewakan (mu’jir), yaitu: 1) hak pihak yang menyewakan: a) Pihak yang
menyewakan berhak menerima segala harga sewanya. 1) kewajiban pihak yang
menyewakan: a) Pihak yang menyewakan berkewajiban untuk menyerahkan barang
yang menjadi objek sewa-menyewa, karena ia telah mempermilikan manfaat dengan
terjadinya perjanjian tersebut. b) Pihak yang menyewakan mengizinkan pemakaian
barang yang diserahkan kepada orang yang menyewanya. c) Pihak yang menyewakan
memelihara keberesan barang yang disewakannya, seperti memperbaiki kerusakkan
yang ada pada barang yang diseakannya, kecuali jika kerusakan tersebut ditimbulkan
oleh pihak penyewa.
Hak dan kewajiban bagi pihak penyewa (musta’jir), yaitu: 1) hak pihak penyewa: a)
Penyewa berhak mengambil manfaat dari barang sewaannya. b) Penyewa diperbolehkan
mengganti pemakaian sewaannya oleh orang lain, sekalipun tidak seizin orang yang
menyewakannya. Kecuali diwaktu sebelum akad telah ditentukan bahwa penggantian itu
tidak boleh, maka tidak diperbolehkan adanya pergantian pemakai. 1) kewajiban pihak
penyewa: a) Penyewa berkewajiban menyerahkan uang pembayaran sewa sebagaimana
yang telah ditentukan dalam perjanjian. b) Penyewa harus menjaga dan memelihara
barang sewaan. c) Penyewa harus memperbaiki kerusakan-kerusakan yang
ditimbulkannya, kecuali rusak sendiri. d) Penyewa wajib mengganti kalau terjadi

8
Idri, Hadis Ekonomi....h. 240
kerusakan pada barang sewaan karena kelalaiannya, kecuali kalau kerusakan itu bukan
karena kelalaiannya sendiri.
B. Kesepakatan mengenai harga sewa
harga dalam perspektif ekonomi Islam ialah penentuan harga yang terjadi dipasar sangat
dipengaruhi oleh mekanisme pasar yaitu permintaan dan penawaran. Kenaikan
penawaran atau penurunan permintaan akan menyebabkan terjadinya kenaikan harga,
demikian pula sebaliknya penurunan penawaran atau kenaikan permintaan akan
menyebabkan penurunan harga. Adapun syarat ujrah antara lain:
a) Diketahui jumlahnya oleh kedua belah pihak dalam sewa menyewa maupun dalam
upah mengupah. b) Tidak boleh sejenis dengan barang manfaat dari ijarah. c)
Besaran upah/gaji harus dibayarkan sesuai dengan yang telah disepakati oleh kedua
belah pihak sesuai dengan profesionalitas pekerja atau sesuai dengan ketentuan yang
ada. d) Upah harus dibayarkan sesegera mungkin. Hal itu terlihat adanya perintah
untuk membayar upah dan adanya ancaman bagi orang yang tidak membayar upah
pekerja yang telah menyelesaikan pekerjaannya. e) Upah merupakan hak pekerja
yang harus dibayar oleh orang yang memperkerjakan.
C. Ijarah dan Leasing
Al Ijarah adalah akad perpindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran
upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (ownership milkiyyah) atas
barang itu sendiri.9 Secara harfiah Ijarah berarti memberikan sesuatu dengan sewa, dan
secara teknis ia menyangkut penggunaan property milik orang lain bedasarkan ongkos
sewa yang diminta atau sering disebut leasing (sewa beli) atau ijarah yang sering
dipraktikkan oleh bank-bank Islam. Perbedaan antara penjualan (bai) dan Ijarah adalah
pemindahan kepemilikan vis-avis pemindahan manfaat. Maksudnya, property yang
disewakan tetap dalam pemilikan orang yang menyewakan dan hanya manfaatnya saja
yang dipindahkan kepada penyewa.10
Sedangkan leasing merupakan suatu akad untuk menyewa sesuatu barang dalam kurun
waktu tertentu. Leasing ini ada dua katagori global, yaitu operating lease dan financial
lease. Operating lease merupakan suatu proses menyewa suatu barang untuk
mendapatkan hanya manfaat barang yang disewanya, sedangkan barangnya itu sendiri
9
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah: Wacana Ulama & Cendikia, (Jakarta: Tazkia Institute, 1999), hal 155.
10
Marvyn K. Lewis dan Latifa M. Alqaoud, Perbankan Syariah; Prinsip, Praktik, Prospek, (Jakarta: Serambi,
tetap merupakan milik bagi pihak pemberi sewa. Sewa jenis pertama ini berpadanan
dengan konsep ijarah di dalam syariah Islam yang secara hukum Islam diperbolehkan
dan tidak ada masalah. Konsekwensinya, suatu ijarah didasarkan pada perjanjian antara
orang yang menyewakan dan penyewa atas penggunaan aset tertentu. Orang yang
menyewakan tetap sebagai pemilik asset dan penyewa menguasai serta menggunakan
aset tersebut dengan membayar uang sewa tertentu untuk suatu periode waktu tertentu.
Ijarah wa iqtina, di lain pihak, lebih menyerupai sewa pembiayaan. Persewaan selama
masa sewa ini cukup untuk melunasi (secara mengangsur) investasi perusahaan leasing
dan mendatangkan laba. Adapun financial lease merupakan suatu bentuk sewa dimana
kepemilikan barang tersebut berpindah dari pihak pemberi sewa kepada penyewa. Bila
dalam masa akhir sewa pihak penyewa tidak dapat melunasi sewanya, barang tersebut
tetap merupakan milik pemberi sewa (perusahaan leasing). Akadnya dianggap sebagai
akad sewa. Sedangkan bila pada masa akhir sewa pihak penyewa dapat melunasi
cicilannya maka barang tersebut menjadi milik penyewa. Biasanya pengalihan pemilikan
ini dengan alasan hadiah pada akhir penyewaan, pemberian cuma-cuma, atau janji dan
alasan lainnya. Intinya, dalam financial lease terdapat dua proses akad sekaligus : sewa
sekaligus beli. Dan inilah sebabnya mengapa leasing bentuk ini disebut sebagai sewa-
beli. Dalam cara ini, bank-bank membeli peralatan atau mesin-mesin dan
menyewakannya kepada nasabah mereka yang pada akhirnya boleh memilih untuk
membeli barang-barang tersebut. Pembayaran cicilan bulanannya terdiri atas dua
komponen, yaitu, uang sewa untuk penggunaan peralatan dan cicilan untuk harga
pembelian. Harga sewa asal untuk asset yang di-leasing-kan harus ditetapkan
sebelumnya, tetapi dapat ditambahkan semacam semacam intensif keberhasilan bisnis.
Nasabah juga dapat melakukan negosiasi untuk pembelian asset pada akhir periode.
Dalam kasus demikian maka uang sewa yang dibayarkan sebelumnya akan merupakan
bagian dari harga dikurangi imbalan bank.
D. Skema dan pola pembayaran Ijarah
1. Permohonan pembiayaan ijarah
2. Menyewa atau membeli ijarah
3. Akad pembiayaan ijarah objek ijarah
a. Nasabah mengajukan pembiayaan ijarah ke bank syariah.
b. Bank syariah membeli/menyewa barang yang diinginkan oleh nasabah sebagai objek
ijarah, dari supplier/penjual/pemilik.
c. Setelah dicapai kesepakatan antara nasabah dan bank mengenai barang objek ijarah,
tarif ijarah, periode ijarah dan biaya pemeliharaannya, maka akad pembiayaan ijarah
ditanda tangani. Nasabah diwajibkan
menyerahkan jaminan yang dimiliki.
d. Bank menyerahkan objek ijarah kepada nasabah sesuai
akad yang disepakati. Setelah periode ijarah berakhir, nasabah mengembalikan objek
ijarah tersebut kepada bank.
e. Bila bank memebeli objek ijarah tersebut (al-bai’ wal ijarah) maka setelah periode
ijarah berakhir objek ijarah tersebut disimpan oleh bank sebagai asset yang dapat
disewakan kembali.
f. Bila bank menyewa objek ijarah tersebut (al ijarah wal ijarah, atau ijarah pararel),
maka setelah periode tersebut dikembalikan oleh bank kepada supplier/ penjual/ pemilik.

E. Contoh Kasus Pembiayaan Ijarah

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan
tentang kajian manajemen pembiayaan modal kerja dengan menggunakan akad ijarah
pada bank syariah:
1. Pelaksanaan Pembiayaan Modal kerja khususnya ijarah dalam hukum Islam
diperbolehkan selama tidak melanggar aturan-aturan dari perjanjian. Ijarah telah
ditetapkan pada Al-quran, Hadist bahkan hukum positif yang berlaku di Indonesia
2. Kontekstualisasi pembiayaan modal kerja ijarah pada bank syariah. Dalam konteks
perbankan syariah masa kini Ijarah saat ini sudah berkembang sehingga ada yang disebut
sebagai Ijarah Mumtahiyah Bittamlik (IMBT). Pembiayaan ijarah dan ijarah
mumtahiyah bittamlik (IMBT) memiliki kesamaan perlakuan dengan pembiayaan
murabahah. Sampai saat ini, mayoritas produk pembiayaan bank syari'ah masih terfokus
pada produk-produk murabahah (prinsip jual-beli). Kesamaan keduanya adalah bahwa
pembiayaan tersebut termasuk dalam kategori dasamya natural certainty contract, dan
pada dasarnya adalah kontrak jual beli.

3. Implementasi Pembiayaan modal kerja dengan menggunakan ijarah baik itu secara
teori pada bank syariah dan juga secara praktik pada dunia perbankan tidak jauh berbeda.
Dimana, proses pemberian pembiayaan dalam bank syariah salah satunya adalah PT.
BPRS Puduarta Insanisama dengan teori pembiayaan ijarah pada perbankan syariah
umumnya yaitu berdasarkan surat Surat Edaran No. 10/14/DPBS yang dikeluarkan Bank
Indonesia tertanggal 17 Maret 2008 Namun, yang hanya sebagai pembeda dari PT.
BPRS Puduarta Insanini adalah pembayaran sewa tidak dapat dilakukan dalam bentuk
piutang atau pembebasan utang sedangkan PT. BPRS Puduarta Insani sebaliknya.

B. Saran

Demikian makalah ini kami buat, untuk lembaga keuangan terutama bank syariah
diharapkan bisa lebih ber-inovasi sehingga saluran atau jaringan penyaluran produk-
produk dapat tersampaikan dengan baik kepada nasabah.
DAFTAR PUSTAKA

Hakim, M. L. (2018). P issn : 2477 - 0469 e issn : 2581 - 2785. 1(September 2017), 45–64.

Anda mungkin juga menyukai