Anda di halaman 1dari 11

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

“BANK, ASURASI, DAN KOPERASI


SYARIAH”

Guru Pembimbing:
Drs. Munip

Disusun oleh :
Muhammad Julian Fatahillah (29) X–F
Ultri Mawaria Rista (34) X–F
Bilqis Zakkiyah Azizah (04) X–F
Eka Putri Indah Sari (11) X–F
Indira Sagita (17) X–F
Lusyana Nurul Azizah (22) X–F
Muh Reno Firdaus (27) X–F

SMA NEGERI 1 BESUKI


TAHUN PELAJARAN 2023/2024
DAFTAR ISI
COVER
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I. BANK SYARIAH
1.1 Definisi Bank Syariah
1.2 Sejarah Bank Syariah
1.3 Dasar Hukum Perbankan Syariah
1.4 Kegiatan dan Usaha Bank Syariah
1.5 Hikmah dan Manfaat Bank Syariah
BAB II. ASURANSI SYARIAH
2.1 Pengertian Asuransi Syariah
2.2 Prinsip Asuransi Syariah
2.3 Hukum Asuransi Syariah
2.4 Fungsi Asuransi Syariah
2.5 Unsur Asuransi Syariah
2.6 Perbedaan dan Persamaan Asuransi Non-Syariah dan Syariah
2.7 Manfaat Asuransi Syariah
2.8 Rukun Asuransi Syariah menurut Imam Hanafi
2.9 Larangan Asuransi Syariah
BAB III. KOPERASI SYARIAH
3.1 Pengertian
3.2 Dasar Hukum
3.3 Kegiatan Usaha Koperasi Syariah
3.4 Hikmah dan Manfaat Koperasi Syariah
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Mahakuasa karena telah memberikan
kesempatan pada penulis untuk menyelesaikan makalah ini. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Bank,
Asuransi, dan Koperasi Syariah”.

Makalah “Bank, Asuransi, dan Koperasi Syariah” disusun guna memenuhi


penugasan oleh Drs. Munip pada mata pelajaran agama islam di SMA Negeri 1
Besuki.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Drs. Munip selaku


guru mata pelajaran agama islam. Tugas makalah yang telah diberikan ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni penulis. Penulis
juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu proses
penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah
ini.

Penulis
BAB I
BANK SYARIAH
1.1 Definisi Bank Syariah
Menurut Undang-Undang No.21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
definisi bank syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
prinsip syari’ah, yang terdiri dari Bank Umum Syariah dan Bank Rakyat Syariah.

1.2 Sejarah Bank Syariah


Bank syariah yang pertama kali berdiri di Indonesia adalah Bank Muamalat
pada tahun 1991. Berdirinya Bank Muamalat merupakan insiatif Majelis Ulama
Indonesia (MUI) ketika menyelenggarakan lokakarya tentang bunga bank di
Cisarua, Bogor, Jawa Barat pada tanggal 18-20 1990. Hasil lokakarya kemudian
dibahas secara mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI pada tanggal 22-25
Agustus 1990 di Jakarta.
MUI kemudian membentuk Tim Perbankan MUI. Hasil kinerja Tim Perbankan
MUI kemudian melahirkan bank syariah pertama di Indonesia, yaitu PT. Bank
Muamalat Indonesia (BMI) pada tanggal 1 November 1991. BMI resmi beroperasi
sejak tanggal 1 Mei 1992. BMI itulah yang sekarang kita kenal dengan Bank
Mumalat.

1.3 Dasar Hukum Perbankan Syariah


Regulasi tentang perbankan syariah diatur dalam Undang-Undang No. 10
tahun 1998, UU ini pun mengatur secara jelas bahwa bank umum maupun Bank
Prekreditan Rakyat (BPR) dapat beroperasi dan melakukan pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah. Yang dimaksud dengan prinsip syariah adalah segala
kegiatan usaha dan transaksi yang sesuai dengan ketentuan syariah.
Kegiatan usaha dan transaksi dengan prinsip syariah diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Pembiayaan dengan prinsip bagi hasil (mudharabah).
b. Pembiayaan dengan prinsip penyertaan modal (musyarakah).
c. Prinsip jual beli barang untuk memperoleh keuntungan (murobahah).
d. Pembiayaan barang modal dengan sewa murni (ijarah).
e. Pemindahan hak milik barang yang disewa dari pihak bank kepada pihak lain
(ijarah wa iqtina).

Selanjutnya pada tahun 2008 terbitlah UU No. 21 Tahun 2008 tentang


Perbankan Syariah. UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah terdiri dari
13 bab dengan 70 pasal yang mengatur tambahan beberapa prinsip baru antara lain:
1. Tata kelola (corporate governance);
2. Prinsip kehati-hatian (prudential principles);
3. Manajemen risiko (risk management)
4. Penyelesaian sengketa
5. Otoritas fatwa
6. Komite perbankan syariah
7. Pembinaan dan pengawasan bank syariah

1.4 Kegiatan dan Usaha Bank Sayriah


Perbedaan antara transaksi konvensional dan syariah adalah tidak adanya
unsur riba dalam bank syariah. Adapun 3 kegiatan bank syariah adalah:
1. Penghimpunan data
Prinsip penghimpunan dana pada bank syariah sesuai dengan fatwa Dewan
Sayriah Nasional terdiri dari 2 macam yaitu:
a. Penghimpunan Dana dengan Prinsip Wadiah
Wadiah adalah titipan dari satu pihak ke pihak lain sebagai individu
maupun atas nama badan hukum yang harus dijaga dan dikembalikan oleh
penerima titipan kapanpun pihak yang menitipkan hendak mengambilnya.
Wadiah dibagi lagi menjadi 2 macam:
• Wadiah yad dlamanah: titipan yang selama belum dikembalikan
kepada pihak yang menitipkan, boleh dimanfaatkan oleh pihak
penerima.
• Wadiah yad amanah: pihak yang menerima titipan tersebut tidak boleh
mengambil manfaat atas barang yang dititipkan tersebut sampai pihak
yang menitipkan mengambilnya kembali.

b. Penghimpunan Dana dengan Prinsip Mudharabah


Mudharabah adalah perjanjian kerjasama atas sebuah usaha dimana
pihak pertama bertindak sebagai penyedia dana (sahibul maal) dan pihak
kedua bertanggungjawab untuk pengelolaan usaha (mudharib).
Mudharabah terbagi menjadi 3 macam:
• Mudharabah Muthlaqah: sistem mudharabah yang memberikan
kekuasaan penuh terhadap pengelola.
• Mudharabah Muqoyyadah: pemilik dana memberikan batasan kepada
mudharib dalam pengelilaan dana.
• Mudharabah Musytarakah: pihak pengelola dana menyertakan
modalnya dalam kerjasama investasi.
2. Penyaluran Dana
Kegiatan Penyaluran Dana dibagi ke dalam 3 bentuk, yaitu:
a. Jual Beli
Jual Beli dalam bank syariah terdapat 3 skema:
• Jual Beli dengan skema murabahah: Penjual menyampaikan harga
perolehan suatu barang dan menyepakati keuntungan yang akan
diambil bersama dengan pembeli.
• Jual Beli dengan skema salam: Jual Beli dimana seorang nasabah akan
melakukan pelunasan pembayaran terhadap harga yang disepakati
terlebih dahulu sebelum barang diterima.
• Jual beli dengan skema istinha’: Jual Beli berdasarkan pada
pemberian tugas dari pembeli kepada penjual yang juga produsen
untuk menyediakan barang atau produk sesuai dengan kualifikasi
yang disepakati.
b. Investasi
Investasi dalam bank syariah terbagi ke dalam dua skema:
• Mudharabah: persetujuan kerjasama dengan pekerja untuk mengelola
uang dari pemililk modal dalam kegiatan bisnis tertentu. Jika untung
maka bagi hasil, namun jika rugi, maka ditanggung oleh pemilik
modal.
• Musyarakah: perjanjian kerja sama antara dua pihak dalam bisnis
terntu. Jika untung, maka dibagi berdasarkan prosentase investasi
yang ditanamkan. Jika rugi, maka ditanggung bersama secara
proporsional.
c. Sewa menyewa
Sewa-menyewa dibagi ke dalam 2 skema:
• Ijarah: perpindahan hak pakai suatu barang dan jasa dalam waktu
tertentu dengan cara membayar sewa atau upah tanpa merubah status
kepemilikan.
• Ijarah mumtahiya bittamlilk: Kombinasi antara sewa-menyewa, jual
beli dan hibah, diaman pihak yang menyewakan, berjanji akan
menjual barang yang disewakan pada akhir periode.

3. Jasa Pelayanan
Jasa pelayanan yang ditawarkan berdasarkan akad adalah sebagai berikut:
a. Wakalah
Serah terima dari seserang kepada orang lain untuk mengerjakan sesuatu
yang tidak dapat ia lakukan. Akad ini juga disebut Perwakilan .
b. Hawalah
Transaksi yang timbul karena salah satu pihak memindahkan tagihan
utang kepada orang lain yang menanggungnya
c. Kafalah
Pemberian jaminan yang dilakukan oleh pihak pertama kepada pihak
kedua, dimana pihak pertama bertanggungjawab kembali atas pembayaran
suatu barang yang menjadi hak pihak kedua.
d. Rahn
Menahan aset (harta) nasabah sebagai agunan atau jaminan tambahan pada
jaminan yang diberikan. Dalam bank konvensional disebut juga dengan
gadai.
1.5 Hikmah dan Manfaat Bank Syariah
1. Terhindar dari riba
2. Mendatangkan pahala bagi orang yang melakukannya
3. Keuntungan diperhitungkan berdasarkan bagi hasil
4. Sistem bagi hasil lebih rendah dan transparan
5. Memberikan saldo tabungan yang rendah
6. Dana nasabah dipergunakan sesuai syariah
BAB II
ASURANSI SYARIAH

2.1 Pengertian Asuransi Syariah


Asuransi Syariah disebut “takaful” yaitu berasal dari bahasa yang artinya
saling menanggung atau menanggung bersama.
Asuransi syariah menurut Undang-undang Nomor 40 Tahun 2014 ini adalah
kumpulan perjanjian antara pemegang polis dengan perusahaan asuransi
syariah dalam rangka pengelolaan kontribusi berdasarkan prinsip syariah guna
saling tolong-menolong dan melindungi.
2.2 Prinsip Asuransi Syariah
1. Tauhid
2. Keadilan
3. Ta’awun (tolong-menolong)
4. Kerjasama
5. Amanah (trustworthy)
6. Kerelaan (ridla)
7. Larangan praktik riba
8. Larangan praktik gharar
9. Larangan praktik judi (maisir)
2.3 Hukum Asuransi Syariah
Menurut para Fuqaha’, Golongan ulama fikih yang menyatakan hukum
asuransi itu mubah, sementara golongan yang lain menyatakan haram.
Para ahli fikih klasik, tidak ada yang membahas tentang persoalan asuransi.
Sehingga tidak ditemukan dalil yang melarang praktik asuransi. Hal itulah
kemudian yang menjadi alasan golongan ulama fikih membolehkan asuransi
karena berpegang pada kaidah ushul fikih: “Hukum asal sesuatu adalah boleh,
kecuali ada dalil yang mengharamkannya”
2.4 Fungsi Asuransi Syariah
1. Memberikan kompensasi kepada pemegang polis karena kerusakan,
kerugian, kehilangan keuntungan, biaya yang timbul dan tanggungjawab
hukum kepada pihak ketiga yang mungkin ditanggung oleh pemegang polis
karena terjadinya sesuatu yang tidak pasti (tidak bisa diprediksi).
2. Memberikan pembayaran karena pemegang polis meninggal dunia atau
pembayaran yang didasarkan pada hidup pemegang polis dengan manfaat
yang jumlahnya ditetapkan pada pengelolaan dana.
2.5 Unsur Asuransi Syariah
1. Pihak tertanggung
2. Pihak penanggung
3. Akad atau perjanjian asuransi
4. Pembayaran iuran (premi)
5. Kerugian, kerusakan atau kehilangan (yang diderita tertanggung)
6. Peristiwa yang tidak bisa diprediksi
2.6 Perbedaan dan Persamaan Asuransi Non-Syariah dan Syariah
a. Perbedaan

b. Persamaan
1. Akad dan kesepakatan kerjasama pada dua asuransi ini, sama-sama
berdasarkan atas kerelaan masing-masing peserta.
2. Keduanya memberikan pertanggungan dan jaminan risiko bagi
pesertanya.
3. Kedua asuransi ini memiliki akad yang bersifat mustamir (terus
menerus).
4. Keduanya berjalan sesuai dengan akad masing-masing pihak.
2.7 Manfaat Asuransi Syariah
1. Merupakan cerminan dari perintah Allah Swt. Dan Rasulullah Saw. Untuk
saling tolong menolong dalam kebaikan.
2. Melindungi diri dari praktik-praktik muamalah yang tidak bersyariat
3. Memberikan jaminan perlindungan dari risiko kerugian yang diderita oleh
hanya satu pihak.
4. Efisien, dikarenakan tidak perlu lagi mengalokasikan biaya, waktu dan
tenaga tersendiri untuk memberikan perlindungan diri.
5. Sharing cost, yaitu cukup hanya dengan membayar biaya dengan jumlah
tertentu, dan tidak perlu membayar sendiri jumlah biaya kerugian yang
timbul karena sesuatu yang tidak bisa diprediksi.
6. Menabung.
2.8 Rukun Asuransi Syariah menurut Imam Hanafi
a. Kafil; yaitu orang yang menjamin (baligh, berakal, bebas berkehendak,
tidak tercegah membelanjakan hartanya).
b. Makful lah; yaitu orang yang berpiutang disarankan sudah dikenal oleh
kafil.
c. Makful ‘anhu; yaitu orang yang berhutang.
d. Makful bih; yaitu utang, baik barang maupun uang disyaratkan diketahui
dan jumlahnya tetap.
2.9 Larangan Asuransi Syariah
1. Tidak sah transaksi atas sesuatu yang tidak diketahui (gharar)
2. Tidak sah transaksi jika mengandung unsur riba
3. Tidak sah transaksi jika mengandung praktik perjudian (maisir)
BAB III
KOPERASI SYARIAH

3.1 Pengertian
Koperasi syariah adalah badan usaha koperasi yang menjalankan
aktivitas usaha dengan prinsip, tujuan dan kegiatannya berlandaskan pada Al-
Qur`an dan hadis. Secara sosiologis, koperasi syariah di Indonesia sering
disebut dengan Baitul Maal wa at-Tamwil atau BMT.
3.2 Dasar Hukum
a. Al-Quran dan Al-Hadits prinsip tolong menolong (ta’awun) dan saling
menguatkan (takaful).
b. Sila ke 5 Panca Sila
c. UUD 1945 Amandemen pasal 33 ayat 1 “perekonomian disusun sebagai
usaha bersama atas asas kekeluargaan”
d. Peraturan Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah (KUKM)
Nomor 16/Per/M.UKM/IX/2015 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syariah oleh Koperasi.
3.3 Kegiatan Usaha Koperasi Syariah
1. Menghimpun dana: simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan suka rela.
2. Penyaluran dana (mudharabah dan musyarakah), jual beli (piutang
mudharabah, piutang salam, piutang istishna’ dan sejenisnya).
3. Investasi (mudharabah dan musyarakah)
4. Jual beli
5. Sewa menyewa
6. Penitipan
7. Pengalihan hutang (hawalah)
8. Pendeleasian mandat (wakalah)
9. Penjamin (kafalah)
10. Pinjaman lunak (tanpa bunga)

3.4 Hikmah dan Manfaat Koperasi Syariah


1. Meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.
2. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
3. Meningkatkan perekonomian nasional
4. Menghubungkan penyedia dana dengan pengguna dana
5. Memperkuat keanggotaan koperasi
6. Membuka dan memperluas lapangan pekerjaan
7. Membantu tumbuh dan berkembangnya usaha kecil mikro dan menengah

Anda mungkin juga menyukai