Anda di halaman 1dari 14

PERBANKAN JENIS JASA (IJARAH, RAHN DAN MASYARAKAT)

Makalah diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Tafsir Ayat dan Ekonomi
Dosen Pengampu:
M Mujib Baidhowi

Nama Kelompok :
Rizky Awwali mu'in (2303022008)
Nikel Laura Agnesia (2303021013)
Dian fadhilah (

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGRI METRO
TAHUN AJARAN 2024/2025
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh


Puji Syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat hidayah dan
innayah Nya, Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Perbankan jenis
jasa (ijarah, rahn, dan musyarakah)” Mata kuliah Tafsir ayat ekonomi. Makalah ini telah
kami buat semaksimal mungkin dengan referensi- referensi terpercaya dan dengan hasil
analisis yang telah kami diskusikan.
Kami menyadari dengan sepenuhnya bahwa masih banyak kekurangan dalam
pembuatan makalah ini baik dari segi tatanan kalimat dan tatanan bahasa. Oleh karena itu
dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik agar kami dapat memperbaiki
kesalahan di makalah kami.
Akhir kata semoga makalah kami dapat bermanfaat dan dapat diterima dengan baik. Kami
ucapkan terima kasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh

Metro, maret 3024

Kelompok 4

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Latar belakang makalah “Perbankan Jenis Jasa (Ijarah, Rahn, dan Musyarakah)” dapat
mengacu pada perubahan paradigma dalam sistem keuangan global, di mana kebutuhan akan
produk dan layanan keuangan yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah semakin meningkat.
Di tengah pertumbuhan ekonomi global yang cepat dan ketidakpastian yang terus-menerus,
perbankan syariah telah menjadi pilihan yang menarik bagi individu dan perusahaan yang
mencari solusi keuangan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam.
Namun, meskipun semakin populer, pemahaman yang mendalam tentang produk perbankan
syariah masih terbatas di kalangan masyarakat umum. Oleh karena itu, makalah ini bertujuan
untuk menggali lebih dalam tentang konsep-konsep kunci dalam perbankan syariah, seperti
Ijarah, Rahn, dan Musyarakah, serta mengungkapkan relevansinya dalam konteks ekonomi
modern.
Dengan memahami konsep-konsep ini secara lebih baik, diharapkan masyarakat akan dapat
mengambil keputusan keuangan yang lebih bijaksana dan memanfaatkan potensi penuh dari
produk perbankan syariah untuk mencapai keberhasilan finansial yang berkelanjutan.

B. Rumusan masalah
1. Bagaiamana pengertian dan contoh praktik ijarah?
2. Bagaimana pengertian dan contoh praktik rahn?
3. Bagaimana pengertian dan comtih praktik musyarakah?

C. Tujuan penulisan
1. Mengetahui pengertian dan contoh praktik ijarah
2. Mengetahui pengertian dan contoh praktik rahn
3. Mengetahui pengertian dan contoh praktik musyarakah

BAB II
PEMBAHASAN

Perbankan jenis jasa (Ijarah, Rahn, dan musyarakah)


1. Definisi perbankan syariah
Berdasarkan Undang Undang No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah,
bank syariah merupakan bank yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah atau prinsip hukum islam. Prinsip syariah Islam yang dimaksud
mencakup dengan prinsip keadilan dan keseimbangan (‘adl wa tawazun),
kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah), serta tidak mengandung
gharar, maysir, riba, zalim dan obyek yang haram, sebagaimana yang diatur
dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia.

Selain itu, Undang Undang Perbankan Syariah juga memberi amanah kepada
bank syariah untuk selalu menjalankan fungsi sosial sekaligus menjalankan
fungsi seperti lembaga baitul mal. Lembaga baitul mal yaitu sebuah lembaga
yang menerima dana berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah, atau dana sosial
lainnya dan menyalurkannya kepada pengelola wakaf (nazhir) sesuai
kehendak pemberi wakaf (wakif).

2. Jasa-jasa perbankan syariah


a. Pengertian Ijarah
Al-Ijarah berasal dari kata al-ajru yang berarti al’iwadhu yang berarti
ganti. Dalam Bahasa Arab, al-ijarah diartikan sebagai suatu jenis akad
untuk mengambil manfaat dengan jalan penggantian sejumlah uang.
Secara terminologi, ada beberapa defenisi al-ijarah yang dikemukakan
oleh para ulama fiqh. Pertama, ulama Hanafiyah mendefinisikannya
dengan: transaksi terhadap suatu manfaat dengan imbalan. Kedua, ulama
syafi’iyah mendefinisikannya dengan transaksi terhadap suatu manfaat
yang dituju, tertentu, bersifat mubah, dan boleh dimanfaat kan dengan
imbalan tertentu. Ketiga, ulama Malikiyah dan Hanabi lah
mendefinisikannya dengan: “pemilikanmanfaat sesuatu yang dibolehkan
dalam waktu tertentu dengan suatu imbalan”.
Pada dasarnya keempat pendapat ulama di atas memiiliki pandangan
yang samaterhadap pengertian al-ijarah. Sedangkan menurut Sutan Remy
al Ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui
pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
(ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri.

1. Ayat yang menjelaskan tentang ijarah


2. Jenis-jenis akad ijarah

 Akad Ijarah Thumma Al-Bai (AITAB)


Untuk Ijarah thumma al bai’, penyewa akan menyewa sebuah barang dan
bertujuan untuk membeli barang tersebut. Sehingga di akhir masa sewa,
barang tersebut menjadi hak miliknya.
 Akad Ijarah Muntahia Bittamleek (IMBT)
Akad Ijarah ini terjadi dimana suatu perjanjian atau wa’ad pemindahan hak
milik atas suatu benda yang disewakan pada suatu waktu tertentu.
Pengalihan kepemilikan dapat dilakukan setelah transaksi pembayaran atas
objek Ijarah telah selesai.
Pengalihan kepemilikan kemudian bisa dilakukan dengan menandatangani
akad baru yang terpisah dari skema akad Ijarah sebelumnya. Pembayaran
pengalihan kepemilikan bisa dilakukan dengan hibah, penjualan, atau
pembayaran angsuran.
 Akad Ijarah Wadiah (AIW)
Perjanjian penitipan dana atau barang dari pemilik kepada penyimpan dana
atau barang dengan kewajiban bagi pihak yang menyimpan untuk
mengembalikan dana atau barang titipan sewaktu-waktu. Akad wadiah
memiliki dua jenis, yaitu Wadiah Yad adh-Dhamanah dan Wadiah Yad al-
Amanah.
Akad wadiah Yad adh-Dhamanah mengacu pada penerima titipan yang
dapat memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya,
dengan jaminan pengembalian utuh, saat si pemilik menghendakinya. Lain
halnya dengan Wadiah Yad al-Amanah, si penerima titipan tidak
bertanggungjawab atas kehilangan atau kerusakan barang titipan, selama
hal ini bukan kelalaian atau kecerobohan penerima titipan.

3. contoh Akad Ijarah dalam Praktik bisnis

Akad ijarah dapat diaplikasikan pada beberapa industri, di


antaranya industri properti, industri transportasi, dan industri
perbankan.

 Akad Ijarah pada Industri Properti

Contoh akad ijarah dalam bidang properti di Indonesia dapat kita


lihat dalam Kredit Pemilikan Rumah (KPR), terutama KPR Syariah.
Pengaju KPR mencicil pembayaran rumah dalam periode tertentu,
lalu menempati rumah yang dicicil tersebut (dalam artian menyewa
rumahnya). Selanjutnya, kegiatan ini berujung pada kepemilikan
rumah tersebut ketika proses cicilan selesai.

 Akad Ijarah pada Industri Transportasi

Akad ijarah kendaraan operasional bisa dilihat dari penyewaan


rental mobil. Akad ini dilakukan berdasarkan ketentuan yang telah
ditetapkan oleh penyewa dengan saling menyetujui isi perjanjian. Isi
perjanjian tersebut harus mencakup orang yang menyewakan
mobil, penyewa mobil, ada mobil yang disewakan, dan ada uang
sewa yang diberikan penyewa mobil kepada pemilik rental yang
penjelasan dari awal sampai berakhirnya sewa menyewa.

 Akad Ijarah pada Industri Perbankan

Penerapan akad ijarah pada industri perbankan bisa dilihat melalui


layanan kartu kredit syariah. Pada akad ini, penerbit kartu dianggap
sebagai penyedia jasa sistem pembayaran dan pelayanan terhadap
pemegang kartu (nasabah). Dengan demikian, iuran keanggotaan
harus dibayar oleh pemegang kartu.

b. Pengertian Rahn
Definisi rahn mengacu pada sebuah perjanjian dalam sistem pinjaman
Syariah, di mana pihak pemberi pinjaman akan menahan salah satu
harta milik si peminjam. Berdasarkan istilah Syariah, rahn dapat
diartikan sebagai menjadikan harta benda sebagai jaminan utang
untuk dilunasi dengan jaminan tersebut ketika tidak mampu
melunasinya. Harta ini akan digunakan sebagai jaminan pinjaman atau
biasa kita sebut sebagai gadai.

Orang yang menerima pinjaman dan menggadaikan hartanya disebut


sebagai rahn. Sedangkan orang yang memberi pinjaman dan
menerima harta jaminan disebut murtahin. Apabila peminjam tidak
dapat membayar seluruh atau sebagian utang, harta yang digadaikan
tersebut akan digunakan untuk melunasinya.

1. Ayat yang menjelaskan tentang Rahn


2. Jenis-jenis Rahn
Rahn memungkinkan seseorang menggunakan aset mereka sebagai jaminan
untuk mendapatkan pembiayaan. Berikut ini adalah penjelasan lengkap
tentang jenis-jenis rahn:

 Rahn pada Aset Bergerak

Rahn ini melibatkan penggunaan aset bergerak sebagai jaminan. Contoh aset
bergerak yang dapat dijadikan jaminan meliputi emas, perhiasan, dan
kendaraan. Dalam transaksi rahn, pemilik aset memberikan aset tersebut
sebagai jaminan kepada pemberi pinjaman. Jika peminjam tidak dapat
melunasi utangnya, pemberi pinjaman memiliki hak atas aset jaminan tersebut.
Setelah utang dilunasi, aset jaminan akan dikembalikan kepada pemiliknya.

 Rahn pada Aset Tidak Bergerak

Rahn pada aset tidak bergerak melibatkan penggunaan aset seperti tanah dan
bangunan sebagai jaminan. Dalam transaksi ini, pemilik aset tidak bergerak
menggadaikan kepemilikannya kepada pemberi pinjaman. Jika peminjam
gagal membayar utang, pemberi pinjaman berhak mengambil alih kepemilikan
aset jaminan tersebut. Setelah utang dilunasi, kepemilikan aset jaminan akan
dikembalikan kepada pemiliknya.

 Rahn pada Aset Finansial

Rahn juga dapat diterapkan pada aset finansial seperti deposito dan surat
berharga. Dalam transaksi ini, pemilik aset finansial memberikan aset tersebut
sebagai jaminan kepada pemberi pinjaman. Jika peminjam tidak dapat
memenuhi kewajibannya, pemberi pinjaman berhak untuk menggunakan aset
jaminan tersebut untuk melunasi utang. Setelah utang dilunasi, pemilik aset
jaminan akan mendapatkan kembali kepemilikannya.
3. Manfaat Rahn

Kehadiran rahn juga memberikan beberapa manfaat kepada pemberi


jaminan, maupun peminjam. Berikut adalah empat manfaat dari rahn
antara lain sebagai berikut:
1. Membantu Memenuhi Kebutuhan Dana
Sesuai dengan Prinsip Syariah
Rahn memungkinkan individu atau bisnis untuk memenuhi kebutuhan
dana mereka dengan menggunakan aset sebagai jaminan, sesuai dengan
prinsip-prinsip Syariah. Hal ini memungkinkan mereka untuk
mendapatkan pembiayaan tanpa harus menghadapi bunga atau praktik
keuangan yang bertentangan dengan Syariah.

2. Memberikan Rasa Aman Bagi Pemberi


Pinjaman
Bagi pemberi pinjaman, rahn memberikan jaminan keamanan atas
pembiayaan yang diberikan. Jika peminjam tidak dapat melunasi
kewajiban mereka, pemberi pinjaman memiliki hak atas aset yang
dijadikan jaminan. Ini membantu mengurangi risiko default dan
memberikan perlindungan bagi pemberi pinjaman.

3. Akses Keuangan yang Mudah bagi


Peminjam
Rahn memberikan akses yang lebih mudah bagi mereka yang mungkin
tidak memenuhi syarat untuk pinjaman konvensional. Dalam rahn, aset
digunakan sebagai jaminan, sehingga kualifikasi pinjaman yang ketat
mungkin tidak diperlukan. Ini memungkinkan individu atau bisnis dengan
aset yang bernilai untuk mendapatkan pembiayaan yang mereka butuhkan.

4. Mendorong Pertumbuhan Ekonomi


Berkelanjutan
Rahn dapat berperan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan. Dengan memberikan akses keuangan yang mudah kepada
individu dan bisnis, rahn dapat membantu meningkatkan aktivitas ekonomi
dan memfasilitasi investasi dalam berbagai sektor. Hal ini dapat
berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.

Penting untuk diingat bahwa rahn harus dilakukan sesuai dengan prinsip-
prinsip Syariah yang mengatur transaksi keuangan dalam Islam. Prinsip-
prinsip tersebut melarang praktik bunga dan memastikan kesepakatan
transaksi dilakukan dengan keadilan dan keberlanjutan. Pemahaman secara
menyeluruh tentang rahn dan prinsip ekonomi Syariah yang berkaitan
langsung harus Anda kuasai dan praktikkan, agar seluruh kegiatan
ekonomi Anda dapat berjalan dengan lancar dan diberkahi oleh Allah.

4.Contoh Rahn
Untuk memudahkan kita memahami persoalan ini ada baiknya kita
mengenal pihak yang bertransaksi di dalam muamalah ini. Pihak
pertama adalah rahin (si peminjam atau orang yang menggadaikan),
sedangkan pihak kedua adalah murtahin (pemberi utang).

Adapun contoh gadai, misalnya, rahin berutang sebesar satu juta


rupiah kepada murtahin. Ia lantas menyerahkan barang yang dapat
dijadikan jaminan untuk melunasi utangnya kepada murtahin. [Lihat
contoh-contoh ini di dalam Mudzakhirah al-Fiqh 2/109-110]

c. Pengertian Musyarakah

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), musyarakah merupakan


bentuk umum dari usaha berbagi keuntungan, di mana dua orang atau
lebih berkontribusi dalam pembiayaan dan pengelolaan usaha, dengan
proporsi yang bisa sama atau berbeda.

Musyarakah atau syirkah bisa diartikan sebagai kesepakatan kerja


sama antara dua pihak atau lebih untuk mencapai tujuan tertentu.
Dalam konteks bisnis, tujuan utamanya adalah meraih keuntungan dari
usaha bersama.

Untuk menjelaskan lebih rinci, musyarakah adalah kesepakatan di


mana dua pihak atau lebih, seperti bank dan lembaga keuangan
bersama dengan nasabah mereka yang mengumpulkan modal
bersama.

Setiap pihak yang terlibat dalam musyarakah memiliki bagian sesuai


dengan kontribusi modal yang mereka berikan dan mereka juga
memiliki hak untuk mengawasi perusahaan sesuai dengan proporsi
kontribusinya.

5. Ayat tentang Musyarakah


6. Jenis-jenis Musyarakah

Terdapat dua jenis utama dalam akad musyarakah, yaitu syirkah uqud
dan syirkah amlak yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

b. Syirkah Uqud
Syirkah Uqud adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih yang
bergabung untuk menggabungkan aset mereka dalam sebuah usaha
bisnis. Jenis syirkah ini dapat dibagi lagi menjadi beberapa bentuk,
termasuk:

 Al In’an: dua pihak atau lebih yang menyumbangkan modal


dengan jumlah yang berbeda, kemudian keuntungan dibagikan
sesuai dengan besarnya modal yang diberikan oleh masing-
masing pihak.
 Syirkah A’mal atau Syirkah Abdan: dua orang dengan profesi yang
sama bekerja sama untuk menjalankan sebuah proyek. Mereka
berkontribusi dengan keterampilan mereka dan keuntungan dibagi
secara merata.
 Mufawadah: terjadi ketika dua pihak memberikan modal yang
sama dan keuntungan serta kerugian dibagi rata di antara
mereka.
 Syirkah Wujuh: terjadi antara pemilik dana dan pihak dengan
kredibilitas yang tinggi. Keuntungan dan kerugian ditentukan
melalui negosiasi antara pihak-pihak yang terlibat.

c. Syirkah Amlak
Syirkah Amlak tidak terjadi melalui perjanjian, tetapi karena
keinginan untuk memiliki aset bersama-sama. Terdapat dua
bentuk utama syirkah amlak:
 Syirkah Ikhtiyariyah: Terjadi atas kehendak masing-masing
pihak yang ingin berkolaborasi dalam kepemilikan bersama
aset.
 Syirkah Ijbariyah: Terjadi secara otomatis karena situasi
tertentu, seperti pembagian warisan yang mengakibatkan
kepemilikan bersama atas suatu aset.

3. Contoh Musyarakah

Dalam kehidupan sehari-hari, contoh musyarakah dapat dilihat dari


Pembiayaan KPR Bank Syariah. Dalam Pembiayaan KPR (Kredit
Pemilikan Rumah) Bank Syariah, terdapat unsur musyarakah yang
mendasari kerja sama antara bank syariah dan nasabah yang ingin
membeli rumah. Berikut penjelasan lebih rinci:

 Penggabungan Modal
Bank syariah bertindak sebagai pihak yang menyediakan sebagian
modal yang dalam bahasa syariah disebut shahibul maal, sementara
nasabah menyumbangkan sebagian modal yang dibutuhkan.

 Pembelian Rumah
Dengan modal yang digabungkan, bank syariah dan nasabah membeli
rumah dari developer (pihak yang mengembangkan dan membangun
rumah). Hal ini berarti kepemilikan rumah tersebut secara bersama-
sama antara bank dan nasabah.

 Nisbah Keuntungan
Keuntungan yang diperoleh dari penyewaan rumah kepada nasabah
yang kemudian dibayar oleh nasabah dalam bentuk sewa bulanan
akan dibagi sesuai dengan nisbah yang telah disepakati antara bank
syariah dan nasabah.

Nisbah ini akan mencerminkan proporsi modal yang diberikan oleh


masing-masing pihak.

 Kewajiban Nasabah
Nasabah memiliki kewajiban untuk membayar sewa bulanan kepada
bank syariah sebagai pemilik bersama rumah.

Seiring berjalannya waktu, nasabah dapat juga memutuskan untuk


membeli bagian kepemilikan bank syariah dalam rumah tersebut
secara bertahap, sehingga pada akhirnya menjadi pemilik tunggal
rumah tersebut.

Dalam pembiayaan KPR Bank Syariah, musyarakah membantu


nasabah untuk memiliki rumah dengan cara yang sesuai dengan
prinsip-prinsip syariah, yang menghindari unsur riba (bunga).

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Ijarah adalah sebagai suatu jenis akad untuk mengambil manfaat dengan jalan
penggantian sejumlah uang. Ada juga akad akad ijarah yaitu Akad Ijarah Thumma Al-
Bai (AITAB), Akad Ijarah Muntahia Bittamleek (IMBT), Akad Ijarah Wadiah (AIW),
Akad ijarah dapat diaplikasikan pada beberapa industri, di antaranya industri properti,
industri transportasi, dan industri .
Rahn dapat diartikan sebagai menjadikan harta benda sebagai jaminan utang untuk
dilunasi dengan jaminan tersebut ketika tidak mampu melunasinya, Pihak yang
bertransaksi di dalam muamalah ini. Pihak pertama adalah rahin (si peminjam
atau orang yang menggadaikan), sedangkan pihak kedua adalah murtahin (pemberi
utang).
Musyarakah adalah kesepakatan di mana dua pihak atau lebih, seperti bank dan
lembaga keuangan bersama dengan nasabah mereka yang mengumpulkan modal
bersama. Bertujuan untuk meraih keuntungan dari usaha bersama.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai