Anda di halaman 1dari 12

LEMBAGA PEMBIAYAAN SYARI’AH

Disusun untuk memenuhi materi mata kuliah Hukum Ekonomi Syari’ah

Dosen Pengampu : SALISA AMINI, M.E

Disusun oleh :

Iqbal Lamkaruna Tijue (0204202021)

Muhammad Muammal Nabil (0204202049)

JURUSAN HUKUM EKONOMI SYARI’AH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SUMATERA UTARA

2022

KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, yang telah
memberikan petunjuk dan hidayah-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
penulisan makalah ini. Tidak lupa pula Shalawat berangkaikan salam kami sanjungkan ke
pangkuan Nabi besar kita, Muhammad Rasulullah SAW, yang senantiasa mengorbankan
nyawa demi menegakkan agama islam di muka bumi ini.

Selanjutnya ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini, yang bejudul Lembaga Pembiayaan Syari`ah,
khususnya kepada Dosen pembimbing kami Salisa Amini M.E yang telah memberikan tugas
ini. Kami memperoleh banyak manfaat setelah menyusun makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, dan kami merasa masih
banyak kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat kemampuan yang
kami miliki. Untuk itu kritik dan saran dari berbagai pihak sangat kami harapkan demi
penyempurnaan penyusunan makalah ini.

Demikian makalah ini kami susun, semoga bisa memberikan manfaat kepada
pembaca.

Medan, 1 Oktober 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembiayaan yang berlaku di Indonesia dibagi menjadi 2 yaitu secara konvensional
dan syariah. Pembiayaan secara konvensional atau Pembiayaan konsumen merupakan sebuah
sistem model pembiayaan yang dilakukan perusahaan finansial selain daripada aktivitas
berupa leasing dan factoring serta kartu kredit. Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009
Tentang Lembaga Pembiayaan Konsumen (consumers finance) adalah kegiatan pengadaan
untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan melakukan pembayaran
secara angsuran.

Pembiayaan knsumen merupakan suatu pinjaman yang diberikan oleh suatu


perusahaan kepada debitur untuk pembelian barang dan jasa yang akan langsung
dikonsumsikan oleh konsumen dan tidak digunakan untuk tujuan produksi maupun distribusi.
Pembiayaan syariah sebagaimana dijelaskan pada Pasal 1 angka 4 Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan nomor10 /Pojk.05/2019 Tentang Penyelenggaraan Usaha Perusahaan Pembiayaan
Syariah Dan Unit Usaha Syariah Perusahaan Pembiayaan adalah penyaluran pembiayaan
yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah yang disalurkan oleh Perusahaan Syariah.

B. Rumusan Masalah
a) Apa Pengertian Pembiayaan Syari`ah
b) Bagaimana Prinsip-Prinsip Pembiayaan Syari`ah
c) Bagaimana Dasar – Dasar Hukum Pembiayaan Syari`ah
d) Bagaimana Bentuk Bentuk Pembiayaan Syari`ah
e) Bagaimana Penggunaan Akad – Akad Pada Pembiayaan Syari`ah

C.Tujuan Masalah
a) Untuk Mengetahui Pengertian Pembiayaan Syari`ah
b) Untuk Mengetahui Prinsip – Prinsip Pembiayaan Syari`ah
c) Untuk Mengetahui Dasar – Dasar Hukum Pembiayaan Syari`ah
d) Untuk Mengetahui Bentuk – Bentuk Pembiayaan Syari`ah
e) Untuk Mengetahui Penggunaan Akad – Akad pada Pembiayaan Syari`ah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembiayaan Syari`ah


Menurut M. Syafi’i Antonio (2001:160), dalam bukunya yang berjudul “ Bank
Syariah dan Teori Praktek”. Pembiayaan adalah pemberian fasilitas penyediaan dana untuk
memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan devisit unit. Menurut Veithzal Rival dan
Arifin (2010:681) dalam bukunya yang berjudul “Islamic Banking”, Pembiayaan atau
financing adalah pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak lain untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan, baik sendiri maupun lembaga

Sedangkan menurut ketentuan Bank Indonesia adalah penanaman dana Bank Syariah
baik dalam rupiah maupun valuta asing dalam bentuk pembiayaan, piutang, qardh, surat
berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen
dan kontinjensi pada rekening administratif serta sertifikat wadiah Bank Indonesia.
Pembiayaan berdasarkan pola operasional adalah penyediaan uang atau tagihan yang
dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut
setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.
Atau pembiayaan adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu
berupa:
a. Transaksi dalam bentuk mudharabah dan musyarakah.
b. Transaksi sewa menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam bentuk ijarah
muntahiya bittamlik.
c. Transaksi jual beli dalam bentuk piutang mudharabah, salam, dan istishna’
d. Transaksi pinjam-meminjam dalam bentuk Qard, dan
e. Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi multi jasa.1

1
Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,2010, h.78
B. Prinsip-prinsip Pembiayaan Syari’ah
Pemberian pembiayaan konvensional meminjamkan uang kepada yang membutuhkan
dan mengambil bagian keuntungan berupa bunga dan provisi dengan cara membungakan
uang yang dipinjam tersebut. Prinsip meniadakan transaksi semacam ini dan mengubahnya
menjadi pembiayaan dengan tidak meminjamkan sejumlah uang pada customer, tetapi
membiayai proyek customer.Dalam hal ini, 88 bank berfungsi sebagai intermediasi uang
tanpa meminjamkan uang dan membungakan uang tersebut.

Sebagai gantinya, pembiayaan usaha customer tersebut dapat dilakukan dengan cara
membelikan barang yang dibutuhkan customer, lalu bank menjual kembali kepada customer,
atau dapat pula dengan cara mengikutsertakan modal dalam usaha customer.9

Lazimnya dalam bisnis prinsip pembiayaan, ada tiga skim dalam melakukan akad
pada bank syariah, yaitu:

a. Prinsip bagi hasil


Fasilitas pembiayaan yang disediakan di sini berupa uang tunai atau barang yang dinilai
dengan uang. Jika dilihat dari sisi jumlah, dapat menyediakan sampai 100% dari modal
yang diperlukan, ataupun dapat pula hanya sebagian saja berupa patungan antar bank
dengan pengusaha (customer). Jika dilihat dari sisi bagi hasilnya, ada dua jenis bagi hasil
(tergantung kesepakatan), yaitu revenue sharing atau profit sharing. Sedangkan dalam hal
presentase bagi hasilnya dikenal dengan nisbah, yang dapat disepakati dengan customer
yang mendapat faslitas pembiayaan pada saat akad pembiayaan. Prinsip bagi hasil ini
terdapat dalam produk-produk:
1) Mudaharabah, yaitu akad kerja sama usaha antara dua pihak di mana pihak pertama
(shahibul mal) menyediakan seluruh (100%) keseluruhan modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh
pemilik modal selama kerugian itu bukan akibat kelalaian pengelola. Seandainya
kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian pengelola, maka pengelola
harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
2) Musyarakah, yaitu akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau
2
amal/expertis) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.
3) Muzara’ah, yaitu akad kerja sama atau percampuran pengolahan pertanian antara
pemilik lahan dengan penggarap dengan sistem bagi hasil atas dasar hasil panen.
Adapun jenis-jenis muzara’ah adalah: (a) muzara’ah, yaitu kerja sama pengolahan
lahan di mana benih berasal dari pemilik lahan; (b) murabarah, yaitu kerja sama
pengolahan lahan di mana benih berasal dari penggarap.

b. Prinsip jual beli


Prinsip ini merupakan suatu sistem yang menerapkan tata cara jual beli, di
mana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengangkat
nasabah sebagai agen bank melakukan pembelian barang atas nama bank, kemudian
bank menjual barang tersebut kepada nasabah dengan harga sejumlahharga beli
ditambah keuntungan (margin/mark). Prinsip ini dilaksanakan karena adanya
perpindahan kepemilikan barangatau benda. Tingkat keuntungan bank ditetapkan di
muka dan menjadi bagian antar harga barang yang diperjualbelikan. Prinsip ini terdapat
dalam produk:

1) Bai‘ al-Murabahah}-yaitu akadjual beli barang tertentu. Dalam transaksi jual beli
tersebut, penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjualbelikan, termasuk harga
pembelian dan keuntungan yang diambil.

2) Bai‘ al-Muqayyadahyaitumuqayyadah,jualbelidimanapertukaran terjadi antara barang


dengan barang (barter). Aplikasi jual beli semacam ini dapat dilakukan sebagai jalan
keluar bagi transaksi ekspor yang tidak dapat menghasilkan valuta asing (devisa).

3) Bai‘al-Mutlaqah, yaitu pertukaran antara barang atau jasa dengan uang. Uang berperan
sebagai alat tukar. Jual beli semacam ini menjiwai semua produk lembaga keuangan yang
didasarkan atas prinsip jual beli.

4) Bai‘ as-salam yaitu akad jualbelidimana pembeli membayar uang (sebesar harga) atas
barang yang telah disebutkan spesifikasinya, sedangkan barang itu akan diserahkan
kemudian, yaitu pada tanggal yang disepakati.3

2
Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Syariah Lainnya, Jakarta: PT Raja Grapindo Persada,2002, h. 92 .
3
Mikraj Khazanah Ilmu Kementrian Agama RI, Mushaf Al-Qur’an Ar-Razzaq, (Caringin: Bandung 2012) h. 54
5) Bai‘ al-istisna’ yaitu kontrak jual beli di mana harga atas barang tersebut dibayar lebih
dulu, tetapi dapat diangsur sesuai dengan jadwal dan syarat-syarat yang
disepakatibersama, sedangkan barang yang dibeli diproduksi dan diserahkan kemudian

c. Prinsip sewa-menyewa
Selain akad jual beli yang telah dijelaskan sebelumnya, ada pula akad sewamenyewa
yang dilaksanakan dalam perbankan syari’ah. Prinsip ini terdiri atas dua jenis akad,
yaitu:

1) Akad ijarah yaitu akad pemindahan hak guna atas barang atau jasa melalui
pembayaran upah sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan
(ownership/milk)atas barang itu sendiri.

2) Akad ijarah muntahia bit tamlik yaitusejenisperpaduan antara kontrak jual beli dan
sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di
tangan si penyewa. Sifat pemindahan kepemilikan ini pula yang menandakan dengan
ijarah biasa.

C. Hukum Pembiayaan Syari`ah


Pembiayaan mencakup seluruh segmen bisnis, baik individual maupun grup, direct
maupun contingent, untuk kegiatan usaha yang produktif maupun konsumtif. Jenis-jenis
pembiayaan meliputi transaksi:

A. Murabahah
Adalah menjual suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan
pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai laba.

B. Salam
Adalah akad jual beli barang pesanan antara bank dan nasabah dengan spesifikasi,
harga dan waktu penyerahan barang pesanan disepakati di awal akad serta pembayaran
dilakukan di muka secara penuh. Bank dapat melakukan salam pararel dengan syarat akad
kedua terpisah dari akad pertama dan akad kedua dilakukan setelah akad pertama sah.

C. Istishna`
Adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan
kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan (pembeli, mustashni`) dan
penjual (pembuat, shani`). Jika bank melakukan transaksi istishna` untuk memenuhi
kewajibannya kepada nasabah bank dapat melakukan istishna lagi dengan pihak lain pada
obyek yang sama, dengan syarat istishna pertama tidak bergantung pada istishna` kedua.

D. Mudharabah
Adalah akad kerjasama suatu usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (malik,
shahib al mal) menyediakan seluruh modal, sedang pihak kedua (`amil, mudharib, nasabah)
bertindak selaku pengelola, dan keuntungan usaha dibagi diantara mereka sesuai kesepakatan
yang dituangkan dalam kontrak.

D. Bentuk-Bentuk Pembiayaan Syari’ah

1. Pembiayaan Modal Kerja Syariah.


Yaitu pembiayaan yang diberikan perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal
kerja usahanya berdasarkan prinsip-prinsip syariah dalam satu siklus usaha.

2. Pembiayaan Investasi Syariah


Yaitu penanaman dana dengan maksud untuk memperoleh manfaat atau keuntungan
dikemudian hari atau dapat disebut pembiayaan jangka menengah atau jangka panjang untuk
pembelian barang-barang modal yang diperlukan dalam usaha

3. Pembiayaan Konsumtif Syariah


Yaitu Pembiayaan yang diberikan untuk tujuan diluar usaha dan pada umumnya
bersifat perorangan.4

4. Pembiayaan Sindikasi
Yaitu pembiayaan yang diberikan kepada lebih dari satu lembaga keuangan bank
untuk satu objek pembiayaan tertentu. Pembiayaan ini biasanya diperlukan kepada nasabah
koperasi karena nilai transaksinya yang sangat besar.

5. Pembiayaan Take Over


4
Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2008), h.3.
Yaitu pembiayaan yang timbul akibat take over terhadap transaksi non syariah yang
telah berjalan yang dilakukan oleh bank syariah atas permintaan nasabah.

6. Pembiayaan Letter of Kredit


Yaitu pembiayaan yang diberikan dalam rangka memfasilitasi transaksi import dan
eksport nasabah.5

E. Penggunaan Akad-Akad Pada Pembiayaan Syariah


Akad pembiayaan syariah memiliki posisi sentral di dalam operasional bank syariah,
karena dari akad-akad tersebut bank syariah mendapatkan keuntungan materi, akan tetapi
tujuan berdirinya perbankan syariah bukan hanya untuk mendapatkan keuntungan material.
Penerapan prinsip-prinsip terhadap akad-akad pembiayaan syariah dimaksudkan untuk
mendapatkan nilai-nilai non profit yang tidak bisa diukur dengan nilai material. Dewasa ini
banyak ukuran yang dapat menunjukan kinerja bank syariah yang bersifat non profit, di
antaranya adalah penerapan maqāshld Syarlah index berdasarkan teori maqãshid Syarīah Abu
Zahra yang identik dengan teori maqäshid Syarah Ibn Ashur.

Maqãshid Syarīah index tersebut dikembangkan berdasarkan tiga faktor Pertama,


Tahdhībul Fardi (mendidik individu); Kedua, lqömatul adl' (menegakan keadilan), dan ketiga,
Jalb Maslahah (Mencapai kemaslahatan). Di mana tiga faktor tersebut merupakan interpretasi
maqãshid Syarīah yang dikemukakan oleh Abu Zahra yaitu mencapai kesejahteraan dan
menghindari keburukan. Ketiga tujuan tersebut bersifat universal yang sesungguhnya dapat
dijadikan pegangan dan tujuan dasar operasional setiap entitas yang berakuntabilitas publik.

Untuk memenuhi tujuan-tujuan dari maqāshid Syarīah dalam akad-akad pembiayaan


syariah, Penulis menawarkan bukan dalam bentuk konseptual akad-akad yang tertulis dalam
kertas sebagaimana kita pahami bersama, karena sesungguhnya berdasarkan pada klausula-
klausula akad yang ada sudah sesuai dengan aturan dan ketentuan syariah berdasarkan fatwa
DSN-MUI. Akan tetapi, persesuaian akad syariah yang ditawarkan adalah dalam konsep
kepatuhan terhadap syariah compliance pada setiap akad pembiayaan syariah dalam upaya
tujuan pembentukan hukum pembiayaan syariah untuk tercapainya tujuan-tujuan maqāshid
Syarīah.

5
Peraturan Bank Indonesia No.5/7/PBI/2003 tanggal 19 Mei 2003
Penulis mengemukakan beberapa konsep untuk menjaga akad pembiayaan syariah
mencapai tujuan-tujuan maqāshid Syarīah (Tahdhībul Fardi, lqömatul adl" dan Jalb
Maslahah). Pertama, Regulasi Otoritas Kepatuhan Syariah Compliance kedua, Independensi
Dewan Pengawas Syariah dan ketiga, Spin-off bank syariah pada bank konvensional.

Pertama, Regulasi Otoritas Kepatuhan Syariah Compliance merupakan hal yang harus
diperbaiki kedepan guna memenuhi tuntutan dan tantangan keberlangsungan perbankan
syariah, selama ini pilihan otoritas dipercayakan kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Lembaga non negara berbadan hukum privat, secara teoritis masih menyimpan permasalahan
dan problematikanya tersendiri. Perkembangan perbankan syariah diberbagai negara seperti
malaysia, pakistan, Uni emirat arab telah mengarahkan kepada perubahan adanya otoritas
kepatuhan syariah compliance dalam bentuk lembaga independen berbadan hukum publik,
beberapa ahli mengatakan dapat berbentuk organ dalam bank sentral atau komisi mandiri
yang diangkat oleh kepala negara. Dalam problematikanya pada proses RUU perbankan
syariah diusulkan dalam bentuk dewan komisi yang menjadi organ bank sentral karena
kerangka berfikirnya otoritas ini akan mengikat publik sehingga harus dipegang badan
publik, dinamika pembahan RUU tersebut pada akhirnya memilih Majelis Ulama Indonesia
karena keyakinan independensinya.6 7

6
Chandra Warsito, The Image Of Financial Institutions as Islamic Bank in Mediation Service Quality and Customer Satisfaction on
Customer Loyalty in Purwokerto, (Jurnal Al- lqtishad, Vol VIl (2) July, Faculty Syariah and Law Syarifhidayatullah State Islamic
University, Jakarta, 2015, hlm. 222.
7
Rachmad Hidayat, Effect Of Service Quality,Customer Trust and Customer Religius Commitment On Customer Satistaction and Loyalty
Of Islamic Bank in East Java, Jurnal Al-lqtishad, Vol VII (2) July, Faculty syariah and Law syarit Hidayatullah State Islamic University,
Jakarta, 2015, hlm. 159.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Konsep Pembiayaan dalam perbankan syariah tidak menggunakan transaksi yang
berupa utang piutang dengan konsekuensi bunga, akan tetapi menggunakan transaksi yang
berupa sharing modal dengan sistem bagi hasil atau transaksi jual beli dengan margin
keuntungan dan sewa serta fee untuk transaksi yang bersifat jasa.
Dalam pelaksanaan pembiayaan, bank syari’ah harus memenuhi dua aspek yang
sangat penting. Pertama, aspek syar’i, di mana dalam setiap realisasi pembiayaan kepada para
nasabah, bank syari’ah harus tetap berpedoman pada syari’at Islam (anatara lain tidak
mengandung unsur maysir, garar, riba, serta bidang usahanya harus halal). Kedua, aspek
ekonomi, yaitu dengan tetap mempertimbangkan perolehan keuntungan, baik bagi bank
syari’ah maupun bagi nasabah bank syari’ah. Ada tiga prinsip dalam melakukan akad pada
bank syari’ah, yaitu: pertama, prinsip bagi hasil; kedua, prinsip jual beli; ketiga, prinsip sewa.
DAFTAR PUSTAKA

Antonio, Muhammad Syafi’i, 2001, Bank Syariah dari Teori ke Praktik, Jakarta :Gema Insani
Press.

Antonius, 1993, Pedoman Pengelolaan Bank Syariah, Jakarta : LPPBS.

BPRS PNM Al-Ma’soem, 2004, _Kebijakan Manajemen Pembiayaan Bank


Syariah.Bandung. BPRS PNM Al-Ma’soem

Chandra Warsito, The Image Of Financial Institutions as Islamic Bank in Mediation Service
Quality and Customer Satisfaction on Customer Loyalty in Purwokerto, (Jurnal Al- lqtishad,
Vol VIl (2) July, Faculty Syariah and Law Syarifhidayatullah State Islamic University,
Jakarta, 2015, hlm. 222.

Rachmad Hidayat, Effect Of Service Quality,Customer Trust and Customer Religius


Commitment On Customer Satistaction and Loyalty Of Islamic Bank in East Java, Jurnal Al-
lqtishad, Vol VII (2) July, Faculty syariah and Law syarit Hidayatullah State Islamic
University, Jakarta, 2015, hlm. 159.

Karim, Adiwarman, 2004, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, Jakarta : PT.Raja
Grafindo Persada

Muhammad, 2005, Manajemen Bank Syariah, Yogyakarta : UPP AMP YKPN

Rivai, Veithzal dan Andria Permata Veithzal, Islamic Finansial Management, Jakarta:
RajaGrafindo

Yusuf, Ayus Ahmad dan Abdul Aziz, 2009, Manajemen operasional Bank Syariah, , Cirebon
: STAIN Press.

Anda mungkin juga menyukai