DOSEN PENGAMPU
Dr.EDI SUANDI,MM
OLEH :
2310070530188
UNIVERSITAS BAITURRAHMAH
TAHUN AJARAN 2022/2023
1
Kata Pengantar
Assalamualaikum w.w.
Alhamdulillah saya haturkan puja dan puji syukur kehadirat Allah Swt. atas karunia
dan segala rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penyusun akhirnya dapat
menyelesaikan modul yang dibuat ini.
Modul ini disusun untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan pelatihan dalam
rangka sertifikasi guru profesional mata pelajaran Biologi. Sesuai dengan segmentasi
peserta, modul ini disusun dengan kualifikasi yang tidak diragukan.
Teknik pembukaan yang diangkat secara terpadu dilakukan tanpa adanya pemilihan
jenjang pendidikan. Langkah ini diambil dengan harapan dapat meminimalisasi adanya
pengulangan topik dari sesuai jenjang pendidikan.
Pembahasan modul ini dimulai dengan memberi penjelasan terkait tujuan yang akan
dicapai, sementara kelebihan yang dimiliki oleh modul ini dapat dilihat dalam
keterpaduan dengan ilmu pengetahuan alam.
Pembahasan yang disampaikan juga disertai bentuk soal yang beragam, tujuannya
untuk mengukur tingkat yang dicapai dan kesuksesan dalam menjawab.
Penyusun menyadari jika pembuatan modul ini masih memiliki banyak kekurangan,
karena itu kritik dan saran sangat terbuka untuk diterima dengan sifat yang
membangun. Diharapkan semoga modul ini bisa memberi manfaat dengan baik.
2
DAFTAR PUSTAKA
1. LATAR BELAKANG.................................................................................................................4
2. Tujuan Produk Perbankan Syariah Penyaluran Dana...............................................19
3. Metode Produk Perbankan Syariah di Bidang Penyaluran Dana.............................21
4. Prinsip-Prinsip Dasar dalam Penyaluran Dana Syariah............................................22
5. Peluang dalam Pengembangan Produk Perbankan Syariah......................................24
6. Studi Kasus dan Contoh Praktis....................................................................................26
7. MANAJEMEN PENGHIMPUNAN DANA (FUNDING)...........................................28
3
A.Latar Belakang
Bank Syariah merupakan salah satu aplikasi ekonomi syariah Islam dalam
mewujudkan nilai-nilai dan ajaran Islam yang mengatur bidang perekonomin umat yang
tidak terpisahkan dari aspek-aspek ajaran Islam komprehensif dan universal.
Komprehensif berarti ajaran Islam merangkum seluruh aspek kehidupan sosial
kemasyarakatan termasuk bidang ekonomi, universal bermakna syariah islam dapat
diterapkan dalam setiap waktu dan tempat tanpa memandang perbedaan ras, suku,
golongan, dan agama sesuai prinsip Islam sebagai “rahmatan lil alamin”.
Bank Syariah yaitu bank yang beroperasi sesuai dengan prinsipprinsip syariah
Islam yang mengacu kepada ketentuan-ketentuan yang ada dalam Al-Qur‟an dan
Hadits.
“Prinsip Syariah adalah aturan Hukum Islam antara Bank dengan Pihak lain
untuk penyimpanan dana dan atau kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan
dengan syariah, antara lain Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah),
Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli
barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal
berdasarkan sewa murni tanpa pilihan (ijarah) atau dengan adanya pilihan Pemindahan
Kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak Bank oleh pihak lain (ijarah wa
iqtina)”.
4
Pada permulaan perkembangan perbankan syariah menawarkan produk-produk
perbankan yang bebas bunga yaitu mudharabah dan musyarakah, dua produk yang
diasumsikan berdasarkan pada sistem bagi hasil, atau yang lebih dikenal sebagai Profit
and Loss Sharing (Untung dan Rugi) . Dengan dua produk itu bank tidak beroprasi
dengan bunga bank, tetapi berbagi hasil dengan nasabah.
5
(dua pihak memberikan kontribusi modal), dengan pembagian keuntungan berdasarkan
nisbah tertentu yang disesuaikan secara proporsi berdasarkan modal masing-masing
sebagaimana telah disepakati dalam kontrak/akad.
6
modal usaha untuk jangka waktu tertentu sesuai dengan kesepakatan bersama antara
bank dan nasabah.
7
mempuanyai dasar hukum yang kuat berupa aturan per Undang-undangan Perbankan
Syariah sebagaimana termuat dalam Undang-Undang Nomor 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah.
Didalam UU Nomor 21 tahun 2008 dalam pasal 1 ayat 1 yang dimaksud dengan
Perbankan Syariah adalah Segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan
Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan kegiatan usaha, serta cara dan proses
dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Perbankan Syariah di samping melakukan
penghimpunan dana dari masyarakat, perbankan syariah juga melakukan kegiatan usaha
penyaluran dana kepada masyarakat berdasarkan prinsip syariah baik Bank umum
Syariah maupun Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) dapat melakukan kegiatan
usaha penyaluran dana perbankan kepada masyarakat berdasarkan prinsip syariah.
Transaksi sewa menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi Multijasa
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara Bank Syariah dan atau Unit-Unit
Syariah dan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan atau diberi fasilitas
dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
Ujrah, tanpa imbalan atau bagi hasil. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu cara
perbankan syariah melakukan penyaluran dana kepada masyarakat adalah melalui
prinsip jual beli yang didasarkan pada akad atau fasilitas, antara lain, murabahah.
Dengan adanya jual beli, maka terjadi peralihan atau perpindahan kepemilikan hak atas
suatu barang atau benda dari penjual kepada pembelinya. Dalam melakukan transaksi
8
jual beli ini, nasabah perbankan syariah dapat difasilitasi melalui akad murabahah,
sehingga melahirkan penyaluran dana melalui pembiayaan murabahah.
Resiko utama dari pembiayaan murabahah ini adalah resiko pembiayaan (credit
risk) yang terjadi jika debitur wanprestasi atau default, resiko pasar apabila murabahah
diberikan dalam bentuk Valuta Asing yaitu resiko dari pergerakan nilai tukar.
Pembiayaan pada akad bagi hasil ini menempatkan bank sebagai pihak penyandang
dana.
Untuk itu bank berhak atas kontraprestasi berupa bagi hasil sebesar nisbah
terhadap pendapatan atau keuntungan yang diperoleh oleh pemilik usaha (mudharib)
sedangkan bank 10 hanya bertindak sebagai berhubungan antara pengusaha dan
nasabah, ia berhak atas kontraprestasi berupa fee. 2 Dasar penghitungan bagi hasil ada 3
(tiga) cara sebagai berikut :
1. Menggunakan metode Profit and Loss Sharing (Untung dan Rugi) , yaitu para pihak
akan memperoleh bagian hasil sebesar nisbah yang telah disepakati dikalikan besarnya
keuntungan (profit) yang diperoleh oleh pengusaha (mudharib), sedangkan apabila
terjadi kerugian, ditanggung bersama sebanding dengan kontribusi masimg-masing
pihak.
9
2. Menggunakan metode profit sharing, artinya para pihak mendapatkan bagian hasil
sebesar nisbah dikalikan dengan perolehan keuntungan yang didapatkan oleh pengusaha
(mudharib), sedangkan apabila terjadi kerugian, secara financial akan ditanggung oleh
pemilik dana (shahibul maal).
3. Menggunakan metode revenue sharing, yaitu para pihak mendapatkan bagian hasil
sebesar nisbah dikalikan dengan besarnya pendapatan yang dieroleh oleh pemilik usaha
(mudharib). Sehubungan dengan pembiayaan yang diberikan bank syariah kepada
nasabahnya, terjadi hubungan kontraktualnya dilakukan dengan akad pembiayaan yang
akadnya dapat dibuat secara dibawah tangan atau di buat secara autentik oleh Notaris.
Akad pembiayaan yang dilakukan oleh bank 2 Rachmadi Usman, Produk dan
Akad Perbankan Syariah di Indonesia Implementasi dan Aspek Hukum, PT. Citra
Aditya Bakti, Bandung, 2009, Hal 2008. 11 dengan nasabahnya dibuat secara notariil,
sehingga akan mendapatkan kekuatan akad pembiayaan sebagai bukti formil yang
sangat kuat dan pasti, hal ini yang menarik untuk dilakukan pengkajian dan analisis
terhadap hal diats, karena masih banyak bank-bank yang berprinsip syariah dalam
pembuatan akad pembiayaannya masih dibuatkan akadnya secara dibawah tangan serta
apakah bank syariah sudah menerapkan prinsip syariah dalam pelaksanaan pembiayan
kepada masyarakat.
10
1 Untuk mengetahui prinsip prinsip syariah dalam memberikan pinjaman kepada
nasabah menurut UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
Manfaat penulisan ini dapat kita lihat dari 2 (dua) aspek, yaitu :
2. Aspek Secara Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi
kalangan praktisi hukum khususnya para Notarais dan kalangan Perbankan yang
berprinsip syariah.
Untuk penelitian hukum diperlukan kerangka teoritis yang dalam ilmu hukum,
agar permasalahan yang teliti menjadi jelas. “Perkembangan ilmu hukum, selain
bergantung kepada metodelpgi, aktifitas penelitian dan imajinasi sosial sangat
ditentukan oleh teori”.
Teori tentang konsep hukum yang menggambarkan fungsi dari hukum. Menurut
Gunartio Guhardi dari Antony Allot dalam The Limit of Law, menguraikan berbagai
11
arti fungsi dari hukum. Dikemukakan, pengertian hukum berupa norma-norma hukum
positif dan selanjutnya hukum sebagai proses atau akibat berlakunya hukum itu sendiri.
5 Batasan-batasan hukum adalah sebagai berikut : 1. Ada ketentuan-ketentuan sosial
yang dalam beberapa hal dirasakan sebagai suatu keharusan. Hal ini sesudah
membentuk hukum yang bersifat abstrak. 2. Hukum positif yang berupa struktur dn
aturan-aturan 3. Pengaruh dari hukum terhadap perilaku nyata. Adapun unsur-unsur
pembiyaan kredit adalah :
1.Adanya orang/badan yang memiliki uang, barng atau jasa dan bersedia untuk
meminjamkannya kepada pihak lain biasanya disebut kreditur. 2. Adanya orang/badan
sebagai pihak yang memerlukan / meminjamkan uang, barang atau jasa, biasanya
disebut debitur. 3. Adanya kepercayaan kreditur terhadap debitur. 4. Adanya janji dan
kesanggupan membayar dari debitur kepada kreditur. 5. Adanya perbedaan waktu yaitu
perbedaan antara saat penyerahan uang, barang dan jasa oleh kreditur dengan saat
pembayaran kembali oleh debitur. 6. Adanya resiko sebagai akibat dari adanya
perbedaan waktu.
Dalam akad pembiayaan pada bank berprinsip syariah akad merupakan ikatan
secara hukum yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang sama-sama berkeinginan
untuk mengikatkan diri. Kehendak atau keinginan pihak-pihak yang mengikatkan diri
itu sifatnya tersembunyi dalam hati. Oleh sebat itu untuk menyatakan kehendak masing-
masing harus di ungkapkan dalam suatu pernyataan, pertanyaan pihak-pihak yang
kerakad itu disebut ijab dan qabul. “Ijab adalah pernyataan pertama yang dikemukakan
oleh suatu pihak, yang mengndung keinginannya secara pasti untuk mengikatkan diri
sedangkan qabul adalah pernyataan pihak lain setalah ijab yang menunjukkan
persetujuan untuk mengikatkan diri.
Atas dasar menurut Mustafa Ahmad Azzaqa‟ setiap pernyataan pertama yang
dikemukakan oleh salah satu pihak yang ingin mengikatkan diri dalam suatu akad
disebut mujib (pelaku ijab) dan setiap pernyataan kedua yang diungkapkan oleh pihak
lain setelah ijab disebut dengan qabil (pelaku) antara pihak mana yang memulai
penyataan pertama itu.”
12
Ada beberapa syarat umum yang harus dipenuhi dalam suatu akad yakni : 1.
Pihak-pihak telah cakap melakukan perbuatan hukum (mukallaf). 2. Objek akad harus
diakui sah oleh syara‟. 3. Akad tidak dilarang oleh Al-Qur‟an dan Hadits. 4. Akad yang
dilakukan itu memenuhi syarat-syarat khusus suatu akad. 5. Akad itu bermanfaat. 6.
Pernyataan ijab tetap utuh dan syahih sampai terjadi Qabul. 7. Ijab dan Qabul dilakukan
dalam satu majlis yaitu suatu kedaan yang menggambarkan proses suatu transaksi. 8.
Tujun akad itu harus jelas dan diakui syara.
Para ulama fiqih bahwa akad yang memenuhi rukun dan syaratnya mempunyai
kekuatan mengikat terhadap pihak-pihak yang melakukan akad. 7 M. Hasballah Thaib,
Hukum Akad (Kontrak) dalam fiqih islam dan Praktek di Bank Sistem Syariah,
Universitas Sumatra Utara, Medan 2005 Hal 3 16 Setiap orang memiliki kebebasan
untuk mengikatkan diri pada suatu akad dan wajib dipenuhi segala akibat hukum yang
ditimbulkan dari akad itu.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat perjanjian berprinsip
syariah yang dikemukakan oleh Fathurrhman Djamil dalam tulisannya yang berjudul
Hukum Perikatn Syariah yakni sebagai berikut: 1. Dari segi subjek akad atau para
pihak. a. Para pihak harus cakap melakukan perbuatan hukum, artinya orang dewasa
dan bukan mereka yang secara hukum berada dibawah pengampuan atau perwalian,
apabila orang dibawah perwalian atau pengampuan maka didalam melakukan perjnjian
wajib diwakili oleh wali atau pengampunya. b. Identitas para pihak dan kedudukannya
masing-masing dalam perjanjian harus jelas, apakah bertindak untuk dirinya sendiri atau
mewakili sebuah Badan Hukum. c. Tempat dan saat perjanjian dibuat, untuk kebaikan
sebaiknya harus disebutkan dengan jelas didalam akad. .
Dari segi tujuan dan objek akad a. Disebutkan secara jelas tujuan dari dibuatnya
akad tersebut, misalnya jual beli, sewa menyewa, bagi hasil dan seterusnya, sesuai apa
yang diatur oleh Undang - Undang perbankan syariah. b. Sekalipun diberi kebebasan
dalam menentukan objek akad, namun jangan sampai menentukan suatu objek yang
dilarang 17 oleh ketentuan syariah Islam, dengan kata lain objek akad harus halal. 3.
Adanya kesepakatan, dalam hal yang berkaitan dengan:
13
a. Waktu perjanjian, baik bermula atau berakhirnya perjanjian, jangka waktu angsuran
dan berakhirnya, harus diketahui dan disepakati sejak awal akad oleh bank dan nasabah,
tidak boleh berubah ditengah atau diujung perjalanan pelaksanaan kesepakatan, kecuali
bila hal ini disepakati oleh dua belah pihak.
b. Jumlah dana, dana yang dibutuhkan, nisbah atau margin yang disepakati, biaya –
biaya yang diperlukan dan hal – hal lainnya.
e. Penyelesaian, bila terjadi perselisihan atau adanya ketidak sesuaian antara duak belah
pihak, bagaiamana cara penyelesaian yang disepakati, tahapan-tahapan apa yang harus
dilalui dan seterusnya.
Konsep merupakan alat yang dipakai oleh hukum disamping yang lainlain
seperti asas dan standar. Oleh karena itu kebutuhan untuk membentuk konsep
merupakan salah satu dari hal-hal yang disarankan pentingnya dalam hukum. Konsep
adalah konstruksi mental, yaitu sesuatu yang dihasilkan oleh suatu proses yang berjalan
dalam pikiran penelitian untuk keperluan analitis.8 Suatu kerangka konsepsionil,
merupakan kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus,
yang ingin akan diteliti.
14
Suatu konsep bukan merupakan gejala yang akan diteliti, akan tetapi merupakan
suatu abstraksi dari gejala tersebut. Gejala ini sendiri biasanya dinamakan fakta,
sedangkan konsep merupakan uraian mengenai hubungan dalam fakta tersebut. Dalam
rangka melakukan penelitian ini, perlu disusun serangkaian operasional dan beberapa
konsep yang dipergunakan dalam tulisan ini menghindarkan salah satu pengertian dan
untuk memberikan pegangan pada proses penelitian.
1. Perjanjian Suatu perjanjian adalah suatu perbuatn hukum dengan mana satu orang
atau lebih mengikatkn dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.
2. Kesepakatan tertulis antara Bank Syariah atau Usaha Syariah dan pihak lain yang
memuat adanya hak dan kewajiban bagi masingmasing pihak sesuai dengan prinsip
syariah.
3. Prinsip Syariah Prinsip Hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa
yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa
dibidang syariah.
4. Perbankan Syariah Segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit
Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha serta cara dan proses dalam
melaksanakan kegiatan usahanya.
15
Penulis menggunakan metode penelitian kepustakaan yang bersifat yuridis normatif
adalah pengumpulan data melalui buku , kepustakaan dan sumber data lainnya . 9Hal ini
dilakukan untuk memperoleh data sekunder yaitu data yang diperoleh berdasarkan
penilitian kepustakaan. Metode ini digunakan untuk memperoleh data ilmiah dan
informasi yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini, baik yang berupa literatur-
literatur seperti bukubuku, peraturan-peraturan perundang-undangan serta sumber-
sumber informasi lainnya dalam bentuk tertulis.
Pengumpulan Data Jenis penelitian ini dipilih karena sesuai dengan pokok
permasalahan yang hendak diteliti, dimana data yang diperlukan dapat diperoleh dan
bersumber dari : 1. Bahan hukum primer, yaitu mencakup peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan permasalahan di bidang hukum Perbankan Syariah
yang meliputi : a. Al qur‟an dan Hadits b. Fiqih Islam c. Fatwa-fatwa Dewan Syariah
Nasional d. KUHPerdata e. Peraturank Bank Indonesia.
16
Metode Analisis Data Data yang terkumpul melalui kegiatan tersebut diproses
melalui pengolahan dan penyajian data dengan melakukan editing dimana data yang
diperoleh diperiksa dan ditelliti kembali tentang kelengkapan, kejelasan, dan
kebenarannya.
Dengan cara tersebut akan terhidar dari kekurangan dan kesalahan kemudian
dilakukan evaluasi dengan memeriksa ulang meneliti kembali data yang diperoleh, baik
mengenai kelengkapan maupun kejelasan atas jawaban permasalahan yang ada.
Selanjutnya diperoleh akan dianalisis secara kualitatif, yaitu suatu proses
pengorganisasian dan penyusunan data ke dalam pola, kategori dan satu uraian sehingga
ditemukan tema dan dapat ditarik suatu kesimpulan yang 23 kemudian dipaikai untuk
mengkaji.
Maka dari data yang telah dikumpulkan. Maka dari data yang telah dikumpulkan
secara lengkap dan telah dicek keabsahannya dan dinyatakan valid, lalu diproses
melalui langkah-langkah yang bersifat umum, yakni :11 a. Reduksi data adalah data
yang dieroleh dilapangan ditulis/diketik dalam bentuk uraian atau laporan yang terinci.
Laporan tersebut diredukasi, dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada
hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya b. Mengambil kesimpulan dan verifikasi,
yaitu data yang telah terkumpul telah direduksi, lalu berusaha untuk mencari maknanya,
kemudian mencari pola, hubungan, persamaan, hal-ha yang sering timbul dan kemudian
disimpulkan.
Sistematika Penulisan Dalam penulisan skripsi ini terdiri dari 4 bab : Bab I
dengan Pendahuluan yang terdiri dari latar belakang permasalahan, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, kerangka konsepsional, metode penelitian. Bab II
memaparkan pengertian Syariah antara lain sejarah Bank syariah, karakteristik bank
Syariah, perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional, tinjauan umum murabahah.
17
Latar belakang produk perbankan syariah di bidang penyaluran dana melibatkan
perkembangan sejarah dan aspek ekonomi, sosial, serta agama yang mempengaruhi
konsep dan praktik penyaluran dana syariah. Latar belakang ini menjelaskan mengapa
produk perbankan syariah dalam penyaluran dana menjadi penting dalam masyarakat
Islam dan bagaimana perkembangan ini terjadi seiring waktu. Berikut latar
belakangnya:
a) Dasar Agama: Penyaluran dana dalam perbankan syariah didasarkan pada ajaran
agama Islam. Praktik ini bersumber dari prinsip-prinsip syariah yang
memandang dana sebagai amanah dari Allah yang harus dikelola dengan
berpegang teguh pada prinsip keadilan, kepatuhan syariah, dan etika.
b) Pentingnya Kepatuhan Syariah: Kepatuhan syariah adalah aspek kunci dalam
penyaluran dana syariah. Dalam Islam, riba (bunga) dianggap sebagai dosa, dan
penghindarannya adalah suatu kewajiban. Produk perbankan syariah di bidang
penyaluran dana dikembangkan sebagai alternatif yang memungkinkan individu
dan perusahaan untuk berinvestasi dan memperoleh pembiayaan tanpa
melibatkan bunga.
c) Perkembangan Perbankan Syariah: Perbankan syariah telah berkembang pesat
sejak dasawarsa terakhir. Dalam beberapa dekade terakhir, banyak negara
dengan mayoritas Muslim dan sejumlah negara non-Muslim telah melihat
pertumbuhan perbankan syariah yang signifikan. Ini sebagian besar disebabkan
oleh permintaan konsumen yang semakin besar untuk produk dan layanan
keuangan yang sesuai dengan prinsip syariah.
d) Pentingnya Distribusi Kekayaan yang Adil: Penyaluran dana syariah juga
didorong oleh keinginan untuk menciptakan distribusi kekayaan yang lebih adil
dalam masyarakat. Prinsip keadilan (adl) adalah salah satu prinsip dasar dalam
penyaluran dana syariah yang menekankan pentingnya pembagian kekayaan
yang lebih merata.
e) Relevansi di Era Modern: Produk perbankan syariah di bidang penyaluran dana
semakin relevan dalam era modern. Investasi yang berkelanjutan dan
berkelanjutan mendapatkan perhatian yang lebih besar, dan banyak produk
perbankan syariah dirancang untuk mendukung prinsip-prinsip ini.
18
f) Pendorong Pertumbuhan Ekonomi: Produk penyaluran dana syariah dapat
berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dengan menyediakan pembiayaan
untuk proyek-proyek produktif yang sesuai dengan prinsip syariah. Ini
mendorong pembangunan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja.
g) Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat: Kesadaran masyarakat tentang keuangan
syariah dan produk perbankan syariah semakin meningkat. Pendidikan dan
kesadaran ini telah menjadi pendorong utama permintaan untuk produk
penyaluran dana syariah.
19
d) Keberkahan (Barakah): Produk perbankan syariah bertujuan menciptakan
keberkahan dalam transaksi dan investasi. Ini berarti bahwa dana yang
disalurkan dan diinvestasikan harus memberikan manfaat ekonomi dan sosial
yang berkelanjutan serta mendatangkan berkah bagi masyarakat.
e) Pertumbuhan Ekonomi yang Berkelanjutan: Penyaluran dana syariah bertujuan
untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Investasi dalam
proyek-proyek produktif yang sesuai dengan prinsip syariah diharapkan
memberikan manfaat jangka panjang bagi perekonomian.
f) Kepuasan Nasabah: Produk perbankan syariah juga bertujuan untuk memberikan
kepuasan kepada nasabah yang mencari produk keuangan sesuai dengan prinsip
syariah. Pelayanan yang baik dan produk yang sesuai dengan kebutuhan nasabah
adalah tujuan utama.
g) Pemberdayaan Masyarakat: Melalui penyaluran dana syariah, tujuan adalah
memberdayakan masyarakat dengan memberikan akses keuangan yang lebih
baik dan kesempatan berinvestasi yang sesuai dengan nilai-nilai syariah. Ini
termasuk pembiayaan bagi usaha kecil dan menengah (UKM).
h) Pendidikan dan Kesadaran Masyarakat: Tujuan penting adalah meningkatkan
pemahaman dan kesadaran masyarakat tentang perbankan syariah dan produk
penyaluran dana yang sesuai dengan prinsip syariah.
i) Pengembangan Produk Inovatif: Bank syariah juga memiliki tujuan untuk terus
mengembangkan produk dan layanan inovatif yang memenuhi kebutuhan
nasabah dan mendukung prinsip syariah.
Produk perbankan syariah di bidang penyaluran dana memiliki tujuan yang selaras
dengan nilai-nilai etika, ekonomi, dan keuangan Islam. Melalui pencapaian tujuan-
tujuan ini, perbankan syariah berupaya memberikan kontribusi positif bagi masyarakat
dan perekonomian secara keseluruhan.
Dalam penyaluran dana, produk perbankan syariah mengikuti metode dan prinsip-prinsip yang
sesuai dengan hukum syariah Islam. Metode ini mencakup berbagai teknik dan instrumen yang
memungkinkan perbankan syariah untuk menghimpun dana dari nasabah dan menyalurkannya
20
ke berbagai investasi yang sesuai dengan prinsip syariah. Berikut adalah beberapa metode
umum yang digunakan dalam produk perbankan syariah di bidang penyaluran dana:
1.Mudarabah:
a) Mudarabah adalah akad kerjasama antara pemilik dana (shahib al-mal) dan pengelola
dana (mudarib).
b) Pemilik dana menyediakan dana untuk diinvestasikan, sementara pengelola dana
bertanggung jawab atas pengelolaan investasi tersebut.
c) Keuntungan dan kerugian dibagi sesuai dengan kesepakatan awal, dengan pemilik dana
mendapatkan bagian tertentu dari keuntungan.
2.Musyarakah:
a) Musyarakah adalah bentuk kerjasama antara bank dan nasabah dalam berbagai proyek
atau investasi.
b) Kedua belah pihak berkontribusi dengan modal dan sumber daya dalam proyek
tersebut.
c) Keuntungan dan kerugian dibagi sesuai kesepakatan, biasanya berdasarkan proporsi
kontribusi modal.
3.Ijarah:
4.Murabahah:
a) Murabahah adalah produk penjualan dengan markup harga yang telah ditentukan.
b) Bank membeli barang atau komoditas atas permintaan nasabah dan kemudian
menjualkannya kepada nasabah dengan harga yang telah disepakati.
c) Nasabah dapat membayar secara cicilan, dan harga jual biasanya mencerminkan biaya
barang ditambah markup.
5.Wakalah:
21
a) Dalam produk wakalah, bank bertindak sebagai wakil atau agen yang mengelola dana
nasabah untuk berinvestasi sesuai prinsip syariah.
b) Bank akan menerima kompensasi untuk jasanya dalam mengelola dana tersebut.
c) Wakalah memungkinkan nasabah untuk mendiversifikasi portofolio investasinya.
6.Qardhul Hasan:
a) Qardhul hasan adalah bentuk pinjaman tanpa bunga yang diberikan oleh bank kepada
nasabah.
b) Nasabah mengembalikan jumlah pinjaman yang diberikan pada akhir periode tertentu.
c) Produk ini sering digunakan dalam kepentingan sosial atau kemanusiaan.
7.Tawarruq:
a) Tawarruq adalah teknik yang melibatkan tiga pihak, yaitu bank, nasabah, dan pihak
ketiga.
b) Nasabah membeli barang dari bank dengan harga yang lebih rendah dan kemudian
menjualnya kepada pihak ketiga dengan harga lebih tinggi untuk mendapatkan uang
tunai.
Prinsip-prinsip dasar dalam penyaluran dana syariah adalah pedoman inti yang
harus diikuti oleh lembaga perbankan syariah dan nasabahnya dalam proses penyaluran
dana. Prinsip-prinsip ini mencerminkan nilai-nilai etika dan kepatuhan syariah Islam
yang membentuk dasar bagi operasi perbankan syariah. Berikut adalah prinsip-prinsip
dasar dalam penyaluran dana syariah:
a) Prinsip Keadilan (Adl): Keadilan adalah prinsip dasar dalam penyaluran dana
syariah. Penyaluran dana harus dilakukan dengan cara yang adil dan merata,
sehingga memberikan manfaat bagi seluruh anggota masyarakat. Hal ini berarti
22
bahwa dana tidak boleh digunakan untuk menguntungkan satu pihak secara
berlebihan, sementara merugikan pihak lain.
b) Prinsip Keberkahan (Barakah): Prinsip keberkahan menekankan pentingnya
menciptakan manfaat yang berkelanjutan dalam penyaluran dana. Dana yang
disalurkan harus menghasilkan manfaat ekonomi dan sosial yang baik serta
membawa berkah dalam kehidupan masyarakat. Ini mencakup penggunaan dana
untuk proyek yang produktif dan berkelanjutan.
c) Prinsip Kepatuhan Syariah (Shariah Compliance): Prinsip dasar ini
mengharuskan semua transaksi dan investasi dalam penyaluran dana untuk
mematuhi hukum syariah Islam. Ini mencakup larangan terhadap riba (bunga),
spekulasi berlebihan (gharar), dan larangan terhadap bisnis yang melanggar
prinsip-prinsip syariah.
d) Prinsip Pembagian Risiko (Mudarabah): Dalam beberapa produk penyaluran
dana syariah, seperti mudarabah, risiko dan keuntungan harus dibagi sesuai
dengan kesepakatan antara pemilik dana (shahib al-mal) dan pengelola dana
(mudarib). Ini menekankan adanya keterlibatan aktif dan saling berbagi risiko di
antara pihak-pihak yang terlibat dalam investasi.
e) Prinsip Transparansi (Al-Ishtirak): Transparansi adalah prinsip penting dalam
penyaluran dana syariah. Semua pihak yang terlibat dalam transaksi atau
investasi harus saling memberikan informasi yang jujur dan lengkap.
Transparansi membantu mencegah penipuan dan penyalahgunaan dalam
penyaluran dana.
f) Prinsip Kepentingan Bersama (Maslaha): Prinsip ini menekankan bahwa
penyaluran dana harus memberikan manfaat bagi masyarakat secara
keseluruhan. Keputusan penyaluran dana tidak hanya didasarkan pada
keuntungan pribadi, tetapi juga pada maslahat (kepentingan bersama)
masyarakat dan ekonomi yang lebih luas.
g) Prinsip Etika dan Tanggung Jawab Sosial (Ihsan): Penyaluran dana syariah
harus dilakukan dengan memperhatikan etika dan tanggung jawab sosial. Bank
syariah dan nasabahnya harus menjalankan peran sosial mereka dengan
integritas dan moralitas yang tinggi.
23
h) Prinsip Penghindaran Riba (Larangan Riba): Penyaluran dana syariah harus
benar-benar menghindari riba (bunga) dan bentuk-bentuk lainnya yang dilarang
oleh hukum syariah. Prinsip ini merupakan salah satu pilar utama dalam
perbankan syariah.
24
e) Pembiayaan Mikro dan UKM: Bank syariah dapat memainkan peran yang
penting dalam pembiayaan mikro, usaha kecil, dan menengah (UKM) dengan
menyediakan pembiayaan yang sesuai dengan prinsip syariah. Hal ini dapat
mendukung pertumbuhan sektor-sektor ini.
f) Kemitraan Bisnis: Kemitraan dengan lembaga-lembaga keuangan konvensional
dan perusahaan lain dapat membantu bank syariah memperluas jangkauan
produk dan layanannya. Kerja sama ini dapat mencakup pengembangan produk
bersama dan pertukaran sumber daya.
g) Dana Investasi Sosial dan Berkelanjutan: Perbankan syariah dapat berperan
dalam pengembangan produk yang mendukung investasi sosial dan
berkelanjutan. Investasi dalam sektor-sektor seperti energi terbarukan, pertanian
berkelanjutan, dan pendidikan dapat menguntungkan masyarakat dan
lingkungan.
h) Perbankan Digital: Digitalisasi perbankan syariah adalah peluang besar untuk
memberikan akses keuangan yang lebih luas dan efisien, terutama di wilayah
yang sulit dijangkau. Platform perbankan digital syariah dapat memberikan
kemudahan akses ke produk dan layanan perbankan.
i) Pengembangan Pasar Modal Syariah: Pasar modal syariah termasuk dalam
perkembangan perbankan syariah. Perkembangan pasar saham syariah, indeks
saham syariah, dan produk investasi syariah semakin banyak diminati oleh
investor.
j) Globalisasi Perbankan Syariah: Lebih banyak bank syariah berusaha untuk
memperluas operasi mereka ke tingkat internasional. Hal ini membuka peluang
untuk mendiversifikasi investasi dan pembiayaan melintasi batas negara.
k) Pendanaan Sosial dan Filantropi: Perbankan syariah dapat berperan dalam
mendukung pendanaan sosial dan filantropi melalui produk seperti waqf, zakat,
dan dana amal. Ini mencerminkan nilai-nilai sosial dan etika perbankan syariah.
25
F. Studi Kasus dan Contoh Praktis
Studi Kasus
Deskripsi: Sebuah bank syariah bekerja sama dengan pemerintah untuk membiayai
pembangunan jalan tol. Dalam kesepakatan Mudarabah, bank menyediakan dana
sebagai pemilik modal dan pemerintah bertindak sebagai pengelola proyek. Keuntungan
dari proyek tersebut dibagi berdasarkan proporsi yang disepakati.
Manfaat: Proyek jalan tol selesai dengan sukses, dan keuntungan dibagi sesuai
kesepakatan awal. Pemerintah mendapatkan infrastruktur yang diperlukan, dan bank
syariah mendapat keuntungan dari investasinya.
Studi Kasus 2:
Deskripsi: Sebuah bank syariah bermitra dengan sebuah kelompok pengusaha mikro
dan UKM untuk mendukung bisnis mereka. Dalam kesepakatan musyarakah, bank
menyediakan modal dan pengusaha mengelola bisnisnya. Keuntungan dan kerugian
dibagi sesuai proporsi modal masing-masing pihak.
Manfaat: Pengusaha mikro dan UKM mendapatkan akses ke modal yang mereka
butuhkan untuk mengembangkan usaha mereka. Bank syariah berbagi risiko dengan
pengusaha, dan keuntungan bisnis dipertahankan.
Studi Kasus
26
Manfaat: Individu dapat berinvestasi dalam properti dengan cara yang sesuai dengan
keyakinan syariah tanpa perlu terlibat secara aktif dalam pengelolaan properti. Bank
syariah memainkan peran penting dalam pemilihan dan pengelolaan properti yang
sesuai dengan syariah.
Studi Kasus
Deskripsi: Seorang petani ingin membeli peralatan pertanian baru untuk meningkatkan
hasil panen mereka. Mereka bermitra dengan bank syariah dalam perjanjian murabahah.
Bank membeli peralatan tersebut dan menjualkannya kepada petani dengan markup
harga yang telah ditentukan.
Manfaat: Petani dapat memperoleh peralatan pertanian yang mereka butuhkan tanpa
harus membayar bunga. Mereka membayar harga beli peralatan plus markup harga
dalam bentuk angsuran sesuai kesepakatan.
Deskripsi: Bank syariah mendukung dana amal dan kegiatan filantropi melalui produk-
produk seperti zakat dan waqf. Bank mengelola dana amal yang dikumpulkan dari
nasabahnya dan mengalokasikannya untuk program-program sosial dan kemanusiaan
yang sesuai dengan prinsip syariah.
27
Manfaat: Dana amal digunakan untuk mendukung program-program yang memerlukan,
seperti pendidikan, kesehatan, dan bantuan sosial. Bank syariah memainkan peran
penting dalam mendukung masyarakat dan kegiatan filantropi yang sesuai dengan
prinsip syariah.
Studi kasus dan contoh praktis ini menggambarkan beragam cara produk perbankan
syariah digunakan dalam penyaluran dana untuk mendukung berbagai proyek dan
inisiatif. Mereka mencerminkan prinsip-prinsip syariah dan memberikan manfaat
ekonomi dan sosial yang positif sesuai dengan nilai-nilai etika Islam.
28
Sebagaimana halnya dengan dengan bank konvensional, bank syariah juga
mempunyai peran sebagai lembaga perantara antara satuan-satuan kelompok
masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus unit)
dengan unit-unit lain yang mengalami kekurangan dana (deficit unit). Melalui bank
maka kelebihan dana-dana tersebut dapat disalurkan kepada pihak-pihak yang
memerlukan dan memberikan manfaat kepada kedua belah pihak. Pada prinsipnya
permasalahan dalam manajemen dana bank pada umumnya dan pada bank syari’ah
pada khususnya adalah bagaimanakah memperoleh dana dengan biaya yang relatif
murah.
29
penghimpunan dana pada bank syari’ah dapat dipedomani dari beberapa ayat Al-Quran
dan hadits, sebagai berikut:
1.“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan harta sesamamu dengan
jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di
antaramu”(QS. al-Nisa’ :29)
2.“...Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang
dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya...” (QS. al-Baqarah:283)
3.“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu …”(QS. al-Ma’idah :1)
4. “dan tolong-menolonglah dalam (mengerjakan) kebajikan….”(QS. al-
Ma’idah:2)
5.“Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai Mudharabah, ia
mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak mengarungi lautan dan tidak
menuruni lembah, serta tidak membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar,
ia (mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan yang ditetapkan
Abbas itu didengar Rasulullah, beliau membenarkannya” (HR. Thabrani dari Ibnu
Abbas).
6.Nabi bersabda, ‘Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual beli tidak secara tunai,
muqaradhah (Mudharabah), dan mencampur gandum dengan jewawut untuk
keperluan rumah tangga, bukan untuk dijual.’” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).
7.“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin, kecuali perdamaian yang
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin.|
Materi disajikan dalam training ”Perbankan Syariah” yang diselenggarakan oleh PT
Gama Semesta Konsultindo, Payakumbuh Sumbar 9 Oktober 2022 terikat dengan
syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal
atau menghalalkan yang haram” (HR. Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf).
8.Ijma. Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada orang, mudharib) harta
anak yatim sebagai Mudharabah dan tak ada seorang pun mengingkari mereka.
Karenanya, hal itu dipandang sebagai ijma’ (Wahbah Zuhaily, al-Fiqh al-Islami wa
Adillatuhu, 1989, 4/838).
9.Qiyas. Transaksi Mudharabah, yakni penyerahan sejumlah harta (dana, modal) dari
satu pihak (malik, shahib al-mal) kepada pihak lain (‘amil, mudharib) untuk
30
diperniagakan (diproduktifkan) dan keuntungan dibagi di antara mereka sesuai
kesepakatan, diqiyaskan kepada transaksi musaqah.
10.Konsep tabungan Wadiah: “Berikanlah itu karena sesungguhnya sebaik-baik kamu
adalah yang terbaik ketika membayar.”(HR. Muslim).
11.Para ulama menyatakan: “Dalam kenyataan banyak orang yang mempunyai harta
namun tidak mempunyai kepandaian dalam usaha memproduktifkannya, sementara
itu tidak sedikit pula orang yang tidak memiliki harta namun ia mempunyai
kemampuan dalam memproduktifkannya. Oleh karena itu, diperlukan adanya
kerjasama di antara kedua pihak tersebut”.
12.“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil
yang mengharamkannya.”(Kaidah Fiqh)
PRODUK TABUNGAN
Dalam hal ini, Dewan Syariah Nasional telah mengeluarkan fatwa yang
menyatakan bahwa tabungan yang dibenarkan adalah tabungan berdasarkan prinsip
wadiah dan Mudharabah. Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No:02/DSN-MUI/IV/2000
Tentang tabungan mendefenisikan tabungan sebagai simpanan dana yang
penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang telah
disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, dan/atau alat lainnya yang
dipersamakan dengan itu;
31
Regulasi Produk Tabungan. Beberapa pedoman dalam pelaksanaan produk-
produk penghimpunan dana pada bank syari’ah dalam Al-Quran dan hadits, yang
kemudian juga secara khusus diperkuat dengan regulasi dari fatwa-fatwa DSN-
MUI, Peraturan Bank Indonesia (PBI), Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK).
Ketentuan operasional tabungan syariah di perbankan syariah diatur dalam Fatwa
Dewan Syari’ah Nasional No: 02/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Tabungan , sebagai
berikut :
a. Tabungan yang dibenarkan, yaitu tabungan yang berdasarkan prinsip
Mudharabahdan Wadi’ah
b. Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Wadi’ah adalah:
1) Bersifat simpanan.
2) Simpanan bisa diambil kapan saja (on call) atau berdasarkan kesepakatan.
3) Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam bentuk pemberian (‘athaya)
yang bersifat sukarela dari pihak bank.
c. Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Mudharabah, adalah sebagai berikut:
3
1) Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau pemilik dana,
dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
2) Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam
usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan mengembangkannya,
termasuk di dalamnya Mudharabah dengan pihak lain.
3) Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan
piutang.
4) Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening.
5) Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6) Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.
32
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 13 /POJK.03/2021
Tentang Penyelenggaraan Produk Bank Umum, menyatakan bahwa Produk Bank
Dasar yang merupakan Kegiatan Penghimpunan Dana di bank Syariah dapat dilakukan
dengan akad Wadi’ah dan Mudharabah Mutlaqah. Tabungan dengan akad Wadi’ah
menempatkan Bank sebagai penerima dana titipan dan nasabah bertindak sebagai
penitip dana, Bank dapat mengelola dana titipan nasabah, tidak diperkenankan
menjanjikan pemberian imbalan atau bonus kepada nasabah namun berdasarkan
kebijakan internal dan tanpa diperjanjikan dapat memberikan imbalan/bonus kepada
nasabah. Bank menjamin pengembalian dana titipan nasabah dan Tabungan wadi’ah
dijamin oleh LPS. Implementasi tabungan dengan Mudharabah mutlaqah didasarkan
pada ketentuan bahwa Bank bertindak sebagai pengelola dana dan nasabah
bertindak sebagai pemilik dana, Bank tidak dibatasi untuk menggunakan dana nasabah
dalam aktivitas penyaluran dana selama tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah.
Bank dan nasabah melakukan pembagian keuntungan dalam bentuk nisbah yang
disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
Sesuai dengan konsep fiqih perbankan, terdapat dua akad Al-Wadi’ah yang dapat
digunakan dalam transaksi diperbankan yaitu yaitu al-wadi’ah yad al-amanah dan
alwadi’ah yad adh-dhamanah (Dusuki, 2015).
1. Al-wadiah yad amanah merupakan perjanjian dimana pihak yang menerima titipan
tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang ataupun barang yang dititipkan,
33
tetapi harus benar-benar menjaganya sesuai kelaziman. Pihak penerima titipan dapat
membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan. Produk yang dapat
ditawarkan dengan menggunakan al-wadiah yad al-amanah di bank Syariah adalah
save deposit box (Ascarya, 2013).
2. Al-Wadi’ah yad adh-dhamanah adalah perjanjian titipan dimana pihak yang
menerima titipan boleh menggunakan dan memanfaatkan barang titipan atau uang
yang dititipkan. Beberapa ketentuan yad adh-dhamanah antara lain adalah
penyimpan memiliki hak untuk menginvestasikan aset yang dititipkan, penitip
berhak mengetahui bagaimana assetnya diinvestasikan, penyimpan hanya menjamin
nilai pokok jika modal berkurang karena rugi, untung dapat dibagi sebagai hisbah
(hadiah).
34
Dari mekanisme tabungan wadiah di Gambar 2, dapat disimpulkan beberapa
ketentuan umum tabungan wadiah sebagai berikut:
1.Tabungan wadiah merupakan tabungan yang bersifat titipan murni harus dijaga dan
dikembalikan setiap saat (on call) sesuai dengan kehendak pemilik harta.
2.Dalam konsep Al-Wadi’ah Yad Adh Dhamanah, pihak yang mnerima titipan
boleh
menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan.
3.Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana atau pemanfaatan barang menjadi
milik atau tanggungan bank, sedangkan nasabah penitip tidak dijanjikan imbalan dan
tidak menanggung kerugian.
4.Bank dibolehkan memberikan bonus kepada pemilik harta sebagai sebuah insentif
selama tidak diperjanjikan dalam akad pembukaan rekening.
Perhitungan Bonus Wadiah. Bonus wadiah adalah bonus yang diberikan pada
nasabah simpanan wadi’ah sebagai return berupa uang kepada nasabah tabungan
wadiah sebagai bentuk balas jasa telah menitipkan dana nya di bank tersebut yang tidak
diperjanjikan di awal. Dalam hal bank berkeinginan untuk memberikan bonus wadiah,
beberapa yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
Bonus wadiah atas dasar saldo terendah, yakni tarif bonus wadiah dikalikan
dengan saldo terendah bulan yang bersangkutan.
1. Bonus wadiah atas dasar saldo terendah.
Bonus Wadi’ah = Tarif bonus wadiah x Saldo terendah bulan ybs
2. Bonus wadiah atas dasar saldo rata-rata harian.
Bonus Wadi’ah = Tarif bonus wadiah x saldo rata-rata harian bulan ybs
3. Bonus wadiah atas dasar saldo harian.
Bonus Wadi’ah = Tarif bonus wadiah x saldo harian bulan ybs x hari efektif
35
3) Saldo rata-rata harian adalah total saldo dalam satu bulan dibagi hari bagi
hasil sebenarnya menurut bulan kalender. Misalnya, bulan Januari 31 hari, bulan
Februari 28/29 hari, dengan catatan satu tahun 365 hari.
4) Saldo harian adalah saldo pada akhir hari.
5) Hari efektif adalah hari kalender tidak termasuk hari tanggal tutup buku.
6) Dana tabungan yang mengendap kurang dari satu bulan karena rekening baru dibuka
awal bulan atau tutup tidak pada akhir bulan tidak mendapatkan bonus wadiah, kecuali
apabila perhitungan bonus wadiahnya atas dasar saldo harian.
Bonus = 4%
b.Perhitungan Bonus atas dasar saldo rata-rata harian. Asumsikan bahwa Bank Syariah
memberikan bonus tabungan wadiah setara sebesar 4% pertahun. Saldo rata-rata
harian Bapak Ahmad adalah :
9 x 600.000 = 5.400.000
2 x 1.000.000 = 2.000.000
36
4 x 700.000 = 2.800.000
4 x 900.000 = 3.600.000
10 x 400.000 = 4.000.000
1 x 700.000 = 700.000
Saldo rata-rata harian =
18.500.000: 30 = 616.667
Bonus = 4% x
c.Perhitungan Bonus atas dasar saldo harian. Asumsikan bahwa Bank Syariah
memberikan bonus tabungan wadiah setara sebesar 4% pertahun. Saldo Terendah
Bapak Ahmad pada bulan September adalah Rp.400.000, sehingga bonus tabungan
wadiah yang diterima adalah:
Tanggal 1 – 9 September
=
4% x (600.000 x 9)/365 = Rp.591
Tanggal 10 – 11 September
=
4% x (1.000.000 x 2)/365 = Rp.219
Tanggal 12 – 15 September
=
4% x (700.000 x 4)/365 = Rp.306
Tanggal 16 – 20 September
=
4% x (900.000 x 5)/365 = Rp.493
Tanggal 20 – 29 September
=
4% x (400.000 x 9)/365 = Rp.394
Tanggal 30 September
=
37
4% x (700.000 x 1)/365 = Rp.77
Bonus
=
Rp.2080
38
disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam mengelola
dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan
oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi adalah mismanagement (salah
urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian tersebut. Dalam
mengelola harta Mudharabah, bank menutup biaya operasional tabungan dengan
menggunakan nisbah, keuntungan yang menjadi haknya. Di samping itu, bank tidak
diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah penabung tanpa persetujuan
yang bersangkutan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Pph bagi hasil tabungan
Mudharabah dibebankan langsung ke rekening tabungan Mudharabah pada saat
perhitungan bagi hasil.
39
g. yang bersangkutan. Pedoman dan Regulasi Tabungan Mudharabah. Fatwa
Dewan Syari’ah Nasional No: 02/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Tabungan
menetapkan beberapa Ketentuan Umum Tabungan berdasarkan Mudharabah:
a. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul mal atau
pemilik dana, dan
2. bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola dana.
a. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai
macam usaha
3. yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah dan mengembangkannya,
termasuk
4. di dalamnya Mudharabah dengan pihak lain.
a. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan
bukan piutang.
b. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan dalam
5. akad pembukaan rekening.
40
Hari Bagi Hasil x Saldo Rata − Rata Harian x Tingkat
Bagi Hasil
Dalam hal pembayaran bagi hasil, bank syariah menggunakan metode end of month
yaitu:
1. Pembayaran bagi hasil tabungan Mudharabah dilakukan secara bulanan, yaitu pada
tanggal tutup buku setiap bulan.
2. Bagi hasil bulan pertama dihitung secara proporsional hari efektif termasuk tanggal
tutup buku, tapi tidak termasuk tangga pembukaan tabungan.
3. Bagi hasil bulan terakhir dihitung secara proporsional hari efektif, tingkat bagi hasil
yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup buku bulan terakhir.
4. Jumlah hari sebulan adalah jumlah hari kalender bulan yang bersangkutan (28 hari,
29 hari, 30 hari, 31 hari).
5. Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diklasifikasikan ke rekening
lainnya
sesuai permintaan nasabah.
41
Tabungan iB Rp. 100.000.000,-
Jadi bagi hasil yang diterima oleh nasabah di bulan Agustus 2011 : (saldo rata-rata /
saldo
rata-rata DPK) x nisbah x pendapatan yang dibagihasilkan x jumlah hari
pengendapatan /
jumlah hari dalam 1 bulan (1.000.000/100.000.000) x 0,6 x 15.000.000 x 19/31 = Rp
55.161
PRODUK GIRO
42
Giro Wadiah merupakan simpanan berdasarkan akad wadiah yang penarikannya
dapat
dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, bilyet giro, sarana perintah pembayaran
lainnya, atau dengan perintah pemindahbukuan, dan terhadap titipan tersebut tidak
dipersyaratkan imbalan kecuali dalam bentuk pemberian sukarela (‘athaya).
Simpanan
yang ada di Giro Wadiah adalah titipan murni yang setiap saat dapat diambil jika
pemiliknya
menghendaki. Pada umumnya produk giro di bank syariah menerapkan prinsip wadiah
yad
dhamamah, yakni nasabah bertindak sebagai penitip yang memberikan hak kepada
bank
syariah untuk menggunakan atau memanfaatkan uang atau barang titipannya, sedangkan
bank syariah bertindak sebagai pihak yang dititipi yang disertai hak untuk mengelola
dana
titipan dengan tanpa mempunyai kewajiban memberikan bagi hasil dari
keuntungan
pengelolaan dana tersebut. Namun demikian, bank syariah diperkenankan
memberikan
insentif berupa bonus dengan catatan tidak disyaratkan sebelumnya.
Pedoman dan Regulasi Giro Wadiah. Beberapa pedoman dalam pelaksanaan produk-
produk penghimpunan dana khususnya Giro Wadiah, diatur dalam secara umum Al-
Quran
dan hadits, yang kemudian juga secara khusus diperkuat dengan regulasi dari fatwa-
fatwa
DSN-MUI, Peraturan Bank Indonesia (PBI), Peraturan Otoritas Jasa Keuangan
(POJK).
Ketentuan operasional Giro di perbankan syariah diatur dalam Fatwa Dewan Syari’ah
No:
01/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Giro, sebagai berikut:
43
a. Giro ada dua jenis: 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari’ah, yaitu giro
yang
berdasarkan perhitungan bunga. 2. Giro yang dibenarkan secara syari’ah, yaitu giro
yang berdasarkan prinsip Mudharabah dan Wadi’ah.
b. Ketentuan Umum Giro berdasarkan Mudharabah: 1). Dalam transaksi ini
nasabah
bertindak sebagai shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai
mudharib atau pengelola dana; 2). Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat
melakukan berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syari’ah
dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya Mudharabah dengan pihak lain; 3).
Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan piutang;
4). Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan
dalam akad pembukaan rekening; 5). Bank sebagai mudharib menutup biaya
operasional giro dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya; 6).
Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.
c. Ketentuan Umum Giro berdasarkan Wadi’ah: 1). Bersifat titipan; 2). Titipan
bisa
diambil kapan saja (on call). 3). Tidak ada imbalan yang disyaratkan, kecuali dalam
bentuk pemberian (‘athaya) yang bersifat sukarela dari pihak bank.
Ketentuan dan Kharakteristik Giro Wadiah. Dari pemaparan di atas, dapat dinyatakan
beberapa ketentuan umum giro wadiah sebagai berikut:
1. Dana wadiah dapat digunakan oleh bank untuk kegiatan komersial dengan syarat
bank
harus menjamin pembayaran kembali nominal dana wadiah tersebut.
2. Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau
ditanggung
bank, sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian.
Bank dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif
untuk menarik dana masyarakat tapi tidak boleh diperjanjikan dimuka.
44
3. Beberapa fasilitas giro wadiah yang disediakan bank untuk nasabah, antara lain:
Buku
cek, Bilyet giro, Kartu ATM, Fasilitas pembayaran, Traveller‟s cheques, Wesel
bak,
Wesel penukaran, Kliring dan lainnya.
45
Skema Giro dengan Konsep Wadiah yad al-dhamanah. Gambar 4 memperlihatkan
mekanisme Giro Wadiah di perbankan syariah. Bank sebagai penerima titipan
dibolehkan
memanfaatkan dana untuk usaha produktif yang menghasilkan . Keuntungan atau
kerugian
dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung bank, sedangkan pemilik
dana
tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank dimungkinkan
memberikan
bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif untuk menarik dana masyarakat
tapi
tidak boleh dijanjikan di muka.
Gambar 4.
Skema Giro dengan Konsep Wadiah yad al-dhamanah
Perhitungan Bonus Giro Wadiah. Dalam aplikasinya ada giro wadiah yang memberikan
bonus dan ada giro yang tidak memberikan bonus. Pada kasus dimana giro
wadiah di
operasionalkan dengan prinsip Wadiah yad dhamanah, dengan tujuan produktif
dan
menghasilkan keuntungan, maka bank dapat memberikan bonus kepada nasabah
deposan.
Namun demikian, ada juga bank syariah yang menggunakan prinsip Wadiah yad
amanah
dalam produk giro, dan tidak memberikan bonus kepada nasabah deposan. Pada kasus
ini
bank hanya menggunakan dana simpanan giro ini untuk menyeimbangkan
kebutuhan
46
likuiditas bank dan untuk transaksi jangka pendek atau tanggung jawab bank yang
tidak
menghasilkan keuntungan riil. Bank tidak menggunakan dana ini untuk tujuan
produktif
12 |Materi disajikan dalam training ”Perbankan Syariah” yang akan diselenggarakan
oleh PT Gama Semesta
Konsultindo, Payakumbuh Sumbar 8 – 9 Oktober 2022
Pada prinsipnya, teknik perhitungan bonus wadiah dihitung dari saldo terendah dalam
satu
bulan. Namun demikian, bonus wadiah dapat diberikan sebagai berikut.
1. Saldo terendah dalam satu bulan takwim di atas Rp. 1.000.000,00 (bagi rekening
yang
bonus wadiahnya dihitung dari saldo terendah).
2. Saldo rata-rata harian dalam satu bulan takwim di atas Rp.1.000.000,00 (bagi
rekening
yang gironya dihitung dari saldo rata-rata harian.
47
3. Saldo rata-ratanya di atas Rp. 1.000.000,00 (bagi rekening yang bonus
wadiahnya
dihitung dari saldo harian).
48
Bonus diterima Bpk. Ismail
(sebelum pajak)
(1.000.000/500.000.000) x 20.000.000 x 30%
= Rp.12.000.-
Giro Mudharabah. Produk giro di bank syariah juga dapat di terapkan dengan skema
mudharabah, dengan prinsip bagi hasil. Mudharabah mempunyai dua bentuk,
yakni
Mudharabah mutlaqah dan Mudharabah muqayyadah, yang perbedaan utama di
antara
keduanya terletak pada ada atau tidaknya persyaratan yang diberikan pemilik dana
kepada
bank dalam mengelola hartanya, baik dari sisi tempat, waktu, maupun objek
investasinya.
Mudharabah Muthlaqah adalah bentuk kerja sama antara pemilik dana dengan
pengelola
dana. Pengelolaan dana memiliki sifat dana bebas yang tidak memiliki batas
dalam
menentukan usaha dan pelaksanaan. Pemilik dana memberikan kebebasan penuh
pada
pengelola. Mudharabah Muqayyadah adalah Akad yang dilakukan antara pemilik
modal
13 |Materi disajikan dalam training ”Perbankan Syariah” yang akan diselenggarakan
oleh PT Gama Semesta
Konsultindo, Payakumbuh Sumbar 8 – 9 Oktober 2022
untuk usaha yang ditentukan oleh pemilik modal (shahibul mal) dengan pengelola
(mudharib), dimana nisbah bagi hasil disepakati di awal untuk dibagi bersama,
sedangkan
kerugian ditanggung oleh pemilik modal. Dalam hal ini bank syariah bertindak
mudharib
49
(pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul maal (pemilik
dana).
Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank syariah serta mengembangkannya,
termasuk
melakukan akad Mudharabah dengan pihak lain.
50
kelalaiannya. Disamping itu, bank syariah juga bertindak sebagai kuasa dari usaha
bisnis
pemilik dana yang diharapkan dapat memperoleh keuntungan seoptimla mungkin tanpa
melanggar berbagai aturan syariah.Dari hasil pengelolaan dana Mudharabah, bank
syariah
akan membagi hasil kepada pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati
dan
dituangkan dalam akad pembukaan rekening. Dalam mengelola dana tersebut, bank
tidak
bertanggung jawab terhadap kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya.
Namun,
apabila yang terjadi adalah mismanagement (salah urus), bank bertanggung jawab
penuh
terhadap kerugian tersebut.
Dalam mengelola harta Mudharabah, bank menutup biaya operasional giro dengan
menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi hak bank. Disamping itu, bank
tidak
diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah giran tanpa persetujuan
yang
bersangkutan. Sesuai dengan ketentuan yang berlaku, PPh bagi hasil giro
Mudharabah
dibebankan lansung ke rekening giro Mudharabah pada saat perhitungan bagi
hasil.
Perhitungan bagi hasil giro Mudharabah dilakukan berdasarkan saldo rata-rata harian
yang
dihitung di tiap akhir bulan dan dibukukan awal bulan berikutnya. Rumus perhitungan
bagi
hasil giro Mudharabah adalah sebagai berikut:
Hari bagi hasil x saldo rata − rata harian x tingkat bagi hasil
Bagi Hasil =
51
Hari kalender yang bersangkutan
Dalam hal pembayaran bagi hasil, bank syariah menggunakan metode end of month,
dengan
beberapa ketentuan yaitu:
1. Pembayaran bagi hasil giro Mudharabah dilakukan secara bulanan, yaitu
pada
tanggal tutup buku setiap bulan.
2. Bagi hasil bulan pertama dihitung secara proporsional hari efektif, termasuk
tanggal
tutup buku, tapi tidak termasuk tanggal pembukaan giro.
14 |Materi disajikan dalam training ”Perbankan Syariah” yang akan diselenggarakan
oleh PT Gama Semesta
Konsultindo, Payakumbuh Sumbar 8 – 9 Oktober 2022
3. Bagi hasil bulan terakhir dihitung secara proporsional hari efektif. Tingkat bagi
hasil
yang dibayar adalah tingkat bagi hasil tutup buku bulan terakhir.
4. Jumlah hari sebulan adalah jumlah hari kalender bulan yang bersangkutan (28
hari,
29 hari, 30 hari, 31 hari).
5. Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diafilisasikan ke rekening
lainnya
sesuai permintaan nasabah.
52
usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya,
termasuk di dalamnya Mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai dan bukan
piutang.
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah dan
dituangkan
dalam bentuk akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional giro dengan
menggunakan
nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
6. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan yang bersangkutan.
PRODUK DEPOSITO
Selain giro dan tabungan, produk perbankan syariah lainnya yang termasuk
produk
penghimpunan dana adalah deposito. Berdasarkan Undang-undang No.10 tahun
1998
tentang Perubahan atas Undang-undang No. 7 tahun 1992 tentang perbankan,
yang
dimaksud dengan deposito berjangka adalah simpanan yang penarikannya hanya
dapat
dilakukan pada waktu-waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank
yang bersangkutan. Adapun yang dimaksud dengan deposito syariah adalah deposito
yang
dijalankan berdasarkan prinsip syariah. Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik
Indonesia Nomor 13 /POJK.03/2021 Tentang Penyelenggaraan Produk Bank
Umum,
mendefenisikan deposito Syariah sebagai Simpanan berdasarkan akad Mudharabah
atau
investasi dana berdasarkan akad Mudharabah yang penarikannya hanya dapat
dilakukan
53
pada waktu tertentu berdasarkan akad antara nasabah penyimpan dan Bank. Deposito
dapat memiliki fitur virtual account, escrow account, LKS PWU, BPS BPIH/BPS
Bipih/Kas
Haji, payment point, Deposito Wakaf, Rekening Dana Lender (RDL) dan Rekening
Dana
Nasabah (RDN
Dewan Syariah Nasional MUI juga menegaskan bahwa deposito yang dibenarkan
adalah
deposito yang berdasarkan prinsip Mudharabah. Dalam hal ini, bank syariah
bertindak
sebagai mudharib (pengelola dana), sedangkan nasabah bertindak sebagai shahibul maal
(pemilik dana). Sebagai mudharib, bank syariah dapat melakukan berbagai macam
usaha
yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah serta mengembangkannya,
termasuk
melakukan akad Mudharabah dengan pihak ketiga. Dengan demikian, bank syariah
dalam
kapasitasnya sebagai mudharib memiliki sifat sebagai seorang wali amanah (trustee),
yakni
harus berhati-hati atau bijaksana serta beritikad baik dan bertanggung jawab atas segala
sesuatu yang timbul akibat kesalahan atau kelalaiannya. Disamping itu bank syariah
juga
bertindak sebagai kuasa dari usaha bisnis pemilik dana yang diharapkan dapat
memperoleh
keuntungan seoptimal mungkin tanpa melanggar berbagai aturan syariah.
Dari hasil pengelolaan dana Mudharabah, bank syariah akan membagihasilkan
kepada
pemilik dana sesuai dengan nisbah yang telah disepakati dan dituangkan dalam
akad
rekening deposito. Dalam mengelola dana tersebut, bank tidak bertanggung jawab
terhadap
54
15 |Materi disajikan dalam training ”Perbankan Syariah” yang akan diselenggarakan
oleh PT Gama Semesta
Konsultindo, Payakumbuh Sumbar 8 – 9 Oktober 2022
kerugian yang bukan disebabkan oleh kelalaiannya. Namun, apabila yang terjadi
adalah
mismanagement (salah urus), bank bertanggung jawab penuh terhadap kerugian
tersebut.
Mekanisme deposito Mudharabah dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5
Skema Deposito Mudharabah
55
2. Bank dan nasabah melakukan pembagian keuntungan dalam bentuk nisbah
yang
disepakati dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
3. Dalam hal pembukaan rekening dilakukan melalui mekanisme online maka syarat
dan
ketentuan akad termasuk kesepakatan nisbah, dan/atau pemilik manfaat (beneficial
owner) dituangkan dalam bentuk yang sesuai dengan media pembukaan rekening
dimaksud.
4. Bank tidak diperkenankan mengurangi nisbah keuntungan nasabah tanpa
persetujuan
nasabah. Persetujuan nasabah dapat dilakukan secara tertulis maupun dalam bentuk
konfirmasi negatif atas rencana perubahan nisbah yang dilakukan oleh Bank.
5. Bank dan nasabah menuangkan kesepakatan atas pembukaan dan penggunaan
produk
deposito dalam bentuk perjanjian tertulis dan dapat juga dilakukan secara lisan dan
perbuatan/tindakan yang terdokumentasi serta dapat dilakukan secara elektronik
berdasarkan kesepakatan para pihak sesuai Prinsip Syariah dan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
6. Deposito simpanan Mudharabah yang risikonya ditanggung oleh Bank, dijamin
oleh
LPS.
7. Deposito investasi Mudharabah yang risikonya ditanggung oleh nasabah, tidak
dijamin
oleh LPS.
56
1. Bank dapat mengenakan biaya administrasi rekening berupa biaya-biaya yang
terkait
langsung dengan biaya pengelolaan rekening antara lain biaya pembukaan dan biaya
penutupan rekening.
2. Bank dapat memotong zakat, infak, wakaf, sedekah dan dana sosial lainnya atas
bagi
hasil yang diterima nasabah sesuai permintaan nasabah pada perjanjian pembukaan
rekening deposito.
3. Deposito yang telah jatuh tempo dapat otomatis diperpanjang (automatic roll over)
sesuai dengan kesepakatan.
4. Bagi hasil deposito dapat menambah pokok deposito atau dipindah bukukan
ke
rekening lain seperti giro atau tabungan sesuai permintaan nasabah.
5. Deposito dapat berupa deposito biasa atau deposit on call.
6. Dalam hal berupa deposito biasa, Bank dapat mengenakan penalti apabila
nasabah
mencairkan dana sebelum jatuh tempo.
7. Dalam hal berupa deposit on call maka Nasabah harus menginformasikan
sebelumnya
kepada Bank apabila akan melakukan pencairan dana deposit on call dalam jangka
waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari.
8. Bank dapat menambahkan fitur pertanggungan asuransi syariah untuk nasabah
perorangan dengan mengikuti ketentuan yang berlaku.
9. Bank dapat memberikan hadiah promosi dengan memenuhi persyaratan
sebagai
berikut: 1) tidak diperjanjikan, tidak menjurus pada praktek riba terselubung dan/atau
tidak menjadi kelaziman, 2) harus dalam bentuk barang, voucher, uang elektronik,
emas dan/atau jasa (tidak boleh dalam bentuk uang) sesuai ketentuan dalam fatwa,
dan 3) dalam hal hadiah dalam bentuk barang, hadiah promosi yang diberikan harus
berupa benda yang wujud dan halal.
57
Berdasarkan kewenangan yang diberikan oleh pihak pemilik dana, terdapat 2 (dua)
bentuk
Mudharabah, yakni: Mudharabah mutlaqah (Unrestricted Investment Account, URIA)
dan
Mudharabah Muqayyadah (Restricted Invesment Account, RIA).
58
• Untuk tabungan Mudharabah, bank dapat memberikan buku tabungan
sebagai
bukti penyimpanan, serta kartu ATM dan atau penarikan lainnya kepada penabung.
Bagi Hasil =
59
perlu diperhatikan adalah:
a. Hasil perhitungan bagi hasil dalam angka satuan bulat tanpa mengurangi
hak
nasabah. Pembulatan ke atas dilakukan untuk nasabah sedangkan pembulatan ke
bawah untuk bank.
b. Hasil perhitungan bagi hasil deposito Mudharabah mutlaqah (URIA) dapat
dilakukan
melalui dua metode, yaitu: Anniversary Dates dan End of month. Metode Anniversary
dates mensyaratkan bahwa : 1) Pembayaran bagi hasil deposito dilakukan secara
bulanan, yaitu pada tanggal yang sama dengan tanggal pembukaan deposito, 2)
Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup buku bulan
terakhir, dan 3). Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diafiliasikan ke
rekening lainnya sesuai dngan permintaan deposan. Adapun metode End of month
mempersyaratkan bahwa : 1) Pembayaran bagi hasil deposito dilakukan secara
bulanan, yaitu pada tanggal tutup buku setiap bulan, 2) Bagi hasil bulan pertama
dihitung secara proporsional hari efektif termasuk tanggal tutup buku, tapi tidak
termasuk tanggal pembukaan deposito, 3) Bagi hasil bulan terakhir dihitung secara
proporsional hari efektif tidak termasuk tanggal jatuh tempo deposito. Tingkat bagi
hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil tutup buku bulan terakhir, 4).Jumlah
hari sebulan adalah jumlah hari kelender bulan yang bersangkutan (28 hari, 29 hari,
30 hari, 31 hari) dan 5) Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diafiliasikan
ke rekening lainnya sesuai permintaan deposan.
60
Nominal Deposito Nasabah A
Rp.10.000.000
Keseluruhan jumlah deposito di bank
Rp.5.000.000.000
Keuntungan bagi hasil yang diperoleh Bank
jangka waktu 1 bulan
Rp.200.000.000
Nisbah bagi hasil yang diberikan dengan
jangka waktu 1 bulan ini
55:45
(55% nasabah dan 45% bank)
Tanggal pencairan (roll over)
02-02-2022
Bagi Hasil yang diperoleh Nasabah A
(Rp.10.000.000/Rp.5.000.000.000) x 55% x
Rp.200.000.000 = Rp220.000
𝑺𝒂𝒍𝒅𝒐 𝑫𝒆𝒑𝒐𝒔𝒊𝒕𝒐
𝐵𝒂𝒈𝒊 𝒉𝒂𝒔𝒊𝒍 =
61
Jangka waktu
1 bulan (01-08-2021 s/d 31-08-2021
Rumus Perhitungan Basil
(Nominal deposito / total nominal seluruh
deposito) x persentase bagi hasil nasabah x
keuntungan bank pada bulan tersebut x total
hari pengendapan
Nominal Deposito Nasabah A
Rp.250.000.000
Saldo rata-rata DPK Deposito
Rp.5.000.000.000
Nisbah bagi hasil
60:40
(60% bagi nasabah)
Tanggal mulai deposito
1 Agustus 2021
Jumlah hari bulan Agustus
31 hari
Bagi Hasil yang diperoleh Nasabah B di bulan
Agustus 2021
(Rp.250.000.000/Rp.5.000.000.000) x 60% x
Rp.65.000.000 x 31/31= Rp1.950.000
62
Dalam hal ini, bagi hasil yang menjadi hak nasabah dan belum dibayarkan harus
dibayarkan.
Jangka waktu
3 bulan (02-01-2021 s/d 02-04-2021)
Nominal Deposito nasabah Mudharabah dicairkan
tanggal
10-03-2021
Tingkat bagi hasil tutup buku terakhir bilyet
deposito mudharabah mutlaqah
1% (bila ditahunkan 12%)
Pendapatan yang dibagihasilkan
Rp.100.000.000,-
Perhitungan bagi hasil, denda (penalty) dan jumlah nominal yang dibayarkan kepada
depositon adalah sebagai berikut:
63
97.000.000,-
64
yang harus daipatuhi oleh bank dalam mencari bisnis (pelaksana usaha).
Karakteristik jenis simpanan ini adalah sebagai berikut:
Cluster Pool of Fund, yaitu penggunaan dana untuk beberapa proyek dalam
suatu jenis industri bisnis. Biasanya Pembayaran bagi hasil deposito Mudharabah
muqayyadah (RIA) dilakukan secara bulanan, triwulan, semesteran atau periodesasi
lain yang disepakati. Perhitungan bagi hasil disesuaikan dana RIA dapat dilakukan
dengan cara sebagai berikut.
Bagi hasil =
hasil
65
pembukuan deposito.Tingkat bagi hasil yang dibayarkan adalah tingkat bagi hasil
tutup buku bulan terakhir. Bagi hasil bulanan yang diterima nasabah dapat diafiliasikan
ke rekening lainnya sesuai dengan permintaan deposan.
Rumus perhitungan bagi hasil yang dapat digunakan adalah sebagai berikut;
+ Nominal deposito
Hari BaSil terakhir sampai BaSil berikutnya
66
x Return proyek
Nominal Proyek Dibiayai
DAFTAR PUSTAKA
67
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional NO: 02/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Tabungan.
https://dsnmui.or.id/kategori/fatwa/?s=tabungan&post_types=all
Fatwa Dewan Syari’ah Nasional No: 01/DSN-MUI/IV/2000 Tentang Giro.
https://mui.or.id/wp-content/uploads/files/fatwa/01-Giro.pdf
Fatwa DSN-MUI Nomor 03/DSN-MUI/IV/2000 tentang Deposito.
https://mui.or.id/wp-
content/uploads/files/fatwa/03-Deposito.pdf
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 13 /POJK.03/2021
Tentang
Penyelenggaraan Produk Bank Umum.
https://sikepo.ojk.go.id/SIKEPO/DatabasePeraturan/PeraturanUtuh/2eaacb02-936e-
499f-a024-df906ad5f418
Fatwa DSN-MUI Nomor 86/DSN-MUI/XII/2012 tentang Hadiah dalam Penghimpunan
Dana
Lembaga Keuangan Syariah.
Fatwa DSN-MUI Nomor 74/DSN-MUI/I/2009 Tentang Penjaminan Syariah.
Fatwa Dewan Syariah Nasional- Majelis Ulama Indonesia NO: 118/DSN-
MUW2A1-S
Tentang Pedoman Penjaminan Simpanan Nasabah Bank Syariah.
https://drive.google.com/file/d/1KFS3kRIUGEuPSUstdOSg4tystTd1bwXD/view
Peraturan Bank Indonesia Nomor 15/13/PBI/2013 Tentang Perubahan Atas
Peraturan
Bank Indonesia Nomor 11/3/PBI/2009 Tentang Bank Umum Syariah
https://www.ojk.go.id/id/kanal/perbankan/regulasi/regulasi-perbankan-
syariah/Documents/pbi_151313_1390306746.pdf
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 64 /POJK.03/2016 Tentang Perubahan
Kegiatan
Usaha Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah.
68
22 |Materi disajikan dalam training ”Perbankan Syariah” yang akan diselenggarakan
oleh PT Gama Semesta
Konsultindo, Payakumbuh Sumbar 8 – 9 Oktober 2022
Buku
1. Ascarya. (2013). Akad dan Produk Bank Syariah. Rajawali Pers.
2. Dusuki, A. W. (Ed). (2015). Sistem Keuangan Islam: Prinsip dan
Operasi. In
(Ed.International Shariah Research Academy for Islamic Finance (ISRA)
Malaysia.
Jakarta: RajaGrafindo Persada.
3. Hassan, M. K., & Mervyn K. Lewis. 2007. Handbook of Islamic Banking.
University of New
Orleans, USA Published byEdward Elgar Publishing Limited Glensa nda House
Montpellier Parade CheltenhamGlos GL50 1UA UK
4. Hellwig, M., 1991. Banking, Financial Intermediation And Corporate
Finance. In
European Financial Integration, ed. A. Giovannini and C. Mayer., Cambridge:
Cambridge
University Press
69
5. Kasmir. 2000. Manajemen Perbankan., Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
6. Karim, A. A. (2011). Bank Islam: analisis fiqih dan keuangan.
7. Koch, Timothy W., 1992, Bank Management, Second Edition, Fort Worth:
Dryden Press
8. Muhammad Nejatullah Siddiqi. 1983. Issues in Islamic Banking (Selected
Papers). The
Islamic Foundation Published by The Islamic Foundation Markfield Dawah
Centre
Ratby Lane, Markfield Leicester LE67 9RN, UK
9. Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori Ke Praktek, Gema
Insani, Jakarta,
2001
10. Muhammad, 2005. Manajemen Bank Syari’ah, Yogyakarta: UPP AMP YKPN
11. Munawar Iqbal & David T. Llewellyn. 2002. Islamic Banking and Finance
New
Perspectives on Profit-Sharing and Risk. Edward Elgar Publishing, Inc. 136 West
StreetSuite 202 Northampton Massachusetts 01060 USA
12. Rahman, Yahia A., 2010. Art of Islamic Banking and Finance; Tools and
Techniques for
Community-Based Banking. Published by John Wiley & Sons, Inc., Hoboken, New
Jersey
13. Rivai, Veithzal Rivai et al., 2012. Financial Institution Management,
Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada.
14. Rivai,Veithzal. 2013. Islamic Economics: Ekonomi Syariah Bukan OPSI.,
tetapi Solusi.,
Jakarta: Bumi Aksara.
15. Rivai, V., & Arifin, A. (2010). Islamic Banking. Bumi Aksara.
16. Rivai, V. (2013) Islamic Risk Management for Islamic Bank. Gramedia Pustaka
Utama.
17. Sumitro, Warkum. 2004. Asas-asas Perbankan Islam dan Lembaga-Lembaga
Terkait.,
70
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
18. Zainul Arifin, M. B. A. (2012). Dasar-dasar manajemen bank syariah. Pustaka
Alvabet.
Related Jurnal
1. Puteri, H.E., Parsaulian, B. and Azman, H.A. (2022), "Potential demand
for Islamic
banking: examining the Islamic consumer behavior as driving factor", International
Journal of Social Economics, Vol. 49 No. 7, pp. 1071-1085.
https://doi.org/10.1108/IJSE-10-2021-0614
2. Puteri, Hesi Eka, M. Arifin, and Hidayatul Arief. "Social Performance of
Islamic
Microfinance Institutions: Examining the Financial Sustainability as Driving
Factor." International Journal of Applied Business Research (2022): 151-167.
71
Microfinance Institution For Muslim Community , ISLAM REALITAS: Journal of
Islamic
& Social Studies Vol. 6, No. 1, January- June 2020
4. Social Performance of Rural Bank: Impact of Commercialization Factors,
Jurnal
Dinamika Manajemen, 11 (1) 2020, 115-125
5. Irawan, Feri, and Hesi Eka Puteri. “Interaksi Aspek Permodalan, Risiko
Pembiayaan,
Dan Indikator Makroekonomi Dalam Mempengaruhi Profitabilitas Bprs Di Indonesia
Periode 2014-2018.” Jurnal Benefita 5, no. 3 (2020): 401-412.
6. “Determinan Sustainabilitas Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah dan
Upaya
Penanggulangan Kemiskinan di Kabupaten Agam.” , EKONOMIKA SYARIAH:
Journal of
Economic Studies 3, no. 2 (2019): 61-74.
7. Puteri, Hesi Eka, and Zuwardi Zuwardi. "Orientasi Budaya Dan
Religiusitas Dalam
Manajemen Kredit Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Sosial Bank Perkreditan
Rakyat." Jurnal Benefita 4, no. 1 (2019): 196-209.
8. Irfayunita, F., Miswardi, M., & Puteri, H. E. (2019). Pengaruh Nisbah Bagi
Hasil Terhadap
Preferensi Masyarakat Memilih Produk-Produk Pendanaan Pada Perbankan Syariah
Dengan Faktor Financial Literacy Sebagai Variabel Intervening. Jurnal Benefita, 4(1),
14-25.
9. Irfayunita, Febby, and Hesi Eka Puteri. "Pengaruh Financial Literacy
Terhadap
Preferensi Masyarakat Kabupaten Tanah Datar Memilih Produk-Produk Pendanaan
Pada Perbankan Syariah." Ekonomika Syariah: Journal of Economic Studies 3, no.
1
(2019): 20-31.
10. Arief, Hidayatul, Iiz Izmuddin, and Hesi Eka Puteri. "Pengaruh Financial
Sustainability
72
Terhadap Jangkauan BPR Syariah Di Propinsi Sumatera Barat." Ekonomika
Syariah:
Journal of Economic Studies 3, no. 2 (2019): 32-46.
11. Puteri, Hesi Eka, and Seflidiana Roza. "Culture-Oriented Credit Management in
Rural
Bank as the Driving Factor in Creating Financial Inclusion (Survey in Rural Banks in
West Sumatera Province)." Proceeding of Community Development 1 (2018): 93-106.
73