Disusun Oleh:
H. Agus Santhuso, SE
[ 7320130004 ]
Tugas Jurnal UAS Analisis Praktek Sistem Pembiayaan Bagi Hasil pada Perbankan Syariah
H. Agus Santhuso, SE
Daftar Isi
Halaman
Abstrak......
13
BAB 3 : Kesimpulan
Kesimpulan ....
18
19
Tugas Jurnal UAS Analisis Praktek Sistem Pembiayaan Bagi Hasil pada Perbankan Syariah
H. Agus Santhuso, SE
ABSTRAK
Perbankan syariah muncul karena praktek perbankan konvensional, yang
didasarkan pada tingkat suku bunga yang dianggap sebagai riba yang tidak memberikan
keadilan kepada rakyat dan hanya memberikan manfaat bagi bank sendiri. Oleh karena
itu, perbankan syariah muncul untuk menawarkan profit and loss sharing. Dalam
pelaksanaan keuntungan sistem pembiayaan berbagi dalam bank syariah menggunakan
mudharabah dan musyarakah. Mudharabah diartikan sebagai kerjasama antara bank dan
nasabah di mana modal (100%) dimiliki bank, sementara kontrak musyarakah
didefinisikan sebagai suatu kemitraan antara dua pihak di mana masing-masing pihak
memberikan kontribusi dana.
Dalam prakteknya bank dan pelanggan sama akan mendapatkan keuntungan dari
usahanya. Dalam rangka untuk memperoleh pembiayaan bagi hasil di bank syariah, maka
pelanggan harus memenuhi prosedur yang ditentukan oleh bank
Page |1
BAB 1
PENDAHULUAN
Bank syariah atau bank islam merupakan sistem perbankan yang berbeda
dengan bank konvensional yang telah lama beroperasi menggunakan konsep bunga.
Konsep bunga tersebut merupakan unsur riba yang telah dilarang oleh Islam dalam
melakukan transaksi bisnis. Riba mengandung unsur eksplotasi juga menimbulkan
ketidakadilan dalam masyarakat terutama bagi perbankan yang pasti menerima
keuntungan tanpa tahu apakah debitor menerima keuntungan atau tidak. Dengan adanya
larangan riba tersebut maka munculah perbankan syariah, keberadaannya yang
mengutamakan sistem bagi hasil dan tidak mengandalkan bunga sebagai prinsip dasar
perbankan syariah, diharapkan dapat memicu kesejahteraan masyarakat.
Operasional perbankan syariah merupakan perpaduan antara aspek moral dan
aspek bisnis yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan dari setiap usahanya serta
menghindari bunga, hal ini bertujuan agar para nasabah tidak dirugikan dan adanya
unsur keadilan antara pihak perbankan dan nasabah ketika usahanya mengalami
kerugian.
Pola bagi hasil terdiri dari dua model yaitu akad mudharabah dan akad
musyarakah. Mudharabah merupakan kerja sama antara dua pihak atau lebih dimana
salah satu pihak menyediakan 100% dana / modal sementara pihak lain mengelola
modal dan hasil usaha dibagi menurut rasio kesepakatan diawal. Dan musyarakah
merupakan kerjasama antara dua orang atau lebih yang sepakat untuk sama-sama
mengeluarkan modal dalam suatu usaha serta ikut andil dalam manajerial usaha
bersama, risiko dan keuntungan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Pola
ini merupakan akad bank syariah yang paling penting yang disepakati oleh ulama islam.
Masih terkait dengan sistem pembiayaan bagi hasil, tentunya tidak terlepas dengan
keterkaitannya dengan masyarakat baik sebagai nasabah maupun non-nasabah. Salah
satu keterkaitan tersebut adalah bagaimana sebetulnya masyarakat memahami sistem
pembiayaan bagi hasil di bank syariah sehingga masyarakat mau menjadi mitra. Dalam
sistem pembiayaan bagi hasil akan banyak ditemukan risiko yang akan berakibat pada
kerugian bank syariah apabila bank syariah kurang selektif dalam memberikan
pembiayaan dengan sistem bagi hasil.
Alasan penulisan jurnal ilmiah ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana bank
syariah dalam melakukan nisbah (%) bagi hasil apakah masih mengikuti perkembangan
Page |2
bunga. Jurnal ilmiah ini akan diarahkan pada permasalahan yang berkaitan dengan
analisis praktek pembiayaan bagi hasil pada perbankan syariah. Dengan melihat
bagaimana bank syariah menerapkan pembiayaan bagi hasil.
Page |3
keuangan yang bebas bunga dan ditujukan untuk menghasilkan keuangan. Dengan kata
lain, para bankir muslim tidak beranggapan bahwa suatu bank islam adalah suatu
lembaga social.
Bank syari'ah berdasarkan pada prinsip profit and loss sharing (bagi untung dan
bagi rugi). Bank syari'ah tidak membebankan bunga, melainkan mengajak partisipasi
dalam bidang usaha yang didanai. Para deposan juga sama-sama mendapat bagian dari
keuntungan bank sesuai dengan rasio yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan
demikian ada kemitraan antara bank syari'ah dengan para deposan di satu pihak dan
antara bank dan para nasabah investasi sebagai pengelola sumber dana para deposan
dalam berbagai usaha produktif di pihak lain. Sistem ini berbeda dengan bank
konvensional yang pada intinya meminjam dana dengan membayar bunga pada satu sisi
neraca dan member pinjaman dana dengan menarik bunga pada sisi lain. Kompleksitas
perbankan Islam tampak dari keragaman dan penamaan instrumen-instrumen yang
digunakan serta pemahaman dalil-dalil hukum Islamnya. Perbankan Syari'ah
memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya, pembayaran dan penarikan
bunga dilarang dalam semua bentuk transaksi. Islam melarang kaum muslimin menarik
atau membayar bunga (riba).
Sumber utama ajaran Islam adalah Al-Qur'an dan As Sunnah. Kedua sumber ini
menyatakan bahwa penarikan bunga adalah tindakan pemerasan dan tidak adil sehingga
tidak sesuai dengan gagasan Islam tentang keadilan dan hak-hak milik. Pembayaran dan
penarikan bunga sebagaimana terjadi dalam sistem perbankan konvensional secara
terang-terangan dilarang oleh Al-Quran, sehingga para investor harus diberi konpensasi
dengan cara lain. Perbedaan yang mendasar antara sistem keuangan konvensional
dengan Syari'ah terletak pada mekanisme memperoleh pendapatan, yakni bunga dan
bagi hasil. Dalam hukum Islam lama (fiqh), bagi-hasil terdapat dalam mudharabah dan
musyarakah. Kedua bentuk perjanjian keuangan itu dianggap dapat menggantikan riba,
yang mengambil bentuk "bunga" antara bunga dan bagi hasil, keduanya sama-sama
memberikan keuntungan bagi pemilik dana. Namun keduanya mempunyai perbedaan
yang sangat nyata.
Page |4
BAGI HASIL
Penentuan besarnya rasio/nisbah bagi
hasil dibuat pada waktu akad dengan
berpedoman pada kemungkinan untung
rugi.
Besarnya rasio bagi hasil berdasarkan
pada jumlah keuntungan yang diperoleh
Bagi hasil bergantung pada keuntungan
proyek yang dijalankan Bila usaha
merugi, kerugian akan ditanggung
bersama oleh kedua belah pihak.
Jumlah pembagian laba meningkat sesuai
dengan peningkatan jumlah pendapatan
Page |5
perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan masyarakat
Indonesia tanpa terkecuali. Tujuan dari perbankan syariah ini adalah menyediakan
fasilitas keuangan dengan cara mengupayakan instrument-instrumen keuangan yang
sesuai dengan ketentuan-ketentuan dan norma-norma syariah, juga bukan ditunjukan
terutama untuk memaksimumkan keuntungan sebagaimana halnya sistem perbankan
yang berdasarkan bunga, melainkan untuk memberikan keuntungan-keuntungan sosioekonomis bagi orang-orang muslim.
Praktek pembiayaan di perbankan syariah bahwa yang menjadi objek pembiayaan
selain uang dan barang modal yakni menentukan besarnya jumlah uang untuk pembelian
barang modal. Pengertian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah kegiatan yang
berupa penyediaan uang dan barang dari pihak bank kepada nasabah sesuai kesepakatan
yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang setelah jangka waktu
tertentu dengan imbalan atau bagi hasil yang didasari prinsip bagi hasil.
Page |6
BAB 2
GAMBARAN UMUM
Page |7
Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam
empat akad utama, yaitu al-musyarakah, al-mudharabah, al-muzaraah, dan al-musaqah.
Walaupun demikian, prinsip yang paling banyak dipakai adalah al-mudharabah dan almusyarakah, sedangkan al-muzaraah dan al-musaqah dipergunakan khusus untuk
plantation financing atau pembiayaan pertanian oleh beberapa bank Islam. Maka,
produk pembiayaan syariah yang disarankan atas prinsip bagi hasil adalah sebagai
berikut:
2.1.
Pembiayaan Mudharabah
Mudharabah merupakan wahana utama bagi lembaga keuangan Islam untuk
memobilisasi dana masyarakat dan untuk menyediakan berbagai fasilitas, antara lain
fasilitas pembiayaan, bagi para pengusaha. Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara
dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah
modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan.
Bentuk ini menegaskan kerjasama dalam pandual kontribusi 100% modal kas dari
shahib al-maal dan keahlian mudharib. Mudharabah juga merupakan suatu transaksi
pembiayaan berdasarkan syariah, yang juga digunakan sebagai transaksi pembiayaan
perbankan Islam, yang dilakukan oleh para pihak berdasarkan kepercayaan.
Kepercayaan merupakan unsur terpenting dalam transaksi pembiayaan mudharabah,
yaitu kepercayaan dari shahib al-maal kepada mudharib. Kepercayaan merupakan unsur
terpenting, karena dalam transaksi mudharabah, shahib Al-mal tidak boleh meminta
jaminan atau agunan dari mudharib dan tidak boleh ikut campur di dalam pengelolaan
proyek atau usaha yang notabene dibiayai dengan dana shahib al-mal tersebut. Tanpa
adanya unsur kepercayaan dari shahib al-mal kepada mudharib, maka perjanjian
transaksi mudharabah tidak akan terjadi. Karena unsur kepercayaan merupakan unsur
penentu, maka dalam perjanjian mudharabah, shahib al-mal dapat mengakhiri perjanjian
mudharabah secara sepihak apabila shahib al-mal tidak lagi memiliki kepercayaan
terhadap mudharib.
Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Mudharabah Muthlaqah, adalah bentuk kerja sama antara shahib Al-mal dan
mudharib yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha,
waktu, dan daerah bisnis
b. Mudharabah Muqayyadah, adalah kebalikan dari mudharabah muthalaqah. Mudharib
dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha.
Page |8
b.
c.
d.
Nisbah keuntungan, adalah rukun yang khas dalam akad mudharabah, yang tidak
ada dalam akad jual beli. Nisbah mencerminkan imbalan yang berhak diterima
oleh kedua belah pihak yang bermudharabah.
Kontrak mudharabah adalah suatu kontrak yang dilakukan oleh minimal dua
pihak. Tujuan utama kontrak ini adalah memperoleh hasil investasi. Besar kecilnya
investasi di pengaruhi banyak faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi bagi hasil di
bank syariah ada yang berdampak langsungdan ada yang tidak langsung.
A.
Faktor langsung
Diantara faktor-faktor langsung (direct factors) yang mempengaruhi perhitungan
bagi hasil adalah investment rate, jumlah dana yang tersedia, dan nisbah bagi hasil
(profit sharing ratio)
Investmen rate merupakan prosentase aktual dana yang dapat diinvestasikan dari
total dana yang terhimpun. Jika 80 % dana yang terhimpun diinvestasikan, berarti
20 % nya dicadangkan untuk memenuhi kebutuhan likuiditas.
Jumlah dana yang tersedia untuk diinvestasikan merupakan jumlah dana dari
berbagai sumber yang dapat diinvestasikan. Dana tcrsebut dapat dihitung dengan
menggunakan salah satu metode : Rata-rata saldo minimum bulanan;
Investment rate dikalikan dengan jumlah dana yang tersedia untuk investasi akan
menghasilkan jumlah dana aktual yang digunakan.
Nisbah (profit sharing ratio)
a) Salah satu ciri al mudharafah adalah nisbah yang harus ditentukan sesuai
persetujuan di awal perjanjian.
b) Nisbah antara satu bank dengan bank lain dapat berbeda.
c) Nisbah antara satu bank dengan bank yang lainnya dapat berbeda.
Page |9
d) Nisbah dapat berbeda dari waktu kewaktu dalam satu bank, misalnya deposito 1
bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan
B.
b.
b.
P a g e | 10
Hasil usaha dibagi sesuai dengan persetujuan dalam akad, pada setiap bulan
atau waktu yang disepakati
NASABAH
(Pengelola modal)
Dana Mudharabah
BANK
(Pemilik dana)
P a g e | 11
tabungan atau simpanan deposito mudharabah dengan jangka waktu yang bervariasi.
Selanjutnya dana-dana yang sudah terkumpul ini disalurkan kembali oleh bank ke dalam
bentuk pembiayaan-pembiayaan yang menghasilkan (earning assets).
$$
Mudharib
(Pelaksana
Usaha)
Mudharib
(Pelaksana
Usaha)
$$
Bag
$$
Shahib AlMaal
(Pemilik
Dana)
+
Bagi hasil
Bank Syariah
(Intermediasi
Keuangan)
Shahib AlMaal
(Pemilik Dana)
Bagi hasil
Deficit unit
Surplus unit
Pasiva
Penyaluran
Investment)
Dana
(Financing
Non-Earning Assets
Current Liabilities
- Kas
- Giro pada BI
Earning Assets:
P a g e | 12
Surat Berharga
Giro Wadiah
Pembiayaan:
1. Murabahah
2. Ijarah
3. IMBT
4. Mudharabah
5. Musyarakah
Fixed Assets
2.2.
Tabungan Mudharabah
Deposito Mudharabah
Stockholders Equity
Pembiayaan Musyarakah
Berbeda dengan akad Mudharabah dimana pemilik dana menyerahkan modal
sebesar 100% dan pengelola dana berkontribusi dalam kerja, dalam akad musyarakah,
para mitra berkontribusi dalam modal maupun kerja. Keuntungan dari usaha syariah
akan dibagikan kepada para mitra sesuai dengan nisbah yang disepakati para mitra
ketika akad, sedangkan kerugian akan ditanggung para mitra sesuai dengan proporsi
modal.
Menurutt Afzalur Rahman, seorang deputi Secretary General in The Muslim
School Trust,
(percampuran) atau persekutuan dua orang atau lebih, sehingga antara masing-masing
sulit dibedakan atau tidak dapat dipisahkan.
Menurut Dewan Syariah Nasional MUI dan PSAK No. 106 mendefinisikan
Musyarakah sebagai akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha
tertentu, dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dengan ketentuan bahwa
keuntungan dibagi berdasarkan kesepakatan sedangkan kerugian berdasarkan porsi
kontribusi dana.
Al-Musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih untuk suatu
usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana (atau
amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung
bersama sesuai dengan kesepakatan.
Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para pihak yang bekerja sama
untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua bentuk
usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di mana mereka secara bersama-sama
memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun tidak bewujud.
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana,
barang perdagangan (trading asset), kewiraswastaan (entrepreneurship), kepandaian
P a g e | 13
(skill), kepemilikan (property), peralatan (equipment), atau intangible asset (seperti hak
paten atau goodwill), kepercayaan/reputasi (credit worthiness) dan barang-barang
lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Ketentuan umum pembiayaan musyarakah
adalah sebagai berikut :
Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyrk musyarakah dan dikelola
bersama-sama. Pemilik modal percaya untuk menjalankan proyek musyarakah dan
tidak boleh melakukan tindakan seperti:
a. Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi
b. Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin pemilik modal
lainnya.
c. Memberi pinjaman kepada pihak lain.
d. Setiap pemilik modal dapat mengalihkan penyertaan atau digantikan oleh pihak
lain.
e. Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerja sama apabila:
Menarik diri dari perserikatan
Meninggal dunia
Menjadi tidak cakap hukum
Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka aktu proyek harus
diketahui bersama.
NASABAH
(Pemilik dana dan
pelaksana usaha)
BANK
(Pemilik dana)
Dana
Musyarakah
Bagi hasil
usaha
P a g e | 14
Unsur yang harus ada dalam akad Musyarakah atau rukun musyarakah ada empat yaitu:
a.
b.
P a g e | 15
c.
Ijab qabul/ serah terima adalah pernyataan dan ekspresi saling rida/rela diantara
pihak-pihak pelaku akad
Nisbah keuntungan
1. Nisbah diperlukan untuk pembagian keuntungan dan harus disepakati oleh para
mitra di awal akad sehingga risiko perselisihan diantara para mitra dapat
dihilangkan
2. Perubahan nisbah harus berdasrkan kesepakatan kedua belah pihak
3. Keuntungan
dengan
menyatakan nilai nominal tertentu karena hal sama dengan riba dan dapat
melanggar prinsip keadilan dan prinsip untung muncul bersama risiko (al
ghunmu ni al ghurmi).
Aplikasi musyarakah dalam perbankan syariah dapat dijumpai pada pembiayaanpembiayaan seperti:
P a g e | 16
a.
Pembiayaan Proyek
Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah
dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut, dan setelah
proyek itu selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah
disepakati untuk bank.
b.
Modal Ventura
Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam
P a g e | 17
BAB 3
KESIMPULAN
Bagi hasil pada dasarnya adalah suatu sistem pengelolaan dana atas pembagian
hasil usaha antara pihak Bank dan penyimpan dana ataupun pihak pengelola dana, baik
berupa keuntungan ataupun kerugian, dengan ketentuan yang berdasarkan kesepakatan
/ perjanjian dimana pihak pengelola mendapat bagian lebih besar atau lebih kecil dari
pada pemilik modal, tergantung pada kesepakatan dalam akad / perjanjian. Kedudukan
pemilik modal dengan pengelola modal adalah sejajar, karena pemilik modal dan
pengelola saling berkepentingan dan saling membutuhkan. Inti daripada sistem bagi
hasil terletak pada kesepakatan dalam akad / perjanjian yang harus ditaati oleh kedua
belah pihak karena dalam syariah Islam bahwa janji harus ditaati (Al- Hadist).
Secara umum, prinsip bagi hasil dalam perbankan syariah dapat dilakukan dalam
empat akad utama, yaitu al-musyarakah, al-mudharabah, al-muzaraah, dan al-musaqah.
Walaupun demikian, prinsip yang paling banyak dipakai adalah al-mudharabah dan almusyarakah, sedangkan al-muzaraah dan al-musaqah dipergunakan khusus untuk
plantation financing atau pembiayaan pertanian oleh beberapa bank Islam.
Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau lebih pihak dimana
pemilik modal (shahib al-maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola
(mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan
kerjasama dalam pandual kontribusi 100% modal kas dari shahib al-maal dan keahlian
mudharib. Sedangkan musyarakah adalah akad kerja sama antara dua pihak atau lebih
untuk suatu usaha tertentu di mana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana
(atau amal/expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan
ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan.
P a g e | 18
Daftar Pustaka
Antonio, M. S., 2001, Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik, Jilid 1, Gema Insani, Jakarta.
Karim, Adiwarman, 2006, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Ed. 3, Cet. 3, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Sjahdeini, Sutan Remy, 1999, Perbankan Islam dan Kedudukannya dalam Tata Hukum
Perbankan Indonesia, Cetakan 1, PT. Pustaka Utama Grafiti, Jakarta.
Margono, Slamet (2008), Pelaksaan Sistem Bagi Hasil Pada Bank Syariah (Tinjauan
Umum Pada BTN Syariah Cabang Semarang), Tesis Program Magister Ilmu Hukum
Universitas Diponegoro Semarang.
P a g e | 19