Anda di halaman 1dari 7

REVIEW JURNAL INTERNASIONAL

Diference and Similarities in


Islamic and Conventional
Bank
Muhammad Hanif - [Universitas Nasional Komputer & Emerging Sciences, Islamabad]
-------------------------------------------------

Oleh : Mohammad Ryan Hernandi – 13340082


[Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta]
-------------------------------------------------------------------------------

ABSTRAK
Di era ini, ada banyak sekali upaya yang ditawarkan lembaga keuangan
dunia untuk mendukung pertumbuhan ekonomi sebuah negara. Perbankan
merupakan salah satu lembaga yang kerap digunakan masyarakat untuk berbagai
kegiatan ekonomi. Sistem perbankan itu sendiri dibagi menjadi dua yaitu
konvensional dan syariah. Namun mayoritas masyarakat dunia lebih banyak
memilih sistem perbankan konvensional. Namun itu bukan berarti sistem
perbankan syariah lebih buruk dari sistem bank konvensional.
Jurnal ini berisikan studi tentang persamaan dan perbedaan antara sistem bank
syariah dan bank konvensional. Secara objektif, jurnal ini meneliti tentang kedua
sistem tersebut di Pakistan. Jurnal ini dikembangkan dengan paradigma interpretif
yang dilakukan dengan melihat fenomena pesatnya perkembangan perbankan
syariah yang terjadi di Pakistan. Paper ini berupaya untuk mencari penjelasan
tentang perbedaan dan persamaan antara perbankan syariah dan perbankan
konvensiaonal. Penjelasan untuk perbedaan dan persamaan tersebut diteliti
berdasarkan jenis riset grounded theory dengan menggunakan metode analisis
kualitatif.Penelitian ini merupakan upaya untuk memahami mekanisme sistem
Keuangan Syariah dan mendokumentasikan persamaan dan perbedaan antara
system Keuangan Syariah dengan sistem keuangan konvensional. Penelitian ini
telah mendokumentasikan model yang digunakan oleh Islamic Financial
Institutions (IFI) dalam kegiatan mereka, termasuk deposit collection, servicing
and provision of financing facilities, investment dan lain-lain. Semua ini akan
diterapkan sebagai pembanding terhadap model keuangan dan deposit collection
dari system keuangan konvensional. Penelitian juga menemukan berbagai
kesulitan dan kendala yang dihadapi oleh sistem keuangan syariah yang bersifat
operasional karena lingkungan keuangan dan pembiayaan dengan sistem bunga.
PENDAHULUAN
Pada pertengahan kedua abad 20, muslim mulai mencari sistem sistem dari
segala aspek kehidupan yang sesuai dengan kaidah Islam. Sistem kapitalis dikritik
habis oleh para filsuf dan cendikiawan muslim. Termasuk dalam bidang ekonomi.
Bank konvensional dinilai memakai sistem kapitalis dimana sumber
pendapatannya adalah bunga pinjaman dan deposito. Sistem ini jelas tidak
diperbolehkan dalam ajaran agama Islam, sehingga satu satunya jalan adalah
membuat sistem baru yang sesuai dengan prinsip syariah, sehingga didirikan lah
Islamic Development Bank (1973).
Pada akhir Desember 2008, di lebih dari 50 negara sekitar 300 lembaga
beroperasi dan mereka mengelola dana sebesar US $ 951.000.000.000. Teluk
Lokasi Persia adalah pusat keuangan Islam dengan pangsa 82% diikuti oleh Asia
Selatan dan Fareast wilayah 13% dan keseimbangan dari seluruh dunia termasuk
Eropa, Amerika Utara dan Afrika (IFSL 2010). Jadi untuk (10 Juni) enam bank
syariah penuh dan bank 13-konvensional dengan Independent Cabang Islam
beroperasi di Pakistan.
Secara keseluruhan rata-rata pertumbuhan 76% per tahun dalam enam
setengah tahun terakhir (12/03 - 06/10) dicapai oleh perbankan syariah dalam
penelitian Pakistan. Ini merupakan upaya untuk memahami mekanisme sistem
keuangan Islam dan mendokumentasikan persamaan dan perbedaan dibandingkan
dengan sistem keuangan konvensional. Studi ini juga telah mendokumentasikan
produk (mode) digunakan oleh Lembaga Keuangan Islam (IFI) dalam operasi
mereka termasuk koleksi deposit, servis dan penyediaan fasilitas pembiayaan,
investasi dll dan penerapannya yang bersaing dengan mode konvensional
pembiayaan dan deposito koleksi. Penelitian ini juga telah menemukan kesulitan
dan rintangan yang dihadapi oleh sistem keuangan Islam pada tingkat operasional
dalam situasi yang non kondusif dan lingkungan yang didominasi oleh
pembiayaan berbasis bunga.

HUKUM SISTEM BUNGA PADA BANK KONVENSIONAL


Perbankan komersial modern didasarkan pada kepentingan yang
bertentangan dengan Syariah (hukum Islam) maka untuk semua beriman kepada
Allah SWT (Tuhan) berurusan dengan lembaga-lembaga ini tidak sesuai dengan
apa yang di-syariatkan dalam Islam. Sistem ini sangat membingungkan, pasalnya
sistem kapitalis tidak sesuai dengan syariat Islam, bahkan Yahudi, dan Kristen.
Konsep riba dalam sistem konvensional menjadi polemik dikalangan para ahli.
Riba berarti menetapkan bunga/melebihkan jumlah pinjaman saat
pengembalian berdasarkan persentase tertentu dari jumlah pinjaman pokok, yang
dibebankan kepada peminjam. Riba secara bahasa bermakna: ziyadah (tambahan).
Dalam pengertian lain, secara linguistik riba juga berarti tumbuh dan membesar.
Dalam Islam ketentuan larangan akan riba dijelaskan dalam Al-Rum 30:39, An-
Nisaa, 4: 161, Al-i-Imran, 3: 130Al-Baqarah 2: 275.
Menariknya, ternyata larangan akan Riba juga terdapat dalam kitab kitab
yang diyakini umat Kristen dan Yahudi. Dalam kata-kata Imam Abubakr Al-
Jassas (D.380 AH) "Riba dari Jahiliah adalah pinjaman diberikan untuk jangka
waktu yang ditetapkan dengan ditetapkan meningkat pada pokok terhutang oleh
pemain pinjaman tersebut. "Pengisian dari bunga pinjaman tidak pernah mendapat
dukungan dalam etika.” Begitupula dalam alkitab, Menurut Perjanjian Lama :
"Janganlah engkau meminjamkan pada riba untuk saudaramu; riba uang, riba dari
bekal, riba apapun yang ada dipinjamkan pada riba. Begitupula dalam Kitab
Ulangan 23:19.
Hingga titik ini, sudah jelas, bagi setiap orang yang mempercayai wahyu,
maka riba tidak diperbolehkan untuk dilakukan. Mahkamah Agung Pakistan pun
mengecam riba, adapun bunga dinilai tidak ada bedanya dengan riba. Sejumlah
asosiasi fiqh internasionalpun menentang praktek bunga karena itu dianggap riba
dan bertentangan dengan ajaran Islam.

PERSAMAAN DAN PERBEDAAN


Lembaga Keuangan Islam (IFI) yang beroperasi di masyarakat yang sama
di mana bank-bank konvensional beroperasi dan melakukan semua fungsi-fungsi
yang diharapkan dari lembaga keuangan. IFI membantu dunia usaha dengan
menyediakan semua layanan yang diperlukan untuk menjalankan perekonomian
lancar, namun, filsafat dan operasi berbeda.
Pada tahap ini, analisa tertuju pada operasi dan produk IFI dibandingkan
dengan tradisi bank konvensional. Setiap sistem keuangan diharapkan dapat
membantu dalam menjalankan perekonomian dengan menyediakan jasa yang
dikelompokkan dalam dua judul. Pertama; Mobilisasi tabungan dari penabung
kepada pengusaha dan Kedua; Ketentuan layanan utilitas umum termasuk transfer
dana, fasilitasi dalam perdagangan internasional, jasa konsultasi, penyimpanan
barang berharga, dan layanan lain untuk biaya. Tidak ada pembatasan pada
penyediaan layanan tersebut. Namun terdapat perbedaan mekanisme dana
mobilisasi dari penabung kepada pengusaha.
Berikut adalah beberapa hal diantara perbedaan yang ada antara sistem
bank syariah dan konvensional.
DEPOSIT
Baik dalam sistem syariah maupun konvensional, deposit dikumpulkan
dari nasabah. Perbedaannya terletak pada perjanjian / akad reward. Dalam sistem
konvensional reward bersifat tetap dan telah ditentukan, sedangkan dalam sistem
deposito syariah, reward diterima melalui Musyarakah dan Mudharabah dimana
reward sifatnya bervariasi. Dalam sistem perbankan konvensional, pengembalian
(return) lebih tinggi pada deposito jangka panjang dan lebih rendah untuk
deposito jangka pendek. Hal ini sama dalam praktek di perbankan syariah, untuk
berbagi keuntungan dengan deposan.
Pada intinya, untuk deposito bank konvensional jika nasabah menanamkan
uangnya dalam investasi deposito, maka nasabah tersebut akan memperoleh
imbalan dalam bentuk bunga dengan presentase tetap tak peduli bank tengah
mengalami penurunan atau kenaikan laba.
Sementara itu berbeda dengan deposito syariah Imbalan bagi nasabah akan
diatur sesuai kontrak yang disebut akad mudharabah, di sini nasabah mendapat
imbal balik yang dihitung sesuai porsi tertentu dari keuntungan yang didapatkan
bank dalam satu periode. Sistem bagi hasil yang diperoleh nasabah dari deposito
syariah disesuaikan dengan tingkat pendapatan yang diperoleh bank syariah
tersebut.Jadi besaran bagi hasil yang didapatkan oleh nasabah berfluktuasi sesuai
dengan tingkat pendapatan bank syariah.

PEMBIAYAAN DAN INVESTASI


Pembiayaan secara umum terbagi menjadi dua, yaitu yang pertama
pembiayaan produktif, di mana pembiayaan digunakan untuk peningkatan usaha.
Kedua, pembiayaan konsumtif, pembiayaan konsumtif yaitu pembiayaan yang
akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Menurut keperluannya,
pembiayaan produktif dibagi lagi menjadi dua, yaitu, pembiayaan modal kerja dan
pembiayaan investasi, pembiayaan modal kerja yaitu pembiayaan untuk
meningkatkan produksi baik itu jumlah produksi ataupun kualitas produksi dan
untuk keperluan perdagangan. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi
kebutuhan modal.
Bank konvensional memberikan kredit modal kerja dengan cara
meminjamkan uang yang dibutuhkan oleh nasabah dalam jangka waktu tertentu
dengan syarat kredit dan disertai oleh bunga, dan menurut Islam bunga adalah riba
yang haram hukumnya. Sedangkan bank syariah membantu memenuhi
pembiayaan tersebut bukan dengan meminjamkan uang, melainkan dengan
menjalin hubungan mitra dengan nasabah, dimana bank bertindak sebagai
pemberi modal (shahibul maal), sedangkan nasabah sebagai pekerja (mudharib).
Dan keuntungan dari hasil kerja tersebut akan dibagi sesuai dengan persyaratan,
yang sering disebut dengan bagi hasil.
Pembiayaan bank syariah yang sering digunakan dalam modal kerja dan
investasi yaitu, mudharabah dan musyarakah. Dalam jual beli, murabahah, bai’
salam dan bai’ isnishna. Dan ada dalam bentuk sewa yaitu ijarah al muntahia bit-
Tamlik. Berikut ini akan diuraikan secara singkat beberapa produk pembiayaan
dan jual beli di bank syariah.
Pertama, mudharabah. Mudharabah yaitu akad bagi hasil dimana pemilik
modal menyetorkan modalnya 100% kepada pekerja. Dan keuntungannya akan
dibagi sesuai dengan persyaratan. Kedua, musyarakah. Musyarakah yaitu akad
bagi hasil dimana mitra A dan mitra B saling memberikan modal, dan kemudian
keuntungannya akan dibagi sesuai dengan persyaratan. Ketiga, murabahah.
Murabahah yaitu akad jual beli, dimana bank membeli barang (yang diperlukan
mitra) dan menjual kepada mitra sebesar harga pokok ditambah dengan margin
yang disepakati dan kemudian mitra akan mengangsurkan uangnya ke bank.
Selanjutnya, yang keempat adalah bai’ salam. Bai’ salam yaitu akad jual
beli, dimana bank memesan terlebih dulu barang yang diinginkan mitra sesuai
dengan spesifikasi dan kejelasan barang yang akan dipesan, dan dengan margin
yang disepakati bersama dan pembayaran dilakukan di muka secara penuh.
Kelima bai’ Istishna. Bai’ istishna yaitu akad jual beli, dimana bank memesan
barang terlebih dahulu yang diinginkan mitra sesuai dengan spesifikassi dan
kejelasan barang yang akan dipesan, dan dengan margin yang disepakati bersama
dan pembayaran dilakukan sesuai kesepakatan apakah di muka, cicilan, ataupu
dibayar belakangan. Dan yang terakhir adalah ijarah muntahiah bit-Tamlik. Ijarah
muntahiah bit-Tamlik adalah akad sewa, dimana bank akan memberikan sewa
kepada penyewa yang diikuti janji bahwa pada saat yang ditentukan kepemilikan
barang sewaan akan berpindah kepada penyewa
----ANALISA---
Hasil temuan dari penelitian terhadap perbedaan dan persamaan perbankan
syariah dan perbankan konvensional yang ditinjau dari deposits, financing and
investments, credit cards, short them loans, medium to long term loans, leasing,
agricultural loans, house financing, dan investmens. Berdasarkan semua aspek
tersebut peneliti menyimpulkan; Pertama, IFI tidak dapat menyediakan
pembiayaan untuk kegiatan yang dilarang dalam hukum Islam yang terlepas dari
profitabilitas dan kelayakan ekonomi misalnya bisnis minuman keras, babi dan
pornografi dan ini tidak dilakukan dalam system keuangan konvensional. Kedua,
IFI tidak bisa memberikan pinjaman dengan sistem bunga tetapi semua itu dapat
dilakukan dengan bagi hasil, untuk perbankan konvensional masih diberlakukan
bunga atas pinjaman. Ketiga, Sistem keuangan syariah dalam menyediakan
pembagian keuntungan dengan bagi hasil walaupun keuntungan dapat dibagi
berdasarkan kesepakatan antara pihak yang terlibat namun kerugian harus dibagi
sesuai dengan kontribusi modal ataupun kepemilikan dan hal ini tidak sepenuhnya
ada dalam sistem perbankan konvensional.
Perbankan syariah ini tidak asing bagi dunia bisnis, tidak seperti yang
dirasakan oleh kalangan tertentu. Jumlah kegiatan bisnis yang melibatkan
perbankan syariah direspon sama seperti perbankan konvesional, tetapi perbankan
syariah didasarkan pada hukum-hukum islam dalam bentuk Murabahah, Ijarah,
Bai Muajjal, Bai Salam, Istasna, Musyarakah dan Mudharabah.
IFI tidak bisa memperpanjang fasilitas kredit tanpa dukungan dari sektor
riil. Pembiayaan baik dilakukan melalui pembagian risiko dan imbalan atau harus
didukung aset. Kedua hal ini dapat dijumpai di sistem keuangan Islam dalam
bentuk Mudharabah yang bisa memainkan peran sebagai katalisator untuk
mengubah masyarakat menjadi lebih makmur dengan memperluas fasilitas modal
kepada orang-orang terampil yang kurang modal. Model Mudharabah atas
pendanaan kemitraan antara modal dan keterampilan yang terbentuk dapat
digunakan untuk menyediakan lapangan kerja untuk mengurangi pengangguran.
Perbankan syariah sangatlah berbeda dari bank konvensional seperti yang
dirasakan oleh umat Islam tertentu. Ia memiliki cara sendiri melakukan bisnis dan
semua operasi dirumuskan oleh para ahli Syariah mulai dari dewan penasehat
syariah dan akhirnya Islamic Fiqh Academy (IFA). Portofolio IFI didominasi oleh
model penyesuaian pembiayaan syariah dan investasi yang dirumuskan dalam
bentuk Musyarakah dan Mudharabah.
Model pembiayaan berbasis syariah yang memberikan gambaran
perbedaan nyata kepada masyarakat berdasarkan konsep IFI. Hanif dan Iqbal,
(2010) telah mengidentifikasi hambatan misalnya manipulasi keuntungan,
pembagian resiko kerugian, kurangnya kesadaran, luasnya perbankan
konvensional, kurangnya sumber daya manusia yang terampil, dan lain-lain
menghalangi popularitas pembiayaan berbasis Syariah dan menyimpulkan bahwa
perhitungan yang ada dan kerja sama dalam bingakai bisnis tidak kondusif untuk
penerapan musyarakah dan mudharabah.
Perbankan syariah melakukan bisnis di lingkungan yang tidak kondusif
sehingga semua ini menjadi tantangan tersendiri bagi perbankan syariah. IFI tidak
bisa menuntut bunga atas saldo dari bank konvensional karena cadangan kas wajib
ditangani oleh Bank Sentral sehingga perbankan syariah tidak dapat berinvestasi
dalam obligasi pemerintah, obligasi berbasis bunga, tidak bisa mengklaim nilai
waktu dari uang dari penunggakan, menanggung risiko dalam penjualan dan
transaksi sewa guna usaha, perbankan syariah hanya dapat berinvestasi pada efek
Syariah yang memenuhi persyaratan dan tidak tersedia di semua pasar saham dan
akhirnya harus bersaing dengan bank konvensional dalam melayani deposito dan
pembiayaan.
Terlepas dari kesulitan yang dihadapai dalam perkembangan sistem
keuangan syariah. Pertumbuhannya yang luar biasa menunjukkan masa depan
yang cerah dan menjanjikan untuk sistem pembiayaan syariah. Berbagai masalah
yang dihadapi menuntut perhatian para pembuat kebijakan termasuk Undang-
Undang khusus tentang perbankan syariah untuk mengatur aktivitas dibidang
industri dan penerapan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh Auditing &
Accounting Organization of Islamic Financial Institutions (AAOIFI) untuk
persiapan laporan tahunan IFI.
Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran tentang perbedaan
dan persamaan antara perbankan syariah dan perbankan konvensional sehingga
hasil penelelitian yang ada hanya menggambarkan perbedaan operasional antara
perbanakan syariah dan perbankan konvensional dari sisi produk yang
dikembangkankan oleh masing-masing bentuk perbankan ke masyarakat.
Untuk meningkatkan kebermanfaat dari penelitian-penelitian yang
berkaitan dengan perbankan syariah dan perbankan konvensional diperlukan
penelitian yang lebih mendalam berkaitan dengan perbedaan dan persamaan akad
ataupun perjanjian dari perbankan syariah dan perbankan konvensional, perbedaan
dan persamaan dalam perhitungan produk-produk dari perbankan syariah dan
perbankan konvensional, serta penelitian tentang perbedaan dan persamaan teori
pertukaran dan percampuran dari perbankan syariah dan perbankan konvensional.
Berdasarkan hasil temuan dalam penelitian ini dapat dirumuskan bahwa
perbedaan antara perbankan syariah dan perbankan konvensional didasarkan pada
praktik bagi hasil untuk perbankan syariah dan praktik riba untuk perbankan
konvensional sedangkan untuk persamaan dari keduanya terdapat pada jenis
produk perbankan dengan istilah dan tata cara yang sesuai prinsip-prinsip dalam
perbankan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai