PEMBIAYAAN MUSYARAKAH
Dosen Pembimbing :
PENYUSUN:
Sebenarnya peluang bank syariah untuk meningkatkan kinerja dan usahanya ada pada
pengembangan produk pembiayaan bagi hasil, sekaligus sebagai tantangan bagi bank syariah
dalam meningkatkan efektivitas kinerjanya. Bank-bank syariah seharusnya selain membuat
strategi khusus agar porsi pembiayaan bagi hasil meningkat juga harus disertai upaya-upaya
peminimalisasian kendala-kendala yang dihadapi.
Dalam tulisan ini, penulis menjabarkan tentang betapa pentingnya tantangan dalam
pengembangan perbankan syariah antara lain melalui pengembangan produk pembiayaan
khususnya musyarakah, jadi akan dilihat Bagaimana transaksi skim musyarakah pada
perbankan Syari’ah? Dan apakah pelaksanaan transaksi skim musyarakah pada Bank
Syari’ah tersebut telah sesuai dengan langkah-langkah yang ditetapkan secara teoritis
sehingga dapat diperoleh hasil seperti yang diharapkan?
Salah satu paradigma keberadaan bank syariah adalah dapat memberikan sumbangan
terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan ini bank syariah
memposisikan diri sebagai mitra bagi nasabah, sehingga hubugan bank syariah ini tidak lagi
antara kreditur dan debitur melainkan hubungan kemitraan.
B. Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan musyarakah?
Bagaimanadasar hukum, Rukun dan Syarat Musyarakah?
Apa saja jenis Musyarakah?
Bagaimana mekanisme pembiayaan musyarakah dalam perbankan syari’ah?
BAB II
PEMBAHASAN
B. Landasan Syariah
Dasar hukum syariah yang mendasari konsep musyarakah ini adalah Al-Qur’an dan
Hadits.[9] Ayat-ayat Al-Qur’an yang dapat dijadikan rujukan dasar akad transaksi syarikah,
adalah QS. An-Nisa’ ayat 12 juga QS. Ash-Shaad ayat 24. Sedangkan Hadits-hadits Rasul
yang dapat dijadikan rujukan dasar, adalah :
“Dari hadits Qudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah saw.
telah Bersabda, “Allah swt. telah berkata kepada saya; menyertai dua pihak yang sedang
berkongsi selama salah satu dari keduanya tidak menghianati yang lain, seandainya
berkhianat maka saya keluar dari penyertaan tersebut” ( HR.Abu Dawud no.2936, dalam
kitab al-Buyu, dan Hakim).
Berdasarkan hukum yang diuraikan di atas, maka secara tegas dapat dikatakan bahwa
kegiatan syirkah dalam usaha diperbolehkan dalam Islam, sebagai dasar hukumnya telah jelas
dan tegas.
Landasan hukum positif tentang musyarakah ini diatur dalam Undang-Undang No.10
Tahun 1998 dengan aturan pelaksana Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.
32/34/Kep/Dir tanggal 12 Mei 1999, pasal 28 butir b.2.b. sebagaimana dijabarkan dalam
lampiran 6, juga terdapat dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor 08/DSN-
MUI/IV/2000, tanggal 13 April 2000.
Pembiayaan musyarakah disahkan pada Februari 1996 dan sudah mulai diberlakukan
pada tanggal 1 Januari 1998.
D. Jenis Musyarakah
Secara umum, musyarakah terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
1) Musyarakah permanen (syirkah ‘uqud) adalah musyarakah dengan ketentuan bagian dana
setiap mitra ditentukan sesuai akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa akad. Jenis ini
terbagi menjadi empat jenis, yaitu:
a.Inan, yaitu Usaha bersama (kongsi) dimana modal dan keahlian yang diberikan tidak sama.
b.Mufawadhah, yaitu Usaha bersama dimana modal dan keahlian yang diberikan sama
jumlah dan kualitasnya.
c. Abdan, yaitu Usaha bersama dimana modal yang diberikan adalah keahlian/ tenaga.
d. Wujuh, yaitu Usaha bersama dimana modal yang diberikan adalah nama baik.
2) Musyarakah menurun (musyarakah mutanaqisha) adalah musyarakah dengan ketentuan
bagian dana entitas akan dialihkan secara bertahap kepada mitra sehingga bagian dana entitas
akan menurun dan pada akhir masa akad mitra akan menjadi pemilik penuh usaha tersebut.
[1] Al-Munjid Fi al-Lughah, (Bairut: Dar al-Masyrik, 1987), h. 384. lihat juga Ahmad
Warson Munawir, Kamus Bahasa Arab-Indonesia al-Munawir, (Yogyakarta: Unit Pengadaan
buku-buku Ilmiah keagamaan Pondok Pesantren al-Munawwir Krapyak, 1984), h. 765
[2] Asmuni, Aplikasi Musyarakah Dalam Perbankan Islam; Studi Fiqh terhadap
Produk Perbankan Islam, Jurnal Hukum Islam Al-Mawarid, Edisi XI, 2004, h. 160
[3] Abdul Aziz Dahlan (et.al), Ensiklopedi Hukum Islam, (Jakarta: Ichtiar Baru Van
Hoeve, 1997), h. 1711
[4] Nasrun Haroen, Fiqh Muamalah, (Jakarta : Gaya Media Pratama, 2007), h. 166
[5] Ibid h. 166
[6] Luqman, Sistem Pembiayaan Musyarakah dan Pengaruhnya Terhadap
Pertumbuhan Usaha, Tesis Magister Studi Islam Program Pasca Sarjana Universitas Islam
Indonesia, 2006, h.44
[7] Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah…, h. 90. lihat juga Chairuman
Pasaribu dan Suhrawardi Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta: Sinar Grafika,
1994), h. 74
[8] Asmuni Mth, Aplikasi Produk Musyarakah Ditinjau dari Aspek Fiqh dan
Tantangannya, tulisan bebas yang tidak diterbitkan.
[9] Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah…, h. 90-91. lihat juga Muhamad,
Sistem & Prosedur Operasional Bank Syariah, Cet.1, (Yogyakarta: UII Press, 2000), h. 10.
juga dalam Muhamad, Teknik Perhitungan Bagi Hasil dan Profit Margin pada Bank Syariah,
(Yogyakarta: UII Press, 2004), h. 27-28
[10] Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia, Konsep,
Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah, (Jakarta : Djambatan, 2001), h. 184