Dosen Pembimbing :
Cut kasLinda, S.H.I., M.Ag.
Disusun Oleh :
Muhammad Uwen Rinaldi (170603081)
Zayat Maidi (180603260)
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat dan hidayah-Nya, penulis dapat
menyelesaikan tugas makalah yang berjudul "AKAD IJARAH MUNTAHIYA BITTAMLIK (IMBT) "
dengan tepat waktu, Makalah disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah fiqih muamalah.
Selain itu, makalah ini bertujuan menambah wawasan tentang hukum syirkah bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Cut kasLinda, S.H.I., M.Ag. selaku Dosen Mata
Kuliah fiqih muamalah. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu Menyelesaikannya makalah ini.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Bank sebagai lembaga yang bekerja berdasarkan kepercayaan masyarakat, memiliki
peran dan posisi yang sangat strategis dalam pembangunan nasional. (Imaniyati, 2008, hal. 24)
Semakin berkembangnya Perbankan Syariah di Indonesia menjadikan produk-produk yang ada
di perbankan syariah juga ikut berkembang pesat. Tidak hanya mempertahankan bentuk akad
yang sudah ada sejak zaman dulu, kini para cendekiawan serta praktisi yang bergelut di
Perbankan Syariah juga mengembankan berbagai macam model bentuk akad baru. Berbagai
model bentuk akad baru tersebut selain sebagai upaya untuk mengembangkan perbankan syariah
juga sebagai bentuk pernyesuaian perbankan syariah terhadap kemajuan perkembangan zaman.
Salah satu bentuk akad baru dari lembaga keuangan syariah yang ada saat ini adalah akad
pembiayaan “Ijarah Muntahiya Bi Al-Tamlik (IMBT)”. IMBT merupakan kombinasi antara sewa
menyewa (ijarah) dengan jual beli (murabahah) atau hibah di akhir masa sewa. (Karim, 2006,
hal. 165) Hal ini dapat disimpulkan terdapat dua bentuk penggabungan akad (hybrid contract)
sekaligus yaitu sewa menyewa dengan jual beli dan sewa menyewa dengan hibah. Penggabungan
akad adalah kesepakatan dua pihak untuk melaksanakan suatu muamalah yang meliputi dua akad
atau lebih. Sehingga akibat hukum dari akad gabungan tersebut yaitu semua hak dan kewajiban
yang ditimbulkannya dianggap satu kesatuan yang tidak dapat di pisah-pisahkan, yang sama
kedudukannya dengan akibat-akibat hukum dari satu akad. (Karim, 2006).
Meski model akad baru tersebut merupakan sebuah langkah yang inovatif, namun hal
tersebut masih menimbulkan polemik. Pasalnya, dari sisi penggabungan akadnya sendiri di
kalangan para ulama Imam Mazhab masih menjadi khilafiah (perbedaan), belum lagi nanti di
tinjau dari hukum positif yang ada di Indonesia, apakah sudah sesuai atau justru malah tumpang
tindih. Berangkat dari permasalahan itulah sangat diperlukan kajian yang komprehensif dan
holistic mengenai akad gabungan baik secara hukum syariat dan hukum positif yang ada di
Indonesia.
B. Rumusan masalah
a. Apa definisi Ijarah Muntahiya Bi Al-Tamlik (IMBT)?
b. Apa saja syarat dan rukun Ijarah Muntahiya Bi Al-Tamlik (IMBT)?
c. Apa dan bagaimana macam-macam Ijarah Muntahiya Bi Al-Tamlik (IMBT)?
d. Bagaimana bentuk Ijarah Muntahiya Bi Al-Tamlik (IMBT) pada LKS?
C. Tujuan
a. Mengetahui definisi Ijarah Muntahiya Bi Al-Tamlik (IMBT)
b. Mengetahui syarat dan rukun Ijarah Muntahiya Bi Al-Tamlik (IMBT)
c. Mengetahui macam-macam Ijarah Muntahiya Bi Al-Tamlik (IMBT)
d. Mengetahui bentuk Ijarah Muntahiya Bi Al-Tamlik (IMBT) pada LKS
BAB 2
PEMBAHASAN
Syarat
a. Kerelaan dari pihak yang melaksanakan akad.
b. Ma’jur memiliki manfaat dan manfaatnya dibenarkan dalam islam, dapat dinilai atau
diperhitungkan, dan manfaat atas transaksi ijarah muntahiya bittamlik harus diberikan oleh
musta’jir kepada mua’ajjir. (Ismail, 2011, hal. 164)
Disamping ketentuan yang berlaku untuk ijarah, untuk kegiatan penyaluran dana dalam bentuk
pembiayaan atas dasar ijarah muntahiya bi al-tamlik berlaku pula persyaratan paling kurang
sebagai berikut: (Ansori, 2009, hal. 128-129)
a. Bank sebagai pemilik objek sewa bertindak sebagai pemberi janji (wa‟ad) untuk memberikan
opesi pengalihan kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa kepada nasabah penyewa
sesuai kesepakatan;
b. Bank hanya dapat memberi janji (wa‟ad) untuk mengalihkan kepemilikan dan/atau hak
penguasaan objek sewa setelah objek sewa secara prinsip objek sewa, maka bank wajib
mengalihkan kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa kepada nasabah yang dilakukan
pada saat tertentu dalam periode atau akhir periode pembiayaan atas dasar akad ijarah muntahiya
bi al-tamlik.dimiliki oleh Bank;
c. Bank dan nasabah harus menuangkan kesepakatan adanya opsi pengalihan kepemilikan
dan/atau hak penguasaan objek sewa dalam bentuk tertulis;
d. Pelaksanaan pengalihan kepemilikan dan/atau hak penguasaan objek sewa dapat dilakukan
setelah masa sewa disepakati setelah masa sewa disepakati setelah oleh Bank dan nasabah
penyewa; dan
e. Dalam hal nasabah penyewa mengambil opsi pengalihan kepemilikan dan/atau hak
penguasaan
A. Kesimpulan
Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT) merupakan akad baru yang menggabungkan
antara dua akad dalam satu transaksi. Dalam perspektif hukum Islam IMBT telah memenuhi
asas-asas, rukun dan tiga syarat akad. Sedangkan syarat yang tidak terpenuhi yaitu syarat adanya
kekuatan hukum karena pada Fatwa DSN Nomor: 27/DSN-MUI/III/2002 terdapat ketentuan
yang menimbulkan pernafsiran ganda pada angka 2 bagian kedua yang mengatur ketentuan
khusus dan Pasal 324 ayat (2) pada Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah. Para pakar ekonomi
Islam kontemporer berpendapat bahwa hukum akad IMBT adalah mubah (boleh). Sementara itu
IMBT jika ditinjau dari perspektif hukum positif (KUHPerdata), IMBT merupakan perjanjian
tidak bernama (Pasal 1319) yang timbul dari akad kebebasan berkontrak (Pasal 1338) dan IMBT
juga telah memenuhi syarat-syarat sah dari perjanjian (Pasal 1320) serta unsurunsur perjanjian.
Sedangkan akibat hukum yang ditimbulkan dari akad perjanjian IMBT adalah adanya hak dan
kewajiban bagi mereka yang melakukannya.
B. Kritik dan saran
Demikian yang dapat penulis paparkan mengenai Ijarah Muntahiya Bittamlik (IMBT). kami
menyadari banyak kekurangan penulisan, maka dari itu kritik dan saran yang membangun dari
pembaca sangat kami harapkan sebagai referensi kami dalam penulisan makalah kedepan.
Harapan penulis, semoga makalah ini bermanfaat dan menambah pengetahuan pembaca
DAFTAR PUSTAKA
Adam, P. (2017). Akad dan Produk Bank Syariah. Bandung: PT. Refika Aditama.
Al-Hasun, F. b. (2005). Al-Ijarah AlMuntahiya Bi Al-Tamlik fi Al-Fiqh Al-Islam. Maktabah Misyikah AlIslamiyyah.
Antonio, M. S. (2001). Bank Syariah: Dari Teori ke Praktik. Jakarta: Gema Inzani dan Tazkia Cendekia.
Azzam, A. A. (2010). Fiqh Muamalat SIstem Transaksi dalam Fiqh Islam. Jakarta: Amzah.
Hatta, S. G. (2000). Beli Sewa sebagai Perjanjian Tak Bernama: Pandangan masyarakat dan Sikap Mahkamah
Agung Indonesia. Bandung: Alumni.
Karim, A. A. (2006). Bank Islam: Analisis Fiqh dan keuangan. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Daffa Muhammad Dzubyan, Erina Azzahra, Melani Puspitasari, Analisis Akad Ijarah Muntahiya Bittamlik (Imbt)
Neneng Nurhasanah, P. A. (2017). Hukum Perbankan Syariah: Konsep dan Regulasi. Jakarta: Sinar Grafika.
Tim Penulis Dewan Syari'ah Nasional (DSN) MUI. (2003). Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Jakarta: PT.
Intermasa.