Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH AKUNTANSI SYARIAH

“Akad Ijarah”

Dosen Pengampu: Sitti Nurnaluri, S.E., M.si.

Disusun Oleh:

Kelas E

Kelompok 2

1. Anida Fikriyah (B1C120212)


2. Annisa Nurul Fatma (B1C120213)
3. Aqila Fitria (B1C120214)
4. Arista Dwi Nining Dastiani (B1C120215)
5. Armelia (B1C120216)
6. Astika Sari (B1C120217)
7. Ayu Dyah Maryadilla Amril (B1C120218)
8. Azizah Nurpratistha (B1C120219)
9. Baqdal (B1C120220)

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNUVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2022
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmatdan karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan makalah “AKAD IJARAH” ini sesuai
dengan waktu yangtelah ditentukan.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar- besarnya kepada dosen
pengajar yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberikan petunjuk kepada penulis
dalam melaksanakan pembelajaran dalam pembuatan makalah serta semua pihak baik secara langsung
maupun tidak langsung yang telah membantudalam penyelesaian makalah ini.

Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan dan
kekurangan baik dalam penulisan maupun isinya, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata kami berharap agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua. Khilaf dan
keterbatasan kami dalam penulisan agar dimaklumi karena kekurangan berasal dari kami sendiri dan
segala kesempurnaan berasal dari Allah SWT.

Kendari, 22 November 2022

Kelompok 2

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN COVER................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii

DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.............................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah.......................................................................................................1

1.3. Tujuan penulisan.........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ijarah..........................................................................................................3

2.2 Dasar Hukum Ijarah....................................................................................................3

2.3 Rukun Dan Syarat-Syarat Ijarah..................................................................................4

2.4 Sigat Akad Ijarah.........................................................................................................7

2.5 Macam-Macam Ijarah.................................................................................................9

2.6 Alur Transaksi Ijarah Dan IMBT..............................................................................10

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fiqih muamalah merupakan aturan yang membahas tentang hubungan manusia
dengan manusia lainnya dalam sebuah masyarakat. Didalamnya termasuk kegiatan
perekonomian masyarakat. Salah satu jenis transaksi ekonomi yang dibahas didalam fiqih
muamalah ialah Ijarah
Al-Ijarah berasal dari kata al-ajru yang berarti al-iwadhu (ganti). Dalam pengertian
istilah, yang dimaksud dengan ijarah adalah akad pemindahan hak guna atas barang dan jasa,
melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan (kepemilikan
atau milkiyyah) atas barang itu sendiri. Dalam konteks perbankan syariah, ijarah adalah
kontrak sewa di mana suatu bank atau lembaga keuangan menyewa peralatan (peralatan)
untuk salah satu nasabahnya berdasarkan pembebanan biaya yang ditentukan secara pasti
sebelumnya (biaya tetap). Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat atau sewa.
Transaksi ini dapat menjadi transaksi leasing sebagai pilihan kepada penyewa/nasabah untuk
membeli aset tersebut pada akhir masa penyewaan, meskipun hal ini tidak selalu dibutuhkan.
Dalam perbankan syariah transaksi ini dikenal dengan ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa
yang diikuti dengan berpindahnya kepemilikan). Bank mendapatkan ketidakseimbangan atas
jasa sewa tersebut. Harga sewa dan harga jual pada akhir masa sewa disepakati pada awal
perjanjian.

Menurut Muhammad Syafi'i Antonio, Al-ijarah adalah akad pemindahan hak guna
atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikan (ownership/milkiyyah) atas barang itu sendiri. Dalam perbankan syariah
sebenarnya terdapat dua akad ijarah yang melibatkan tiga pihak. Ijarah pertama dilakukan
secara tunai antara bank (sebagai penyewa) dengan yang menyewakan jasa. Ijarah yang kedua
dilakukan secara cicilan antara bank (sebagai yang menyewakan) dengan nasabah bank.
Lazimnya bisnis, tentu bank mengambil keuntungan dari transaksi ijarah ini. Rukun ijarah
pertama terpenuhi (ada penyewa,dan ada yang menyewakan, ada jasa yang disewakan, ada
ijab kabul), demikian pula ijarah yang kedua. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kedua
akad ijarah ini sah hukumnya.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa itu ijarah?
2. Bagaiaman dasar hukum ijarah?
3. Apa saja rukun dan syarat-syarat ijarah?

1
4. Apa itu sigat akad ijarah?
5. Apa saja macam-macam ijarah?
6. Bagaimana alur transaksi ijarah dan IMBT?

1.3. Tujuan penulisan


1. Untuk mengetahui apa itu ijarah
2. Untuk mengetahui dasar hukum ijarah
3. Untuk mengetahui rukun dan syarat-syarat ijarah
4. Untuk mengetahui sigat akad ijarah
5. Untuk mengetahui macam-macam ijarah
6. Untuk mengetahui alur transaksi ijarah dan IMBT

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ijarah


Salah satu bentuk kegiatan manusia dalam muamalah adalah ijarch atau
sewamenyewa, kontrak, menjual jasa, upah-mengupah dan lain-lain. Al Ijarah berasal dari
kata Al Ajru yang berarti Al Twadu (ganti). Ijarah menurut arti bahasa adalah nama upah.
Menurut pengertian syora', Al Ijarah ialah: Suatujenis akad untuk mengambil manfaat dengan
jalan penggantian.

Dari pengertian di atas terlihat bahwa yang dimaksud dengan sewa menyewa itu
adalahpengambilan manfaat sesuatu benda, jadi dalam hal ini bendanya tidak kurang sama
sekali, dengan perkataan lain dengan terjadinya peristiwa sewa-menyewa, yang berpindah
hanyalah manfaat dari benda yang disewakan tersebut, dalam hal ini dapat berupa manfaat
barang seperti kendaraan, rumah dan manfaat karya seperti pemusik, bahkan dapat
jugaberupakarya pribadi seperti pekerja.

Akad ijarah merupakan akad yang memfasilitasi transaksi pemindahan hak guna
(maanfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pem bayaran sewa/upah
tanpa dilkuti pemindahan kepemilikan barang.

Bagi bank syariah, transaksi ini memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan
jenis akad lainnya yaitu:
1. Dibandingkan dengan akad murabahah, akad ijarah lebih fleksibel dalam hal objek
transaksi.
2. Dibandingkan dengan investasi, akad ijarah mengandungresikousaha yang lebih rendah,
yaitu adanya pendapatan sewa yang relatif tetap.

2.2 Dasar Hukum Ijarah


Al-ijarah dalam bentuk sewa menyewa maupun dalam bentuk upah mengupah
merupakan muamalah yang telah disyariatkan dalam Islam. Hukum asalnya menurut Jumhur
Ulama adalah mubah atau boleh bila dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan
oleh syara' berdasarkan ayat al-Qur'an, hadis-hadis Nabi dan ketetapan Ijma Ulama.
Adapun dasar hukum tentang kebolehan al-ifarah dalam al-Quran terdapat dalam
beberapa ayat diantaranya firmanAllahantaralain:
1. Surat at-Thalaq ayat 6: "Jika mereka telah menyusukan anakmu, maka berilah upah
mereka"

3
2. surat al-Qashash ayat 26: "Salah seorang dari wanita itu berkata: wahai bapakku, upahlah
dia, sesungguhnya orang yang engkau upah itu adalah orang yangkuat dan dapat
dipercaya".
Adapun dasar hukum dari hadits Nabi diantaranya adalah:
1. Al Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Nabi saw. bersabda:
"Rasulullah saw berbekam, kemudian beliau memberikan upah kepada tukang-tukang
itu".
2. Riwayat Ibnu Maajah, Rasulullah bersabda: "Berikanlah upah atau jasa kepada orang
yang diupah sebelum kering keringatnya".

Adapun dasar hukum ifarah berdasarkan i'ma' ialah semua umat sepakat, tidak ada
seorang ulama pun membantah kesepakatan (ifma') ini, sekalipun ada beberapa orang diantara
mereka yang berbeda pendapat, tetapi hal itutidak dianggap. Umat Islam pada masa sahabat
telah berijma' bahwa ijarah dibolehkan sebabbermanfaatbagi manusia. Perlu diketahui bahwa
tujuan disyariatkannya ijarah itu adalah untuk memberikan keringanan kepada umat dalam
pergaulan hidup. Seseorang mempunyai uang tetapi tidak dapat bekerja; dipihak lain ada yang
punya tenaga dan membutuhkan uang. Dengan adanya ijarah keduanya saling mendapat
keuntungan dan memperoleh manfaat.

2.3 Rukun Dan Syarat-Syarat Ijarah


Ijarah meupakan sebuah transaksi atas suatu manfaat.Dalam hal ini, manfaat menjadi
obyek manfaat transaksi. Dari segi ini, ijarah dapat dibedakan menjadi dua. Pertama, ijarah
yang mentransaksikan manfaat harta benda yang lazim disebut persewaan. Misalnya
menyewa rumah, pertokoan, kendaraan, dan lain sebagainya. Kedua, ifarah yang
mentransaksikan manfaat SDM (Sumber Daya Manusia) yang lazim disebut perburuhan. Oleh
karena itu, transaksi ifarah dalam kedua bentuknya sebagai transaksi umum akan sah bila
terpenuhi rukun dan syarat. Adapun rukun dan syaratnya sebagai berikut.

 Rukun Ijarah
Rukun dari (jarah sebagai suatu transaksi adalah akad atau perjanjian kedua belah
pihak, yang menunjukkan bahwa transaksi itu telah berjalan secara suka sama suka. Adapun
unsur yang terlibat dalam transaksi ijarah itu adalah:
1. Orang yang menggunakan jasa, balk dalam bentuk tenaga atau benda yang kemudian
memberikan upah atas jasa tenaga atau sewa dari jasa benda yang digunakan, disebut
pengguna jasa (mujir)

4
2. Orang yang memberikan, baik dengan tenaganya atau dengan alat yang dimilikinya, yang
kemudian menerima upah dari tenaganya atau sewa dari benda yang dimilikinya, disebut
pemberi jasa atau (musta’jir)
3. Objek transaksi yaitu jasa, baik dalam bentuktenaga atau benda yang digunakan disebut
(ma'jur)
4. Imbalan atau jasa yang diberikan disebut upah atau sewa (ujrah).
Menurut ulama mazhab Hanafi rukun ijarah hanya ada satu, yaitu ijab dan qabul.
Sedangkan jumhur ulama berpendapat, bahwa rukun ijarah itu ada empat, sebagai berikut:
1. 'Aqid (orang yang akad)
"Aqid adalah orang yang melakukan perjanjian/transaksi, yaitu orang yang
menyewakan (mu'jir) dan orang yang menyewa (musta’jir).
2. Sigat akad
Sigat akad adalah pernyataan yang menunjukkan kerelaan atau kesepakatan
dua pihak yang melakukan kontrak atau transaksi.
3. Ujrah (upah)
Ujrah adalah member imbalan sebagai bayaran kepada seseorang yang telah
diperintah untuk mengerjakan sesuatu pekerjaan tertentu dan bayaranitu diberikan
menurut perjanjian yang telahdisepakati bersama.
 Syarat-syarat Ijarah
Supaya transaksi ijarah itu bisa dianggap sah, maka ada beberapasyarat yang
mengiringi beberapa rukun yang harus dipenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi:
a. 'Aqid
Kedua belah pihak yang melakukan akad disyaratkan memiliki kemampuan, yaitu
berakal dan dapat membedakan (baik dan buruk). Jika salah satu pihak adalah orang gila
atau anak kecil, akadnya dianggap tidak sah. Para penganut Mazhab Syafl'i dan Hambali
menambah syarat lain, yaitu baligh. Jadi, menurut mereka, akad anak kecil meski sudah
tamyiz, dinyatakan tidak sahjika belumbalig.Berbeda dengan kedua Mazhab di atas,
Mazhab Hanafi dan Maliki mengatakan, bahwa orang yang melakukan akad tidak harus
mencapai usia baligh, tetapi anak yang telah mumayyiz pun boleh melakukan akad ijarah
dengan ketentuan disetujui oleh walinya.

b. Sigat akad antara mujir dan musta'jir


Syarat sah sigat akad dapat dilakukan dengan lafad atau ucapan dengan tujuan
orangyang melakukan perjanjian atau transaksi dapat dimengerti. Berkaitan dengan hal
tersebut umum dilakukan dalam semua akad, karenayang dijadikan pedoman dalam ijab
qabul adalah sesuatu yang dapat dipahami oleh dua orang yang melakukanakad sehingga
tidak menimbulkan keraguan danpertentangan. Selain itu, ketentuan umum yang ada dan

5
menjadi pedoman hukum apabila perkataan yang dinyatakan adalah sesual dengan niat
dan kehendak dalam hati yang dinamakan sigat yang dapat dilakukan dengan secara
lisan, tulisan dan isyarat yang memberikan yang jelas tentang adanya ijab qabul.

c. Ujrah (upah)
Para ulama telah menetapkan syarat upah, yaitu: pertama, berupa harta tetap yang
dapat diketahui. Kedua, tidak boleh sejenis dengan barang manfaat dari jarah, seperti
upah menyewa rumah untuk ditempati dengan menempati rumah tersebut.29 Upah
(ujroh) dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
a) Upah yang telah disebutkan (ajr al-musamma), yaitu upah yang telah disebutkan
pada awal transaksi, syaratnya adalah ketika disebutkan harus disertal adanya
kerelaan (diterima oleh kedua belah pihak).
b) Upah yang sepadan (ajr al-mitli) adalah upah yang sepadan dengan kerjanya
serta sepadan dengan kondisi pekerjaannya. Maksudnya adalah harta yang
dituntut sebagai kompensasi dalam suatu transaksi yang sejenis pada umumnya

Dengan demikian, persyaratan penetapan upah atas objek ijarah yang terdapat dalam
pasal 6 Peraturan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor:
PER-04/BL/2007 tentang akad-akad yang digunakan dalam kegiatan dalam kegiatan
perusahaan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, wajib memenuhi ketentuan-
ketentuan sebagai berikut:
a) Besarnya harga ujrah atas objek ijarah dan cara pembayaran ditetapkan menurut
kesepakatan yang dibuat dalam akad secara tertulis.
b) Alat pembayaran ujrah atas objek ifarah adalah berupa uang atau bentuk lain
yang memiliki nilai yang sama yang tidak bertentangan dengan prinsip svariah.

Sementara itu, menurut Sayyid Sabiq sebuah akadsewa ((jarah) dinyatakan sah jika
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a) Kerelaan kedua pihak pelaku akad. Apabila salah satu pihak dipaksa untuk
melakukan akad, maka akadnya dinyatakan tidak sah sebagaimana yang telah
disebutkan dalam al-Qur'an surat an-Nisaa' ayat 29: "Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang
bathil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlangsung suka sama sukadi
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu."

6
b) Mengetahui manfaat barang tersebut dengan jelas guna mencegah terjadinya
fitnah. Upaya dilakukan dengan melihat langsung barang. Atau cukup dengan
penjelasan akan criteria barang termasuk masa sewa, sebulan atau setahun.
c) Barang yang menjadi obyek akad dapat diserahterimakan pada saat akad, balk
secara fisik atau definitive.
d) Barang dapat diserahterimakan, termasuk manfaat yang dapat digunakan oleh
penyewa.
e) Manfaat barang tersebut status hukumnya mubah, bukan termasuk yang
diharamkan.

Mengenai syarat pelaksanaan dan penyelesaian ijarah telah diatur dalam pasal 257-
260 Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah, yakni: Pertama, untuk menyelesaikan suatu
proses akad ijarah, pihak-pihak yang melakukan akad harus mempunyai kecakapan
melakukan perbuatan hukum. Kedua, akad ijarah dapat dilakukan dengan tatap muka
maupun jarak jauh. Ketiga, pihak yang menyewakan benda haruslah pemilik, wakilnya
atau pengampunya. Dengan demikian, jika rukun dan syaratnya terpenuhi, maka
perjanjian akad ijarah tersebut sah dan mempunyai kekuatan hukum atas perjanjian yang
sah, bahwasanya perjanjian tersebut harus dilaksanakan dengan i’tikad baik.

2.4 Sigat Akad Ijarah


Akad adalah suatu perikatan antara ijab dan qabul dengan cara yang dibenarkan syara'
yang menetapkan adanya akibat-akibat hukum pada objeknya. Sedangkan dalam bukunya
Rachmat Syafe'l, akad adalah ikatan antara dua perkara, baik ikatan secara nyata maupun
ikatan secara maknawi, dari satu segi maupun dua segi. Rukun akad menurut jumhur ulama
terdiri dari:
1. Pernyataan untuk mengikatkan diri (sigah al-aqd)
2. Pihak-pihak yang berakad
3. Obyek akad.
Syarat-syarat akad yaitu setiap pembentukan akad mempunyai syarat yang ditentukan
syara' yang wajib disempurnakan, syarat-syarat terjadinya ada dua macam:
1. Syarat-syarat yang bersifat umum, yaitu syarat-syarat yangwajib sempurna wujudnya
dalam berbagaiakad.
2. Syarat-syarat yang bersifat khusus, yaitu syarat-syarat yang wujudnya wajib ada dalam
sebagian akad. Syarat khusus ini bisa juga disebut syarat izafi (tambahan) yang harus ada
disamping syarat-syarat yang umum.

7
Berakhirnya akad yaitu suatu akad dipandang berakhir apabila telah tercapai
tujuannya. Ulama fiqih menyatakan bahwa suatu akad dapat berakhir apabila terjadi hal-hal
seperti berikut:
1. Berakhir masa berlaku akad itu, apabila akad itu memiliki tenggang waktu.
2. Dibatalkan oleh pihak-pihak yang berakad, apabila akad itu mengikat.
3. Dalam suatu akad yang bersifat mengikat, akad dapat berakhir bila: akad itu fasid,
berlaku khiyar syarat dan khiyar 'aib, akad itu tidak dilaksanakan oleh satu pihak yang
berakad, serta telah tercapai tujuan akad itu secara sempurna.
4. Wafat salah satu pihak yang berakad.
Dengan demikian, yang dimaksud sigat akad adalah dengan cara bagaimana ijab dan
qabul yang merupakan rukun-rukun akad itu dinyatakan. Sigat akad ifarah itu dapat dilakukan
dengan beberapa cara, antara lain sebagai berikut:
a) Sigat akad secara lisan
Cara alami untuk menyatakan keinginan bagi seseorang adalah dengan kata-
kata. Maka, akad dipandang telah terjadi apabila ijob dan qabul dinyatakan secara
lisan oleh pihak-pihak bersangkutan. Bahasa apapun, asal dapat dipahami pihak-
pihak bersangkutan, dapat digunakan. Susunan katakatanya pun tidak terikat dalam
bentuk tertentu. Yang penting, jangan sampai megaburkanyang menjadi keinginan
pihak-pihak bersangkutan agar tidak mudah menimbulkan persengketaan
dikemudian hari.
b) Sigat akad dengan tulisan

Tulisan adalah cara alami kedua setelah lisan untuk menyatakan sesuatu
keinginan. Maka, jika dua pihak yang akan melakukan akad tidak ada di satu tempat,
akad itu dapat dilakukan melalui syarat yang dibawa seseorang utusan atau melalui
pos. Ijab dipandang terjadi setelah pihak kedua menerima dan membaca surat
dimaksud. Jika dalam ijab qabul tersebut tidak disertai dengan pemberian tenggang
waktu, harus segera dilakukan dalam bentuk tulisan atau surat yang dikirim dengan
perantaraan utusan atau lewat pos. Bila disertai pemberian tenggang waktu, qabul
supaya dilakukan sesuai dengan lama tenggang waktu tersebut.
c) Sigot akad dengan isyarat
Apabila seseorang tidak mungkin menyatakan ifab dan qabul dengan
perkataan karena bisu, akad dapat terjadi dengan isyarat. Namun, dengan syarat la
pun tidak dapat menulis sebab kainginan seseorang yang dinyatakan dengan tulisan
lebih dapat meyakinkan dari pada yang dinyatakan dengan isyarat. Maka, apabila
seseorang bisu yang dapat menulis mengadakan akad dengan isyarat, akadnya
dipandang tidak sah.

8
d) Sigat akad dengan perbuatan
Cara lain untuk membentuk akad, selain secara lisan, tulisan atau isyarat,
ialah dengan cara perbuatan. Misalnya, seorang pembeli menyerahkan sejumlah
uang tertentu,kemudianpenjual menyerahkan barang yang dibelinya. Cara ini
disebutjual beli saling menyerahkan harga dan barang (jual beli dengan mu'atah).
Misalnya, dalam akad sewa-menyewa: kita naik bis kota umpamanya. Tanpa
katakata kita serahkan saja sejumlah uang seharga karcis bis tersebut. Sewa-
menyewa seperti itu disebut sewa-menyewa dengan mu'atah juga.

Dalam dunia modern sekarang ini, akad jual beli dapat terjadi pula secara otomatis.
Kita masukkan uang dalam suatu alat, lalu keluar sesuatu yangkita beli setelah kita menekan
tombol pada alat tersebut. Jual beli seperti ini dapat imasukkandalam akad dengan mu'atah
juga. Yang penting dalam mu'atah, untuk menumbuhkan akad itu, jangan sampai terjadi
semacam penipuan,kecurangan dan sebagainya.Segala sesuatunya harus dapat diketahui
dengan jelas. Jadi, sigat akad dalam ijarah syaratnya antara mu'jir dan musta'fir harus saling
rela an tidak boleh mengandung unsur paksaan. Karena dengan adanya paksaan menyebabkan
perjanjian atau akad menjadi tidak sah.

2.5 Macam-Macam Ijarah


Dilihat dari segi obyeknya ijarah dapat dibagi menjadi dua macam: yaitu ijarah yang
bersifat manfaat dan yang bersifat pekerjaan.
1. Ijarah yang bersifat manfaat misalnya: sewa-menyewa rumah,
toko,kendaraan,pakaian(pengantin) dan perhiasan. Apabila manfaat itu merupakan
manfaat yang dibolehkan syara' untuk dipergunakan, maka para ulama fiqih sepakat
menyatakan boleh dijadikan objek sewa-menyewa. Menurut ulama Hanafiyah, ketetapan
akad ijarah kemanfaatan yang sifatnya mubah. Menurut ulama Malikiyah, hukum ijarah
sesuai dengan keberadaan manfaat. Ulama Hanabilah dan Syafl'iyah berpendapat bahwa
hukum ifarah tetap pada keberadaannya, dan hukum tersebut menjadikan masa
sewaseperti bendayang tampak.
2. ijarah yang bersifat pekerjaan adalah dengan cara mempekerjakan seseoranguntuk
melakukan suatu pekerjaan. Ijarah semacam ini dibolehkan seperti buruh bangunan,
tukang jahit, tukang sepatu, dan lain-lain, yaitu fjarah yangbersifat kelompok (serikat).
Ijarah yang bersifat pribadi juga dapat dibenarkan seperti menggaji pembantu rumah
tangga, tukang kebun dan satpam. Dalam hal ini ijarah yang bersifat pekerjaan atau upah-
mengupah dibagi menjadi dua, yaitu:

9
 Ijarah khusus
Yaitu ifarah yang dilakukan oleh seorang pekerja. Hukumnya,orang yang
bekerja tidak boleh bekerja selain dengan orang yang telah memberinya upah.
 Ijarah musytarik Yaitu ijarah yang dilakukan bersama-sama atau melalui kerjasama.
Hukumnya, dibolehkan bekerjasama dengan orang lain.
Ijarah dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Ijarah 'Ayan: dalam hal ini terjadi sewa menyewa dalam bentuk benda atau
binatang dimana orang yang menyewakan mendapatkan imbalan dari penyewa.

2. Ijarah Amal: dalam hal ini terjadi sewa menyewa dalam bentuk jasa atau skill
(kemampuan).

2.6 Alur Transaksi Ijarah Dan IMBT


Transaksi ijarah dilakukan dengan alur sebagai berikut:
1. Nasabah mengajukan permohonan ijarah dengan mengisi formulir permohonan. Berbagai
informasiyang diberikan selanjutnya deverifikasi kebenarannya dan dianalisis
kelayakannya oleh bank syariah.
2. Sebagaimana difatwakan oleh DSN, bank selanjutnya menyediakan objek sewa yang
akan digunakan nasabah.
3. Nasabah menggunakan barang atau jasa yang disewakan sebagaimana yang disepakati
dalam kontrak.
4. Nasabah menyewa membayar fee sewa kepada bank syariah sesuai dengan kesepakatan
akad sewa.
5. Pada transaksi IMBT, setelah masa ijarah selesai, bank sebagai pemilikbarang dapat
melakukan pengalihan hak milik kepada penyewa.

CAKUPAN STANDAR AKUNTANSI IJARAH DAN IJARAH MUNTAHIYA


BITTAMLIK

Standar akuntansi untuk ijarah masih menggunakan PSAK no59 bagian ijarah dan
IMBT paragraf 105 sampai paragaf 133. Standar ini memuat tentang mekanisme transaksi
dan ketentuan tentang pengakuan dan pengukuran transaksi dalam yang terdapat dalam
skema ijarah dan IMBT. Beberapa hal dicakup dalam standar ini adalah pengakuan dan
pengukuran perolehan objek ijarah, pendapatan ijarah dan IMBT, piutang pendapatan ijarah
dan IMBT, biaya perbaikan yang dikeluarkan, perpindahan hal milik objek sewa, terjadinya
penurunan nilai objek sewa secara permanen.

10
TEKNIS PERHITUNGAN DAN PENJURNALAN TRANSAKSI IJARAH BAGI
BANK SYARIAH

Pembahasan teknis perhitungan dan penjurnalan transaksi ijarah akan mengacu pada kasus
berikut.

Kasus: Transaksi ijarah

PT. Namira membutuhkan sebuah mobil untuk keperluan usahanya. Pada bulan januari
20XA, PT Namira mengajukan permohonan ijarah kepada bank syariah. Adapun informasi
tentang penyewaan tersebut adalah sebagai berikut:

Harga perolehan barang : Rp 125.000.000

Umur ekonomis barang : 5 tahun (60 bulan)

Masa Sewa : 24 bulan

Nilai sisa umur ekonomis : Rp 5.000.000

Sewa per bulan : Rp 2.400.000

Uang muka sewa : Rp 7.200.000

Blaya administrasi : Rp 480.000

1. Teknis Perhitungan Transaksi Ijarah

Beberapa hal yang perlu dilakukan perhitungan terkait transaksiijarah adalah


perhitungan penentuan keuntungan dan fee ijarah, perhitungan uang muka sewa, dan biaya
administrasi ijarah.

2. Perhitungan biaya administrasi ijarah

Biaya administrasi bisa diterapkan dengan menggunakan persentase tertentu dari


modal yang digunakan untuk persewaan. Misalkan dalam kasus di atas, bank syariah
menggunakan kebijakan 1% dari modal persewaan. Maka biaya administrasinya adalah
sebagai berikut:

Blaya administrasi ijarah = n% x modal persewaanper bulan xjumlahbulan

= 1% x Rp 2.000.000 x24

= 1% x Rp 48.000.000

11
= Rp 480.000

BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Al Ijarah berasal dari kata Al Ajru yang berarti Al Twadu (ganti). Ijarah menurut arti
bahasa adalah nama upah. Menurut pengertian syora', Al Ijarah ialah: Suatujenis akad untuk
mengambil manfaat dengan jalan penggantian.
Akad ijarah merupakan akad yang memfasilitasi transaksi pemindahan hak
guna (maanfaat) atas suatu barang atau jasa dalam waktu tertentu melalui pem bayaran
sewa/upah tanpa dilkuti pemindahan kepemilikan barang.
Rukun dari (jarah sebagai suatu transaksi adalah akad atau perjanjian kedua belah
pihak, yang menunjukkan bahwa transaksi itu telah berjalan secara suka sama suka. Adapun
Supaya transaksi ijarah itu bisa dianggap sah, maka ada beberapasyarat yang mengiringi
beberapa rukun yang harus dipenuhi. Syarat-syarat tersebut meliputi: 'Aqid, Sigat akad antara
mujir dan musta'jir, dan ujrah

12
DAFTAR PUSTAKA

Khaddafi, Muammar, dkk. 2016. Akuntansi Syariah. Medan: PENERBIT MADENATERA

13

Anda mungkin juga menyukai