Anda di halaman 1dari 12

MENGENAL AKAD

MAKALAH

Disusun Untuk Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Lembaga Keuangan Syariah

Yang Diampu Oleh

Bapak Dhony Manggala Putra, M.M

Disusun Oleh ES 1 E :

1. Zulia Alfi Nur Aini (1860402231040)


2. Manda Nala Amprita (1860402231041)
3. Eka Nur Annisa (1860402231042)
4. Soleh Akbarudin Romadhon (1860402231046)

EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UIN SAYYID ALI RAHMATULLOH TULUNGAGUNG
OKTOBER 2023
KATA PENGANTAR

Pertama – tama kami panjatkan puja dan puji syukur atas rahmat dan
ridho Allah SWT. karena tanpa rahmat dan ridhonya, kita tidak dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik dan selesai tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dhony Manggala
Putra, M.M selaku dosen pengampu mata kuliah Lembaga Keuangan Syariah
yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini. Kami juga
mengucapkan terimakasih kepada teman teman kami yang selalu setia membantu
dalam hal mengumpulkan data – data dalam pembuatan makalah ini yang
berjudul “MENGENAL AKAD”
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk penulis dan para pembacanya
guna dapat memperluas wawasan. Kami mengakui ada banyak kekurangan pada
makalah ini. Oleh karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa penulis
harapkan demi kesempurnaan karya ini. Semoga makalah ini dapat membawa
pemahaman dan pengetahuan bagi kita semua.

Tulungagung, Oktober 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................ iii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan .................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 1

C. Tujuan Penulisan ............................................................................................... 1

BAB II : PEMBAHASAN

A. Pengertian Akad ................................................................................................ 2


B. Pengenalan Pola Pembiayaan Syariah .............................................................. 4
C. Pengenalan Produk Syariah ............................................................................... 5

BAB III : PENUTUP

A. Kesimpulan........................................................................................................ 8

B. Saraan ................................................................................................................ 8

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... .9

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan
Dalam menjalankan kehidupan seseorang akan selalu bertemu kegiatan
yang berhubungan dengan transaksi. Didalam transaksi banyak hal yang harus
diperhatikan guna menghindari hal – hal yang tidak diinginkan seperti menyalahi
aturan dalam beragama, telah terjadi kerugian disalah satu pihak, maupun
menghindari adanya unsur penipuan. Islam telah mengatur dengan sempurna
mengenai hal tersebut dan salah satunya adalah menerapkan bentuk kejelasan dari
sebuah akad. Akad yang dimaksud dalam pembahasan kali ini adalah suatu jenis
perjanjian atau kesepakatan yang melandasi suatau transaksi.
Tujuan islam sangat menjaga mengenai sebuah akad dalam transaksi
adalah Karena akad itulah yang membatasi hubungan antara kedua belah pihak
yang terlibat dalam usaha tersebut dan akan mengikat hubungan itu dimasa
sekarang maupun masa yang akan datang. Akad dalam kehidupan umat manusia
begitu penting karena ia merupakan salah satu faktor menjadi halalnya sesuatu
bagi mereka. Akad–akad tersebut melindungi kita dari transaksi merugikan,
seperti transaksi objek yang tidak pasti keuntungan/ kerugiannya tidak terukur
(Maysir), objek tidak jelas (Gharar), objek yang Haram, Riba, perbuatan suap
(Rishwah) dan Bathil.
B. Rumusan Masalah
1. Apa sebenarnya yang dimaksud dengan akad ?
2. Bagaimana pola pembiayaan dalam sistem syariah ?
3. Bagaima pengenalan produk dalam syariah ?
C. Tujuan Penulisan
1. Memahami pengertian dari sebuah akad.
2. Mengetahui bagaimana bentuk pembiayaan dalam bentuk syariah.
3. Mengetahui lebih jelas mengenai pengenalan produk dalam syariah.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad
Akad secara bahasa berasal dari bahasa arab al-aqdu atau dalam bentuk
jamak disebut al-uqud yang memiliki arti perikatan, perjanjian, dan pemufakatan.
Sedangan pengertian dari segi istilah memiliki arti suatu perikatan antara ijab dan
qobul dengan cara yang dibenarkan syarak (tuntutan Allah Swt yang mengatur
amal perbuatan orang mukallaf baik berupa iqtidha / perintah, larangan, anjuran
untuk melakukan atau anjuran untuk meninggalkan) yang menetabkan adanya
akibat – akibat hukum pada objeknya. Ijab merupakan peryataan pertama yang
dikemukakan oleh salah satu pihak yang mengandung keinginanya secara pasti
untuk mengikat diri. Sedangan qabul adalah peryataan pihak lain yang mengetahui
dirinya menerima peryataan ijab tersebut.
Menurut Muztafa Az-Zarqa’ dalam pandangan syara’ suatu akad
merupakan ikatan secara hukum yang dilakukan oleh dua tau beberapa pihak yang
sama – sama berkeinginan untuk mengikatkan diri. Kehendak atau keinginan
pihak – pihak yang mengikatkan diri itu sifatnya tersenbunyi didalam hati, karena
itu untuk menyatakan keinginan masing – masing diungkapkan dalam suatu
pernyataan – pernyataan, inilah yang kemudian disebut ijab dan qabul.
Dalam istilah fiqih, secara umum akad berati sesuatu yang menjadi tekad
seseorang untuk melaksanakan, baik yang muncul dari satu pihak seperti talak,
waqaf, sumpah maupun yang muncul dari dua pihak seperti jual beli, sewa
wakalah, d.l.l.
1. Akad jual beli (bai’)
Pengertian dari jual beli atau “ bai’ ” secara bahasa memiliki arti
memindahkan hak milik terhadap bneda dengan akad saling mengganti.
Adapun definisi jual beli dari segi istilah adalah pemilikan terhadap harta atau
manfaat untuk selamanya dengan bayaran harta.
2. Akad sewa (ijarah)
Akad ijarah adalah kegiatan sewa-menyewa antara dua pihak dengan biaya
yang telah ditetapkan. Istilah Ijarah berasal dari bahasa Arab “al-’Ajr” yang
artinya “imbalan”, “kompensasi”, atau “substitusi”. akad Ijarah merupakan

2
perjanjian penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna (manfaat)
dari suatu barang, yang didasarkan pada transaksi sewa-menyewanya. Pihak
penyewa disebut musta’jir sementara pihak yang menyewakan disebut ajir.
Dilihat dari fiqih, akad ijarah adalah kontrak untuk menyewa jasa orang
atau menyewa properti dalam periode dan harga yang telah ditentukan.
Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Pada prinsipnya, ijarah
sama dengan prinsip jual beli, perbedaannya terletak pada objek transaksinya.
Jika pada jual beli objek transaksinya adalah barang, maka pada ijarah adalah
jasa.
3. Akad bagi hasil (syirkah)
Kata syirkah dalam bahasa Arab berasal dari kata syarika artinya menjadi
sekutu atau serikat. Menurut arti asli bahasa Arab (makna etimologis), syirkah
berarti mencampurkan dua bagian atau lebih sedemikian rupa sehingga tidak
dapat lagi dibedakan satu bagian dengan bagian lainnya. Adapun menurut
makna syariat, syirkah adalah suatu akad antara dua pihak atau lebih, yang
bersepakat untuk melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh
keuntungan.
4. Akad pelengkap
 Hiwalah (alih utang piutang), bertujuan untuk membantu supplier
mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya. Bank
mendapatkan ganti biaya atas jasa pemindahan piutang.
 Rahan (gadai), bertujuan untuk memberikan jaminan pembayaran kembali
kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Barang yang akan digadaikan
harus mempunyai kriteria, yaitu: milik nasabah sendiri, jenis ukuran, sifat,
dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar, dan dapat dikuasai tetapi
tidak boleh dimanfaatkan oleh bank.

Setelah diketahui bahwa akad merupakan suatu perbuatan yang sengaja dibuat
oleh dua orang atau lebih, berdasarkan keridho’anya masing – masing maka akan
timbul rukun – rukun akad :

 Orang – orang yang berakad (Aqid)


 Benda – benda yang diakadkan (ma’qud ‘alaih)

3
 Tujuan atau maksud mengadakan akad (marudhu ‘al-aqad)
 Ijab dan qabul (sighat al-‘aqad)
B. Pengenalan Pola Pembiayaan Syariah
Penduduk terbesar dari Indonesia adalah beragama muslim. Hal ini
membuat sistem perbankan dalam bentuk syariah memiliki potensi yang sangat
besar. Hal ini dikarenakan dalam ajaran islam bentuk kegiatan ekonomi harus
terhindar dari berbagai macam larangan – larangan yang brrsifat memeras,
merugigan atau bahkan menipu apalagi riba. Oleh karena itu peluang bank syariah
dalam menguasai sistem perbankan dindonesia telah memiliki kesempatan. Dari
hal tersebut telah terdapat beberapa prinsip – prinsip pembiayaan sistem syariah
yang mendasar, diantaranya :
1. Keadilan, pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang menggunakan
dana maupun pihak yang menyediakan dana.
2. Kepercayaan, merupakan landasan dalam menentukan persetujuan pembiayaan
maupun dalam menghitung margin keuntungan maupun bagi hasil yang
menyertai pembiayaan tersebut.
Namun dari kedua prinsip tersebut masih belum cukup dalam upaya jauh
dari prasangka, manipulasi, korupsi dan kolusi maka dibutuhkan informasi yang
memadai. Informasi yang dianggap sebagai penguat atau pendukung mengenai
prinsip –prinsip tersebut diantaranya :
1. Informasi data nasabah
Menyeleksi calon nasabah yang dapat dipercaya untuk memperoleh
pembiayaan dilakukan melalui uji kelayakan nasabah. Uji kelayakan bentuknya
berupa form pengisian yang memuat data pribadi dan data usaha calon
nasabah. Pengisian form dilakukan melalui wawancara secara individual dan
kunjungan ke tempat tinggal dan tempat usaha. Informasi dari uji kelayakan ini
sebagai pertimbangan apakah calon bisa menjadi nasabah atau tidak. Sekaligus
juga menentukan jenis pembiayaan yang sesuai untuk nasabah bersangkutan.
2. Informasi data penjualan / pembelian / penyewaan riil
Informasi data penjualan/pembelian/ penyewaan riil merupakan data usaha
yang sudah terjadi di lapangan. Data riil ini menjadi dasar perhitungan dari
akad yang sudah disepakati. Dengan demikian tereliminer kerugian baik yang

4
dirasakan oleh debitur maupun kreditur karena pelaksanaan akad dilandasi
dengan data riil. Informasi ini bentuknya berupa form isian, yang diisi secara
rutin sesuai dengan siklus usahanya oleh nasabah. Contoh bentuk form yang
diberikan sesuai dengan jenis usahanya dan kebijakan LKS masing-masing
3. Proyeksi laporan keuangan
Proyeksi laporan keuangan merupakan pelengkap informasi dalam menentukan
persetujuan usulan pembiayaan usaha dari nasabah. Proyeksi dari laporan
keuangan yang dimaksud terdiri dari proyeksi arus kas, proyeksi laba (rugi)
dengan analisa kelayakan seperti NPV, IRR, BEP, B/C ratio, PBP, dll.
Proyeksi ini dibuat atas dasar asumsi-asumsi yang relatif tetap sepanjang umur
usaha yang dibiayai. Sedangkan dalam hukum syariah semua transaksi harus
riil. Oleh sebab itu dalam menentukan besaran nominal untuk bagi hasil tidak
bisa merujuk pada hasil proyeksi (relatif tetap) tetapi harus merujuk pada
transaksi riil (relatif berfluktuasi sesuai dinamika usahanya).
4. Akad pembiayaan
Akad pembiayaan merupakan kesepakatan antara shahibul maal dan mudharib.
Akad ini sebagai landasan hukum syariah bagi transaksi pembiayaan. Akad
pembiayaan sesuai dengan jenis pembiayaan usaha nasabah

C. Pengenalan Produk Syariah


1. Bagi hasil (profit sharing)
 Musyarakah merupakan bentuk umum dari usaha bagi hasil. Transaksi
musyarakah dilandasi keinginan para pihak yang bekerja sama untuk
meningkatkan nilai aset secara bersama-sama. Musyarakah adalah
penanaman dana dari shahibul maal (pemilik modal) untuk mencampurkan
dana/modal mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian
keuntungan berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya,
sedangkan kerugian ditanggung semua shahibul maal berdasarkan bagian
dana/modal masing-masing.
 Mudharabah adalah bentuk spesifik dari musyarakah dalam produk
perbankan syariah. Mudharabah adalah bentuk kerja sama antara dua atau
lebih pihak di mana pemilik modal (shahibul mal) mempercayakan sejumlah

5
uang kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian
keuntungan. Mudharabah adalah akad kerjasama antara 2 pihak di mana
pihak shahibul maal menyediakan modal dan pihak mudharib menjadi
pengelola. Keuntungan usaha dibagi berdasarkan nisbah sesuai dengan
kesepakatan. Pembagian nisbah dapat menggunakan metode bagi untung
dan rugi (profit and loss sharing) atau metode bagi pendapatan (revenue
sharing).
 Muzara’ah Adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan
dan penggarap, di mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada
si penggarap untuk ditanami dan diperlihara dengan imbalan bagian tertentu
dari hasil panen
 Musaqah Adalah bentuk sederhana dari Al-muzara’ah di mana si penggarap
hanya bertanggungjawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai
imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen.
2. Jual beli (sale and payment sale)
 Murabahah adalah transaksi jual beli dimana bank syariah menyebutkan
keuntungan yang mereka peroleh. bank bertindak sebagai penjual dan
nasabah bertindak sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank
ditambahkan keuntungan. Akad jual beli antara sebesar harga pokok barang
ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati Barang yang
dimaksud adalah barang yang diketahui jelas kuantitas, kualitas dan
spesifikasinya
 Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual belikan
belum ada sehingga barang diserahkan secara tangguh dan pembayaranya
dilakukan secara tunai. jual beli barang dengan cara pemesanan dengan
syarat-syarat tertentu dengan pembayaran tunai terlebih dahulu secara
penuh.
 Istishna adalah transaksi jual beli yang mirip dengan salam tetapi
pembayaranya dapat dilakukan dalam beberapa kali (angsuran) pembayaran.
Jual beli barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang dengan criteria
dan persyaratan tertentu yang disepakati dengan pembayaran sesuai dengan
kesepakatan.

6
3. Sewa (operational lease and financial lease)
 Ijarah Adalah transaksi sewa menyewa atas suatu barang dan atau upah
mengupah atas suatu jasa dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa
atau imbalan jasa.
 Ijarah al muntahia bit tamilik adalah sejenis perpaduan antara kontrak jual
beli dan sewa atau akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang
ditangan si penyewa.
4. Jasa (fee based services)
 Al wakalah adalah penyerahan, pedelegasian atau pemberian mandat
kekuasaan oleh seseorang kepada orang lain dalam hal-hal yang diwakilkan.
 Al kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung kepada
pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua atau yang ditanggung,
atau mengalihkan tanggungjawab seseorang yang dijamin dengan
berbegang pada tanggungjawab orang lain sebagai penjamin.
 Al hawalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada
orang lain yang wajib menanggungnya.
 Ar rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan
atas pinjaman yang diterima. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai
ekonomis.
 Al qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau
diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan
imbalan.

7
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Akad adalah suatu perikatan antara ijab dan qobul dengan cara yang
dibenarkan syarak (tuntutan Allah Swt yang mengatur amal perbuatan orang
mukallaf baik berupa iqtidha / perintah, larangan, anjuran untuk melakukan
atau anjuran untuk meninggalkan) yang menetabkan adanya akibat – akibat
hukum pada objeknya.
 Prinsip pembiayaan sistem syariah yang mendasar, diantaranya :
1. Keadilan, pembiayaan saling menguntungkan baik pihak yang
menggunakan dana maupun pihak yang menyediakan dana.
2. Kepercayaan, merupakan landasan dalam menentukan persetujuan
pembiayaan maupun dalam menghitung margin keuntungan maupun bagi
hasil yang menyertai pembiayaan tersebut.
 Informasi yang dianggap sebagai penguat atau pendukung mengenai prinsip –
prinsip tersebut :
1. Informasi data nasabah.
2. Informasi data penjualan/pembelian/ penyewaan riil.
3. Proyeksi laporan keuangan.
4. Akad pembiayaan.
 Jual beli adalah pemilikan terhadap harta atau manfaat untuk selamanya
dengan bayaran harta.
 Akad ijarah adalah kegiatan sewa-menyewa antara dua pihak dengan biaya
yang telah ditetapkan.
 syirkah adalah suatu akad antara dua pihak atau lebih, yang bersepakat untuk
melakukan suatu usaha dengan tujuan memperoleh keuntungan.
B. Saran
Berdasarkan penulisan makalah, maka penulis memberikan saran sebagai berikut :
1. Penulis berharab pembaca dapat lebih mengerti tentang bagaimana konsep
pembelajaran mengenai akad untuk mempermudah dalam proses pembelajaran
dalam bentuk diskusi maupun pengajaran.
2. Kepada penulis berikutnya sehubungan dengan teman- teman dalam
melakukan penulisan selanjutnya, maka disarankan untuk diadakan penulisan
lebih lanjut mengenai perkembangan ilmu dalam akad.

8
DAFTAR PUSTAKA

Rusby, Zulkifli, Lembaga Keuangan Syariah, (Pekanbaru : Pusat Kajian


Pendidikan Islam FAI UIR, 2015) hal, 108 – 111.

Akad Ijarah Dalam Ekonomi Islam, Prudential,


https://www.shariaknowledgecentre.id/id/news/akad-
ijarah/#:~:text=Berdasarkan%20Undang%2DUndang%20Nomor%2021,pi
hak%20yang%20menyewakan%20disebut%20aji

Anda mungkin juga menyukai