Di Susun
Oleh:
Kelompok 1
Nama : Ainun Yusreda
Aigatama Rafida
Zura Mirdayani
Unit/Semester : 4/VI (Enam)
Prodi : PBS
MK : Aspek Hukum Dan Pemasaran
Segala Puji dan Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Karena atas berkat
dan rahmat-Nya kami Dapat menyelesaikan makalah ini dengan penuh kemudahan.
Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup menyelesaikan dengan
baik.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas “Seminar Ekonomi dan
Keuangan Syariah. Makalah ini kami susun dengan sungguh-sungguh. Banyak
rintangan yang kami lewati, baik itu yang datang dari diri kami sendiri maupun
yaang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan pertolongan dari
Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat. Kami
menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan
semoga dengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan teman-
teman. Amin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad ............................................................................ 1
B. Akad Dalam Operasional Bank Syariah ..................................... 2
C. Macam-Macam Akad Tabarru’Dan Aplikasinya Dalam Bank
Syariah ........................................................................................... 4
D. Akad Tijari/Tijarah ...................................................................... 9
E. Produk-Produk Perbankan Syariah ............................................ 11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dengan semakin berkembangnya perekonomian suatu Negara, semakin
meningkat pula permintaan atau kebutuhan pendanaan dalam kehidupan baik
keperluan individu maupun kelompok, namun dana dari pemerintah yang berupa
APBN sangat terbatas untuk memenuhi kebutuhan pendanaan tersebut, karena itu
pihak pemerintah menggandeng pihak swasta untuk ikut serta berperan dalam
membiayai sector tersebut guna membagun potensi ekonomi yang lebih baik.
Pihak yang di maksudkan adalan pihak bank yang memiliki fungsi tersebut,dan
kita sebagai umat muslim guna untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dan
menyimpan dana tentu saja kita akan memilih suatu lembaga yang segala
kegiatannya tidak dilarang dalam islam, dan yang paling cocok adalah bank
syariah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa masalah pokok ekonomi?
2. Apa sajakah jenis masalah-masalah ekonomi ?
3. Bagaimana Upaya Pemecahan Masalah Ekonomi?
4. Bagaimana Keuangan Syariah dalam masyrakat?
5. Bagaimana Isu-isu Global Dalam Sistem Ekonomi dan Keuangan Syariah
Kontemporer?
iii
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Akad
Akad berasal dari Bahasa Arab ‘aqada artinya mengikat atau mengokohkan,
dikatakan ikatan (al-rabath) maksudnya adalah menghimpun atau mengumpulkan
dua ujung tali dan mengikatkan salah satunya pada yang lainnya, hingga keduanya
bersambung dan menjadi seperti seutas tali yang satu.Secara etimologi, akad (al-
aqdu) juga berarti al-ittifaq (perikatan, perjanjian, dan pemufakatan).Menurut fiqh
Islam, akad berarti perikatan, perjanjian dan permufakatan (ittifaq). Dalam kaitan
ini peranan Ijab (pernyataan melakukan ikatan) dan Kabul (pernyataan menerima
ikatan) sangat berpengaruh pada objek perikatannya, apabila ijab dan kabul sesuai
dengan ketentuan syari’ah, maka munculah segala akibat hukum dari akad yang
disepakati tersebut.
Menurut Musthafa Az-Zarka suatu akad merupakan ikatan secara hukum
yang dilakukan oleh dua atau beberapa pihak yang sama-sama berkeinginan
mengikatkan dirinya.Kehendak tersebut sifatnya tersembunyi dalam hati, oleh
karena itu menyatakannya masing-masing harus mengungkapkan dalam suatu
pernyataan yang disebut Ijab dan Kabul. Syarat umum yang harus dipenuhi suatu
akad menurut ulama fiqh antara lain:
1. Pihak-pihak yang melakukan akad telah cakap bertindak hukum,
2. Objek akad harus ada dan dapat diserahkan ketika akad berlangsung,
3. Akad dan objek akadnya tidak dilarang syara’,
4. Ada manfaatnya,
5. Ijab dan qabul dilakukan dalam satu majelis dan tujuan akad harus jelas dan
diakui syara’.
Karena itulah ulama fiqh menetapkan apabila akad telah memenuhi rukun dan
syarat mempunyai kekuatan mengikat terhadap pihak-pihak yang melakukan akad.
Menurut ulama fikih, akad dapat dibagi dari berbagai segi. Apabila dilihat
dari segi keabsahannya menurut syara’, maka akad dibagi dua, yaitu:
1
a. Akad Shahih, yaitu akad yang telah memenuhi syarat dan rukun. Dengan
demikian segala akibat hukum yang ditimbulkan oleh akaditu, berlaku
kepada kedua belah pihak.
b. Akad Tidak Sahih. Akad yang tidak sahih yaitu akad yang terdapat
kekurangan pada rukun atau syaratnya, sehingga akibat hukum tidak
berlaku bagi kedua belah pihak yang melakukan akad itu.
2
bukan transaksi bisnis untuk mencari keuntungan komersil.Akad tabarru’
dilakukan dengan tujuan tolong-menolong dalam rangka berbuat kebaikan. 1
Dalam akad ini pihak yang berbuat kebaikan (dalam hal ini pihak bank)
tidak mensyaratkan keuntungan apa-apa.Akad tabarru ini adalah akad-akad
untuk mencari keuntungan akhirat, karena itu bukan akad bisnis.Jadi, akad
ini tidak dapat digunakan untuk tujuan-tujuan komersil.2
1
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta:Rajawali Press, 2011), hal.
2
Adiwarman Azwar Karim, Bank, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), hal. 160
3
yang kita bantu tersebut, sebenarnya kita menjadi wakil orang itu. Itu
sebabnya akad ini diberi namawakalah.
c. Memberikan sesuatu (giving something), Yang termasuk kedalam
golongan ini adalah akad-akad sebagai berikut: hibah, waqf, shadaqah,
hadiah. Dalam semua akad-akad tersebut, si pelaku memberikan sesuatu
kepada orang lain. Bila penggunaannya untuk kepentingan umum dan
agama, akadnya dinamakan waqf. Objek waqf tidak boleh diperjual
belikan begitu dinyatakan sebagai aset waqf. Sedangkan hibah dan
hadiah adalah pemberian sesuatu secara suka rela kepada orang lain. 3
3
Nurul Ichsan, Akad Bank Syariah, Jurnal Asy-Syir’a (Ilmu Syari’ah dan Hukum), Vol. 50,
No. 2, Desember 2016, hal.406-407
4
dalam operasional perbankan akad qardh ini biasanya diterapkan sebagai hal
berikut:
a. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan
bonafiditasnya, yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang
relatif pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah
uang yang dipinjamnya itu.
b. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat, sedangkan ia tidak
bisa menarik dananya karena, misalnya, tersimpan dalam bentuk deposito.
c. Sebagai produk untuk menyumbang usaha yang sangat kecil atau membantu
sektor sosial. Guna pemenuhan skema khusus ini telah dikenal suatu produk
khusus yaitu al qardh al-hasan.4
2. Rahn
Ar-Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai
jaminan atas pinjaman yang diterimanya, barang yang ditahantersebut memiliki
nilai ekonomis.Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan
untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya.Secara
sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah jaminan utang atau gadai. Rahn
adalah menahan sesuatu dengan cara yang dibenarkan yang memungkinkan
untuk ditarik kembali, yaitu menjadikan barang yang mempunyai nilai harta
menurut pandangan syariah sebagai jaminan hutang, sehingga orang yang
bersangkutan boleh mengambil hutang semuanya atau sebagian.
Dengan kata lain rahn adalah akad menggadaikan barang dari satu pihak
kepada pihak lain, dengan hutang sebagai gantinya. Dalam teknis perbankan,
akad ini dapat digunakan sebagai tambahan pada pembiayaan yang berisiko dan
memerlukan jaminan tambahan.
Aplikasinya dalam perbankan kontrak rahn ini dipakai dalam dua hal
berikut yaitu:
4
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, (Beirut: Darul Kitab al-Arabi, 1987), cetakan ke8 vol. III,
hal. 163
5
a. Sebagai produk pelengkap. Rahn dipakai sebagai produk pelengkap,
artinya sebagai akad tambahan (jaminan / collateral) terhadap produk
lain seperti dalam pembiayaan ba’i al-murabahah. Bank dapat menahan
barang nasabah sebagai konsekuensi akad tersebut.
b. Sebagai produk tersendiri, akad rahn telah dipakai sebagai alternatif
pengganti dari pegadaian konvensional. Bedanya dengan pegadaian
biasa, dalam rahn, nasabah tidak dikenakan bunga, yang dipungut dari
nasabah adalah biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan, serta
penaksiran. Perbedaan utama antara biaya rahn dan bunga pegadaian
adalah dari sifat bunga yang bisa berakumulasi dan berlipat ganda,
sedangkan biaya rahn hanya sekali dan ditetapkan di muka. 5
3. Al-Hawalah
Al-Hawalah adalah pengalihan utang dari orang yang berutang kepada
orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam istilah para ulama, hal ini
merupakan pemindahan beban dari muhil (orang yangberutang) menjadi
tanggungan muhal‘alaih atau orang yang berkewajiban membayar utang.Dalam
praktek perbankan syariah, fasilitas hiwalah lazimnya untuk membantu supplier
mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan produksinya.Bank mendapat
ganti biaya atas jasa pemindahan piutang. Untuk mengantisipasi resiko kerugian
yang akan timbul, bank perlu melakukan penelitian atas kemampuan pihak yang
berutang dan kebenaran transaksi antara yang memindahkan piutang dengan yang
berutang.
4. Al-Wakalah
Wakalah atau wikalah berarti penyerahan, pendelegasian, atau pemberian
mandate, yang dimaksud sebagai al-wakalah dalam pembahasan ini adalah dalam
arti pelimpahan kekuasaan oleh seseorang kepada yang lain dalam hal-hal yang
5
Ibid, hal.169
6
diwakilkan. Akad wakalah adalah akad perwakilan antara dua pihak, pihak pertama
mewakilkan suatu urusan kepada pihak kedua untuk bertindak atas nama pihak
pertama. Ada beberapa jenis wakalah, antara lain:
a. Wakalah al mutlaqah, yaitu mewakilkan secara mutlak, tanpa ada batasan
waktu dan untuk segala urusan.
b. Wakalah al muqayyadah, yaitu penunjukkan wakil untuk bertindak atas
namanya dalam urusan-urusan tertentu.
c. Wakalah al ammah, perwakilan yang lebih luas dari al muqayyadah tetapi
lebih sederhana daripada al mutlaqah.
5. Wadi’ah
Kata wadi’ah berasal dari wada’asy syai-a, yaitu meninggalkan sesuatu.
Sesuatu yang seseorang tinggalkan pada orang lain agar dijaga disebut wadi’ah,
karena dia meninggalkannya pada orang yang sanggup menjaga.Wadi’ah adalah
akad antara pemilik barang (mudi’) dengan penerima titipan (wadi’) untuk menjaga
harta/modal (ida’) dari kerusakan atau kerugian dan untuk keamanan harta.
Wadi’ah sendiri dibagi menjadi dua macam yaitu:
a. Wadiah Yad Dhamanah, wadiah di mana si penerima titipan dapat
memanfaatkan barang titipan tersebut dengan seizin pemiliknya dan
menjamin untuk mengembalikan titipan tersebut secara utuhsetiap saat kala
si pemilik menghendakinya. Wadi’ah Yad Dhamanah adalah akad titipan
dimana penerima titipan (custodian) adalah trustee yang sekaligus
menjamin (guarantor) keamanan aset yang dititipkan, penerima simpanan
bertanggung jawab penuh atas segala kehilangan atau kerusakan yang
terjadi pada aset titipan tersebut. Pada prinsip transaksi ini, pihak yang
7
menitipkan barang/uang tidak perlu mengeluarkan biaya, bahkan atas
kebijakan pihak yang menerima titipan, pihak yang menitipkan dapat
memperoleh manfaat berupa bonus atau hadiah.
b. Wadiah Yad Amanah, wadiah di mana si penerima titipan tidak bertanggung
jawab atas kehilangan dan kerusakan yang terjadi pada barang titipan
selama hal ini bukan akibat dari kelalaian atau kecerobohan penerima titipan
dalam memelihara titipan tersebut. Wadi’ah Yad Amanah adalah akad
titipan dimana penerima titipan (custodian) adalah penerima kepercayaan
(trustee), artinya dia tidak diharuskan mengganti segala risiko kehilangan
atau kerusakan yang terjadi pada aset titipan, kecuali bila hal itu terjadi
karena akibat kelalaian atau kecerobohan yang bersangkutan.
6. Al-Kafalah
Al Kafalah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (kafil)
kepada pihak ketiga untuk memenuhi kebutuhan pihak kedua atau yang ditanggung.
Dalam pengertian lain, kafalah juga berarti mengalihkan tangung jawab seseorang
yang dijamin dengan berpegang pada tanggung jawab orang lain sebagai pemimpin
7. Hibah
Pengertian Hibah adalah pemilikan terhadap sesuatu pada masa hidup tanpa
meminta ganti.Hibah adalah pemberian yang dilakukan oleh seseorang kepada
pihak lain yang dilakukan ketika masih hidup dan pelaksanaan pembagiannya
dilakukan pada waktu penghibah masih hidup juga. Hibah dapat digolongkan
menjadi dua macam yaitu:
a. Hibah barang adalah memberikan harta atau barang kepada pihak lain yang
mencakup materi dan nilai manfaat harta atau barang tersebut, yang
pemberiannya tanpa ada tendensi (harapan) apapun.
b. Hibah manfaat, yaitu memberikan harta kepada pihak lain agar
dimanfaatkan harta atau barang yang dihibahkan itu, namun materi harta
atau barang itu tetap menjadi milik pemberi hibah. Dengankata lain, dalam
8
hibah manfaat itu si penerima hibah hanya memiliki hak guna atau hak pakai
saja.
8. Waqf/Wakaf
Waqaf/Wakaf adalah menahan suatu benda yang kekal abadi secara fisik
zatnya serta dapat digunakan untuk sesuatu yang benar dan bermanfaat.Contoh
wakaf yaitu seperti mewakafkan sebidang tanah untuk dijadikan lahan makam
penduduk setempat, wakaf bagunan untuk dijadikan masjid, dan lain-lain.
9. Shadaqah
Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian
yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan
sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu
pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap
ridho Allah SWT dan pahala semata.Sedekah dalam pengertian di atas oleh para
fuqaha (ahli fikih) disebuh sadaqah at-tatawwu' (sedekah secara spontan dan
sukarela).
D. Akad Tijari/Tijarah
1. Pengertian dan Pembagian Akad Tijarah
Akad tijarah/mu’awadah (compensation contract) adalah segala macam
perjanjian yang menyangkut for profit transaction.Akad-akad ini dilakukan dengan
tujuan mencari keuntungan, karena itu bersifat komersil.
9
selanjutnya. Pembayaran ini dapat dilakukan secara cicilan selama periode
hutang, atau dapat juga dilakukan secara sekaligus di akhir periode.
c. Murabahah adalah jual beli dimana besarnya keuntungan secara terbuka
dapat diketahui oleh penjual dan pembeli.
d. Salam adalah akad jual beli barang dengan cara pemesanan dan pembayaran
harga lebih dahulu dengan syarat-syarat tertentu.
e. Istisna adalah akad jual beli dalam bentuk pemesanan pembuatan barang
tertentu dengan kriteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara
pemesan (Pembeli, Mustashni’) dan penjual (Pembuat, shani’).
6
Nurul Ichsan, Akad Bank Syariah, Jurnal Asy-Syir’a (Ilmu Syari’ah dan Hukum), Vol. 50,
No. 2, Desember 2016, hal.409-419
10
kepada sipenitip kappa nsaja sipenitip menghendaki. Prinsip wadi’ah
dalam produk banksyariah dapat dikembangkan menjadi dua jenis, yaitu
:
7
Kamsir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2003). Hlm: 217
8
SriIndahNikensari,PerbankanSyariah,(Semarang:PustakaRizkiPutra,2012),hal129.
11
1) Pembiayaan Murabahah
Menurut Muhammad Ibn Ahmad Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd
bahwa pengertian murabahah yaitu : Bahwa pada dasarnya murabahah
tersebut adalah jual beli dengan kesepakatan pemberian keuntungan bagi
si penjual dengan memperhatikan dan memperhitungkannya dari modal
awal sipenjual.
2) Pembiayaan Salam
Salam adalah transaksi jual beli dimana barang yang diperjual
belikan belum ada.
3) Pembiayaan Istisna
9
AdiwarmanA.Karim,BankIslamAnalisisFiqhdanKeuangan,(Jakarta:RajaGrafindo,2004),
hal.98
10
Ibid., hal 99
12
dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (shahibul maal)
mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudarib) dengan
suatu perjanjian pembagian keuntungan.11
3) Al-muzara’ah. Al-muzara’ah adalah kerja sama pengolahan pertanian
antara pemilik lahan dengan penggarap. Pemilik lahan menyediakan
lahan kepada penggarap untuk ditanami produk pertanian dengan
imbalan bagian tertentu dari hasil panen..
4) Al-musaqah. Al-musaqah merupakan bagian dari al-muza’arah yaitu
penggarap hanya bertanggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan
dengan menggunakan dana dan peralatan mereka sendiri. Imbalan tetap
diperoleh dari persentase hasil panen pertanian. Jadi tetap dalam kontek
adalah kerja sama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan
penggarap.12
d. Akad Pelengkap
1) Hiwalah (Alih Utang-Piutang). Tujuan fasilitas Hiwalah adalah untuk
membantu supplier mendapatkan modal tunai agar dapat melanjutkan
produksinya.
2) Rahn (Gadai). Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan
pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan.
3) Qard (Pinjaman Uang). Qard adalah pinjaman uang. Aplikasi qard
dalam perbankan biasanya dalam empat hal,yaitu: pertama,sebagai
pinjaman talangan haji, kedua, sebagai pinjaman tunai (cash advanced),
ketiga, sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, keempat, sebagai
pinjaman kepada pengurus bank.
4) Wakalah (Perwakilan). Wakalah dalam aplikasi perbankan terjadi
apabila nasabah memberikan kuasa kepada bank untuk mewakili dirinya
melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti inkasi dan transfer uang.
5) Kafalah (Garansi Bank). Garansi bank dapat diberikan dengan tujuan
11
T.M.Hasbi Ash-Shiddieqy,PengantarFiqh Mu’amalah,cet. II (Jakarta:
BulanBintang,1984),Hal.24.
12
Ibid.,Kamsir, Dasar-dasar Perbankan…, hal. 223
13
untuk menjamin pembayaran suatu kewajiban pembayaran.13
e. Produk Jasa
Bank Syariah juga memiliki hak untuk melakukan berbagai pelayanan jasa
perbankan kepada nasabah dengan imbalan jasa sebagai keuntungannya.
Jasa tersebut diantaranya sebagai berikut :
1) Sarf atau jual belu valuta asing. Bank dapat mengambil
keuntungan dari jasa jual beli valuta asing tersebut, namun
penyerahannya harus dilakukan seketika pada waktu yang sama.
2) Wakalah. Nasabah memberikuasa kepada bank untuk mewakili
dirinya melakukan pekerjaan jasa tertentu, seperti : transfer, dan
sebagainya.14
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dalam menjalankan kegiatan dan fungsinya, bank syariah memiliki beberapa
produk yang sesuai dengan prinsip syariah yang bisa digunakan, adapun dari makalah
yang telah kita bahas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa produk yang ada pada bank
syariah adalah sebagai berikut:
1. Produk penghimpunan dana
a. Prinsip wadiah
1) Wadiah yad Amanah
2) Wadiah yad Damanah
b. Prinsip mudharabah
2. Produk penyaluran dana
a. Prinsip Jual Beli (Bay’)
1) Pembiayaan Murabahah
2) Pembiayaan Salam
3) Pembiayaan Istisna
13
Ibid.,AdiwarmanA.Karim,BankIslam….., hal.105-107
14
http://independent.academia.edu/SofianAnsori1
14
b. Prinsip Sewa (Ijarah)
c. Prinsip Bagi Hasil (Shirkah)
1) Musharakah
2) Mudharabah
3) Al-muzara’ah
4) Al-musaqah
d. Akad Pelengkap
1) Hiwalah (Alih Utang-Piutang)
2) Rahn (Gadai)
3) Qard (Pinjaman Uang)
4) Wakalah (Perwakilan).
5) Kafalah (Garansi Bank).
3. Produk Jasa
a. Sharf.
b. Wakalah.
Itulah produk-produk yang ada di bank syariah mulai dari produk
penghimpunan dana, produk penyaluran dana dan produk jasa yang
ditawakan oleh bank syariah.
DAFTAR PUSTAKA
BulanBintang,1984.
Nurul Ichsan, Akad Bank Syariah, Jurnal Asy-Syir’a (Ilmu Syari’ah dan Hukum),
Karim,Adiwarman A.BankIslamAnalisisFiqhdanKeuangan,Jakarta:Raja
Grafindo,2004.
15
Sayyid Sabiq, Fiqhus Sunnah, (Beirut: Darul Kitab al-Arabi, 1987), cetakan ke8
vol. III,
16