Disusun oleh
Kelompok X
Nama NPM
Muhammad Arsyad 20.15.0209
Muhammad Luthfi 20.15.0211
Kelompok X
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
A. Kesimpulan .......................................................................................... 13
B. Saran ..................................................................................................... 13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perikatan merupakan suatu hubungan hukum antara satu pihakdengan pihak
yang lain dalam hal lapangan harta kekayaan. Ruang lingkup perikatan adalah untuk
berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dan memberikan sesuatu. Adapun sumber
perikatan yang tercantum dalam BWdalam pasal 1234 adalah :
1. Perjanjian
2. Undang-undang dibagi lagi menjadi 2 yaitu :
a. Kerana perbuatan manusia dibagi menjadi 2 :
-Perbuatan menurut hukum
-Perbuatan mela$an hukum
b. Undang-undang saja
Perikatan yang bersumber dari perjanjian salah satu jenisnya adalah perjanjian
innominat atau perjanjian tidak bernama dimana nama dan pengaturannya tidak
terdapat dalam BW. Latar belakang lahirnya perjanjian innominat ini karena adanya
asas yaitu kebebasan berkontrak dari para pihak jadi para pihak bebas untuk :
a. Membuat suatu perjanjian atau tidak
b. Menentukan dengan siapa mereka akan membuat perjanjian (parapihak)
c. Menentukan isi perjanjian
d.Menentukan bentuk perjanjian apakah tertulis atau pun lisan.
Perjanjian seperti ini dapat dikatakan lahir karena kebiasaan dari masyarakat
sehingga tidak jarang masyarakat menyebutkan bahwa salah satu sumber perikatan
adalah dari kebaiasaan, selain dari perjanjian dan undang-undang. Perjanjian ini
merupakan jawaban atas perkembangan masyarakat yang begitu pesat sehingga
menuntut adanya suatu inovasi ketika mereka melakukan hubungan hukum dalam
lapangan harta kekayaan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana gambaran umum perikatan jual beli?
4. Bagaimana strategi dan penarapan perikatan jual beli, kerjasama dan jasa pada
ekonomi islam?
C. Tujuan Penelitian
4. Untuk menganalisis strategi dan penarapan perikatan jual beli, kerjasama dan jasa
pada ekonomi islam.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Jual beli menurut KUHPerdata Pasal 1457 merupakan suatu perjanjian yang
mana pihak yang satu mengikatkan diri untuk menyerahkan sutau benda dan pihak lain
membayar dengan harga yang disepakati. Perjanjian jual beli merupakan suatu ikatan
bertimbal balik dalam mana pihak yang satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan
hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak yang lainnya (pembeli) berjanji untuk
membayar harga yang terdiri atas jumlah sebagai imbalan dari perolehan hak milik
tersebut. Istilah yang mencakup dua perbuatan yang bertimbal balik itu adalah sesuai
dengan istilah Belanda koopen verkoop yang juga mengandung pengertian bahwa
pihak yang satu verkoopt (menjual) sedang yang lainnya koopt (membeli).1
Obyek perjanjian jual beli merupakan barang tertentu yang setidaknya dapat
ditentukan wujud dan jumlahnya pada saat ia akan diserahkan hak milliknya kepada si
pembeli, sehingga menjadi sah dalam perjanjian jual beli. Unsur-unsur pokok
perjanjian jual beli adalah barang dan harga. Sesuai dengan asas konsesual yang
menjiwai hukum perjanjian hukum perdata, perjanjian jual beli itu sudah tercipta pada
saat tercapainya kata sepakat mengenai barang dan harga, maka tercapainya perjanjian
jual beli.
1
R. Subekti, Aneka Perjanjian, Bandung, Citra Aditya Bakti, 1995, Hal. 2
3
menciptakan lapangan kerja sendiri. Namun dalam kenyataannya hal tersebut perlu
perjuangan yang berat dan tidak semua orang mau melakukan perjuangan tersebut. Ada
cara praktis yaitu dengan mendaftar sebagai karyawan perusahaan tanpa perlu repot-
repot memikirkan bentuk bisnis yang akan dijalaninya.
Pasal 1320 menyatakan syarat sahnya suatu perjanjian yang sah diperlukan
empat syarat yaitu :
Dalam perjanjian yang sering dijumpai pada umumnya pihak penjual dan
pembeli hanya bermodalkan kepercayaan yang berdasarkan keterangan yang di berikan
oleh penjual kepada pembeli. Sehingga pihak pembeli mempercayai barang yang dibeli
tersebut tidak memiliki kendala ataupun hal yang merugikan pembeli. Namun
4
kenyataannya para penjual di dalam memasarkan atau menjual produknya memberikan
keterangan sedemikian rupa seolah-olah piano yang dijual itu sudah memenuhi standar,
sehingga mendorong konsumen membeli hanya berdasarkan kepercayaan saja yang
pada akhirnya konsumen mengalami kerugian atas barang piano tersebut yang
memiliki cacat tersembunyi. Hal ini disebabkan karena pada umumnya konsumen
kurang memiliki pengetahuan tentang kualitas fisik atau spesifikasi dari barang piano
yang dibeli.
Praktek jual beli piano banyak dijumpai praktek negatif yang merugikan
konsumen atas barang piano yang dibeli, sehingga praktek jual beli tidak sesuai dengan
harapan konsumen untuk mendapatkan barang yang bermutu sesuai dengan harga yang
dibayarnya.
Adapun kerusakan tersembunyi atas barang piano yang tidak diketahui oleh si
pembeli yaitu : Beberapa dari nada piano tersebut tidak berbunyi, hal ini disebabkan
karena kurang telitinya penjual dalam mengecek dan meneliti piano yang akan dijual
kepada konsumen. Oleh karena itu pihak penjual harus memberikan tanggung jawab
dan membuat upaya yang diberikan penjual kepada konsumen apabila ada cacat atau
kerusakan tersembunyi. Bentuk dari tanggung jawab penjual kepada konsumen apabila
ada kerusakan atau cacat salah satunya adalah garansi.
Menurut Mulyadi produk rusak adalah produk yang tidak memenuhi standar
mutu yang telah ditetapkan, yang secara ekonomis tidak dapat diperbaiki menjadi
produk yang baik.
Produk rusak adalah produk yang kondisinya rusak, atau tidak memenuhi
standar mutu yang sudah ditetapkan, dan tidak dapat diperbaiki, tetapi akan berakibat
5
biaya perbaikan jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan kenaikan nilai atau
manfaat atau perbaikan produk rusak akibat dari sifatnya ada dua macam, yaitu produk
rusak yang bersifat normal dan produk rusak bersifat tidak normal. Menurut pandangan
tradisional produk dinyatakan rusak apabila kriteria produk tesebut terletak diluar batas
atas dan batas bawah dari batasan spesifikasi yang telah ditetapkan.Spesifikasi yang
dimaksud adalah kriteria yang harus dipenuhi produk tersebut dalam memenuhi
kemampuannya, untuk befungsi sebagaimana mestinya produk dibuat. Maka suatu
produk dinyatakan rusak apabila poduk tersebut tidak memenuhi spesifikasinya.
B. Perikatan Kerjasama
Perikatan kerjasama dapat kita lihat yaitu suatu perbuatan dengan mana satu
pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih (Pasal 1313 KUH
Perdata). Suatu perjanjian antara dua orang atau lebih yang menciptakan kewajiban
untuk berbuat atau tidak berbuat suatu hal yang khusus (Black’s Law Dictionary).
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada pihak lain
atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Melalui
perjanjian terciptalah perikatan atau hubungan hukum yang menimbulkan hak dan
kewajiban bagi masing-masing pihak yang membuat perjanjian.
6
b. Menurut Erman Raja Guk-guk, Memorandum Of Understanding (MoU) adalah
Dokumen yang memuat saling pengertian di antara para pihak sebelum perjanjian
dibuat. Isi dari memorandum of understanding harus dimasukkan ke dalam kontrak,
sehingga ia mempunyai kekuatan mengikat.
a. Pihak yang berlaku secara nasional Badan hukum privat Indonesia dengan badan
hukum privat Indonesia lainnya.
g. Badan hukum privat Indonesia dengan badan hukum privat negara asing.
1. Publik
a. Secara nasional
7
b. Secara internasional
2. Privat
8
Misalnya, di dalam perjanjian pemborongan pekerjaan pembangunan rumah
sakit diatur mengenai klausul- klausul berikut : dasar perjanjian, maksud dan tujuan,
jangka waktu penyelesaian pekerjaan, obyek pekerjaan, hak dan kewajiban, cara
pembayaran sanksi-sanksi jika wanprestasi terhadap kewajiban, pemutusan perjanjian,
penyelesaian sengketa, dan lainnya. Unsur Ketiga adalah tidak menghalangi para
pihak untuk berhubungan dengan pihak ketiga. Artinya, kendati para pihak telah
membuat MoU, para pihak tetap dapat berhubungan dengan pihak ketiga.
Bukankah dalam Pasal 1233 KUH Perdata disebutkan bahwa tiap-tiap perikatan
dilahirkan dari :
a. Perjanjian
a. Menyerahkan sesuatu
b. Melakukan sesuatu
C. Perikatan Jasa
2
Mariam Darus Badrulzaman, KUHPerdata Buku II Hukum Perikatan dengan Penjelasannya. (Bandung
: Alumni, 1993).
9
penyusunan dan penyajian informasi keuangan historis tanpa mendapatkan asurans
apapun atas informasi tersebut. SPJ harus diterapkan pada perikatan kompilasi
informasi keuangan historis.
D. Penerapan Perikatan Jual Beli, Kerjasama Dan Jasa Pada Ekonomi Islam
a. Murabahah
Sesuai dengan Fatwa DSN MUI Nomor 4 tahun 2000, transaksi murabahah
adalah transaksi jual beli antara nasabah yang membutuhkan barang dengan bank
syariah yang membeli barang tersebut untuk dijual kembali kepada nasabah. Dalam hal
ini nasabah dapat melakukan pembayaran secara angsuran kepada bank syariah dengan
perjanjian jangka waktu tertentu.
b. Salam
Akad salam adalah salah satu bentuk jual beli dimana seseorang melakukan
pembelian barang dengan cara pesanan. Pola transaksi ini banyak dipraktikkan pada
3
Dr. Urip Santoso, S.H., M.H., 2016, Hukum Agraria Kajian Komprehensif, Jakarta: Kencana
Parendra Group
10
sistem jual beli online. Dimana pembeli membayar terlebih dahulu barang yang
disediakan penjual namun tidak dapat langsung menerima barang tersebut. Setelah
pembayaran lunas oleh pembeli, penjual mengirimkan barang sesuai spesifikasi yang
dimaksud.
c. Istishna
Akad istishna merupakan salah satu bentuk jual beli dengan cara pesanan. Pada
umumnya akad ini digunakan untuk jual beli barang yang tidak dijual di pasaran.
Misalnya untuk pembangunan gedung, jembatan, dan sebagainya. Nasabah yang
melakukan pengajuan pembiayaan istishna’ dapat bekerjasama dengan bank untuk
menyelesaikan proyek secara keseluruhan atau sebagian.
d. Mudarabah
Satu pihak yang bertindak sebagai pemberi modal, keuntungan dibagi antara
dua pihak, dan kerugian ditanggung oleh pemilik modal.
e. Musyarakah
Akad kerja sama antara dua pihak atau lebih dalam usaha tertentu. Setiap pihak
memberikan kontribusi dana (modal). Keuntungan dan risiko ditanggung bersama-
sama sesuai dengan kesepakatan.
f. Wakalah
Wakalah atau perwakilan, berarti penyerahan, pendelegasian atau pemberian
mandat. Yakni bank diberikan mandat oleh nasabah untuk melaksanakan suatu perkara
sesuai dengan amanah/permintaan nasabah. Secara teknis perbankan, wakalah adalah
akad pemberi wewenang/kuasa dari lembaga/seseorang (sebagai pemberi mandat)
kepada pihak lain (sebagai wakil, dalam hal ini bank) untuk mewakili dirinya
melaksanakan urusan dengan batas kewenangan dan dalam waktu tertentu. Segala hak
dan kewajiban yang diemban wakil harus mengatasnamakan yang memberi kuasa.
Bank dan nasabah yang dicantumkan dalam akad pemberian kuasa harus cakap hukum.
g. Rahn
Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas
pinjaman yang diterimanya. Tujuan akad rahn adalah untuk memberikan jaminan
pembayaran kembali kepada bank dalam memberikan pembiayaan. Secara sederhana
11
rahn adalah jaminan hutang atau gadai. Biasanya akad yang digunakan adalah akad
qardh wal ijarah, yaitu akad pemberian pinjaman dari bank untuk nasabah yang disertai
dengan penyerahan tugas agar bank menjaga barang jaminan yang diserahkan.
i. Wadiah
Akad al-wadiah selain menjadi landasan syariah produk tabungan, termasuk
giro, juga menjadi prinsip dasar layanan jasa tata laksana administrasi dokumen
(custodian). Bank mendapatkan imbalan atas jasa tersebut.4
4
Abdullah Ibn Ahmad Ibn Qudamah, mughni wa Syarh Kabir (Beirut: Darul-Fikr, 1979)
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jual beli menurut KUHPerdata Pasal 1457 merupakan suatu perjanjian yang
mana pihak yang satu mengikatkan diri untuk menyerahkan sutau benda dan pihak lain
membayar dengan harga yang disepakati. Perjanjian jual beli merupakan suatu ikatan
bertimbal balik dalam mana pihak yang satu (si penjual) berjanji untuk menyerahkan
hak milik atas suatu barang, sedangkan pihak yang lainnya (pembeli) berjanji untuk
membayar harga yang terdiri atas jumlah sebagai imbalan dari perolehan hak milik
tersebut.
Perikatan kerjasama dapat kita lihat yaitu suatu perbuatan dengan mana satu
pihak atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih (Pasal 1313 KUH
Perdata). Suatu perjanjian antara dua orang atau lebih yang menciptakan kewajiban
untuk berbuat atau tidak berbuat suatu hal yang khusus (Black’s Law Dictionary).
B. Saran
makalah selanjutnya.
13
DAFTAR PUSTAKA
14