Disusun oleh
Kelompok III
Nama NPM
Muhammad Arsyad 20.15.0209
Muhammad Luthfi 20.15.0211
Kelompok III
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ..................................................................................... i
A. Kesimpulan .......................................................................................... 9
B. Saran ..................................................................................................... 9
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Konsumsi berperan sebagai elan vital atau pilar dalam kegiatan ekonomi
seseorang (individu). Perusahaan maupun negara. Konsumsi adalah bagian akhir dari
kegiatan ekonomi, setelah produksi dan distribusi, karena barang dan jasa yang
diproduksi hanya untuk dikonsumsi.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian konsumsi islam ?
C. Tujuan Penelitian
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsumsi Islam
1. Pengertian
Preferensi ekonomi baik individu dan kolektif dari ekonomi Islam akhirnya
memiliki karakternya sendiri dengan bentuk aktifitasnya yang khas. Prinsip-prinsip
dasar ekonomi Islam, ada tiga aspek adalah sebagai berikut; Ketauhidan yaitu menjadi
landasan utama bagi setiap umat Muslim dalam menjalankan aktivitasnya termasuk
aktivitas ekonomi, penguasa dan pemilik tunggal atas jagad raya ini adalah Allah SWT.
Kedua yaitu Khilafah (Khalifah) bahwa manusia adalah khalifah atau wakil Allah di
muka bumi ini dengan dianugerahi seperangkat potensi spiritual dan mental serta
kelengkapan sumberdaya materi. Ini berarti bahwa, dengan potensi yang dimiliki,
manusia diminta untuk menggunakan sumberdaya yang ada dalam rangka
mengaktualisasikan kepentingan dirinya dan masyarakat sesuai dengan kemampuan
mereka dalam rangka mengabdi kepada Sang Pencipta Allah SWT. Ketiga ‘Adalah
(keadilan) merupakan bagian yang integral dengan tujuan syariah (maqasid al Syariah).
1
(Halim, 2014:30)
3
Konsekuensi dari prinsip Khilafah dan ‘Adalah menuntut bahwa semua sumberdaya
yang merupakan amanah dari Allah harus digunakan dengan tujuan syariah antara lain
yaitu; pemenuhan kebutuhan (need fullfillment), menghargai sumber pendapatan
(recpectable source of earning), distribusi pendapatan dan kesejahteraan yang merata
(equitable distribution of income and wealth) serta stabilitas dan pertumbuhan (growth
and stability). Tiga prinsip tersebut tidak bisa dipisahkan, dikarenakan saling berkaitan
untuk terciptanya perekonomian yang baik dan stabil.2
Tujuan utama konsumsi seorang muslim adalah sebagai sarana penolong untuk
beribadah kepada Allah. Sesungguhnya mengkonsumsi sesuatu dengan niat untuk
meningkatkan stamina dalam ketaatan pengabdian kepada Allah akan menjadikan
konsusmsi itu bemilai ibadah yang dengannya manusia mendapatkan pahala.
Konsusmsi dalam perspektif ekonomi konvensional dinilai sebagai tujuan terbesar
dalam kehidupan dan segala bentuk kegiatan ekonomi. Bahkan ukuran kebahagiaan
seseorang diukur dengan tingkat kemampuannya dalam mengkonsusmsi.4 Konsep
konsumen adalah raja menjadi arah bahwa aktifitas ekonomi khususnya produksi untuk
memenuhi kebutuhan konsumen sesuai dengan kadar relatifitas dari keianginan
konsumen, dimana Al-Qur'an telah mengungkapkan hakekat tersebut dalam firman-
2
(Chapra, 2001:202-206)
3
(Pujiyono: 2006:197)
4
(Pujiyono, 2006:198)
4
Nya : "Dan orangorang kafir itu bersenang-senang (di dunia) dan mereka makan
seperti makannya binatang" ( QS Muhammad ayat 2).
1. Prinsip Keadilan
5
(AI-Haritsi, 2006:140)
6
(Pujiyono, 2006:198)
5
Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (Q.S al-Baqarah:173).
Dalam arti sempit adalah bebas dari kotoran atau penyakit yang dapat merusak
fisik dan mental manusia, sementara dalam arti luas adalah bebas dari segala sesuatu
yang diberkahi Allah. Tentu saja benda yang dikonsumsi memiliki manfaat bukan
kemubadziran atau bahkan merusak. Sunnah Nabi SAW juga menyatakan bahwa
kebersihan dalam segala hal adalah setengah dari “Iman”. Salman meriwayatkan
bahwa Rasulullah SAW berkata: “Makanan diberkhi jika kita mencuci tangan sebelum
dan setelah memakannya” (HR. Tarmidzi). Sebagaimana firman Allah SWT dalam al-
Qur’an Surat alBaqarah: Artinya: Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik
dari apa yang terdapat dibumi (Q.S al-Baqarah: 168).
3. Prinsip Kesederhanaan
Dengan mentaati ajaran Islam maka tidak ada bahaya atau dosa ketika
mengkonsumsi benda-benda ekonomi yang halal yang disediakan Allah karena
kemurahan-Nya. Karena Islam adalah agama yang sangat mendukung nilai-nilai sosial,
6
Selama konsumsi ini merupakan upaya pemenuhan kebutuhan yang membawa
kemanfaatan bagi kehidupan dan peran manusia untuk meningkatkan ketaqwaan
kepada Allah SWT, maka Allah akan memberikan anugerah-Nya bagi manusia.
Sebagaimana Allah berfirman dalam al-Qur’an surat al-Maidah: Artinya: Dihalalkan
bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut sebagai makanan
yang lezat bagimu, dan bagi orang-orang yang dalam perjalanan; dan diharamkan
atasmu (menangkap) binatang buruan darat, selama kamu dalam ihram. Dan
bertakwalah kepada Allah Yang kepadaNya-lah kamu akan dikumpulkan (QS. al-
Maidah:96).
5. Prinsip Moralitas
Dalam mengkonsumsi dan menikmati apapun yang ada di dunia ini, Agama
Islam memiliki sebuat Etika tersendiri yang harus dipatuhi oleh umatnya. Aturan-
aturan tersebut bukanlah bertujuan untuk mengekang “kebebasan” manusia, justru
Allah SWT lebih mengetahui apa-apa saja yang baik untuk manusia sebagai
ciptaannya. Adapun Etika Islam dalam konsumsi adalah sebagai berikut:
7
1) Tauhid (unity/ kesatuan).
Dalam perspektif Islam, kegiatan konsumsi dilakukan dalam rangka beribadah
kepada Allah SWT sehingga senantiasa berada dalam hukum- hukum Allah. Karena
itu seorang mukmin berusaha mencari kenikmatan dengan menaati perintah-
perintahNya dan memuaskan dirinya sendiri dengan barang- barang dan anugrah yang
dicipta (Allah) untuk umat manusia.
2) Adil (eqiulibrium/keadilan)
Pemanfaatan atas karunia Allah tersebut harus dilakukan secara adil sesuai
syariah, sehingga disamping mendapatkan keuntungan material, ia juga sekaligus
merasakan kepuasan spiritual.
3) Free Will (kehendak bebas)
Alam semesta adalah milik Allah yang memiliki kemahakuasaan (kedaulatan)
sepenuhnya dan kesempurnaan atas makhluk- makhluk-Nya. Manusia diberi
kekuasaan untuk mengambil keuntungan dan manfaat sebanyak- banyaknya sesuai
dengan kemampuannya atas barang – barang ciptaan Allah.
4) Amanah (responsibility atau pertanggungjawaban)
Dalam melakukan konsumsi, manusia dapat berkehendak bebas, tetapi akan
mempertanggung jawabkan atas kebebasan tersebut, baik terhadap keseimbangan
alam, masyarakat, diri sendiri, maupun diakhirat kelak.
5) Halal
Dalam kerangka acuan Islam. barang- barang yang dapat dikonsumsi hanyalah
barang- barang yang menunjukan nilai kebaikan, kesucian, keindahan serta akan
menimbulkan kemaslahatan untuk umat, baik secara material maupun spritual.
Sebaliknya benda- benda yang buruk tidak suci (najis), tidak bernilai, tidak dapat
digunakan dan juga tidak dapat dianggap sebagai barang- barang konsumsi dalam
Islam serta dapat menimbulkan kemudharatan apabila dikonsumsi akan dilarang.
6) Sederhana
Islam sangat melarang perbuatan yang melampaui batas (israf) termasuk
pemborosan dan berlebih-lebihan yaitu membuang- buang harta dan menghambur-
hamburkannya tanpa faedah serta manfaat dan hanya memperturutkan nafsu semata.
8
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Konsumsi secara umum didefinisikan dengan penggunaan barang dan jasa
untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam ekonomi Islam konsumsi juga memiliki
pengertian yang sama, tetapi memiliki perbedaan di setiap yang melingkupinya.
Perbedaan mendasar dengan konsumsi ekonomi konvensional adalah tujuan
pencapaian dari konsumsi itu sendiri, cara pencapaiannya harus memenuhi kaidah
pedoman syariah Islamiyah.
Tujuan utama konsumsi seorang muslim adalah sebagai sarana penolong untuk
beribadah kepada Allah. Sesungguhnya mengkonsumsi sesuatu dengan niat untuk
meningkatkan stamina dalam ketaatan pengabdian kepada Allah akan menjadikan
konsusmsi itu bemilai ibadah yang dengannya manusia mendapatkan pahala.
Dalam mengkonsumsi dan menikmati apapun yang ada di dunia ini, Agama Islam
memiliki sebuat Etika tersendiri yang harus dipatuhi oleh umatnya. Aturan-aturan tersebut
bukanlah bertujuan untuk mengekang “kebebasan” manusia, justru Allah SWT lebih
mengetahui apa-apa saja yang baik untuk manusia sebagai ciptaannya.
B. Saran
makalah selanjutnya.
karena itu, kami mengharapkan kritikan yang membangun bagi kami dalam
9
DAFTAR PUSTAKA
Hoetoro, Arif. 2007. Ekonomi Islam Pengantar Analisis Kesejarahan dan Metodologi.
Malang: BPFE (Badan Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya).
Huda, Nurul et.al. 2009. Ekonomi Makro Islami Pendekatan Teoritis. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Sujana dan Sigit, 2007. Kamus Besar Ekonomi. Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.
10