Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

ILMU TAUHID DAN KALAM


Khawarij, Murji’ah, Qadariyah dan Jabariyah

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas


Mata Kuliah Ilmu Tauhid dan Kalam

Dosen Pengampu :
KOMARUDIN SOLEH, M.Ag.

Disusun Oleh :
MUMUD SALIMUDIN - 18.05.0178
SUHERMAN - 18.05.0127

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSIS BANDUNG
2019
KATA PENGANTAR

Sesungguhnya segala puji hanya milik Allah SWT. kita memuji, meminta

pertolongan, meminta ampunan dan bertaubat kepada-Nya. Kita berlindung

kepada Allah SWT. dari kejahatan diri dan keburukan perbuatan kita.

Siapapun yang diberi petunjuk oleh Allah SWT., maka tidak ada yang bisa

menyesatkannya. Dan siapa yang disesatkan-Nya maka tidak ada yang bisa

memberi petunjuk kepadanya. Kami bersaksi bahwa tiada Ilah yang hak untuk

disembah selain Allah SWT. dan tiada sekutu baginya. Dan Kami bersaksi

bahwa Muhammad SAW. adalah hamba dan Rasul-Nya.

Sesungguhnya sebaik-baik ucapan adalah firman Allah SWT. dan sebaik-

baik petunjuk adalah petunjuk Nabi Muhammad SAW. Seburuk-buruk perkara

adalah yang ditambah-tambah dan setiap yang ditambah-tambah adalah

bid’ah. Setiap yang bid’ah adalah sesat, dan setiap kesesatan masuk neraka

(HR. Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Majah).

Kami sangat bersyukur karena dapat menyelesaikan makalah yang

berjudul “Ilmu Tauhid dan Kalam – Sejarah Kemunculan Aliran Khawarih,

Murji’ah, Qadariyah dan Jabariyah” tepat pada waktunya. Makalah ini

merupakan salah satu tugas mata kuliah Ilmu Tauhid dan Kalam yang diasuh

oleh Bapak Komarudin Soleh, M.Ag. Selain itu, kami mengucapkan terima

kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan

makalah ini dengan baik.

i
Kami menyadari makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,

kami sangat mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari berbagai pihak

demi penyempurnaan makalah ini. Harapan saya semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi para pembaca, terutama menambah wawasan mengenai Ilmu

Tauhid terutama mengenai Sejarah Kemunculan Aliran Khawarij, Murji’aj,

Qadariyah dan Jabariyah.

Demikian, semoga Allah SWT. memberikan kita kekuatan dan

keikhlasan untuk berjuang demi kemajuan umat di segala bidang kehidupan.

Aamiin.

Bandung, November 2019

MUMUD SALIMUDIN

SUHERMAN

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................... iii

PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1

C. Tujuan Penulisan.................................................................................. 1

PEMBAHASAN ........................................................................................ 2

A. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Harga.. Error! Bookmark not defined.

B. Pengaruh Waktu terhadap Harga ............. Error! Bookmark not defined.

C. Instrumen Pembayaran Harga .................. Error! Bookmark not defined.

D. Cara Pembayaran Harga .......................... Error! Bookmark not defined.

PENUTUP ................................................................................................. 7

A. Kesimpulan .......................................................................................... 7

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 9

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

ia.

B. Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Konsumsi?

2. Bagaimana Konsumsi dalam Ekonomi Islam?

3. Bagaimana Konsep Mashlahah dalam Konsumsi?

4. Bagaimana Teori Perilaku Konsumsi dalam Islam?

5. Bagaimana Teori Kepuasan dalam Islam?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui Pengertian Konsumsi?

2. Untuk mengetahui Konsumsi dalam Ekonomi Islam?

3. Untuk mengetahui Konsep Mashlahah dalam Konsumsi?

4. Untuk mengetahui Teori Perilaku Konsumsi dalam Islam?

5. Untuk mengetahui Teori Kepuasan dalam Islam?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Konsumsi

Secara umum terdapat beberapa faktor yang memengaruhi harga,

antara lain :

B. Konsumsi dalam Ekonomi Islam

Di antara faktor-faktor yang memengaruhi harga, faktor waktu

(jangka waktu) banyak menjadi perhatian ulama karena diduga

kuatLembaga Keuangan Syariah menjadikan faktor jangka

pembiayaansebagai faktor yang dominan dalam menentukan harga dalam

transaksi jual beli murabahah.

C. Konsep Mashlahah dalam Konsumsi

Secara umum konsumsi didefinisikan sebagai penggunaan barang

dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam ekonomi islam

konsumsi juga memiliki pengertian yang hampir sama, tapi ada perbedaan

yang melingkupinya. Perbedaan yang mendasar adalah tujuan pencapaian

dari konsumsi dan cara pencapaiannya yang harus memenuhi Kaidah

Syariah Islam.

2
Tujuan utama konsumsi bagi seorang muslim adalah sebagai

sarana penolong untuk beribadah kepada Allah. Sesungguhnya konsumsi

selalu didasari niat untuk meningkatkan stamina dalam ketaatan

pengabdian kepada Allah, sehingga menjadikan konsumsi juga bernilai

ibadah. Sebab hal-hal yang mubah bisa menjadi ibadah jika disertai niat

pendekatan diri (taqarrub) kepada Allah, dalam hal ini dimaksudkan untuk

menambah potensi mengabdi kepada-Nya. Dalam ekonomi Islam,

konsumsi dinilai sebagai sarana wajib yang tidak bisa diabaikan oleh

seorang muslim untuk merealisasikan tujuan dalam penciptaan manusia,

yaitu mengabdi sepenuhnya hanya kepada Allah untuk mencapai falah.

Falah adalah kehidupan yang mulia dan sejahtera di dunia dan

akhirat. Falah dapat terwujud apabila kebutuhan-kebutuhan hidup

manusia terpenuhi secara seimbang. Tercukupinya kebutuhan masyarakat

akan memberikan dampak yang disebut mashlahah. Mashlahah adalah

segela bentuk keadaan, baik material maupun non material yang mampu

meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia.

Kandungan mashlahah terdiri atas manfaat dan berkah. Dalam

konsumsi, seorang konsumen akan mempertimbangkan manfaat dan

berkah yang dihasilkan dari kegiatan konsumsinya. Konsumen akan

merasakan adanya manfaat dalam konsumsi ketika kebutuhannya

terpenuhi. Berkah akan diperoleh ketika ia mengkonsumsi barang dan jasa

yang dihalalkan oleh syariat islam.

3
Mashlahah yang diterima oleh seorang konsumen ketika

mengkonsumsi barang dapat berbentuk salah satu diantara hal-hal sebagai

berikut :

a. Manfaat material, yaitu diperolehnya tambahan harta bagi konsumen

berupa harga yang murah, diskon, kecilnya biaya, dsb.

b. Manfaat fisik dan psikis, yaitu terpenuhinya kebutuhan baik fisik

maupun psikis terpenuhinya kebutuhan akal manusia

c. Manfaat intelektual, yaitu terpenuhinya kebutuhan informasi,

pengetahuan, ketrampilan, dll .

d. Manfaat lingkungan, yaitu manfaat yang bisa dirasakan selain pembeli

misalnya, mobil mini bus akan dirasakan manfaatnya oleh lebih banyak

orang jika dibandingkan dengan mobil sedan.

e. Manfaat jangka panjang, yaitu terpeliharanya manfaat untuk generasi

yang akan datang, misalnya hutan tidak dirusak habis untuk

kepentingan generasi penerus.

Disamping itu kegiatan konsumsi akan membawa berkah bagi

konsumen jika :

a. Barang yang dikonsumsi bukan merupakan barang haram

b. Barang yang dikonsumsi tidak secara berlebihan

c. Barang yang dikonsumsi didasari oleh niat untuk mendapatkan ridho

Allah

Konsep Mashlahah, memiliki makna yang lebih luas dari

sekadar utility atau kepuasan dalam terminologi ekonomi

4
konvensional. Mashlahah merupakan tujuan hukum syara' yang paling

utama. Menurut Imam Ghazali, Mashlahah adalah sifat atau kemampuan

barang dan jasa yang mendukung elemen-elemen dan tujuan dasar dari

kehidupan manusia di muka bumi ini. Ada lima elemen dasar Mashlahah,

yakni: kehidupan atau jiwa (al-nafs), properti atau harta benda (al mal),

keyakinan(al-din), intelektual (al-aql), dan keluarga atau keturunan (al-nasl).

Semua barang dan jasa yang mendukung tercapainya dan terpeliharanya

kelima elemen tersebut di atas pada setiap individu, itulah yang disebut

Mashlahah.

Mashlahah bersifat subyektif dalam arti bahwa setiap individu

menjadi hakim dalam menentukan apakah suatu perbuatan merupakan

Mashlahah atau bukan bagi dirinya. Berbeda dengan konsep utility, kriteria

Mashlahah telah ditetapkan oleh syariah dan sifatnya mengikat bagi semua

individu. Misalnya, bila seseorang mempertimbangkan bunga bank

memberi Mashlahah bagi diri dan usahanya, namun syariah telah

menetapkan keharaman bunga bank, maka penilaian individu tersebut

menjadi gugur. Mashlahah orang per orang akan konsisten dengan

mashlahah orang banyak. Konsep ini sangat berbeda dengan konsep Pareto

Optimum, yaitu keadaan optimal di mana seseorang tidak dapat

meningkatkan tingkat kepuasan atau kesejahteraannya tanpa

menyebabkan penurunan kepuasan atau kesejahteraan orang lain.

5
D. Teori Perilaku Konsumsi dalam Islam

Bentuk organisasi secara keseluruhan sering dikenal sebagai

E. Teori Kepuasan dalam Islam

Bentuk organisasi secara keseluruhan sering dikenal sebagai

6
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dengan melihat tujuan utama berkonsumsi serta metode alokasi

preferensi konsumsi dan anggaran maka dapat disimpulkan bahwa

penggerak awal kegiatan konsumsi dalam ekonomi konvensional adalah

adanya keinginan (want) .Seseorang berkonsumsi karena ingin memenuhi

keinginannya sehingga dapat mencapai kepuasan yang maksimal.

Islam menolak perilaku manusia untuk selalu memenhi segala

keinginannya, karena pada dasarnya manusia memiliki kecendrungan

terhadap keinginan yang baik dan keinginan yang buruk sekaligus.

Keinginan manusia didorong oleh suatu kekuatan dari dalam diri manusia

yang bersifat pribadi dan karenanya seringkali berbeda dari satu orang

dengan orang lain. Keinginan seringkali tidak selalu sejalan dengan

rasionalitas, karenanya berifat tidak terbatas dalam kuantitas dan

kualitasnya. Kekuatan dari dalam diri disebut jiwa atau hawa nafsu yang

memang menjadi penggerak utama seluruh perilaku manusia. Dalam

ajaran Islam manusia harus mengendalikan dan mengarahkan

keinginannya sehingga dapat membawa kemanfaatan dan bukan kerugian

bagi kehidupan dunia dan akhirat.

7
Keinginan yang sudah dikendalikan dan diarahkan sehingga

membawa kemanfaatan ini dapat disebut dengan kebutuhan. Kebutuhan

lahir dari suatu pemikiran secara obyektif atas berbagai sarana yang

diperlukan untuk mendapatkan suatu manfaat bagi kehidupan. Kebutuhan

dituntun oleh rasionalitas normative dan positif yaitu rasionalitas ajaran

Islam sehingga bersifat terbatas dan terukur dalam kuantitas dan

kualitasnya. Hal ini merupakan dasar dan tujuan dari syariah Islam yaitu

maslahat al-ibad (kesejahteraan hakiki bagi manusia) dan sekaligus sebagai

cara untuk mendapatkan falah yang maksimum.

8
DAFTAR PUSTAKA

Rubini, 2018. Khawarij dan Murji'ah Persfektif Ilmu Kalam. Jurnal Komunikasi

dan Pendidikan Islam, Vol. 7(No.1), pp. 95-114.

Sidik, 2016. Refleksi Paham Jabariyah dan Qadariyah. Rausyan Fikr, Vol.

18(No.2), pp. 273-287.

Anda mungkin juga menyukai