Disusun Oleh:
HADJAR GESENG M
AHMAD NUR HIDAYAT
M ZAKI MANSYUR
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MIFTAHUL `ULA
NGLAWAK KERTOSONO NGANJUK
TAHUN 2023
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATAPENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Konsumsi........................................................................................2
B. Tujuan Konsumsi Dalam Islam…....................................................................2
C. Aturan Konsumsi Dalam..................................................................................5
D. Keseimbangan Konsumsi Dalam Islam…........................................................7
E. Perbedaan Konsumsi Islam, Kapitalis, Dan Sosialis......................................11
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan….................................................................................................14
B. Saran…...........................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Islam adalah agama yang mengatur segenap perilaku manusia. Sebagai
khalifah bagi dirinya sendiri manusia mempunyai peranan yang sangat
penting dalam pemenuhan kebutuhan untuk mengarungi kehidupan didunia.
Demikian pula dalam masalah konsumsi, Islam mengatur bagaimana manusia
dapat melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang membawa manusia
berguna bagi kemashlahatan hidupnya. Seluruh aturan Islam mengenai
aktivitas konsumsi terdapat dalam al-Qur‟an dan as-Sunnah. Perilaku
konsumsi yang sesuai dengan ketentuan al-Qur‟an dan as-Sunnah ini akan
membawa pelakunya mencapai keberkahan dan kesejahteraan hidupnya.
Dalam Islam, konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan.
Peranan keimanan menjadi tolak ukur penting karena keimanan memberikan
cara pandang dunia yang cenderung mempengaruhi kepribadian manusia.
Keimanan sangat mempengaruhi kuantitas dan kualitas konsumsi baik dalam
bentuk kepuasan material maupun spiritual. Namun dari itu semua, seorang
muslim yang baik haruslah mengerti tentang teori-teori konsumsi menurut
Islam demi kebahagian dunia dan akhirat.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa itu konsumsi?
2. Apa tujuan konsumsi dalam Islam?
3. Berapakah aturan konsumsi dalam Islam?
4. Bagaimanakah keseimbangan konsumsi dalam Islam?
5. Apa perbedaan konsumsi Islam, Kapitalis, dan Sosialis?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN KONSUMSI
Secara umum konsumsi didefinisikan sebagai penggunaan barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam ekonomi islam konsumsi
juga memiliki pengertian yang hampir sama, tapi ada perbedaan yang
melingkupinya. Perbedaan yang mendasar adalah tujuan pencapaian dari
konsumsi dan cara pencapaiannya yang harus memenuhi Kaidah Syariah
Islam.
1
Adiwarman A.Karim. Ekonomi Mikro Islam. (Jakarta. 2007) hal. 64
Konsep maslahah. Memiliki makna yang lebih luas dari sekedar utility
atau kepuasan dalam terminolgi ekonomi konvensional. Maslahah merupakan
tujuan hukum syara' yang paling utama. Menurut Imam Ghazali, maslahah
adalah sifat atau kemampuan barang dan jasa yang mendukung elemen-
elemen dan tujuan dasar dari kehidupan manusia di muka bumi ini. Ada lima
elemen dasar maslahah, yakni: kehidupan atau jiwa (al-nafs), properti atau
harta benda (al mal), keyakinan(al-din), intelektual (al-aql), dan keluarga atau
keturunan (al-nasl). Semua barang dan jasa yang mendukung tercapainya dan
terpeliharanya kelima elemen tersebut di atas pada setiap individu, itulah yang
disebut maslahah.
Maslahah bersifat subyektif dalam arti bahwa setiap individu menjadi
hakim dalam menentukan apakah suatu perbuatan merupakan maslahah atau
bukan bagi dirinya. Berbeda dengan konsep utility, kriteria maslahah telah
ditetapkan oleh syariah dan sifatnya mengikat bagi semua individu. Misalnya,
bila seseorang mempertimbangkan bunga bank memberi maslahah bagi diri
dan usahanya, namun syariah telah menetapkan keharaman bunga bank, maka
penilaian individu tersebut menjadi gugur. Maslahah orang per orang akan
konsisten dengan maslahah orang banyak. Konsep ini sangat berbeda dengan
konsep Pareto Optimum, yaitu keadaan optimal di mana seseorang tidak dapat
meningkatkan tingkat kepuasan atau kesejahteraannya tanpa menyebabkan
penurunan kepuasan atau kesejahteraan orang lain.
C. ATURAN KONSUMSI DALAM ISLAM
Ada beberapa aturan yang dijadikan sebagi pegangan untuk mewujudkan
rasionalitas dalam berkonsumsi.2
1. Tidak boleh hidup bermewah-mewahan.
2. Pelarangan israf (kikir), tabdzir (boros), dan safih (menuruti hawa nafsu).
3. Keseimbangan dalam berkosumsi.
4. Larangan berkosumsi atas barang dan jasa yang membahayakan/ haram.
Ada beberapa prinsip-prinsip berkosumsi di dalam ekonomi islam,
diantaranya3:
1. Prinsip Halal:
seorang muslim diperintahkan oleh musllim untuk mengesumsi
makan-makanan yng halal ( sah menurut hukum dan diizinkan) dan tidak
mengambil makanan yang haram (tidak sah menurut hukum dan terlarang).
2. Prinsip Kebersihan dan menyehatkan:
Sebagaimana firman Allah di dalam Al-Qur‟an Al-Baqarah [2]: 168)
ض َح ٰلاًل َط ِّيبًا ۖوَّ اَل ِ ْٰ ٓيا َ ُّي َها ال َّناسُ ُكلُ ْوا ِممَّا فِى ااْل َر
ٌت ال َّشي ْٰط ۗ ِن ِا َّن ٗه َل ُك ْم َع ُدوٌّ م ُِّبيْن ُ َت َّت ِبع ُْوا ُخ
ِ ط ٰو
168. Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan
janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagimu.
2
Karim A. Adiwarman,” Ekonomi Mikro Islam “, Jakarta: Rajawali Pers, Hal:61
87. Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah
Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang melampaui batas.
arti penting dari ayat ini adalah menjaga keseimbangan dan kesederhanaan
(hidup sesuai dengan kemampuan) dalam konsumsi.
4. Prinsip kemurahan hati:
Dalam hal ini islam memerintahkan agar senantiasa memerhatikan
saudara dan tetangga kita dengan senantiasa berbagi rasa kebersamaan.
5. Prinsip moralitas:
Selain hal teknis diatas islam juga memperhatikan pembangunan
moralitas spiritual bagi manusia hal tersebut dapat digambarkan dengan
perintah agama yang mengajarkan senantiasa menyebut nama Allah bersyukur
atas karunianya, maka hal tersebut secara tidak langsung akan membawa
dampak psikologis bagi pelakunya seperti anti makanan haram baik zatnya
maupun cara mendapatkannya maupun ketenangan jiwa.
D. KESEIMBANGAN KONSUMSI DALAM ISLAM
Keseimbangan konsumsi dalam ekonomi Islam didasarkan pada
keadilan distribusi. Keadilan konsumsi adalah di mana seorang konsumen
membelanjakan penghasilannya untuk kebutuhan materi dan kebutuhan sosial.
Kebutuhan materi dipergunakan untuk kehidupan duniawi individu dan
keluarga. Konsumsi sosial dipergunakan untuk kepentingan akhirat nanti yang
berupa zakat, infaq, dan shadaqah.
Dengan kata lain konsumen muslim akan membelanjakan
pendapatannya untuk duniawi dan ukhrawi. Di sinilah keunikan konsumen
muslim yang mengalokasikan pendapatannya yang halal untuk zakat sebesar
2,5 % , kemudian baru mengalokasikan dana lainnya pada tempat konsumsi
yang lainnya. Baik berupa konsumsi individu maupun konsumsi sosial yang
lainnya.
Hal tersebut terjadi karena keseimbangan konsumsi dalam Islam
maka di antara pendapatan konsumen merupakan hak-hak Allah SWT,
terhadap para hamba-Nya yang kaya dalam harta mereka. Yakni dalam bentuk
zakat-zakat wajib, diikuti sedekah dan infak. Semua konsumsi itu dapat
membersihkan harta dari segala noda syubhat4 dan dapat mensucikan hati dari
berbagai penyakit yang menyelimutinya seperti rasa kikir, tak mau mengalah
dan egois. Perlu kita ketahui bahwa harta kita tidak akan berkurang karena
sedekah. Harta tidak akan hilang karena membayar zakat baik di darat
maupun lautan. Sebaliknya, setiap kali satu kaum menolak membayar zakat,
pasti hujan akan bertahan dari langit. Kalau bukan karena binatang, hujan
pasti tidak akan turun.
4
Karim A. Adiwarman,” Ekonomi Mikro Islam “, Jakarta: Rajawali Pers, Hal:63
Semua itu dapat di lihat dalam Al- Qur‟an surat Al-Ma‟arij ayat 24-25
5
Q.S Al-Ma‟ajrij ayat 24-25
7
Utama, Mufraeni, Huda dan Setyanto Edwin Mustafa, “Pengenalan Eksklusif Ekonomi
Islam”, Jakarta:Kencana Prenada Media Group, hal:64
jangka panjang. Dengan peningkatan kesehatan dan pendidikan diharapkan
akan memutus siklus kemiskinan antar generasi.
d. Kesejahteraan Masyarakat
Sekarang ini negara-negara Islam hanya mampu menerapkan sebagian
(terpisah-pisah) dari sistem ekonomi Islam seperti perbankan, pembiayaan dan
asuransi syariah. Kenyataan bahwa paradigma yang sudah tersurat dan tersirat
dalam ajaran Islam ini memang masih belum dioptimalkan oleh umat Islam
itu sendiri karena kuatnya pengaruh ekonomi konvensional. Salah satu
instrumen untuk pemerataan kesejahteraan masyarakat dalam pandangan
ekonomi Islam adalah zakat. Konsep zakat semestinya dapat diberdayakan
untuk menjembatani kesenjangan ekonomi antara si kaya dan si miskin
sehingga akan mampu mewujudkan keadilan sosial yang pada gilirannya
kondusif bagi perkembangan iklim usaha.
Zakat belum dijadikan mainstream pengambilan kebijakan ekonomi
pemerintah dalam mengantasi kemiskinan secara menyeluruh. Padahal potensi
itu terbuka lebar dan hasil analisis menunjukkan bahwa persoalan kesenjangan
kaya dan miskin tidak akan melebar bahkan mengecil asalkan kebijakan dan
manajemen zakat secara komprehensif dibenahi dan diberdayakan oleh
pemerintah.
Konsep zakat yang berfungsi untuk pemerataan kesejahteraan umat ini
adalah bagian dari ekonomi Islam. Namun sayangnya masyarakat Muslim
termasuk pemerintah tampak lebih sibuk dengan perbankan dan keuangan
syariah semata, sementara zakat belum terperhatikan dengan baik dan
sistematik.
E. PERBEDAAN KONSUMSI ISLAM, KAPITALIS, DAN SOSIALIS
Saat ini kita membagi sistem ekonomi konvensional menjadi 2 jenis
yaitu kapitalisme dan sosialisme. Kapitalisme adalah suatu sistem ekonomi
yang secara jelas ditandai oleh berkuasanya uang atau modal yang dimiliki
seseorang sedangkan sosialisme adalah suatu sistem ekonomi yang secara
jelas ditandai dengan berkuasanya pemerintah dalam kegiatan ekonomi yang
menghapus penguasaan faktor-faktor produksi milik pribadi. Adapun
perbedaan antara sistem ekonomi kapitalisme dan sosialisme dengan sistem
ekonomi islam dapat diterangkan dengan tabel dibawah ini :
Ekonomi Islam
Bersumber dari Al-qur‟an, As-sunnah, dan ijtihad
Berpandangan dunia akhirat
Kepemilikan individu terhadap uang/modal bersifat nisbi
Mekanisme pasar bekerja menurut mashlahat
Kompetisi usaha dikontrol oleh syariat
Kesejahteraan bersifat jasmani, rohani, dan akal
Motif mencari keuntungan diakui lewat cara-cara yang halal
Pemerintah aktif sebagai pengawas, pengontrol, dan
wasit yang adil dalam kegiatan ekonomi
Pemberlakuan distribusi pendapatan
Bersumber dari Al-qur‟an, As-sunnah, dan ijtihad
Berpandangan dunia akhirat
Kepemilikan individu terhadap uang/modal bersifat nisbi
Mekanisme pasar bekerja menurut maslahat
Kompetisi usaha dikontrol oleh syariat
Kesejahteraan bersifat jasmani, rohani, dan akal
Motif mencari keuntungan diakui lewat cara-cara yang halal
Pemerintah aktif sebagai pengawas, pengontrol, dan wasit yang adil
dalam kegiatan ekonomi
Pemberlakuan distribusi pendapatan
Ekonomi Kapitalis
Bersumber dari pikiran dan pengalaman manusia
Berpandangan dunia sekuler
Kepemilikan individu terhadap modal/uang bersifat mutlak
Mekanisme pasar dibiarkan bekerja sendiri
Kompetisi usaha bersifat bebas dan melahirkan monopoli
Kesejahteraan bersifat jasadiah
Motif mencari keuntungan diakui tanpa ada batasan yang berlaku
Pemerintah sebagai penonton pasif yang netral dalam kegiatan
Ekonomi
Tidak dikenal distribusi pendapatan secara merata
Ekonomi Sosialis
Bersumber dari hasil pikiran manusia filsafat dan pengalaman
Berpandangan dunia sekuler ekstrim atau atheis
Membatasi bahkan menghapuskan kepemilikan individu atas modal
Perekonomian dijalankan lewat perencanaan pusat oleh negara
Tidak berlaku mekanisme harga melainkan disesuaikan dengan
kegunaan barang bagi masyarakat
Negara berperan sebagai pemilik, pengawas, dan penguasa utama
perekonomian
Tidak mengakui motif mencari keuntungan
Pemerintah mengambil alih semua kegiatan ekonomi
Menyamakan penghasilan dan pendapatan individu
Berdasarkan pernyataan diatas, kita dapat melihat perbedaan yang jelas antara
ekonomi konvensional adalah sbb.
1. Ekonomi Islam mempunyai pedoman/acuan dalam kegiatan ekonomi yang
bersumber dari wahyu ilahi maupun pemikiran para mujtahid sedangkan
ekonomi konvensional didasarkan kepada pemikir yang didasarkan kepada
paradigma pribadi mereka masing-masing sesuai dengan keinginannya.
2. Dalam ekonomi Islam negara berperan sebagai wasit yang adil, maksudnya
pada saat tertentu negara dapat melakukan intervensi dalam perekonomian
dan adakalanya pun tidak diperbolehkan untuk ikut campur, contohnya pada
saat harga-harga naik, apabila harga naik disebabkan karena ada oknum yang
melakukan rekayasa pasar maka pemerintah wajib melakukan intervensi
sedangkan apabila harga naik karena alamiah maka pemerintah tidak boleh
ikut campur dalam menetapkan harga, seperti yang diriwayatkan dalam hadits
Nabi terkait kenaikan harga. Dalam ekonomi konvensional, kapitalis tidak
mengakui peran pemerintah dalam perekonomian, dalam sosialis negara
berperan absolut dalam ekonomi sehingga tidak terdapat keseimbangan antara
kedua sistem tersebut.
3. Dalam ekonomi Islam mengakui motif mencari keuntungan tetapi dengan
cara-cara yang halal, dalam ekonomi kapitalis mengakui motif mencari
keuntungan tetapi tidak ada batasan tertentu sehingga sangat bebas sesuai
yang dilandasi dengan syahwat spekulasi dan spirit rakus para pelaku
ekonomi.
4. Dalam ekonomi konvensional tidak mengenal sistem zakatnya
didalamnya sehingga cenderung terjadi ketimpangan sosial dalam masyarakat
antara orang miskin dan orang kaya. Sedangkan telah kita ketahui bahwa
sudah sejak lama islam menetapkan kepada umatnya untuk membayar zakat
sehingga distribusi pendapatan merata sedikit demi sedikit dapat diwujudkan.
Kita pun dapat membuktikan keseimbangan pasar apabila sistem zakat
diberlakukan, yaitu apabila sistem zakat diberlakukan, orang kaya pasti akan
menyisihkan pendapatannya untuk membayar zakat sehingga permintaan
barang orang kaya semakin berkurang sehingga kurva permintaan (demand)
bergeser ke sisi kiri.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Secara umum konsumsi didefinisikan sebagai penggunaan barang dan
jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia
Tujuan utama konsumsi bagi seorang muslim adalah sebagai sarana
penolong untuk beribadah kepada Allah
Ada beberapa aturan yang dijadikan sebagi pegangan untuk
mewujudkan rasionalitas dalam berkonsumsi.
1. Tidak boleh hidup bermewah-mewahan.
2. Pelarangan israf (kikir), tabdzir (boros), dan safih (menuruti hawa
nafsu).
3. Keseimbangan dalam berkosumsi.
Keseimbangan konsumsi dalam ekonomi Islam didasarkan pada
keadilan distribusi.
Ekonomi Islam
Bersumber dari Al-qur‟an, As-sunnah, dan
ijtihad Ekonomi Kapitalis
Bersumber dari pikiran dan pengalaman manusia
Ekonomi Sosialis
Bersumber dari hasil pikiran manusia filsafat dan pengalaman
B. SARAN
Penulis menyadari bahwa makalah yang disusun ini masih terdapat
banyak kekurangan, oleh karena itu keritik, saran, dan masukan yang sifatnya
membangun sangatlah kami harapkan untuk baiknya makalah ini ke
depannya.
DAFTAR PUSTAKA