Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH PENGANTAR EKONOMI MIKRO

TEORI KONSUMSI

Dosen Pengampu Bapak Cholil Rakhman S.E,M.E

KELOMPOK 5

ANGGOTA:

1. ADIBATUNNISA (224110202047)
2. DEBBY LAURA SENDI (224110202064)
3. ISMIATI (224110202068)
4. M. IHZA MAULANA (224110202089)
5. RESTI KUSUMAWATI (224110202084)

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UIN K.H SAIFUDDIN ZUHRI PURWOKERTO

2022

i
KATA PENGANTAR

Kami dari kelompok 5 mendapatkan tugas untuk menyusun makalah yang bertajuk
"Teori Konsumsi" dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Mikro.
Makalah ini bertujuan untuk memperluas pemahaman kita tentang konsep dasar ekonomi
mikro yang berkaitan dengan perilaku konsumsi.
Dalam era globalisasi dan persaingan ekonomi yang semakin ketat, pemahaman yang
kuat tentang ekonomi mikro sangatlah penting. Konsumsi, sebagai salah satu elemen inti
dalam ekonomi mikro, memiliki peran sentral dalam memahami perilaku konsumen dan
dampaknya terhadap pasar serta ekonomi secara keseluruhan.
Makalah ini akan membahas teori konsumsi secara komprehensif, dimulai dengan
memberikan gambaran umum tentang konsep konsumsi dan peranannya dalam ekonomi.
Kami juga akan menggali teori tingkah laku konsumen yang terkenal, seperti Teori Utilitas
Marginal, Kurva Indiferen, dan Pendekatan Keynes dalam konsumsi.
Selain itu, kami akan membahas faktor-faktor yang memengaruhi perilaku konsumen,
seperti pendapatan, harga barang, preferensi, dan faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi
keputusan konsumen. Kami juga akan mengajukan beberapa contoh nyata dan studi kasus
untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang aplikasi teori konsumsi dalam
kehidupan sehari-hari.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan yang berguna bagi pembaca
untuk memahami dasar-dasar ekonomi mikro dan teori konsumsi. Dengan pemahaman yang
baik tentang perilaku konsumen, kita dapat mengambil keputusan yang lebih bijak dalam
kehidupan ekonomi kita, baik sebagai individu maupun dalam skala yang lebih luas, seperti
bisnis dan kebijakan ekonomi.
Terakhir, kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dosen pengajar yang telah
memberikan kami kesempatan untuk menjelajahi dan mempelajari topik menarik ini. Kami
juga berterima kasih kepada rekan-rekan kelompok kami yang telah bekerja sama secara
intensif dalam menyusun makalah ini.
Tanpa basa-basi lagi, mari kita mulai memahami teori konsumsi dalam ekonomi
mikro dengan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan inspirasi bagi
semua pembaca.
Hormat kami,
Kelompok 5

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan........................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3

BAB III PENUTUP...........................................................................................................13

A. Kesimpulan................................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14

iii
BAB 1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Islam adalah agama yang mengatur setiap perilaku manusia dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Begitupun dengan masalah konsumsi, islam mengatur agar manusia

dapat melakukan kegiatan-kegiatan konsumsi yang membawa manusia ke maslahatan

hidupnya yaitu memelihara kemaslahatan itu sendiri pada diri manusia di kehidupan

dunia dan akhirt. Al Syathibi berkata: ‘Sesungguhnya penetapan berbagai ketentuan

hukum syariat itu tidak lain adalah bertujuan untuk mencapai kemaslahatan-

kemaslahatan hambahamba Allah untuk masa sekarang dan masa yang akan datang.’1

Seluruh aturan islam mengenai aktifitas konsumsi tersebut terdapat dalam al-quran

dan hadist. Jika manusia dapat melakukan aktifitas konsumsi sesuai dengan al-quran dan

hadist, maka ia akan menjalankan konsumsi yang lebih baik lagi atau bias dikata

terhindar dari konsumsi yang hina. Perilaku konsumsi ini jika dilakukan sesuai dengan

kententuan tersebut maka akan membawa pelakunya mencapai keberkahan dan

kesejahteraan dalam hidupnya.2

Dalam Islam, konsumsi tidak dapat dipisahkan dari peranan keimanan. Peranan

keimanan menjadi tolak ukur penting karena keimanan memberikan cara pandang dunia

yang cenderung mempengaruhi kepribadian manusia. Keimanan sangat mempengaruhi

kuantitas dan kualitas konsumsi baik dalam bentuk kepuasan material maupun spiritual.

Namun dari itu semua, seorang muslim yang baik haruslah mengerti tentang teori-teori

konsumsi menurut islam demi kebahagiaan didunia dan diakhirat. Dalam materi kali ini

akan menjelaskan mengenai teori-teori konsumsi pada perspektif ekonomi mikro islam.

1
Rahmi, “Maqasid Al Syari’ah,” hlm 162.
2
Muhamad, Ekonomi mikro dalam perspektif Islam, 2004, hlm 161.

iv
Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Konsumsi?

2. Bagaimana pendekatan teori konsumsi?

3. Apa saja prinsip-prinsip Konsumsi dalam Ekonomi islam?

4. Bagaimana Perilaku Konsumen dalam Ekonomi Islam?

5. Bagaimana fungsi utility dalam ekonomi mikro islam?

Tujuan

1. Untuk mengetahui apa itu konsumsi.

2. Untuk mengetahui pendekatan teori konsumsi.

3. Untuk mengetahui apa saja prinsip konsumsi dalam ekonomi islam.

4. Untuk mengetahui prilaku konsumen dalam ekonomi islam.

5. Untuk mengetahui fungsi utility dalam ekonomi mikro islam.

A.

v
BAB II

PEMBAHASAN

PENGERTIAN KONSUMSI
1. Pengertian Konsumsi
Konsumsi dapat didefinisikan sebagai penggunaan barang dan jasa untuk memenuhi

kebutuhan manusia. Dalam ekonomi islam konsumsi memiliki pengertian yang hampir

sama, yaitu dalam pendekatan ekonomi Islam, konsumsi adalah permintaan sedangkan

produksi adalah penawaran atau penyediaan. Perbedaan ilmu ekonomi konvensional dan

ekonomi Islam dalam hal konsumsi terletak pada cara pendekatannya dalam memenuhi

kebutuhan seseorang. Islam tidak mengakui kegemaran materialistis semata-mata dari

pola konsumsi konvensional.

Menurut Imam al-Ghazali mengatakan ada 5 kebutuhan dasar yang sangat

bermanfaat bagi kehidupan manusia dan kesejahteraan masyarakat tergantung pada

pencarian dan pemeliharaan, yaitu:

a. Kehidupan atau jiwa (al nafs),

b. Properti atau harta (al-mal),

c. Keyakinan (al-din),

d. Intelektual (al-aql),

e. Keluarga atau keturunan (al-nasl).3

Teori perilaku konsumen pada dasarnya mempelajari mengapa para konsumen


berperilaku seperti yang tercantum dalam hukum permintaan. Oleh karena itu teori
perilaku konsumen akan menerangkan :
1) mengapa para konsumen akan membeli lebih banyak barang pada harga yang
rendah dan mengurangi pembeliannya pada harga yang tinggi, dan
2) bagaimanakah seorang konsumen menentukan jumlah dan kombinasi barang
yang akan dibeli dari pendapatannya.
Pengertian-Pengertian dan Asumsi-Asumsi :
3
Huzaemah, “Teori Konsumsi dalam Ekonomi Mikro (Analisis Kritis dalam Perspektif Ekonomi Islam),” hlm 39.

vi
a. Konsumen adalah salah satu pelaku ekonomi yang selalu dihadapkan pada
berbagai alternatif pilihan.
b. Teori Perilaku Konsumenadalah bagaimana ia memutuskan berapa jumlah barang
dan jasa yang akan dibeli dalam berbagai situasi.
c. Teori Konsumsi Konsumen : adalah teori yang mempelajari bagaimana manusia/
konsumen itu memuaskan kebutuhannya dengan pembelian/ penggunaan barang
dan jasa.
d. Tujuan Konsumen: memaksimalkan utilitas dengan batasan berupa pendapatan
dan harga yang bersangkutan.
Bab ini akan menguraikan perilaku konsumen dalam menentukan alokasi sumber
daya ekonominya. Tujuan yang ingin dicapai konsumen adalah kepuasan maksimum.
Untuk dapat membahasnya kita harus mengetahui beberapa pengertian dan asumsi
dasar (utama).
1. Barang
Barang adalah benda dan jasa yang dikonsumsi untuk memperoleh manfaat
atau kegunaan Barang yang dikonsumsi mempunyai sifat makin banyak
dikonsumsi
makin besar manfaat yang diperoleh (good). Ex : Pakaian, makin banyak
dimiliki makin manfaat. Sesuatu yang dikonsumsinya ditambah justru
mengurangi kenikmatan hidup (bad), tidak dimasukan ke dalam analisis. Ex :
Penyakit, makin banyak dimiliki, makin menyusahkan.

2. Utilitas (Utility)
Adalah manfaat yang diperoleh karena mengkonsumsi barang. Utilitas
merupakan ukuran manfaat suatu barang dibandingkan dengan alternatif
penggunaanya.
a. Utilitas Total (TU) : adalah manfaat total yang diperoleh dari seluruh
barang yang dikonsumsi.
b. Utilitas Marginal (MU) : adalah tambahan manfaat yang diperoleh
karena menambah konsumsi sebanyak satu unit barang.
3. Hukum Pertambahan Manfaat yang Makin Menurun (The Law of Diminishing
Marginal Utility)
Pada awalnya pertambahan konsumsi suatu barang akan memberi
tambahan utilitas yang besar, tetapi makin lama pertambahan itu bukan saja

vii
semakin menurun, bahkan menjadi negatif. Good sudah berubah menjadi Bad.
Gejala itu disebut sebagai Hukum pertambahan manfaat yang Semakin
Menurun ( The Law of Diminishing Marginal Utility) (LDMU). Pertambahan
manfaat yang semakin mneurun disebut juga sebagai Hukum Gossen (yaitu
bahwa semakin banyak suatu barang dikonsumsi, maka tambahan kepuasan
atau Marginal Utility yang diperoleh dari setiap satuan tambahan yang
dikonsumsukan akan menurun).
4. Konsistensi Preferensi (Transitivity)
Berkaitan dengan kemampuan konsumen menyusun prioritas pilihan agar
dapat
keputusan. Minimal ada 2 sikap yang berkaitan dengan preferensi konsumen,
yaitu lebih suka (prefer) dan atau sama-sama disukai (indifference).
5. Pengetahuan sempurna( perfect knowledge)
Pendekatan teori
Konsumsi merupakan bagian terpenting dalam kehidupan manusia karena untuk
bisa bertahan hidup. Manusia harus makan untuk hidup, berpakaian untuk melindungi
tubuhnya dari berbagai perubahan suhu, mempunyai rumah untyuk berteduh, berkumpul
dengan keluarga dan berlindung dari hal yang menganggu dirinya. Dan juga kebutuhan
lain untuk melengkapi atau factor pendukung memenuhi kebutuhannya. Menurut Islam
konsumsi ialah suatu aktivitas ekonomi yang memenuhi kebutuhan manusia dengan
tujuan ibadah dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt dalam rangka
mendapatkan kemaslahatan dunia dan akhirat4. Teori kepuasan konsumen dalam
mengkonsumsi barang atau jasa merupakan teori pokok dalam analisis mikro ekonomi.
Kepuasan konsumsi merupakan bagian dari teori perilaku konsumen. Seorang konsumen
akan mengkonsumsi barang/jasa untuk memperoleh kepuasan selalu menggunakan
kerangka rasionalitas. Sehingga manusia rasional adalah manusia yang berusaha
mencapai kepuasan maksimum dalam kegiatan konsumsinya. Rasionalitas konsumsi
pada teori mikro ekonomi konvensional dikembangkan berdasarkan asumsi-asumsi
berikut:
1. Setiap orang yang rasional akan memilih barang yang disenangi karena
barang yang lebih diminati menyuguhkan kepuasan yang lebih besar dari
barang yang kurang diminati;
2. Menguasai barang lebih banyak lebih baik daripada barang lebih sedikit;
4
Idris, Hadits Ekonomi Dalam Perspektif Nabi, (Jakarta: Prenamedia Group, 2015), hal. 97-98

viii
3. Orang akan memperoleh kepuasan maksimum apabila seluruh
uangnya/pendapatannya telah habis dibelanjakan.5
Jadi dari asumsi tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam mengkonsumsi suatu
barang, konsumen akan mencari titik kepuasan secara rasional. Untuk mencari titik
kepuasan tersebut, dapat diukur dengan pendekatan utilitas yang menggunakan satuan
util (guna) sehingga muncullah formulasi utilitas sebagai berikut:

U = U (X1,X2,X3,..Xn)

U adalah utilitas X adalah jumlah tiap-tiap barang yang dikonsumsi.


Di saat mengkonsumsi suatu barang seorang konsumen akan mendapatkan nilai
guna secara langsung maupun tidak langsung. Misalnya kita menonton film favorit di
bioskop secara langsung kita akan puas bisa melihatnya. Mendapatkan laba dalam
berbisnis karena secara tidak langsung seorang pebisnis dapat menambahkan modal dari
laba tersebut.
Ada beberapa asumsi yang dapat dijadikan pegangan dalam menghitung besar
kecilnya kepuasan yang diperoleh konsumen. Menurut teori mikro ekonomi
konvensional, asumsi-asumsi tersebut adalah:
1. Tingkat utilitas total yang dicapai oleh sesorang konsumen merupakan fungsi
dari kuantitas berbagai barang yang dikonsumsi;
2. Konsumen akan memlilh barang-barang yang akan memaksimalkan
utilitasnya sesuai dengan anggaran mereka;
3. Utilitas dapat diukur dengan pendekatan kardinal;
4. Marginal Utility (MU) dari setiap unit tambahan barang yang dikonsumsi
akan menurun. MU adalah perubahan total utility (TU) yang disebabkan oleh
tambahan satu unit barang yang dikonsumsi [ceteris paribus]6.

Dari asumsi tersebut kepuasan dalam mengkonsumsi barang ternyata dilihat dari
kuantitas barang yang dikonsumsi dan sesuai dengan pendapatan yang dimiliki tetapi
tetap memenuhi kepuasan konsumen tersebut. Namun dalam memenuhi kepuasan akan
menurun apabila konsumen mengkonsumsi suatu barang lebih dari satu unit. Pada
umumnya formulasinya dibentuk dengan suatu fungsi sebagaimana fungsi utilitas.

5
Muhammad, Ekonomi Mikro Dalam Perspektif Islam, (Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta,2015), hal. 188.
6
ibid. hal. 189.

ix
Apabila barang dan jasa yang dibeli dibedakan menjadi konsumsi (X) dan barang tahan
lama yang dikuasai (Y), maka persamaan fungsi tersebut menjadi7:
U = U(X1, X2, X3, … Xn: Y1, Y2. Y3 … Yn)
Total Utility (TU) akan bertambah ketika utilitas mengalami penambahan.
Namun jika dilihat dari keempat asumsi yang mengukur besar kecilnya suatu
kepuasan, total akan berubah ketika seorang mengkonsumsi barang lebih dari satu unit,
dan Marginal Utility (MU) akan mengalami penurunan. Sedangkan untuk
menggambarkan gabungan dari dua barang yang memberikan kepuasan sama besar,
digunakanlah kurva kepuasan sama (indifference curve)8
Untuk menjelaskan kurva ini dapat dimisalkan sebagai berikut seseorang Muslim
mengkonsumsi sate dan tongseng. Ia mempunyai kebebasan untuk menentukan
kombinasi makanan yang akan ia konsumsi. Misalnya ada lima pilihan kombinasi dari
kedua makanan yang akan dikonsumsi.
Tabel Konsumsi
Kelompok Barang Tongseng (piring) Sate (tusuk)
A 1 20
B 2 15
C 3 12
D 4 10
E 5 6

Gambar Kurva

7
Ibid. hal. 190.
8
Heri Sudarsono, Konsep Ekonomi Islam Suatu Pengantar,(Yogyakarta: EKONISIA, 2007), hal. 173.

x
Prinsip Konsumsi dalam Ekonomi Islam

Dalam ekonomi islam konsumsi dikendalikan oleh lima prinsip dasar, yaitu:9

1. Prinsip Keadilan

Syarat ini mengandung arti ganda yang penting mengenai mencari rezeki secara

halal dan tidak dilarang hukum. Dalam soal makanan dan minuman, yang terlarang

adalah darah, daging binatang yang telah mati sendiri, daging babi, dan daging

binatang yang ketika disembelih diserukan nama selain Allah.

2. Prinsip Kebersihan

Syariat yang kedua ini tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an maupun Sunnah

tentang makanan. Harus baik atau cocok untuk dimakan, tidak kotor ataupun

menjijikkan sehingga merusak selera. Karena itu, tidak semua yang diperkenankan

boleh dimakan dan diminum dalam semua keadaan. Dari semua yang diperbolehkan

makan dan minumlah yang bersih dan bermanfaat saja.

3. Prinsip Kesederhanaan

Prinsip ini mengatur prilaku manusia mengenai makanan dan minuman adalah sikap

agar tidak berlebih-lebihan dalam makan.

4. Prinsip Kemurahan Hati

Dengan mentaati perintah Islam tidak ada bahaya maupun dosa ketika kita memakan

dan meminum makanan halal yang disediakan Allah karena kemurahan hati-Nya.

Selama maksudnya adalah untuk kelangsungan hidup dan kesehatan yang lebih baik

dengan tujuan menunaikan perintah Allah dengan keimanan yang kuat dalam

tuntutan-Nya, dan perbuatan adil sesuai dengan itu, yang menjamin persesuaian bagi

semua perintah-Nya

5. Prinsip Moralitas
9
Furqon, “TEORI KONSUMSI Dalam ISLAM,” hlm 8.

xi
Bukan hanya mengenai makanan dan minuman langsung tetapi dengan tujuan

terakhirnya, yakni untuk peningkatan atau kemajuan nilai-nilai moral dan spiritual.

Seseorang muslim diajarkan untuk menyebut nama Allah sebelum makan dan

menyatakan terima kasih kepada-Nya setelah makan. Dengan demikian ia akan

merasakan kehadiran Ilahi pada waktu memenuhi keinginan-keinginan fisiknya. Hal

ini penting artinya karena Islam menghendaki perpaduan nilai-nilai hidup material

dan spiritual yang berbahagia.

Perilaku Konsumen dalam Ekonomi Islam

1. Etika Konsumsi

Sistem etika konsumsi secara garis besar dapat dibagi menjadi 4 bagian yaitu:10

a) Tauhid (Unity/ kesatuan)

Tauhid merupakan bentuk dimensi vertical yang memadukan politik, ekonomi,

social, dan religius dalam kehidupan manusia menjadi satu kebutuhan

homogeny dan konsisten. Bila dihubungkan dengan fungsi integratif, tauhid

merupakan kenyataan yang memberikan umat manusia perspektif pasti yang

berasal dari pengertian mendalam mengenai hubungan antara manusia dengan

tuhan.

b) Adil (Equilibrium/ keadilan)

Keadilan adalah hak-hak nyata yang mempunyai realitas, artinya bahwa

keadilan tidak dapat disamakan dengan keseimbangan. Karena keadilan berawal

dari usaha memberikan hak kepada setiap individu sekaligus menjaga atau

memelihara hak tersebut, sehingga pernyataan yang mengatakan bahwa keadilan

bersifat realitas adalah salah.

c) Kehendak Bebas (Free Will)


10
Muhamad, Ekonomi mikro dalam perspektif Islam, 2004, 168–72.

xii
Manusia merupakan mahluk yang berkehendak bebas, namun kebebasan ini

tidaklah berarti bahwa manusia terlepas dari qadha dan qadar yang merupakan

hukum sebab-akibat yang didasarkan pada pengetahuan dan kehendak tuhan.

Dengan kata lain bahwa qadha dan qadar merupakan bagian dari kehendak

bebas manusia.

d) Amanah (Responsibility/ Pertanggung jawaban)

Yaitu jika manusia melakukan perbuatan maka ia harus mempertanggung

jawabkan perbuatanya.

e) Halal

Halal adalah salah satu kendala untuk meperoleh maksimalisasi kegunaan

konsumsi dalam kerangka ekonomi islam.

f) Sederhana

Sederhana dalam konsumsi mempunyai arti jalan tengah dalam berkonsumsi.

2. Prioritas Konsumsi

Secara sosiologis, manusia merupakan mahluk yang memiliki aspek pribadi dan

aspek sosial. Aspek- aspek ini juga harus mendapatkan perhatian, sehingga dalam

kehidupanya tidak terjadi ketimpangan, baik secara pribadi maupun secara sosial.

Sebagai mahluk pribadi dan social, maka manusia juga memiliki sasaran konsumsi.

Sasaran konsumsi tersebut adalah:

a) Untuk konsumsi diri sendiri dan keluarga

b) Untuk konsumsi sebagai tanggung jawab sosial

c) Untuk tabungan, dan

d) Untuk investasi.11

Fungsi Utility dalam Ekonomi Mikro Islam


11
Muhamad, 180.

xiii
1. Fungsi Utility

Dalam ilmu ekonomi tingkat kepuasan (Utility Function) digambarkan oleh kurfa

indiferen. Yang digambar biasanya utility function antara dua barang atau jasa yang

memang disukai oleh konsumen.

Dalam membangun teori Utility Function digunakanb tiga aksioma pilihan rasiaonal

yaitu:

a) Completeness, aksioma ini mengatakan bahwa setiap individu selalu dapat

menentukan keadaan mana yang lebih disukainya diantara dua keadaan.

b) Transitivity, aksioma ini untuk memastikan adanya konsistensi internal didalam

diri individu dalam mengambil keputusan.

c) Continuity, aksioma ini menjelaskan bahwa jika seorang individu mengatakan.

“A lebih disukai daripada B,” maka keadaan yang mendekati A pasti juga lebih

disukai daripada B.12

2. Optimal Solition

Pengambilan keputusan dari seorang konsumen senantiasa didasarkan pada

perbandingan antar berbagai preferensi, peluang, dan manfaat serta madharat yang

ada. Konsumen yang rasional selalu berusaha menggapai preferensi tertinggi dari

segenap peluang dan manfaat yang tersedia. Konsumsi yang rasional berarti

konsumen yang memilih suatu kombinasi komoditas yang akan memberikan tingkat

utilitas paling besar. Utilitas disini juga meliputi maslahat dan madharat yang

ditimbulkan dari mengonsumsi komoditas tersebut. Untuk mencapai tingkat

optimalitas konsumen, seorang konsumen dibatasi oleh garis anggaran dari

pendapatanya atau berbagai komoditas yang dapat dibelinya.

Dengan demikian, kepuasan maksimum seorang konsumen terjadi pada titik dimana

terjadi pada titik dimana persinggungan antara kurva Indifference dengan Budget
12
Adiwarman, Ekonomi Mikro Islami., hlm 64-65.

xiv
Line. Konsumen akan memaksimalkan pilihanya dengan 2 cara yaitu:

a) Memaksimalkan utility function pada budget line tertentu, dan

b) Meminimalkan budget line pada utility function tertentu.13

13
karim, ekonomi mikro islam edisi ke 5, hlm 99-104.

xv
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

Teori konsumsi dalam ekonomi Islam adalah memenuhi kebutuhan baik jasmani maupun

rohani sehingga mampu memaksimalkan fungsi kemanusiaannya sebagai hamba Allah swt.

Untuk mendapatkan kesejahteraan atau kebahagiaan di dunia dan akhirat (falah). Dalam

melakukan konsumsi maka prilaku konsumen terutama muslim selalu dan harus di dasarkan

pada syariah Islam.

Adapun perbedaan yang signifikan tentang teori konsumsi antara ekonomi Islam dan

konvensional yaitu dalam ekonomi konvensional perilaku rasional dianggap equivalent

(sejajar) dengan memaksimalkan utility, sedangkan dalam ekonomi Islam bertujuan mencari

kemaslahatan yang berlandaskan al-Qur’an dan hadits. Ekonomi Islam dalam berkonsumsi

sangat memperhatikan kebahagian dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat, sedangkan

dalam ekonomi konvensional cakupan tujuannya terbatas hanya pada kepuasan dalam

kehidupan di dunia saja.

xvi
DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman, Karim. Ekonomi Mikro Islami. Jakarta: Rajawali, 2010.


Boediono.2012.Ekonomi Mikro.Fakultas Ekonomi UGM.Yogyakarta

Furqon, Imahda Khoiri. “TEORI KONSUMSI Dalam ISLAM.” Adzkiya : Jurnal Hukum Dan
Ekonomi Syariah 6, no. 1 (May 9, 2018). https://doi.org/10.32332/adzkiya.v6i1.1169.
Huzaemah, Munawwarah. “Teori Konsumsi dalam Ekonomi Mikro (Analisis Kritis dalam
Perspektif Ekonomi Islam).” Diploma, Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 2016.
http://repositori.uin-alauddin.ac.id/2870/.
Rahmi, Nispan. “Maqasid Al Syari’ah: Melacak Gagasan Awal.” Syariah: Jurnal Hukum
Dan Pemikiran 17, no. 2 (February 1, 2018): 160–78.
https://doi.org/10.18592/sy.v17i2.1970

xvii

Anda mungkin juga menyukai