Disusun Oleh :
Kelompok 7
Sinarta Sgalingging (0506213111)
Ayla Nisha Meilani (0506212170)
Adila Khairani Tambunan (0506213194)
DOSEN PENGAMPU : SAWALUDDIN, M.Ag
TP. 2022/2023
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ ii
A. Pengertian Etika konsumsi….……………………………………………...…1
B. Prinsip Sederhana dalam Konsumsi islam……………………….…………...3
C. Pengertian Israf dalam Konsumsi……………………………………………5
D. Larangan Berlebihan (Israf) dalam Konsumsi………………………………..7
E. Dampak negatif israf daam konsumsi………………………………………...8
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….……….12
i
BAB I
PENDAHULUAN
1
H. Afifuddin, Ensiklopedi Islam, cet. V, Bandung: Pustaka Setia, 2009, h. 75-76.
2
Ali Hasan Abdul Qadir, Masa Depan Konsumsi Islam, Jakarta: Gema Insani, 2015, h. 10-11.
3
M. Arifin Amin, "Pentingnya Etika Konsumsi dalam Perspektif Islam", Jurnal Studi Agama dan
Masyarakat, Vol. 7, No. 2, 2016, h. 158-159.
ii
BAB II ETIKA KONSUMSI
4
Natanagara, Etika Bisnis dan Etika Lingkungan, Jakarta: Grasindo, 2014, h. 56.
1
ada di bumi, sehingga sumber daya tersebut dapat digunakan dengan baik oleh
generasi saat ini maupun masa yang akan datang.5
Dalam konteks global, etika konsumsi juga menekankan pada pentingnya
menjaga kesetaraan dan keadilan dalam perdagangan internasional. Perdagangan
internasional yang tidak adil dapat merugikan negara-negara yang sedang
berkembang, sehingga etika konsumsi menekankan pada pentingnya melakukan
konsumsi yang bijak dan mempertimbangkan dampak perdagangan internasional
pada kepentingan sosial dan lingkungan global
Pengertian etika konsumsi dalam Islam dapat ditemukan dalam hadis
sebagai sumber ajaran agama. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim,
Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah suka melihat bekas makanan di
antara umat manusia" (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menunjukkan
pentingnya memperhatikan etika konsumsi makanan, seperti tidak membuang sisa
makanan yang masih bisa dimanfaatkan oleh orang lain.
"
Artinya: Dari Anas bin Malik ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
"Sesungguhnya Allah SWT menyukai untuk melihat bekas makanan di antara
keluarga-keluarga".6
Dalam hadis lain, Rasulullah saw. bersabda, "Makanan yang paling baik
adalah yang cukup bagi orang yang memakannya" (HR. Ibnu Majah). Hadis ini
menunjukkan pentingnya tidak berlebihan dalam konsumsi makanan atau
minuman, dan menunjukkan pentingnya prinsip kesederhanaan dalam etika
konsumsi.
5
M. Hamid, et al., “Islamic Consumer Behavior: An Overview and Future Directions,” International
Journal of Business and Management, vol. 10, no. 1, 2015, h. 196.
6
HR. Bukhari dan Muslim, Kitab Al-Ashribah, Bab Ma Jaa' Fi Al-Khamr wa Al-Ma'azif
2
صلى
عليه وسل هللا
"
Artinya: Dari Jabir bin Abdullah ra., ia berkata: Nabi saw. bersabda:
"Makanan yang paling baik adalah yang cukup bagi orang yang memakannya, dan
minuman yang paling baik adalah yang diinginkan oleh hamba” 7
7
HR. Ibnu Majah, Kitab Al-At'imah, Bab Mabda' Al-Jam' Ma Al-Qada' Lihi Fi Al-Ta'am.
8
Khoirudin, M., & Prasetyo, B. (2020). Konsep Qana’ah dalam Al-Qur’an dan Implikasinya pada
Pengembangan Karakter Bangsa. Jurnal Pendidikan Islam, 7(1), 85-101.
3
Prinsip sederhana lainnya dalam konsumsi Islam adalah prinsip israf, yaitu
keborosan atau pemborosan. Prinsip ini mengajarkan umat Islam untuk
memanfaatkan sumber daya secara bijaksana dan tidak boros. Dalam konteks
konsumsi, prinsip israf mengajarkan umat Islam untuk membeli barang yang
dibutuhkan, tidak berlebihan dalam makanan dan minuman, serta membuang sisa
makanan dengan bijaksana.
Selain itu, prinsip lainnya adalah prinsip tabdzir, yaitu penggunaan sumber
daya dengan bijaksana. Prinsip ini mengajarkan umat Islam untuk tidak membuang
sumber daya secara sia-sia dan menggunakan sumber daya yang ada dengan
bijaksana. Dalam konteks konsumsi, prinsip tabdzir mengajarkan umat Islam untuk
membuang sisa makanan dengan bijaksana dan memanfaatkan sumber daya yang
ada dengan sebaik-baiknya.9
Dari prinsip-prinsip sederhana dalam konsumsi dalam Islam, bahwa umat
Islam harus memperhatikan kebutuhan mereka dan tidak berlebihan dalam
konsumsi. Prinsip ini juga mengajarkan umat Islam untuk memanfaatkan sumber
daya secara bijaksana, membuang sisa makanan dengan bijaksana, dan tidak
menghambur-hamburkan harta benda. Dengan mengikuti prinsip sederhana dalam
konsumsi, umat Islam dapat hidup secara seimbang dan memberikan manfaat bagi
diri mereka sendiri dan masyarakat di sekitar mereka.
Berikut adalah hadis sahih yang berkaitan dengan prinsip sederhana dalam
konsumsi dalam Islam:
"
9
Nasir, M. (2019). Penafsiran Konsep Keberlanjutan dalam Islam: Studi Komparatif antara
Pandangan Klasik dan Kontemporer. Jurnal Ilmu Sosial dan Agama, 17(2), 77-90.
4
Artinya: Dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda, "Tidaklah seorang manusia memenuhi suatu wadah yang lebih
buruk daripada perutnya. Cukuplah anak Adam untuk mengonsumsi beberapa
suapan yang cukup mempertahankan kekuatannya. Jika ia memang harus makan
lebih dari itu, maka hendaknya ia membaginya menjadi tiga bagian: sepertiga
untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk
napasnya." 10
10
HR. Tirmidzi no. 2380
5
produk yang ramah lingkungan dan mengurangi konsumsi sumber daya seperti
energi dan air. Reuse berarti memperpanjang umur barang dengan cara
menggunakannya kembali. Dalam praktiknya, reuse dapat dilakukan dengan
menggunakan kembali kantong belanja atau botol minuman, atau mengubah bahan-
bahan bekas menjadi produk yang dapat digunakan kembali.
Recycle adalah proses daur ulang bahan-bahan mentah untuk mengurangi
jumlah limbah yang dihasilkan. Banyak produk yang terbuat dari bahan-bahan
mentah seperti kertas, kardus, plastik, dan logam dapat didaur ulang menjadi produk
baru. Penggunaan prinsip 3R tidak hanya dapat mengurangi dampak lingkungan
dari konsumsi, tetapi juga dapat menghemat biaya produksi dan memberikan
manfaat ekonomi.11
Upaya untuk mengurangi israf dalam konsumsi tidak selalu mudah, karena
dapat melibatkan perubahan perilaku dan budaya. Sebagai contoh, di banyak
negara, konsumsi makanan dalam jumlah yang berlebihan telah menjadi bagian dari
budaya, dan seringkali dianggap sebagai tanda kemakmuran. Perubahan ini harus
dilakukan secara bertahap, dengan mengedukasi masyarakat tentang dampak
lingkungan dari konsumsi yang berlebihan dan memberikan alternatif yang lebih
ramah lingkungan.
Berikut adalah hadis mengenai israf dalam konsumsi:
"
11
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2021). Program 3R. 9 Mei 2023,
12
HR. Tirmidzi no. 2345 dalam kitab Sunan Tirmidzi
6
adalah perilaku yang bertentangan dengan ajaran agama Islam dan dapat memicu
dampak buruk bagi keberlangsungan lingkungan dan masyarakat. Oleh karena itu,
hadis ini menjadi pengingat penting bagi kita untuk menggunakan sumber daya
dengan bijak dan bertanggung jawab.
13
Surah al-A'raf ayat 31
7
4. Salah satu contoh israf dalam konsumsi adalah pada penggunaan air.
Banyak orang yang membuang air yang masih dapat digunakan, padahal air
merupakan sumber daya yang sangat penting dan semakin langka di
beberapa daerah. Oleh karena itu, menghemat air harus menjadi suatu
kebiasaan yang dilakukan oleh setiap orang.
5. Selain itu, israf juga dapat terjadi dalam penggunaan bahan-bahan mentah
seperti kayu, batu, dan tanah. Penebangan hutan secara liar dan pengambilan
batu dan tanah secara tidak bijaksana dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan hidup dan mengancam keberlangsungan hidup manusia.
6. Konsumsi makanan juga dapat menjadi sumber israf dalam konsumsi.
Banyak makanan yang terbuang karena kadaluwarsa atau karena tidak
sesuai dengan selera, padahal masih bisa dimanfaatkan. Israf dalam
konsumsi makanan juga berdampak pada ketidakseimbangan pangan dan
kelaparan di beberapa daerah.
7. Larangan israf dalam konsumsi juga terkait dengan tindakan pemakaian
barang-barang yang tidak perlu. Pemakaian barang-barang yang tidak
penting akan menghasilkan limbah yang banyak dan menguras sumber daya
alam yang semakin langka.
8. Mengurangi israf dalam konsumsi dapat dilakukan dengan menerapkan
prinsip pengurangan, reuse, dan recycle (3R) dalam penggunaan sumber
daya. Prinsip ini bertujuan untuk mengurangi limbah dan meminimalkan
penggunaan sumber daya alam yang terbatas. Konsep pengurangan berarti
mengurangi jumlah barang yang dibeli atau dikonsumsi,
8
pemborosan sumber daya alam, krisis pangan, dan bahkan kecenderungan untuk
menjadi boros dan terus mengonsumsi barang dan makanan yang tidak perlu.
Hadis yang terkait dengan israf dalam konsumsi adalah sebagai berikut:
" Artinya: "Allah mencintai bahwa jejak nikmat-Nya terlihat pada hamba-
14
Nya."
Dalam hadis ini, Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa Allah SWT
ingin agar umat manusia menggunakan nikmat-Nya secara bijaksana dan tidak
berlebihan dalam memanfaatkannya. Hal ini menunjukkan pentingnya menjaga
kelestarian sumber daya alam untuk kepentingan masa depan, sehingga tidak terjadi
kerusakan lingkungan hidup akibat israf dalam konsumsi.
Dampak negatif dari israf dalam konsumsi adalah:
1. Kerusakan lingkungan hidup: Israf dalam penggunaan sumber daya alam
seperti air, kayu, batu, dan tanah dapat menyebabkan kerusakan lingkungan
hidup seperti penebangan hutan secara liar, pengambilan batu dan tanah
secara tidak bijaksana, dan pembuangan limbah yang tidak terkelola dengan
baik.
2. Pemborosan sumber daya alam: Israf dalam penggunaan sumber daya alam
seperti air, listrik, dan bahan bakar dapat menyebabkan pemborosan sumber
daya alam yang semakin langka dan sulit didapatkan.
3. Krisis pangan: Israf dalam konsumsi makanan dapat menyebabkan
ketidakseimbangan pangan dan kelaparan di beberapa daerah, karena banyak
makanan yang terbuang karena kadaluwarsa atau karena tidak sesuai dengan
selera.
4. Keberlanjutan ekonomi: Israf dalam konsumsi dapat mengancam
keberlangsungan hidup manusia karena sumber daya alam yang semakin
14
HR. Bukhari dan Muslim
9
terbatas, sehingga dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat.
5. Kecenderungan boros: Israf dalam konsumsi dapat membentuk
kecenderungan boros pada diri sendiri, sehingga seseorang akan terus
mengonsumsi barang dan makanan yang tidak perlu, tanpa memikirkan
konsekuensi jangka panjang yang mungkin terjadi pada diri sendiri dan
lingkungan hidup.
Untuk menghindari dampak negatif israf dalam konsumsi, maka diperlukan
kesadaran dan tanggung jawab dalam memanfaatkan sumber daya alam, barang,
dan makanan secara bijaksana dan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.
..
10
BAB III PENUTUP
11
DAFTAR PUSTAKA
Afifudin, H. Afifudin. Ensiklopedia di Islam. Bandung: Pustaka setia,
2009,h.10-11.
Amin, M.Arifin Amin. Pentingnya etika konsumsi dalam perspektif islam.
Jurnal studi agama dan masyarakat,vol.7, No.2, 2016. h.158-159.
Hamid, M.Hamid. Islamin costumer behavior: An overview and future
direction. International journal of business and management,
Vol.10, no.1, 2015, h.196
Kementerian lingkungan hidup dan kehutanan (2021), program 3R. 9 mei
Natanagara, Etika bisnis dan etika lingkungan, jakarta: Grasindo, 2014, h.56
Qadir, Ali Hasan Abdul. Masa depan konsumsi islam. Jakarta : Gema Insani
2015, h.10-11
12