Anda di halaman 1dari 15

ETIKA KONSUMSI:PRINSIP SEDERHANA DALAM

KONSUMSI:LARANGAN BERLEBIHAN (Israf) DALAM


KONSUMSI
MAKALAH HADIS EKONOMI

Disusun Oleh :

Kelompok 7
Sinarta Sgalingging (0506213111)
Ayla Nisha Meilani (0506212170)
Adila Khairani Tambunan (0506213194)
DOSEN PENGAMPU : SAWALUDDIN, M.Ag

PROGRAM STUDI MANAJEMEN IV-D

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUMATERA UTARA

TP. 2022/2023
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... i

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................ ii
A. Pengertian Etika konsumsi….……………………………………………...…1
B. Prinsip Sederhana dalam Konsumsi islam……………………….…………...3
C. Pengertian Israf dalam Konsumsi……………………………………………5
D. Larangan Berlebihan (Israf) dalam Konsumsi………………………………..7
E. Dampak negatif israf daam konsumsi………………………………………...8

BAB III PENUTUP……………………………………....……………….……...11

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….……….12

i
BAB I
PENDAHULUAN

Konsumsi merupakan hal yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia.


Setiap orang membutuhkan konsumsi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Namun, konsumsi yang berlebihan dan tidak terkontrol dapat menimbulkan
dampak negatif bagi individu, lingkungan, dan masyarakat sekitar. Oleh karena itu,
etika konsumsi menjadi penting untuk dibahas guna meminimalisir dampak negatif
dari konsumsi tersebut.1
Etika konsumsi merupakan seperangkat prinsip dan nilai yang mengatur
tindakan konsumsi agar sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan, lingkungan, dan
keadilan sosial. Dalam konteks Islam, etika konsumsi memiliki prinsip sederhana
dalam konsumsi yang harus diikuti oleh setiap muslim. Selain itu, etika konsumsi
juga melarang konsumsi yang berlebihan atau israf yang dapat merusak lingkungan
dan kehidupan sosial.2
Pentingnya membahas etika konsumsi terletak pada upaya untuk
mengembangkan pola konsumsi yang berkelanjutan dan bertanggung jawab. Hal
ini sangat relevan dengan kondisi lingkungan dan sosial yang semakin rapuh dan
memerlukan upaya untuk meminimalisir dampak negatif dari konsumsi yang
berlebihan. Oleh karena itu, pembahasan mengenai etika konsumsi perlu dilakukan
guna menciptakan masyarakat yang memiliki kesadaran tinggi dalam melakukan
konsumsi yang berkelanjutan dan bertanggung jawab.3
Permasalahan yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah mengenai prinsip
sederhana dalam konsumsi dalam Islam serta larangan berlebihan (israf) dalam
konsumsi. Tulisan ini akan membahas secara lengkap mengenai pengertian etika
konsumsi, prinsip sederhana dalam konsumsi Islam, pengertian israf dalam
konsumsi, larangan berlebihan (israf) dalam konsumsi, serta dampak negatif dari
israf dalam konsumen

1
H. Afifuddin, Ensiklopedi Islam, cet. V, Bandung: Pustaka Setia, 2009, h. 75-76.
2
Ali Hasan Abdul Qadir, Masa Depan Konsumsi Islam, Jakarta: Gema Insani, 2015, h. 10-11.
3
M. Arifin Amin, "Pentingnya Etika Konsumsi dalam Perspektif Islam", Jurnal Studi Agama dan
Masyarakat, Vol. 7, No. 2, 2016, h. 158-159.
ii
BAB II ETIKA KONSUMSI

A. Pengertian Etika Konsumsi


Etika konsumsi adalah sebuah konsep yang mencakup prinsip-prinsip dan
nilai-nilai yang mengatur perilaku konsumsi individu dalam masyarakat. Konsep ini
berfokus pada cara seseorang melakukan konsumsi, baik itu dalam pemilihan
produk, penggunaannya, hingga pembuangan atau daur ulang produk yang sudah
tidak terpakai. Etika konsumsi tidak hanya menekankan pada kepentingan individu,
namun juga pada kepentingan sosial dan lingkungan sekitar. Etika konsumsi
menekankan bahwa konsumsi yang baik adalah konsumsi yang memenuhi
kebutuhan sehari-hari namun tetap memperhatikan dampak sosial dan lingkungan
dari perilaku konsumsi tersebut.
Prinsip sederhana dalam etika konsumsi adalah bahwa konsumsi harus
dilakukan dengan sadar, rasional, dan proporsional. Sadar dalam arti bahwa
seseorang harus memahami dengan baik produk yang akan dikonsumsi, termasuk
bahan-bahan yang digunakan dalam produk tersebut. Rasional dalam arti bahwa
seseorang harus membuat keputusan yang didasarkan pada informasi yang ada dan
mempertimbangkan semua aspek yang relevan, termasuk kepentingan sosial dan
lingkungan. Proporsional dalam arti bahwa seseorang harus membatasi
konsumsinya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya.
Etika konsumsi juga menekankan pada larangan berlebihan (israf) dalam
konsumsi. Israf dapat merujuk pada perilaku konsumsi yang berlebihan atau
pemborosan sumber daya. Israf bukan hanya merugikan individu namun juga
masyarakat dan lingkungan. Oleh karena itu, etika konsumsi menekankan
pentingnya membatasi konsumsi dan menggunakan sumber daya dengan bijak agar
tidak merugikan diri sendiri maupun lingkungan.4
Dalam Islam, etika konsumsi diatur dalam konsep muamalah, yang berarti
hubungan antar manusia. Islam menekankan pentingnya menjaga keadilan dalam
setiap hubungan muamalah, termasuk dalam konsumsi. Islam juga menekankan
bahwa manusia harus menjalankan amanah dalam pengelolaan sumber daya yang

4
Natanagara, Etika Bisnis dan Etika Lingkungan, Jakarta: Grasindo, 2014, h. 56.

1
ada di bumi, sehingga sumber daya tersebut dapat digunakan dengan baik oleh
generasi saat ini maupun masa yang akan datang.5
Dalam konteks global, etika konsumsi juga menekankan pada pentingnya
menjaga kesetaraan dan keadilan dalam perdagangan internasional. Perdagangan
internasional yang tidak adil dapat merugikan negara-negara yang sedang
berkembang, sehingga etika konsumsi menekankan pada pentingnya melakukan
konsumsi yang bijak dan mempertimbangkan dampak perdagangan internasional
pada kepentingan sosial dan lingkungan global
Pengertian etika konsumsi dalam Islam dapat ditemukan dalam hadis
sebagai sumber ajaran agama. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim,
Rasulullah saw. bersabda, "Sesungguhnya Allah suka melihat bekas makanan di
antara umat manusia" (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menunjukkan
pentingnya memperhatikan etika konsumsi makanan, seperti tidak membuang sisa
makanan yang masih bisa dimanfaatkan oleh orang lain.

"

Artinya: Dari Anas bin Malik ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda:
"Sesungguhnya Allah SWT menyukai untuk melihat bekas makanan di antara
keluarga-keluarga".6

Dalam hadis lain, Rasulullah saw. bersabda, "Makanan yang paling baik
adalah yang cukup bagi orang yang memakannya" (HR. Ibnu Majah). Hadis ini
menunjukkan pentingnya tidak berlebihan dalam konsumsi makanan atau
minuman, dan menunjukkan pentingnya prinsip kesederhanaan dalam etika
konsumsi.

5
M. Hamid, et al., “Islamic Consumer Behavior: An Overview and Future Directions,” International
Journal of Business and Management, vol. 10, no. 1, 2015, h. 196.
6
HR. Bukhari dan Muslim, Kitab Al-Ashribah, Bab Ma Jaa' Fi Al-Khamr wa Al-Ma'azif

2
‫صلى‬
‫عليه وسل‬ ‫هللا‬
"

Artinya: Dari Jabir bin Abdullah ra., ia berkata: Nabi saw. bersabda:
"Makanan yang paling baik adalah yang cukup bagi orang yang memakannya, dan
minuman yang paling baik adalah yang diinginkan oleh hamba” 7

Dari hadis-hadis di atas, dapat disimpulkan bahwa etika konsumsi dalam


Islam mencakup prinsip-prinsip seperti tidak membuang makanan yang masih bisa
dimanfaatkan, memperhatikan kebutuhan orang lain dalam konsumsi makanan, dan
tidak berlebihan dalam konsumsi makanan atau minuman. Panduan ini diharapkan
dapat membantu umat manusia untuk hidup dalam kesederhanaan dan menghargai
karunia Allah SWT.

B. Prinsip Sederhana dalam Konsumsi islam


Prinsip sederhana dalam konsumsi adalah prinsip yang sangat dijunjung
tinggi dalam agama Islam. Konsep sederhana dalam konsumsi mendorong umat
Islam untuk hidup secara hemat, tidak berlebihan, dan memperhatikan kebutuhan
orang lain di sekitar mereka. Prinsip ini didasarkan pada keyakinan bahwa umat
Islam harus menjadi pemakmur di muka bumi dan memelihara keseimbangan alam.
Salah satu prinsip sederhana dalam konsumsi dalam Islam adalah prinsip
qana'ah, yaitu kesederhanaan atau kepuasan dalam kehidupan. Prinsip ini
mengajarkan bahwa umat Islam harus membatasi keinginan dan tidak terlalu
berambisi dalam mencapai kekayaan. Dalam konteks konsumsi, prinsip qana'ah
mengajarkan umat Islam untuk tidak serakah dan memenuhi kebutuhan mereka
secara sederhana, tanpa berlebihan.8

7
HR. Ibnu Majah, Kitab Al-At'imah, Bab Mabda' Al-Jam' Ma Al-Qada' Lihi Fi Al-Ta'am.
8
Khoirudin, M., & Prasetyo, B. (2020). Konsep Qana’ah dalam Al-Qur’an dan Implikasinya pada
Pengembangan Karakter Bangsa. Jurnal Pendidikan Islam, 7(1), 85-101.

3
Prinsip sederhana lainnya dalam konsumsi Islam adalah prinsip israf, yaitu
keborosan atau pemborosan. Prinsip ini mengajarkan umat Islam untuk
memanfaatkan sumber daya secara bijaksana dan tidak boros. Dalam konteks
konsumsi, prinsip israf mengajarkan umat Islam untuk membeli barang yang
dibutuhkan, tidak berlebihan dalam makanan dan minuman, serta membuang sisa
makanan dengan bijaksana.
Selain itu, prinsip lainnya adalah prinsip tabdzir, yaitu penggunaan sumber
daya dengan bijaksana. Prinsip ini mengajarkan umat Islam untuk tidak membuang
sumber daya secara sia-sia dan menggunakan sumber daya yang ada dengan
bijaksana. Dalam konteks konsumsi, prinsip tabdzir mengajarkan umat Islam untuk
membuang sisa makanan dengan bijaksana dan memanfaatkan sumber daya yang
ada dengan sebaik-baiknya.9
Dari prinsip-prinsip sederhana dalam konsumsi dalam Islam, bahwa umat
Islam harus memperhatikan kebutuhan mereka dan tidak berlebihan dalam
konsumsi. Prinsip ini juga mengajarkan umat Islam untuk memanfaatkan sumber
daya secara bijaksana, membuang sisa makanan dengan bijaksana, dan tidak
menghambur-hamburkan harta benda. Dengan mengikuti prinsip sederhana dalam
konsumsi, umat Islam dapat hidup secara seimbang dan memberikan manfaat bagi
diri mereka sendiri dan masyarakat di sekitar mereka.
Berikut adalah hadis sahih yang berkaitan dengan prinsip sederhana dalam
konsumsi dalam Islam:

"

9
Nasir, M. (2019). Penafsiran Konsep Keberlanjutan dalam Islam: Studi Komparatif antara
Pandangan Klasik dan Kontemporer. Jurnal Ilmu Sosial dan Agama, 17(2), 77-90.

4
Artinya: Dari Anas bin Malik, ia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda, "Tidaklah seorang manusia memenuhi suatu wadah yang lebih
buruk daripada perutnya. Cukuplah anak Adam untuk mengonsumsi beberapa
suapan yang cukup mempertahankan kekuatannya. Jika ia memang harus makan
lebih dari itu, maka hendaknya ia membaginya menjadi tiga bagian: sepertiga
untuk makanannya, sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga lagi untuk
napasnya." 10

Hadis ini mengajarkan kita untuk mengikuti prinsip sederhana dalam


konsumsi. Kita sebaiknya tidak berlebihan dalam makan dan minum, namun
mengambil apa yang cukup untuk mempertahankan kekuatan kita. Jika kita harus
makan lebih dari itu, kita harus membaginya menjadi tiga bagian, dengan sepertiga
untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga lagi untuk napas kita. Hal
ini akan membantu kita untuk menghindari perilaku mubazir (boros) dan
memperhatikan kebutuhan kita yang seimbang.

C. Pengertian Israf dalam Konsumsi


Israf dalam konsumsi merujuk pada perilaku pemborosan atau penggunaan
sumber daya secara berlebihan, baik itu dalam jumlah yang tidak diperlukan atau
dalam kualitas yang tidak dibutuhkan. Israf dalam konsumsi tidak hanya terjadi
pada individu, tetapi juga pada skala yang lebih besar seperti pada tingkat
perusahaan atau bahkan pada tingkat negara. Israf dapat terjadi pada sumber daya
yang beragam, seperti makanan, air, energi, atau bahan-bahan mentah lainnya.
Pengertian israf dalam konsumsi harus dipahami dalam konteks
keberlanjutan. Saat sumber daya alam yang terbatas semakin habis, maka israf
dalam konsumsi dapat menimbulkan dampak yang semakin besar pada lingkungan
hidup. Israf dalam konsumsi mendorong produksi yang lebih besar, dan dalam
banyak kasus, memicu penggunaan bahan-bahan yang berbahaya atau lingkungan
hidup. Oleh karena itu, prinsip pengurangan, reuse, dan recycle (3R) dalam
penggunaan sumber daya menjadi sangat penting.
Pengurangan dalam konsumsi bertujuan untuk mengurangi jumlah sumber
daya yang dibutuhkan untuk produksi barang dan jasa, sehingga dapat mengurangi
dampak lingkungan yang dihasilkan. Pengurangan dapat dilakukan dengan memilih

10
HR. Tirmidzi no. 2380

5
produk yang ramah lingkungan dan mengurangi konsumsi sumber daya seperti
energi dan air. Reuse berarti memperpanjang umur barang dengan cara
menggunakannya kembali. Dalam praktiknya, reuse dapat dilakukan dengan
menggunakan kembali kantong belanja atau botol minuman, atau mengubah bahan-
bahan bekas menjadi produk yang dapat digunakan kembali.
Recycle adalah proses daur ulang bahan-bahan mentah untuk mengurangi
jumlah limbah yang dihasilkan. Banyak produk yang terbuat dari bahan-bahan
mentah seperti kertas, kardus, plastik, dan logam dapat didaur ulang menjadi produk
baru. Penggunaan prinsip 3R tidak hanya dapat mengurangi dampak lingkungan
dari konsumsi, tetapi juga dapat menghemat biaya produksi dan memberikan
manfaat ekonomi.11
Upaya untuk mengurangi israf dalam konsumsi tidak selalu mudah, karena
dapat melibatkan perubahan perilaku dan budaya. Sebagai contoh, di banyak
negara, konsumsi makanan dalam jumlah yang berlebihan telah menjadi bagian dari
budaya, dan seringkali dianggap sebagai tanda kemakmuran. Perubahan ini harus
dilakukan secara bertahap, dengan mengedukasi masyarakat tentang dampak
lingkungan dari konsumsi yang berlebihan dan memberikan alternatif yang lebih
ramah lingkungan.
Berikut adalah hadis mengenai israf dalam konsumsi:

"

Artinya: "Sesungguhnya Allah suka jika jejak nikmat-Nya terlihat pada


hamba-Nya." 12

Hadis ini mengajarkan bahwa kita sebagai manusia seharusnya mensyukuri


nikmat-nikmat yang diberikan oleh Allah dan tidak membuang-buangnya dengan
cara yang berlebihan atau sia-sia. Kita harus memperlakukan sumber daya dengan
penuh rasa syukur dan tidak menyalahgunakannya. Dalam konteks konsumsi, israf

11
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. (2021). Program 3R. 9 Mei 2023,
12
HR. Tirmidzi no. 2345 dalam kitab Sunan Tirmidzi

6
adalah perilaku yang bertentangan dengan ajaran agama Islam dan dapat memicu
dampak buruk bagi keberlangsungan lingkungan dan masyarakat. Oleh karena itu,
hadis ini menjadi pengingat penting bagi kita untuk menggunakan sumber daya
dengan bijak dan bertanggung jawab.

D. Larangan Berlebihan (Israf) Dalam Konsumsi


Larangan berlebihan atau israf dalam konsumsi merupakan suatu tindakan
yang melampaui batas kebutuhan yang seharusnya diperlukan dan berakibat pada
pemborosan sumber daya alam yang terbatas. Israf dalam konsumsi bisa terjadi
dalam berbagai hal, seperti penggunaan air, listrik, bahan mentah, makanan, dan
pemakaian barang-barang yang tidak perlu. Praktik israf ini sangat merugikan, baik
dari segi ekonomi, lingkungan hidup, maupun sosial. Oleh karena itu, perlu adanya
kesadaran dan tindakan untuk mengurangi israf dalam konsumsi agar dapat menjaga
keseimbangan alam dan keberlangsungan hidup manusia. Berikut ini adalah yang
menjelaskan larangan berlebihan (israf) dalam konsumsi :
1. Al-Quran mengajarkan bahwa israf merupakan suatu perbuatan yang
dilarang. Dalam Surah al-A'raf ayat 31, Allah SWT berfirman, "Wahai anak
Adam, pakailah perhiasanmu pada setiap waktu ketika kamu beribadah dan
makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan, sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."13
2. Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan bahwa israf dalam konsumsi
adalah tindakan yang dilarang. Beliau bersabda, "Janganlah kamu berlebih-
lebihan dalam makanan dan minuman, karena sesungguhnya itu dapat
membuatmu sakit dan menghambatmu dalam ibadah." (HR. Ibnu Majah)
3. Israf dalam konsumsi tidak hanya terjadi pada individu, tetapi juga pada
tingkat perusahaan dan bahkan pada tingkat negara. Hal ini terjadi ketika
sumber daya alam yang terbatas digunakan secara berlebihan dan tidak
bijaksana, sehingga menyebabkan pemborosan dan kerusakan lingkungan
hidup.

13
Surah al-A'raf ayat 31

7
4. Salah satu contoh israf dalam konsumsi adalah pada penggunaan air.
Banyak orang yang membuang air yang masih dapat digunakan, padahal air
merupakan sumber daya yang sangat penting dan semakin langka di
beberapa daerah. Oleh karena itu, menghemat air harus menjadi suatu
kebiasaan yang dilakukan oleh setiap orang.
5. Selain itu, israf juga dapat terjadi dalam penggunaan bahan-bahan mentah
seperti kayu, batu, dan tanah. Penebangan hutan secara liar dan pengambilan
batu dan tanah secara tidak bijaksana dapat menyebabkan kerusakan
lingkungan hidup dan mengancam keberlangsungan hidup manusia.
6. Konsumsi makanan juga dapat menjadi sumber israf dalam konsumsi.
Banyak makanan yang terbuang karena kadaluwarsa atau karena tidak
sesuai dengan selera, padahal masih bisa dimanfaatkan. Israf dalam
konsumsi makanan juga berdampak pada ketidakseimbangan pangan dan
kelaparan di beberapa daerah.
7. Larangan israf dalam konsumsi juga terkait dengan tindakan pemakaian
barang-barang yang tidak perlu. Pemakaian barang-barang yang tidak
penting akan menghasilkan limbah yang banyak dan menguras sumber daya
alam yang semakin langka.
8. Mengurangi israf dalam konsumsi dapat dilakukan dengan menerapkan
prinsip pengurangan, reuse, dan recycle (3R) dalam penggunaan sumber
daya. Prinsip ini bertujuan untuk mengurangi limbah dan meminimalkan
penggunaan sumber daya alam yang terbatas. Konsep pengurangan berarti
mengurangi jumlah barang yang dibeli atau dikonsumsi,

E. Dampak negatif israf dalam konsumsi


Israf dalam konsumsi dapat diartikan sebagai perilaku atau tindakan yang
berlebihan dalam menggunakan atau memanfaatkan sumber daya alam, barang, atau
makanan, melebihi batas yang diperlukan atau yang diperbolehkan oleh agama dan
norma-norma sosial. Hal ini dapat menyebabkan dampak negatif baik pada
lingkungan hidup maupun pada diri sendiri, seperti kerusakan lingkungan,

8
pemborosan sumber daya alam, krisis pangan, dan bahkan kecenderungan untuk
menjadi boros dan terus mengonsumsi barang dan makanan yang tidak perlu.
Hadis yang terkait dengan israf dalam konsumsi adalah sebagai berikut:

" Artinya: "Allah mencintai bahwa jejak nikmat-Nya terlihat pada hamba-
14
Nya."

Dalam hadis ini, Nabi Muhammad SAW menyatakan bahwa Allah SWT
ingin agar umat manusia menggunakan nikmat-Nya secara bijaksana dan tidak
berlebihan dalam memanfaatkannya. Hal ini menunjukkan pentingnya menjaga
kelestarian sumber daya alam untuk kepentingan masa depan, sehingga tidak terjadi
kerusakan lingkungan hidup akibat israf dalam konsumsi.
Dampak negatif dari israf dalam konsumsi adalah:
1. Kerusakan lingkungan hidup: Israf dalam penggunaan sumber daya alam
seperti air, kayu, batu, dan tanah dapat menyebabkan kerusakan lingkungan
hidup seperti penebangan hutan secara liar, pengambilan batu dan tanah
secara tidak bijaksana, dan pembuangan limbah yang tidak terkelola dengan
baik.
2. Pemborosan sumber daya alam: Israf dalam penggunaan sumber daya alam
seperti air, listrik, dan bahan bakar dapat menyebabkan pemborosan sumber
daya alam yang semakin langka dan sulit didapatkan.
3. Krisis pangan: Israf dalam konsumsi makanan dapat menyebabkan
ketidakseimbangan pangan dan kelaparan di beberapa daerah, karena banyak
makanan yang terbuang karena kadaluwarsa atau karena tidak sesuai dengan
selera.
4. Keberlanjutan ekonomi: Israf dalam konsumsi dapat mengancam
keberlangsungan hidup manusia karena sumber daya alam yang semakin

14
HR. Bukhari dan Muslim

9
terbatas, sehingga dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi dan
kesejahteraan masyarakat.
5. Kecenderungan boros: Israf dalam konsumsi dapat membentuk
kecenderungan boros pada diri sendiri, sehingga seseorang akan terus
mengonsumsi barang dan makanan yang tidak perlu, tanpa memikirkan
konsekuensi jangka panjang yang mungkin terjadi pada diri sendiri dan
lingkungan hidup.
Untuk menghindari dampak negatif israf dalam konsumsi, maka diperlukan
kesadaran dan tanggung jawab dalam memanfaatkan sumber daya alam, barang,
dan makanan secara bijaksana dan sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

..

10
BAB III PENUTUP

Dalam konsumsi, prinsip sederhana dapat membantu kita dalam menjaga


keseimbangan antara kebutuhan dan ketersediaan sumber daya alam. Prinsip
pengurangan, reuse, dan recycle (3R) dapat menjadi panduan dalam penggunaan
sumber daya secara bijaksana dan berkelanjutan. Dalam hal ini, larangan
berlebihan (israf) dalam konsumsi juga sangat penting untuk dipahami dan
diimplementasikan. Mengurangi israf dalam konsumsi dapat membantu menjaga
keberlangsungan sumber daya alam yang semakin langka, serta meminimalisasi
dampak negatif terhadap lingkungan dan kehidupan manusia. Oleh karena itu, mari
kita bersama-sama mengadopsi etika konsumsi yang baik dan bertanggung jawab
untuk keberlangsungan hidup kita dan generasi masa depan.

11
DAFTAR PUSTAKA
Afifudin, H. Afifudin. Ensiklopedia di Islam. Bandung: Pustaka setia,
2009,h.10-11.
Amin, M.Arifin Amin. Pentingnya etika konsumsi dalam perspektif islam.
Jurnal studi agama dan masyarakat,vol.7, No.2, 2016. h.158-159.
Hamid, M.Hamid. Islamin costumer behavior: An overview and future
direction. International journal of business and management,
Vol.10, no.1, 2015, h.196
Kementerian lingkungan hidup dan kehutanan (2021), program 3R. 9 mei
Natanagara, Etika bisnis dan etika lingkungan, jakarta: Grasindo, 2014, h.56
Qadir, Ali Hasan Abdul. Masa depan konsumsi islam. Jakarta : Gema Insani
2015, h.10-11

12

Anda mungkin juga menyukai