Anda di halaman 1dari 10

Dampak Scarring Effect Terhadap

Pertumbuhan Ekonomi Pasca Covid 19

Pendahuluan
Pandemi Covid-19 telah mengubah kehidupan manusia secara global.
Selain mengganggu sektor kesehatan, pandemi ini juga memberikan dampak
signifikan pada sektor ekonomi. Pandemi ini menyebabkan resesi ekonomi global
yang signifikan dan meningkatkan tingkat pengangguran di banyak negara di
seluruh dunia. Kendati beberapa negara telah memulai proses pemulihan ekonomi,
namun dampak dari pandemi ini masih terasa hingga saat ini.
Scarring Effect menjadi salah satu dampak ekonomi yang timbul pasca
pandemi Covid-19. Scarring effect terjadi ketika dampak pandemi berlangsung
dalam jangka waktu yang lama dan menyebabkan perubahan yang permanen pada
ekonomi. Scarring effect ini mengacu pada berbagai dampak ekonomi yang terjadi
selama periode pemulihan ekonomi pasca pandemi, seperti penurunan
produktivitas, peningkatan pengangguran jangka panjang, dan penurunan
kemampuan investasi. Dampak tersebut berpotensi mempengaruhi pertumbuhan
ekonomi suatu negara.
Indonesia juga merasakan dampak ekonomi yang signifikan dari pandemi
Covid-19. Pemerintah Indonesia harus berupaya keras untuk mengatasi dampak
ekonomi yang ditimbulkan oleh pandemi ini. Scarring Effect yang terjadi di
Indonesia dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi jangka panjang, sehingga
sangat penting untuk mengidentifikasi dampak tersebut dan mengambil tindakan
untuk meminimalkannya.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis dampak Scarring Effect pada
pertumbuhan ekonomi di Indonesia pasca pandemi Covid-19. Penelitian ini akan
mengidentifikasi dampak Scarring Effect pada pertumbuhan ekonomi dan
memberikan rekomendasi untuk meminimalkan dampak tersebut. Penelitian ini
juga akan menganalisis beberapa faktor yang mempengaruhi dampak dari
Scarring Effect pada pertumbuhan ekonomi, seperti kebijakan pemerintah, tingkat
investasi, dan tingkat pengangguran.
Dengan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang
lebih mendalam tentang dampak pandemi Covid-19 pada pertumbuhan ekonomi
di Indonesia. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi
yang berguna bagi pemerintah dan stakeholder lainnya dalam mengembangkan
strategi untuk pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19. Dalam hal ini,
penting untuk memperhatikan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dampak
dari Scarring Effect pada pertumbuhan ekonomi, sehingga dapat diambil langkah-
langkah yang tepat untuk meminimalkan dampak tersebut dan mempercepat
pemulihan ekonomi Indonesia.
Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang signifikan pada
berbagai sektor ekonomi di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Dampak
pandemi ini tidak hanya terbatas pada kesehatan, namun juga pada aspek sosial
dan ekonomi. Salah satu sektor yang paling terdampak adalah sektor
ketenagakerjaan. Pemberlakuan social distancing dan pembatasan mobilitas
penduduk untuk memutus rantai penyebaran virus sangat berdampak pada
perkembangan angkatan kerja dan berimplikasi pada penurunan lapangan kerja.
Akibatnya, tidak sedikit pekerja yang kehilangan pekerjaan baik sementara
maupun permanen.
Dalam konteks Indonesia, Badan Pusat Statistik (2021) mencatat bahwa
pandemi Covid-19 telah menyebabkan beberapa luka dalam (Scarring Effect)
dalam sektor ketenagakerjaan. Salah satu dampaknya adalah meningkatnya angka
pengangguran. Selain itu, pandemi ini juga menyebabkan penduduk yang bukan
angkatan kerja pernah berhenti bekerja pada Februari-Agustus 2020 dan
menyebabkan penduduk bekerja menjadi sementara tidak bekerja. Pandemi
Covid-19 juga mengakibatkan pengurangan jam kerja dan upah bagi penduduk
bekerja.
Meskipun berbagai kebijakan fiskal telah disiapkan oleh pemerintah,
termasuk dalam hal ketenagakerjaan, namun tidak mampu menolong atau
melindungi semua pekerjaan khususnya dalam hal berkurangnya jam kerja
(working hours losses). Bahkan, Cerra et al. (2021) menyebutkan bahwa
kebijakan fiskal yang diambil oleh pemerintah Indonesia tidak optimal dalam
menghadapi dampak pandemi Covid-19 pada sektor ketenagakerjaan.
Dalam skala global, Monitor (2020) memperkirakan bahwa secara rata-
rata, sekitar 12% jam kerja per kuartal atau setara dengan 1 miliar pekerjaan
waktu penuh telah hilang dalam tiga kuartal pertama tahun 2020, dengan dua
pertiga di antaranya terjadi di Asia Pasifik. Dampak pandemi Covid-19 pada
sektor ketenagakerjaan tidak hanya dirasakan di Indonesia, namun juga di seluruh
dunia.
Dalam konteks ekonomi, dampak Scarring Effect pada sektor
ketenagakerjaan diprediksi akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi pasca
pandemi Covid-19. Penurunan lapangan kerja dan pendapatan akan berpengaruh
pada daya beli masyarakat, yang pada gilirannya dapat mempengaruhi
pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya untuk
meminimalisir dampak Scarring Effect pada sektor ketenagakerjaan agar
pertumbuhan ekonomi pasca pandemi Covid-19 dapat berjalan lebih cepat dan
berkelanjutan. Penelitian ini penting untuk dilakukan karena akan memberikan
gambaran yang lebih jelas tentang dampak scarring effect terhadap pertumbuhan
ekonomi pasca Covid-19 yang juga berpengaruh terhadap lamanya durasi
menganggur dari penduduk usia kerja di Indonesia akibat pandemi Covid-19.
Dengan mengetahui faktor-faktor tersebut, pemerintah dan para pemangku
kepentingan dapat merancang kebijakan yang lebih efektif dan efisien dalam
mempercepat pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 di Indonesia.

Metode Penelitian
Literature review merupakan salah satu metode penelitian yang melibatkan
pengumpulan dan analisis secara kritis terhadap literatur atau sumber-sumber
informasi yang relevan dengan topik penelitian. Dalam penelitian ini, metode
literatur review digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi tentang
dampak scarring effect terhadap pertumbuhan ekonomi pasca Covid-19 dan
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap lamanya durasi menganggur dari
penduduk usia kerja di Indonesia.
Langkah pertama dalam melakukan literature review adalah
mengidentifikasi kata kunci dan topik-topik yang relevan dengan penelitian. Kata
kunci yang digunakan harus spesifik dan sesuai dengan topik penelitian. Setelah
itu, pencarian dilakukan pada berbagai sumber informasi seperti jurnal, buku,
artikel, dan dokumen terkait lainnya.
Setelah data terkumpul, langkah selanjutnya adalah melakukan analisis
secara sistematis. Analisis dilakukan dengan membaca dan mengevaluasi setiap
sumber informasi yang terkumpul, dan kemudian membandingkan dan menyusun
informasi tersebut dalam bentuk rangkuman atau sintesis. Pada tahap ini, peneliti
harus mempertimbangkan kualitas dan relevansi sumber informasi yang
digunakan, serta menilai keandalan dan kevalidannya.
Selain itu, dalam melakukan literature review, peneliti juga harus
memperhatikan beberapa hal seperti menjaga objektivitas dalam penilaian
terhadap sumber informasi, memperhatikan aspek etika dalam pengutipan atau
penggunaan sumber informasi, dan memastikan bahwa sumber informasi yang
digunakan memang benar-benar relevan dengan topik penelitian.
Metode penelitian mini riset ini yaitu dengan metode literature review,
yang merupakan metode penelitian efektif untuk mengumpulkan dan menganalisis
informasi yang relevan dengan topik penelitian. Dalam melakukan literature
review, peneliti harus memperhatikan langkah-langkah yang sistematis dan
terukur, serta menjaga keobjektivitasan dan keandalan dalam analisis sumber
informasi yang digunakan.

Pembahasan
Pandemi Covid-19 telah memiliki dampak yang signifikan pada
pertumbuhan ekonomi global dan Indonesia tidak terkecuali. Menurut data Bank
Dunia, pertumbuhan ekonomi Indonesia turun dari 5% pada 2019 menjadi -2,1%
pada 2020 akibat pandemi ini. Dampak ekonomi dari pandemi Covid-19 ini telah
mendorong pemerintah untuk mengambil tindakan tegas dan peran aktif dalam
melindungi kesehatan masyarakat, mengurangi dampak negatif jangka pendek,
dan mendorong pemulihan jangka panjang yang kuat, berkelanjutan, dan inklusif.
Salah satu dampak dari pandemi Covid-19 adalah putusnya rantai pasokan,
terhambatnya kegiatan ekonomi, terutama di sektor jasa seperti ritel, perhotelan,
pariwisata, acara budaya, olahraga, dan lain-lain, serta penghentian transportasi
internasional. Banyak negara berkembang dan negara maju menghadapi proyeksi
pertumbuhan ekonomi yang rendah, tantangan sosial ekonomi yang meningkat,
termasuk meningkatnya pengangguran, ketimpangan sosial, dan kemiskinan.
Indonesia sebagai negara berkembang juga mengalami hal yang sama.
Dalam masa pandemi, banyak perusahaan harus menutup usahanya atau
melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawannya karena penurunan
permintaan dan aktivitas ekonomi yang rendah. Menurut data Badan Pusat
Statistik (BPS), angka pengangguran di Indonesia meningkat dari 5,28 juta orang
pada Februari 2020 menjadi 9,77 juta orang pada Agustus 2020.
Dalam situasi seperti ini, lembaga persaingan harus bekerja sama dengan
pemerintah untuk memberikan masukan tentang desain langkah-langkah
pemulihan ekonomi. Melalui advokasi persaingan usaha, sebuah instrumen yang
sangat penting terutama pada saat krisis, lembaga persaingan perlu
mempertimbangkan skenario pasca-Covid-19 dan menjelaskan bahwa pendekatan
yang terlalu lunak dapat menghambat ekonomi pemulihan dalam jangka
menengah dan panjang.
Selain itu, adanya scarring effect atau bekas luka dari pandemi Covid-19
juga akan berdampak pada pertumbuhan ekonomi pasca pandemi. Scarring effect
adalah efek jangka panjang dari krisis ekonomi yang dapat mempengaruhi
kebijakan pemerintah dan preferensi masyarakat, sehingga mengubah arah
pertumbuhan ekonomi pada masa mendatang.
Salah satu dampak scarring effect dari pandemi Covid-19 adalah hilangnya
modal manusia. Hilangnya modal manusia terjadi ketika penduduk usia kerja
kehilangan pekerjaan selama periode krisis dan kesulitan untuk kembali bekerja
setelah krisis berakhir. Hal ini akan mempengaruhi produktivitas dan
pertumbuhan ekonomi pada masa mendatang.
Selain itu, efek dari pandemi Covid-19 juga terasa pada sektor perbankan
dan keuangan. Dalam upaya mengatasi dampak negatif yang dihasilkan oleh
pandemi Covid-19, pemerintah Indonesia telah memberikan relaksasi kebijakan
moneter dan fiskal seperti penurunan suku bunga, pemberian kredit dan stimulus
fiskal bagi sektor-sektor yang terdampak langsung. Namun, langkah-langkah
tersebut belum cukup untuk mengatasi dampak jangka panjang yang ditimbulkan
oleh pandemi Covid-19.
Dalam kondisi pasca pandemi, kebijakan yang diterapkan haruslah fokus
pada pemulihan ekonomi yang kuat dan inklusif. Pemerintah harus berupaya
untuk memastikan bahwa pemulihan ekonomi tidak hanya dirasakan oleh
segelintir orang atau sektor saja, tetapi harus melibatkan seluruh sektor dan
masyarakat secara keseluruhan. Selain itu, Pemerintah juga perlu menerapkan
kebijakan yang mampu mengurangi ketimpangan sosial dan kemiskinan di
Indonesia.
Kebijakan yang diterapkan oleh Pemerintah juga perlu didukung oleh
kerjasama dengan sektor swasta dan masyarakat. Sebagai contoh, sektor swasta
dapat membantu dalam memberikan dukungan finansial kepada sektor-sektor
yang terdampak Covid-19 atau membantu mendorong pertumbuhan ekonomi
melalui investasi dan penciptaan lapangan kerja. Sementara itu, masyarakat dapat
membantu dalam meningkatkan daya beli melalui konsumsi produk lokal dan
mendukung usaha-usaha kecil dan menengah.
Dalam hal ini, lembaga persaingan juga memiliki peran yang penting
dalam membantu pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19. Lembaga
persaingan dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi dengan
memastikan adanya persaingan usaha yang sehat dan mengurangi praktik-praktik
monopoli yang merugikan masyarakat. Dengan demikian, lembaga persaingan
dapat membantu mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan
berkelanjutan.
Namun, di sisi lain, lembaga persaingan juga perlu memperhatikan
kemungkinan terjadinya efek scarring yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19.
Efek scarring tersebut dapat terjadi pada sektor-sektor tertentu yang mengalami
kerugian yang cukup besar akibat pandemi Covid-19. Sebagai contoh, sektor
pariwisata yang terdampak Covid-19 dapat mengalami efek scarring yang cukup
besar akibat menurunnya minat wisatawan dalam waktu yang lama.
Untuk menghindari terjadinya efek scarring, lembaga persaingan perlu
bekerja sama dengan pemerintah dalam mengembangkan kebijakan yang tepat.
Kebijakan yang diterapkan haruslah memperhatikan kondisi dan kebutuhan dari
masing-masing sektor yang terdampak, serta harus mampu mendorong pemulihan
ekonomi yang sehat dan berkelanjutan.
Faktor-faktor yang telah disebutkan di atas dapat memperburuk dampak
scarring effect pada pertumbuhan ekonomi pasca pandemi. Oleh karena itu,
diperlukan langkah-langkah konkret dan terukur untuk meminimalisir dampak
scarring effect tersebut. Beberapa solusi yang dapat diambil antara lain:
a. Stimulus ekonomi yang tepat sasaran
Pemerintah perlu memberikan stimulus ekonomi yang tepat
sasaran, seperti bantuan langsung tunai untuk masyarakat yang
terdampak langsung akibat pandemi. Hal ini akan membantu
mempercepat pemulihan ekonomi dan mengurangi tingkat
kemiskinan serta pengangguran.
b. Penyediaan pelatihan dan pendidikan
Pemerintah dapat menyediakan pelatihan dan pendidikan kepada
masyarakat untuk meningkatkan keterampilan dan daya saing
tenaga kerja. Hal ini akan membantu mengurangi tingkat
pengangguran dan memperbaiki kondisi ekonomi.
c. Reformasi struktural
Pemerintah dapat melakukan reformasi struktural untuk
meningkatkan efisiensi dan daya saing perekonomian, seperti
reformasi birokrasi, reformasi sektor keuangan, dan reformasi
sektor energi.
d. Peningkatan investasi
Pemerintah perlu mendorong peningkatan investasi baik dari dalam
negeri maupun luar negeri untuk mempercepat pertumbuhan
ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru. Hal ini dapat
dilakukan dengan memberikan insentif investasi dan peningkatan
kualitas infrastruktur.
e. Dukungan teknologi digital
Pemerintah perlu memberikan dukungan pada teknologi digital
yang dapat mempercepat pemulihan ekonomi pasca pandemi,
seperti e-commerce dan fintech. Hal ini akan membantu
meningkatkan daya saing industri dan menciptakan lapangan kerja
baru.
Dalam hal ini, lembaga persaingan juga memegang peran penting dalam
memastikan persaingan usaha tetap berjalan secara adil dan sehat selama masa
pemulihan ekonomi pasca pandemi. Lembaga persaingan dapat memantau adanya
praktik-praktik monopoli atau oligopoli yang dapat menghambat pemulihan
ekonomi serta memberikan rekomendasi terkait kebijakan yang dapat mendorong
persaingan sehat di sektor-sektor kunci perekonomian. Selain itu, untuk mengatasi
scarring effect ini, pemerintah perlu melakukan intervensi kebijakan yang tepat
dan efektif. Beberapa intervensi yang dapat dilakukan antara lain memberikan
stimulus fiskal untuk meningkatkan konsumsi dan investasi, memberikan bantuan
keuangan dan pelatihan untuk mendorong wirausaha baru, memberikan insentif
perpajakan untuk mendorong investasi, serta menyeimbangkan anggaran belanja
antara kebijakan konsumsi dan investasi.
Pemerintah juga perlu memperhatikan faktor-faktor struktural dalam
perekonomian, seperti ketimpangan ekonomi dan kurangnya inklusivitas dalam
sektor formal dan informal. Dalam jangka panjang, penting untuk meningkatkan
produktivitas sektor informal dengan memberikan akses ke modal, pelatihan, dan
teknologi. Selain itu, perlu diadakan reformasi struktural yang meliputi kebijakan
fiskal dan moneter, serta sektor keuangan dan pendidikan.
Pendidikan juga merupakan faktor penting dalam mengatasi scarring
effect. Pemerintah perlu memperkuat sistem pendidikan dan pelatihan untuk
mempersiapkan tenaga kerja masa depan yang lebih adaptif dan produktif.
Pendidikan yang berkualitas dan relevan dapat membantu mengurangi
kesenjangan keterampilan dan meningkatkan keterampilan kerja yang diperlukan
untuk bekerja dalam ekonomi digital yang terus berkembang.
Penting juga untuk memperhatikan faktor sosial dalam mengatasi scarring
effect, seperti kesehatan mental dan dukungan sosial. Kondisi pandemi yang
mengisolasi dan membatasi interaksi sosial dapat memperburuk kondisi kesehatan
mental dan mempercepat penurunan produktivitas. Oleh karena itu, perlu
dilakukan upaya untuk meningkatkan akses ke layanan kesehatan mental dan
dukungan sosial bagi individu dan kelompok yang terdampak pandemi.
Secara keseluruhan, dampak scarring effect dari pandemi COVID-19
terhadap pertumbuhan ekonomi akan terus dirasakan dalam jangka panjang,
terutama di negara-negara berkembang. Namun, dengan melakukan intervensi
kebijakan yang tepat dan berkelanjutan, serta memperhatikan faktor-faktor
struktural, pendidikan, dan sosial, dampak tersebut dapat dikelola dan bahkan
diatasi secara efektif.

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa pandemi
Covid-19 memberikan dampak yang signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
seluruh dunia. Dampak scarring effect yang ditimbulkan oleh pandemi tersebut
mengakibatkan adanya perubahan perilaku konsumen, terhentinya rantai pasokan,
penurunan investasi, dan meningkatnya tingkat pengangguran. Hal ini akan
memperburuk kondisi ekonomi yang sudah lesu akibat pandemi. Oleh karena itu,
dibutuhkan langkah-langkah yang tegas dan efektif dalam mengatasi dampak
scarring effect agar pertumbuhan ekonomi dapat pulih kembali.
Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan
dukungan pemerintah pada sektor-sektor yang terdampak oleh pandemi.
Pemerintah harus memberikan stimulus fiskal dan moneter yang cukup besar
untuk memulihkan kegiatan ekonomi dan mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Selain itu, pemerintah juga harus berupaya untuk meningkatkan akses pada
layanan kesehatan dan memperkuat sistem kesehatan untuk mengurangi risiko
terjadinya pandemi di masa depan.
Kesimpulannya, scarring effect akan memberikan dampak yang signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi pasca pandemi Covid-19. Oleh karena itu,
pemerintah harus memberikan langkah-langkah yang tepat dan efektif dalam
mengatasi dampak tersebut. Pemerintah harus berupaya untuk memulihkan
kegiatan ekonomi, meningkatkan akses pada layanan kesehatan, dan memperkuat
sistem kesehatan untuk mengurangi risiko terjadinya pandemi di masa depan. Hal
ini akan menjadi faktor penting dalam mempercepat pertumbuhan ekonomi pasca
pandemi Covid-19.
Daftar Pustaka

Badan Pusat Statistik (BPS).(2021).Berita Resmi Statistik:Keadaan


Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2020 No.86/11/Th. XXIII, 05
November 2020. BPS: Jakarta
Badan Pusat Statistik (BPS).(2021). Berita Resmi Statistik: Keadaan
Ketenagakerjaan Indonesia Agustus 2021 BRS No.84/11/Th. XXIV, 05
November 2021. BPS : Jakarta
Cerra, V., Fatas, A., & Saxena, S. C. (2021). Fighting the scarring effects of
COVID-19. Industrial and Corporate Change, 30(2), 459–466.
Chand, K., Tiwari, R., & Phuyal, M. (2017). Economic growth and unemployment
rate: An empirical study of Indian economy. Pragati: Journal of Indian
Economy, 4(2), 130– 137.
Cox, D. R. (1972). Regression models and lifetables. Journal of the Royal
Statistical Society: Series B (Methodological), 34(2), 187–202.
Cox, D. R. (1997). Some remarks on the analysis of survival data. Proceedings of
the First Seattle Symposium in Biostatistics, 1–9.

Anda mungkin juga menyukai