Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH EKONOMI KESEHATAN

“Kegiatan Ekonomi Kesehatan Di Era Pandemi Covid-19”

Dosen Pengampu :

Dr. INTAN SILVIANA MUSTIKAWATI , SKM, MPH

Disusun oleh :

Neki (20210301123)

Pandu Ari Nugroho (20210301093)

Berliana Butar Butar (20210301121)

Senintyas Fresitinawati (20210301117)

Betaria S Siahaan (20210301091)

Tawar Malem BR Sembiring (20210301154)

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS ILMU - ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
KEBON JERUK – JAKARTA BARAT
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah dengan judul “Kegiatan Ekonomi Kesehatan Di Era Pandemi Covid-19” ini
dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa juga kami mengucapkan banyak terima kasih atas
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam
mata kuliah Ekonomi Kesehatan. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar
menambah pengetahuan dan wawasan bagi para pembaca. Karena keterbatasan pengetahuan
maupun pengalaman maka kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi
kesempuraan makalah ini. Akhir kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca

Jakarta , 10 Juli 2022

2
DAFTAR ISI
BAB I ........................................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 6
1.3 Tujuan ..................................................................................................................................... 7
BAB II .......................................................................................................................................... 8
2.1 Dampak COVID – 19 Terhadap Kegiatan Ekonomi di Sektor Kesehatan ................................ 8
2.2 Kegiatan Produksi Barang dan Jasa di Era Pandemi COVID-19 ............................................. 15
2.3 Kegiatan Konsumsi Barang dan Jasa di Era Pandemi COVID-19 ........................................... 16
2.4 Kegiatan Distribusi Barang dan Jasa di Era Pandemi COVID-19 ............................................ 16
2.5 Permasalahan Kegiatan Ekonomi Kesehatan di Era Pandemi COVID – 19 ........................... 18
2.6 Upaya Menanggulangi Permasalahan Kegiatan Ekonomi Kesehatan di Era Pandemi ......... 20
2.7 Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatur Kegiatan Ekonomi kesehatan di Era Pandemi
COVID –19 ......................................................................................................................................... 21
BAB III ....................................................................................................................................... 24
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................ 24

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Covid-19 atau yang lebih dikenal sebagai corona virus telah menyita perhatian
publik sejak kemunculannya terdeteksi di Tiongkok untuk kali pertama di awal tahun
2020. Metode penularannya yang cepat dengan dampak penyebaran yang pesat dengan
tempo yang singkat menyebabkan penyakit ini sangat diwaspadai dan memberikan efek
kejut yang meluas dari berbagai aspek. Salah satunya dari aspek kesehatan dan
epidemiologis terlihat pada banyaknya korban yang terdampak, ribuan jiwa meninggal
dunia tidak terpengaruh pada usia ataupun lokasi kejadian. Akibat virus ini
membuatnya menjadi pusat perhatian banyak negara, termasuk Indonesia. Pandemik
covid-19 terbukti telah memberikan tekanan pada kondisi ekonomi dan sosial di
Indonesia sejak akhir tahun 2019.
Dampak ekonomi ini berdampak luas di seluruh wilayah Indonesia.
Perekonomian masing-masing daerah terancam, ditambah dengan kondisi daerah yang
lebih buruk dari sebelumnya. Karena hal tersebut, pemerintah Indonesia langsung
mengambil langkah agresif agar angka penyebaran bisa ditekan semaksimal mungkin
melalui program vaksinasi wajib bagi seluruh warga ditambah dengan pemantauan
vaksinasi yang dihubungkan dengan aplikasi berbasis pada nomor kependudukan
menyebabkan vaksinasi mencapai sasaran yang tepat dalam proses pencegahan
penularan yang optimal melalui Herd Immunity
Dampak ini meluas juga karena pengaruhnya melibatkan sektor vital dalam
masyarakat untuk bertahan hidup. Dengan berbagai regulasi dari pemerintah untuk
menekan korban jiwa , maka pembatasan sosial berskala nasional berdampak langsung
pada usaha bertahan hidup masyarakat yang melakukan kegiatan ekonomi berdasarkan
kegiatan interaksi langsung seperti : pasar, toko kelontong, sekolah, pedagang keliling
dan yang lannya. Dengan kekhawatiran yang tinggi dari masyarakat menyebabkan daya
beli juga menurun.
Pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini memberikan dampak terhadap
berbagai sektor. Pada tataran ekonomi global, pandemi COVID-19 memberikan

4
dampak yang sangat signifikan pada perekonomian dan perdagangan. Laporan
Organisation for economic Co-operation and Development (OECD) menyebutkan
bahwa pandemi ini berimplikasi terhadap ancaman krisis ekonomi besar yang ditandai
dengan terhentinya aktivitas produksi di banyak negara, jatuhnya tingkat konsumsi
masyarakat, hilangnya kepercayaan konsumen, jatuhnya bursa saham yang pada
akhirnya mengarah kepada ketidakpastian. Aknolt Kristian Pakpahan menyebutkan ada
tiga implikasi bagi Indonesia terkait pandemi COVID-19 ini yakni sektor pariwisata,
perdagangan, dan investasi.
Virus COVID-19 berjalan ke rumah kita melalui pintu depan sebagai
monster yang tidak asing, monster yang tidak asing itu adalah wabah yang merupakan
hasil dari cara kerja sistem ekonomi kita saat ini. Itu mengapa, monster tersebut tampak
akrab, mereka berjalan melalui pintu depan layaknya para tamu yang hendak singgah
kerumah kita. Alih-alih membawa kabar gembira, para tamu itu justru membawa kabar
buruk bagi masa depan umat manusia. Kabar buruk yang dibawa ada dua hal, pertama
bahwa cara kerja sistem ekonomi kita ini mendororng semakin dekatnya wabah ke
kehidupan manusia; kedua, sistem berbasis pada dorongan akumulasi ini telah merusak
kekebalan tubuh sosial (dampaknya ke kebalan tubuh individual), sehingga menjadikan
keberadaan wabah semakin berbahaya.
Kajian yang dibuat oleh Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa
pandemi COVID-19 memberikan implikasi negatif bagi perekonomian domestik
seperti penurunan konsumsi dan daya beli masyarakat, penurunan kinerja perusahaan,
ancaman pada sektor perbankan dan keuangan, serta eksistensi UMKM.4 Pada aspek
konsumsi dan daya beli masyarakat, pandemi ini menyebabkan banyak tenaga kerja
berkurang atau bahkan kehilangan pendapatannya sehingga berpengaruh pada tingkat
konsumsi dan daya beli masyarakat terutama mereka yang ada dalam kategori pekerja
informal dan pekerja harian. Sebagian besar masyarakat sangat berhati-hati mengatur
pengeluaran keuangannya karena ketidakpastian kapan pandemi ini akan berakhir. Hal
ini menyebabkan turunnya daya beli masyarakat akan barangbarang konsumsi dan
memberikan tekanan pada sisi produsen dan penjual. Pada aspek perusahaan, pandemi
ini telah mengganggu kinerja perusahaanperusahaan terutama yang bergerak dalam
sektor perdagangan, transportasi, dan pariwisata. Kebijakan social distancing yang
kemudian diubah menjadi physical distancing dan bekerja dari atau di rumah
berdampak pada penurunan kinerja perusahaan yang kemudian diikuti oleh pemutusan

5
hubungan kerja. Bahkan ada beberapa perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan
akhirnya memilih untuk menutup usahanya.
Dalam situasi pandemi ini, masalah-masalah juga semakin meluas jika
dikaitkan dengan adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang
diterapkan di beberapa wilayah di Indonesia. Dalam rangka Percepatan Penanganan
COVID-19, PSBB meliputi pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu
wilayah yang diduga terinfeksi COVID-19 termasuk pembatasan terhadap pergerakan
orang dan/atau barang untuk satu provinsi atau kabupaten/kota tertentu untuk mencegah
penyebaran COVID- 19. Pembatasan tersebut paling sedikit dilakukan melalui
peliburan sekolah dan tempat kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, dan/atau
pembatasan kegiatan di tempat atau fasilitas umum. Ditakutkan dengan adanya PSBB,
aktivitas ekonomi terutama produksi, distribusi, dan penjualan akan mengalami
gangguan yang pada akhirnya berkontribusi semakin dalam pada kinerja pelaku usaha
dan perekonomian nasional.

1.2 Rumusan Masalah

Dari pengamatan tim penulis dampak adanya COVID-19 juga sangat


berpengaruh terdapat berbagai aspek. Tim penulis merumuskan ada beberapa yang
dibahas yang bisa dijabarkan yaitu untuk menggambarkan pengaruh COVID – 19
dalam sektor kesehatan yaitu :
1.2.1 Dampak COVID – 19 Terhadap Kegiatan Ekonomi Di Sektor Kesehatan.
1.2.2 Kegiatan Ekonomi Kesehatan di Era Pandemi COVID – 19.
1.2.3 Permasalahan Kegiatan Ekonomi Kesehatan di Era Pandemi COVID – 19.
1.2.4 Upaya Menanggulangi Permasalahan Kegiatan Ekonomi Kesehatan di Era
Pandemi.
1.2.5 Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatur Kegiatan Ekonomi kesehatan di Era
Pandemi COVID – 19.

6
1.3 Tujuan

Tujuan dari penyampain makalah ini adalah untuk menyajikan :

1. Menggambarkan Situasi Dampak Pandemi Terhadap Kegiatan Ekonomi di


Sektor Kesehatan.
2. Menggambarkan Kegiatan Ekonomi Kesehatan di Era Pandemi COVID – 19.
3. Menggambarkan Permasalahan Kegiatan Ekonomi Kesehatan di Era Pandemi
COVID – 19.
4. Menggambarkan Upaya Menanggulangi Permasalahan Kegiatan Ekonomi
Kesehatan di Era Pandemi.
5. Menggambarkan Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatur Kegiatan Ekonomi
kesehatan di Era Pandemi COVID – 19.

7
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Dampak COVID – 19 Terhadap Kegiatan Ekonomi di Sektor Kesehatan

Dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat baik positif ataupun
negatif. Pandemi ini membawa dampak yang mendisrupsi tatanan yang sudah ada
dalam kehidupan sehari – hari selama ini. Karena faktor keterbiasaan sehingga pola
disrupsi ini merubah tatanan yang ada.
Disrupsi sendiri berarti tercabut dari akarnya. Sehingga pola yang benar benar
baru harus dilakukan setiap harinya selama masa pandemik berlangsung. Hal ini
tercermin dari berbagai aspek.
Di dunia pendidikan siswa yang biasa bertatap muka dengan pengajarnya
harus dibiasakan dengan pembelajaran online, sehingga pemahaman akan berubah serta
menyebabkan peningkatan stressor dalam cara belajar karena terpengaruh jaringan,
kemampuan gawai dan banyaknya gangguan sekitar.
Dampak ini juga berlangsung hingga masa kelulusan yang menyebabkan
kelulusan tidak diserap langsung oleh dunia kerja karena turunnya tingkat daya beli
akbat fokus kepada kesehatan dan kekhawatiran keberlangsungan usaha di masa
pandemi.
Sehingga ketika sektor usaha mulai melemah, secara tidak langsung sektor
kesehatan terdampak paling besar karena penularan COVID - 19 yang sangat pesat.
Tidak hanya kesehatan fisik, kesehatan mental justru mendapat tekanan terbesar karena
kecemasan, kekhawatiran, meningkatnya pengangguran dan pemutusan hubungan
kerja karena perusaahaan tidak mampu membiayai secara operasional. Tanggungan
kesehatan menjadi berlebihan . Ketika dana asuransi mandiri tidak mampu mencukupi
kebutuhan pelayanan kesehatan, masyarakat pun beralih ke dana kesehatan yang
dikelola pemerintah melalui BPJS. Dengan peningkatan masif penggunanya maka
menjadikan pemerintah menggunakan berbagai regulasi untuk menekan penyebaran
COVID – 19 sebelum mencapai titik tertinggi penggunaan dana kesehatan negara.

8
2.1.1. Dampak Negatif Covid-19 Terhadap Kegiatan Ekonomi di Sektor Kesehatan.

a. Penurunan kunjungan Rumah Sakit

Ketika pandemi Covid-19 berlangsung, masyarakat merasa khawatir untuk pergi ke rumah
sakit. Tidak sedikit pasien berpenyakit kronis selama pandemi menunda perawatan. Hal ini
tentunya akan berdampak buruk melihat keadaan pandemi yang belum berakhir. Dampak
lainnya adalah rumah sakit mengalami penurunan performa sampai 80%, bahkan ada beberapa
diantaranya yang kolaps. Hal ini yang kemudian membuat Rumah Sakit cepat merespon
dengan melakukan adaptasi.

Penurunan ini disebabkan karena masyarakat khawatir tertular Covid-19 jika datang ke Rumah
Sakit untuk berobat, jumlah pasien khususnya yang rawat jalan mengalami penurunan akibat
banyak pasien yang ragu datang ke rumah sakit

Sebagian Rumah Sakit menambah kapasitas ruang rawat pasien Covid-19 sehingga ruang rawat
pasien non-Covid-19 berkurang.

b. Pemerintah Prioritaskan penanganan masalah di masa PPKM

 Penanganan Pandemi

Pemerintah telah menanggung biaya perawatan pasien Covid-19, memberikan vaksinasi gratis,
menyediakan obat-obatan. Adanya pembatasan kegiatan, penyesuaian kebijakan dilakukan
dengan menambah untuk kenaikan klaim pasien, Penyediaan obat dan oksigen, RS Darurat,
Percepatan Vaksinator dan diperketat Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat
(PPKM).

 Perlindungan Sosial

Tambahan Bansos Tunai, Tambahan Kartu Sembako, Bantuan Beras, Perpanjangan Diskon
Listrik, Perpanjangan Subisidi Kuota, Tambahan Pra Kerja, serta Bantuan Subsisi Upah (BSU).
Tujuan Perlindungan sosial untuk memberikan bantuan perekonomian pada kelompok

9
masyarakat termiskin dan menghambat kenaikan tingkat kemiskinan dengan menjaga tingkat
konsumsi kelompok termiskin sebagai penyokong pertumbuhan ekonomi.

 Dukungan UMKM

Menyiapkan tambahan BPUM, Bantuan PKL sebagai intervensi program dukungan UMKM
diharapakan akan membuat para penerima dukungan dapat bertahan selama pandemi dan
pembatasan kegiatan.

c. Pandemi COVID-19 menyebabkan perubahan penawaran dan permintaan barang


dan jasa. Kondisi tersebut berdampak terhadap penurunan pertumbuhan ekonomi.

Contoh : Terhadap industri jasa logistic

Dampak pandemi COVID-19 sangat terasa di semua sektor termasuk di industri


angkutan barang/logistik. Sektor yang terdampak tentunya akan mengalami penurunan kinerja
dan bahkan mengalami kerugian secara finansial. Mempertimbangkan kondisi tersebut,
pemerintah perlu memberikan dukungan melalui serangkaian kebijakan khususnya untuk
menjamin agar distribusi angkutan barang/logistik dapat bertahan atau bahkan menjaga
keberlangsungan agar pelayanan kepada masyarakat baik pada masa/pasca pandemi covid 19
tidak terhambat.

Pada jasa angkutan barang moda udara, jasa angkutan moda barang laut, jasa angkutan
truk peti kemas (container), jasa angkutan truk ekspor/import, jasa angkutan bahan baku
industri manufaktur, jasa kegiatan bongkar muat (stevedoring), jasa kegiatan customs dan port
clearance, dan jasa kegiatan depo peti kemas (Kontainer), jasa pergudangan bahan baku impor
dan berikat, jasa kegiatan logistik lainnya berkaitan dengan transaksi Bisnis to Bisnis (B to B).

10
2.1.2. Dampak Positif Covid-19 Terhadap Kegiatan Ekonomi di Sektor Kesehatan.

a. Meningkatnya Usaha Mikro di Masa Pandemi COVID-19


 Masker
Pandemi Covid-19 berdampak pada seluruh lini kehidupan masyarakat,
termasuk memukul sektor perekonomian Indonesia. Kendati demikian, masih
ada peluang usaha yang dapat dimanfaatkan di tengah pandemi, salah satunya
adalah produksi masker kain. Pasalnya, masker sudah menjadi kebutuhan
bahkan menjadi barang wajib yang dibutuhkan semua orang selama pandemi.
Tingginya permintaan masker kain tentunya harus diiringi peningkatan
kualitas produk yang baik demi keamanan dan kesehatan konsumen. Karenanya,
Badan Standardisasi Nasional (BSN) mendorong pelaku usaha untuk
memproduksi masker kain sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI).

 Hand Sanitizer
Hand sanitizer merupakan salah satu pembersih tangan yang bisa membasmi
virus atau bakteri. Pembersih tangan ini menjadi barang yang selalu dibawa oleh
masyarakat untuk mencegah penularan COVID-19.
Itulah mengapa banyak yang melihat peluang usaha hand sanitizer ini bisa
berkembang di masa pandemi. Terlebih permintaan konsumen yang terus
meningkat membuat ketersediaan hand sanitizer di awal-awal pandemi berkurang
dan langka.
Menurut perusahaan kesehatan asal New York, Amerika Serikat, produk hand

 Baju Hazmat
Pakaian Hazmat (Hazardous Materials atau bahan-bahan berbahaya) dikenal
juga dengan nama pakaian dekontaminasi, adalah perlengkapan perlindungan
pribadi yang terdiri dari bahan yang impermeabel dan digunakan untuk proteksi
melawan material berbahaya termasuk patogen, kuman dan penyakit berbahaya
lainnya agar tidak mencapai bagian dalam tubuh manusia yang rentan. Selama masa
pandemi covid-19 terjadi peningkatan atau kenaikan APD salah satunya ialah baju
hazmat.

11
Maka dari itu pemerintah mengajak Masyarakat untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat untuk tetap produktif dengan mengajak masyarakat
untuk membantu para medis dengan memproduksi pakaian hazmat. Dengan
mengapresiasi hasil hazmat suit dari Industri Kecil Menengah (IKM) pemerintah
berharap produksi pembuatan pakaian hazmat membuka lapangan kerja baru bagi
masyarakat. Dengan demikian, perekonomian masyarakat yang melemah akibat
dampak pandemi covid-19 dapat terselamatkan dan memberikan penghidupan baru
bagi masyarakat.

 Makanan Sehat dan Beku


Bisnis makanan sehat (apalagi sudah tersertifikasi BPOM, MUI, dan lembaga
sertifikasi krebibel lainnya) dan beku (forzen food) adalah usaha yang layak Anda
pertimbangkan untuk dijalankan.
Kesehatan menjadi kebutuhan utama di masa pandemi. Makanan yang awet saat
distok, karena membatasi diri belanja di luar rumah, juga menjadi kebutuhan
banyak orang.

 Suplemen dan Nutrisi Herbal


Usaha suplemen dan nutrisi herbal juga menjadi peluang emas di masa pandemi.
Orang ingin kembali ke pola hidup sehat dengan mengonsumsi yang baik untuk
tubuh.
Termasuk di dalamnya adalah usaha bahan-bahan rempah kering dan instan.
Semangat banyak orang sekarang adalah lebih baik mencegah daripada mengobati.
Apalagi menghadapi virus corona, saat ada yang positif, yang akan kerepotan
bukan hanya keluarga, tetapi juga lingkungan sekitar.

 Alat Kesehatan
Berjualan alat kesehatan ini juga menjadi usaha yang booming saat pandemi.
Dalam skala kecil, mulailah dengan berjualan masker, hand sanitizer, termometer,
dan alat kesehatan yang sifatnya untuk perlindungan pribadi.
Jika memiliki modal dan jaringan bagus, bisa memulai bisnis untuk
pengadaan/suplai alat kesehatan untuk rumah sakit, klinik, perkantoran, dan
sebagainya.

12
 Kuliner Online
Ini menjadi jawaban untuk orang yang sibuk bekerja, tidak sempat memasak, tetapi
ingin tetap aman dengan menjaga kontak fisik dari banyak orang.
Maka mulailah berjualan makanan online. Manfaatkan platform jasa pengantaran
sebagai sarana distribusi makanan yang dijual.

 Toko atau Retail Online


Dampak positif dari pandemi covid-19 ini adalah munculnya penjual yang
memanfaatkan media sosial sebagai media pemasaran. Bisa saja tetap berjualan
baju, asesoris, bahkan ponsel, tetapi beralihlah pada penjualan secara online.

b. Alat Pembayaran Makin Berkembang


Peluang pembayaran digital di Indonesia memang sangat besar, di mana
penggunaan dari uang kertas memang akan semakin minim di masa depan. Penerapan
dari transaksi secara nontunai sampai saat ini terus berkembang dan menjadi
konsekuensi logis dari generasi milenial Indonesia yang mana lebih menyukai transaksi
secara mudah, cepat dan efisien

c. Meningkatnya Kerjasama Perusahaan dengan RS (MCU, PCR,Vaksinasi Pneumoni)


Tes PCR masih dapat menjadi kontributor pendapatan Diagnos di samping
layanan laboratorium lainnya Menambah Pemasukan RS dan Klinik.
Pandemi COVID-19 menguji kekuatan sistem kesehatan di berbagai negara, termasuk
Indonesia. Tidak sedikit permasalahan kesehatan yang sebelumnya tak terlihat kini
mendapat perhatian khusus untuk segera diselesaikan. Salah satunya adalah
kekurangsiapan Indonesia dalam hal pengetesan keberadaan virus SARS-CoV-2 yang
sangat dibutuhkan untuk mencegah penyebaran dan mempercepat pengobatan. Untuk
Asia Tenggara, kapasitas pengetesan COVID-19 di Indonesia termasuk paling rendah,
yakni 1,03 tes per 1.000 penduduk.
Seiring meningkatnya kasus corona kapasitas laboratorium untuk pengecekan
virus Corona (Covid-19) semakin meningkat. Saat ini ada 29 laboratorium dan tengah
menuju menjadi 52 laboratorium dari 78 laboratorium yang tersebar di Tanah Air.

13
Begitu juga swasta yang akan partisipasi dalam peningkatan tes PCR yang kerja sama
dengan Kemenkes dan juga dengan BUMN.

Pada semester 1 tahun 2021, perseroan telah melaksanakan 118.865 tes PCR
atau tes Covid-19 atau tumbuh 713 persen dari semester 1 tahun 2020 sebanyak 14.619
tes.
Di tengah situasi ini, muncul kabar dugaan terkait pejabat pemerintah memiliki
hubungan dengan perusahaan yang berbisnis PCR. Kasus Covid-19 masih terus
bertambah. Belakangan makin banyak perusahaan dan kantor swasta yang mengajukan
pemintaan testing. Imbasnya, sejak awal bulan ini permintaan jumlah tes Covid-19 di
sejumlah rumah sakit pun meningkat drastis. Kenaikan jumlah tes juga terpantau di RS
PHC Surabaya. Mulai 1–8 Februari, tercatat ada sebanyak 5.644 orang yang melakukan
tes Covid-19 di faskes tersebut. Angka itu naik 150 persen jika dibandingkan dengan
bulan sebelumnya. Kenaikan uji usap diprediksi masih terus terjadi. Sebab, tren kasus
Covid-19 sedang meningkat. Peningkatan juga terjadi seiring kenaikan mobilitas dan
aktivitas bepergian yang dilakukan pelaku usaha.
bukan hanya layanan drive-thru yang disiapkan rumah sakit. Faskes juga menyiapkan
mobil laboratorium untuk mengantisipasi lonjakan permohonan tes. Selain itu, ada
layanan home care untuk memudahkan pasien lanjut usia (lansia) atau sakit.

d. Alih fungsi hotel dijadikan sebagai tempat isolasi

Bisnis hotel yang kiang mengkhawatirkan, membuat pemerintah turun tangan.


Kemenparekraf/Bapakarekraf menjalankannnya melalui Program Reaktivasi Induatri
Perhotelan. Hotel disulap menjadi tempat fasilitas isolasi pasien terkonfirmasi tanpa
gejala atau OTG. Adapun syarat layak Hotel ditetapkan dalam KMK No.
HK.01.07/MENKES/413/2020 tentang Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Covid-
19 dan KMK Nomor HK.01.07/MENKES/382/2020 tentang Protokol Kesehatan Bagi
Masyarakat di Tempat dan Fasilitas Umum Dalam Rangka Pencegahan dan
Pengendalian Corona Virus Disease 2019. Bagi pengelola hotel, ini adalah panacea atau
obat mujarab sesaat. Kemenparekraf menyiapkan anggaran sebesar Rp100 miliar
hingga Desember 2020 bagi hotel-hotel beralih fungsi ini. Akomodasi berupa kamar
dan layanan makan tiga kali sehari pasien menginap dibiayai Di tengah pandemi yang
belum pasti kapan berakhir, penggunaan hotel sebagai tempat isolasi OTG bisa

14
membuat industri perhotelan sedikit bernafas,pemerintah.Bahkan, konsumsi lain dan
layanan binatu juga ditanggung.

2.2 Kegiatan Ekonomi Kesehatan di Era Pandemi COVID – 19


Namun demikian kegiatan ekonomi didalam sektor kesehatan masih bisa berjalan
tanpa terhambat tetapi dengan beberapa pertimbangan mengikuti protokol kesehatan
yang ditetapkan pemerintah untuk mencegah penularan COVID -19 . Kegiatan tersebut
adalah :

2.2 Kegiatan Produksi Barang dan Jasa di Era Pandemi COVID-19

Kegiatan produksi ini tidak semata – mata memproduksi dalam bentuk


produk fisik tetapi juuga dalam bentuk layanan jasa yang bersifat sejalan
dengan trend penyakit saat itu yaitu COVID 19 . kegiatan tersebtu yaitu

Contoh Kegiatan Produksi :

- Alat Kesehatan Habis Pakai

Berjualan alat kesehatan ini juga menjadi usaha yang booming saat
pandemi. Dalam skala kecil, mulailah dengan berjualan masker, hand
sanitizer yang sifatnya untuk perlindungan pribadi.

- Alat kesehatan (Thermometer, nebulezer, pulseoxymetri, tensi meter


digital).

Jika memiliki modal dan jaringan bagus, bisa memulai bisnis untuk
pengadaan/suplai alat kesehatan untuk rumah sakit, klinik, perkantoran,
dan sebagainya

15
2.3 Kegiatan Konsumsi Barang dan Jasa di Era Pandemi COVID-19

Ekonomi akan bergerak ketika produksi seimbang dengan konsumsi,


Dalam sektor kesehan konsumsi yang dilakukan masyarakat yaitu

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) menyatakan berdasarkan


hasil survei dalam jaringan yang dilakukan pada 15 September-5 Oktober 2020,
keluarga saat ini cenderung mengonsumsi makanan sehat dengan tujuan untuk
menjaga imun tubuh di masa pandemi. Konsumsi makanan yang dipercaya
mampu menjaga imun tubuh relatif tinggi.
Selama masa pandemi, dengan pertimbangan kesehatan, konsumsi rumah
tangga untuk protein hewani masih cukup tinggi. Adanya kesadaran dari
sebagian besar responden untuk meningkatkan konsumsi sayur-sayuran dan
buah-buahan. Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, selama
masa pandemi Covid-19 berlangsung terdapat perubahan pola pengeluaran
rumah tangga. Data yang merujuk dari survei Badan Pusat Statistik (BPS)
menunjukkan pembelian untuk bahan makanan meningkat tajam sampai dengan
51%.
Contoh Kegiatan Konsumsi :
- Meningkatnya permintaan Makanan Sehat
- Meningkatkan konsumen dalam penggunaan Suplemen dan Nutrisi Herbal
- Permintaan semakin meningkat dalam penggunaan Masker, hand sanitizer,
APD

2.4 Kegiatan Distribusi Barang dan Jasa di Era Pandemi COVID-19

Kegiatan distribusi merupakan kegiatan penyaluran produk dari


produsen ke konsumen akhir dengan perantara maupun tanpa perantara,
tanpa kegiatan distribusi maka produk tidak dapat sampai kepada konsumen
akhir yang tersebar diberbagai daerah.

- Penyebarkan Kebutuhan Vaksinasi

Penentuan jumlah sasaran per kelompok penerima vaksin dilakukan


melalui pertimbangan komite penanganan Covid-19 dan pemulihan ekonomi

16
nasional (KPC-PEN). Penetapan jumlah sasaran per kelompok penerima
vaksin untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota akan menjadi dasar dalam
penentuan alokasi serta distribusi vaksin dan logistik vaksinasi dengan juga
mempertimbangkan cadangan sesuai kebutuhan

-Meningkatnya Permintaan Pengiriman Barang secara Online

Permintaan jasa pengiriman cepat barang e-commerce melesat selama


pandemi Covid-19. Kini, 80% pembeli barang di e-commerce menginginkan
layanan pengiriman instan atau same day delivery.

Bahkan, sebesar 61% memilih menggunakan layanan pengiriman 1-3


jam. Penetrasi e-commerce kian kuat, begitu Indonesia diterpa pandemi
Covid-19. Sebab, selama pandemi, mobilitas menjadi terbatas, sehingga
sebagian masyarakat memilih belanja online, baik lewat e-commerce, media
sosial, hingga Whatsapp.

Penggunaan jasa kurir meningkat di masa pandemi untuk melakukan


pengiriman barang. Hal ini sesuai dengan hasil survei cepat yang dilakukan
MarkPlus, Inc. pada 122 responden di seluruh Indonesia dengan 59,8%
berasal dari Jabodetabek dan 41,2% non-Jabodetabek.

Frekuensi penggunaan jasa kurir jika dibandingkan dengan sebelum


pandemi diakui oleh 39% responden meningkat signifikan dan 39% lainnya
mengaku sedikit meningkat. Mayoritas masyarakat menggunakan jasa kurir
untuk mengirimkan barang yang dibeli dari e-commerce sebanyak 85,2%.
Sedangkan sebesar 50,8% lainnya mengirimkan barang belanjaan dari
tempat belanja online di media sosial. Di masa pandemi, masyarakat menjadi
semakin selektif dalam memilih jasa ekspedisi yaitu sebesar 72%.

17
2.5 Permasalahan Kegiatan Ekonomi Kesehatan di Era Pandemi COVID – 19

Tanggung jawab negara untuk mengelola kesehatan masyrakatnya menjadikan


negara mengalami banyak tekanan terutama dalam bidang pengelolaan dana kesehatan
untuk menjamin kesehatan masyarakatnya .

Permasalahan Kegiatan Ekonomi Kesehatan di Era Pandemi Covid-19

a. Penimbunan masker, APD, hand sanitizer akibat kelangkaan ketersediaan


produk
Jumlah korban Covid-19 terus meningkat di Indonesia, beberapa barang
menjadi langka di pasaran. Bukan hanya langka namun barang tersebut dijual
berkali-kali lipat dari harga semula sebelum adanya kasus Corona di Indonesia.
Beberapa barang yang menjadi langka seperti masker, handsanitizer, cairan
pembunuh kuman, dan APD. Barang-barang tersebut kini dijual dengan harga
yang jauh lebih mahal dibandingkan harga semula. Hal ini sesuai dengan hukum
ekonomi dimana ketika permintaan meningkat namun barang semakin menipis,
maka harga akan semakin meningkat. Bahkan masyarakat dengan kondisi
ekonomi menengah keatas ada kecenderungan memborong barang-barang
tersebut sehingga adanya penumpukan barang namun bagi masyarakat
menengah ke bawah justru tidak bisa mendapatkannya.
Bukan hanya terjadi pada alat-alat pelindung diri, masyarakat juga
berbondong-bondong membeli barang-barang kebutuhan pokok dengan jumlah
banyak, seiring dengan adanya isu lockdown di Indonesia. Penimbunan barang
akibat terjadi sesuatu yang darurat ini disebut dengan panic buying. Direktur
Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Enny
Sri Hartanti mengatakan bahwa perilaku panic buying disebabkan oleh faktor
psikologis terjadi akibat informasi tidak sempurna atau menyeluruh yang
diterima oleh masyarakat (Tirto, 25 Maret 2020). Kurangnya informasi tersebut
menyebabkan masyarakat panik sehingga merespon dengan belanja secara
masif dalam upaya penyelamatan diri. Kekhawatiran yang dirasakan oleh
masyarakat yaitu khawatir harga naik jika tidak segera belanja dan khawatir
barang akan segera habis
b. Kenaikan harga disebabkan sulitnya mendapatkan barang yang kita butuhkan,
banyaknya yang menimbun produk

18
Kabar masuknya Corona Virus berimbas pada kenaikan harga dan
kelangkaan sejumlah barang di Indonesia. Kabar masuknya corona ini membuat
masyarakat panik. Sejumlah barang diborong. Alhasil beberapa item barang
menjadi langka dan sulit ditemukan. Tak hanya itu saja, harga sejumlah barang
juga menjadi makin mahal. Contoh :
1. Masker Penjualan masker semakin langka semenjak virus corona merebak
di China. Kala itu, China membutuhkan banyak masker dan meminta
Indonesia mengekspor masker ke negaranya.
2. Hand Sanitizer Harga jual berbagai merek Sanitizer atau cairan pembasmi
kuman melonjak tajam hingga lebih dari tiga kali lipat.
3. Harga Rempah-Rempah Naik Semenjak Guru Besar Biologi Molekuler
Unair Chaerul Anwar Nidom mengusulkan sejumlah rempah untuk menangkal
virus, kini harga rempah-rempah makin melambung. Rempah-rempah itu,
seperti jahe, kunyit dan temulawak.

c. Menurunnya daya beli masyarakat sehubungan dengan kondisi ekonomi


masyarakat yang semakin melemah dan banyaknya PHK
Pemerintah mengakui daya beli masyarakat saat ini melemah karena
pendapatannya menurun. Penurunan pendapatan ini salah satunya akibat
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebagai dampak pandemi Covid-19. Jumlah
orang yang tidak bekerja makin banyak, perusahaan enggan merekrut pekerja,
bahkan yang kerja dirumahkan. Selain PHK, penurunan pendapatan juga
disebabkan pengurangan gaji hingga turunnya omzet usaha.
Dari data yang sudah disaring melalui BPJS Ketenagakerjaan mencapai
2,14 juta pekerja terdampak dengan rincian pekerja formal dirumahkan
mencapai 1,13 juta, pekerja formal di-PHK 383 ribu dan pekerja informal
terdampak mencapai 630 ribu orang.

Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak yang besar pada ekonomi dan
seluruh sektor kehidupan masyarakat. Virus yang tengah mewabah di
masyarakat ini tidak hanya menyebabkan ribuan orang kehilangan nyawa,
namun juga menyebabkan turunnya pertumbuhan ekonomi. Menurunnya
pertumbuhan ekonomi pada masa pandemi secara khusus disebabkan oleh daya
beli masyarakat yang melemah karena pendapatannya menurun. Adanya
19
pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun pengurangan gaji tentunya membuat
masyarakat lebih berhati-hati dalam mengelola pendapatannya.

Perekonomian di suatu negara dikatakan stabil apabila terdapat


keseimbangan antara permintaan dan penawaran. Tentunya hal tersebut harus
didukung dengan para pelaku usaha yaitu produsen dan juga masyarakat sebagai
konsumennya. Sebagai konsumen, penurunan daya beli masyarakat yang terjadi
pada saat pandemi Covid-19 akan memberikan dampak yang besar bagi
perekonomian di suatu daerah.

2.6 Upaya Menanggulangi Permasalahan Kegiatan Ekonomi Kesehatan di Era Pandemi

Dampak dari pandemi Covid-19 melemahnya daya beli masyarakat secara luas
sehingga pemerintah mengambil tindakan dalam pengendalian COVID-19 yang
dikaitkan dengan ilmu ekonomi.

a. Membuka lapangan kerja untuk pembuatan APD dan Alkes produk dalam
Negeri
Di tengah wabah virus Corona atau Covid-19 yang melanda berbagai
wilayah Indonesia, permintaan kebutuhan APD dan masker melonjak drastis karena
diyakini dapat melindungi diri dari penularan virus covid-19. Hal ini disadari betul
oleh pelaku usaha UMKM konveksi untuk memproduksi alat APD dan masker kain
yang bisa dicuci ulang dalam jumlah besar guna memenuhi kebutuhan pasar dalam
negeri. Sektor ini mempunyai beberapa peluang atau keuntungan yang menjanjikan.
Saat pandemi corona masih berlangsung di berbagai daerah Indonesia, tentu
kebutuhan APD dan masker akan terus meningkat karena kekhawatiran masyarakat
terhadap virus covid-19 mengingat sifat penularannya begitu cepat. Keuntungan
yang didapat terjaganya kelangsungan bisnis bagi pelaku usaha APD dan masker,
sehingga menutup kemungkinan terjadinya PHK bagi para pekerjanya.

20
b. Diberlakukannya Sanksi terhadap pelaku penimbunan barang yang
mengakibatkan kelangkaan product sehingga menyebabkan di tengah
masyarakat panic buying
Saat ini pemerintah menetapkan regulasi akibat penimbunan produk langka
Penimbunan barang terhadap kebutuhan pokok serta penting seperti kebutuhan
masker ditengah wabah merupakan pelanggaran pasal 107 UU nomor 7 Tahun 2014
tentang perdagangan

c. Penyelamatan pada sektor ekonomi dilakukan agar masyarakat tidak


kehilangan pekerjaan karena adanya sektor industri yang berhenti beroperasi
akibat pandemi ini. “Adanya pemberlakuan social distancing membuat ekonomi
akan melambat dan lama-kelamaan akan terhenti karena terbatasnya interaksi
pergerakan manusia dan pergerakan barang, hal ini perlu diantisipasi.
pemerintah memberikan jaring pengaman sosial terhadap aktivitas sosial dan
ekonomi untuk masyarakat yang pendapatannya terdampak selama pandemi. Itu
dilakukan dengan tujuan agar masyarakat masih tetap bisa menjaga konsumsi.
Adapun beberapa jaring pengaman sosial yang sudah dilakukan adalah
peningkatan dan perluasan PKH, peningkatan dan perluasan kartu sembako,
penambahan dan fleksibilitas kartu prakerja, hingga bantuan langsung tunai yang
bersifat lainnya.
pemerintah juga menyediakan bantalan-bantalan termasuk yang sekarang lagi
difinalkan disebut dengan program pemulihan ekonomi nasional atau program PEN
Berbagai program pemulihan untuk dunia usaha juga terus dilakukan
pemerintah agar mereka tetap bertahan. Pemerintah menyiapkan dukungan bagi
dunia usaha melalui koordinasi erat dengan BI dengan OJK dengan perbankan
nasional, untuk bagaimana sektor bisnis, sektor usaha, sektor riil tetap bisa bertahan
walaupun tidak melakukan aktivitas ekonomi

2.7 Kebijakan Pemerintah Dalam Mengatur Kegiatan Ekonomi kesehatan di Era Pandemi
COVID –19

Kebijakan-kebijakan yang telah dilakukan oleh pemerintah untuk bidang kesehatan


adalah sebagai berikut.

21
1. Rp65,8 triliun untuk belanja penanganan kesehatan:
Alat kesehatan (APD, test kit, reagen, ventilator, hand sanitizer, dll)
Sarana dan prasarana kesehatan, antara lain upgrade 132 rumah sakit rujukan bagi
penanganan pasien Covid-19, termasuk Wisma Atlet;
Dukungan SDM.

2. Rp5,9 triliun untuk insentif tenaga media pusat dan daerah:


Tenaga medis pusat sebesar Rp1,3 triliun dan tenaga medis daerah Rp4,6 triliun;
Insentif dokter (spesialis Rp15 juta/bulan), dokter umum (Rp10 juta/bulan),
perawat (Rp7,5 juta/bulan), dan tenaga kesehatan lainnya (Rp5 juta/bulan).
Diberikan selama 6 bulan.
Kebutuhan anggaran untuk insentif bagi tenaga medis yang dihitung adalah hanya
untuk tenaga medis di RS Pusat, satker KKP, BTKL dan Balitbangkes, termasuk
yang bertugas di RS Wisma Atlet.
Anggaran untuk insentif akan ditanggung bersama oleh Pemerintah Pusat dan
Daerah, termasuk menggunakan DAK Nonfisik Kesehatan dari Biaya Operasional
Kesehatan dan APBD.
3. Rp300 miliar untuk santunan kematian bagi tenaga kesehatan (Rp300
juta/orang);

4. Rp3 triliun dialokasikan ke subsidi iuran untuk penyesuaian tarif Pekerja Bukan
Penerima Upah dan Bukan Pekerja sesuai Perpres 75 tahun 2019.

5. Pemerintah juga menyediakan alokasi anggaran untuk biaya perawatan pasien


Covid-19 yang disentralisasi melalui Kementerian Kesehatan. Seluruh biaya
perawatan tersebut ditanggung pemerintah sesuai standar biaya penanganan.
Standar biaya perawatan sudah meliputi paket lengkap, mulai dari biaya dokter
hingga biaya pemulangan jenazah jika pasien meninggal dunia. Pendanaan pasien
Covid-19 diambil dari APBN 2020 dan APBD.

6. Pemberian fasilitas pajak terhadap barang dan jasa yang diperlukan dalam
penanganan pandemi Covid-19:

22
PPN ditanggung pemerintah bagi badan/instansi pemerintah, rumah sakit rujukan,
atau pihak lain yang ditunjuk untuk membantu penanganan COVID-19 atas impor,
perolehan, dan/atau pemanfaatan barang dan jasa untuk penanganan COVID-19,
berlaku April s.d. September 2020.
Pembebasan PPh 22 Impor dan/atau PPh 22 atas impor dan/atau pembelian barang
untuk penanganan COVID-19 yang dilakukan oleh badan/instansi pemerintah,
rumah sakit rujukan, atau pihak lain yang ditunjuk untuk membantu penanganan
COVID-19, berlaku April s.d. September 2020.
Pembebasan PPh 22 atas penjualan barang untuk penanganan COVID-19 kepada
badan/instansi pemerintah, rumah sakit rujukan, atau pihak lain yang ditunjuk untuk
membantu penanganan COVID-19, berlaku April s.d. September 2020.
Pembebasan PPh 21 kepada WP orang pribadi dalam negeri yang menerima
imbalan dari badan/instansi pemerintah, rumah sakit rujukan, atau pihak lain yang
ditunjuk atas jasa penanganan COVID-19.
Pembebasan PPh 23 kepada WP badan dalam negeri dan bentuk usaha yang
menerima imbalan dari badan/instansi pemerintah, rumah sakit rujukan, atau pihak
lain yang ditunjuk atas jasa teknik, manajemen, konsultan, atau jasa lain yang
diperlukan dalam penanganan COVID-19, berlaku April s.d. September 2020.
7. Relaksasi ketentuan impor alat kesehatan untuk keperluan penanganan COVID-
19 berupa pembebasan dari kewajiban izin edar atau Special Access Scheme (SAS).

23
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan diatas permasalahan yang timbul karena


COVID 19 sangat mempengaruhi berbagai sektor, bahkan hingga sektor kesehatan.
Tetapi dari sektor kesehatan tetap berjalan semestinya dengan berbagai metode yang
digunakan untuk memenuhi protokol kesehatan yang berlaku selain juga untuk
mengurangi risiko penularan. Ekonomi kesehatan tetap berjalan tetapi dari sisi
pencegahan dan penanggulangan penularan. Sementara dari sisi kuratf agak berjalan
lamban, Campur tangan pemerintah cukup mumpuni untuk mengurangi tingginya harga
dan monopoli di kala pandemic berlangsung. Secara subyektif kejadian pandemi
membawa metode disruptif yang benar benar baru untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan secara berkualitas dan berorientasi kepada pasien sebagai pengguna
pelayananan Kesehatan .
Dampak adalah pengaruh kuat yang mendatangkan akibat baik positif ataupun
negatif. Dampak positif Salah satunya Meningkatnya Usaha Mikro di Masa Pandemi
COVID-19 Salah satunya ,Produksi masker sudah menjadi kebutuhan bahkan
menjadi barang wajib yang dibutuhkan semua orang selama pandemic Tingginya
permintaan masker kain tentunya harus diiringi peningkatan kualitas produk yang
baik demi keamanan dan kesehatan konsumen. Karenanya, Badan Standardisasi
Nasional (BSN) mendorong pelaku usaha untuk memproduksi masker kain sesuai
Standar Nasional Indonesia (SNI).
Dampak Negatif salah satunya Dampak pandemi COVID-19 sangat terasa di
semua sektor termasuk di industri angkutan barang/logistik. Sektor yang terdampak
tentunya akan mengalami penurunan kinerja dan bahkan mengalami kerugian secara
finansial. Mempertimbangkan kondisi tersebut, pemerintah perlu memberikan
dukungan melalui serangkaian kebijakan khususnya untuk menjamin agar distribusi
angkutan barang/logistic Obat dapat bertahan atau bahkan menjaga keberlangsungan
agar pelayanan kepada masyarakat baik pada masa/pasca pandemi covid 19 tidak
terhambat.

24
Dari dampak tersebut sehingga Munculnya Masalah Ekomomi Khusunya di
Era Covid 19 Sehingga Pemerintah Mengeluarkan berbagai Upaya dan Kebijakan yang
harus di Patuhi Masyarakat Agar Ekonomi Berjalan

25
DAFTAR PUSTAKA

 https://jabar.kemenag.go.id/portal/read/dampak-covid19-terhadap-kesehatan-mental-
remaja-
 https://news.unair.ac.id/2022/01/03/kesehatan-mental-masyarakat-indonesia-saat-
pandemi-covid-19-di-media-online/?lang=id
 https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/rilis-media/20220513/2739835/pandemi-
covid-19-memperparah-kondisi-kesehatan-jiwa-masyarakat/
 https://tirto.id/enam-bulan-covid-19-ri-sektor-kesehatan-ekonomi-masih-buruk-f3eu
 https://health.detik.com/detiktv/d-5917048/covid-19-meningkat-warga-jakarta-
kesulitan-cari-rumah-sakit

 https://www.sehatq.com/telemed

https://www.k24klik.com/?gclid=Cj0KCQjwzqSWBhDPARIsAK38LY_O-
RMIc00q1huV3adawWrS6KZF5qSh2FIklVPI3aKWQMGGBTUOah0aAqz-
EALw_wcB

 https://www.ugm.ac.id/id/berita/22383-peran-apotek-komunitas-di-masa-pandemi

 https://kkp.go.id/an-component/media/upload-gambar-
pendukung/Archivelago/Makalah%20Jabfung/Kebijakan%20Refocussing%20Dan%2
0Realokasi%20Anggaran%20Tahun%20Anggaran%202021%20Serta%20Pengaruhn
ya%20Dalam%20Meningkatkan%20Perekonomian%20Indonesia%20Akibat%20Da
mpak%20Pandemi%20Covid-19.pdf
 https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jppmr/article/download/32034/25810
 https://www.iainpare.ac.id/dampak-pandemi-covid-19-stimulus-di-tengah-krisis-
ekonomi-global/
 https://maritim.go.id/menko-luhut-kebijakan-penanganan-pengendalian-pandemi-
covid-19/
 https://ekon.go.id/publikasi/detail/3179/pertimbangkan-semua-aspek-pemerintah-
terus-mendorong-upaya-pengendalian-laju-covid-19
 https://egsa.geo.ugm.ac.id/2022/02/27/portal-informasi-yang-terintegrasi-sistem-
informasi-geografis-sebagai-solusi-permasalahan-ekonomi-dan-kesehatan-di-masa-
pandemi-covid-19/

26
 https://dpmptsp.bantenprov.go.id/public/Berita/topic/541
 https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20220308155659-303-768347/peluang-
pembayaran-digital-selama-pandemi
 https://jurnal.umj.ac.id/index.php/Independen/article/view/7348/4760
 https://setda.tulungagung.go.id/bupati-serahkan-bantuan-apd-kepada-tenaga-
kesehatan/
 https://mail.journal.unjani.ac.id/index.php/jkwk/article/view/96
 https://tribratanews.jombang.jatim.polri.go.id/08/04/2022/peran bhabinkamtibmas-
dampingi-vaksinasi-covid-19/
 https://rechtsvinding.bphn.go.id/ejournal/index.php/jrv/article/view/622
 https://bengkuluprov.go.id/antisipasi-kelangkaan-masker-pemprov-bengkulu-
lakukan-produksi-melalui-blk/
 http://e-journal.undikma.ac.id/index.php/jpu/article/view/2550
 https://megapolitan.kompas.com/read/2021/01/26/13295541/rumah-sakit-di-jakarta-
penuh-wisma-atlet-kesulitan-rujuk-pasien-covid-19?page=all
 http://jurnalmahasiswa.umsu.ac.id/index.php/jimeis/article/view/1734
 https://katadata.co.id/agustiyanti/finansial/622f170fb6c89/biaya-perawatan-pasien-
covid-19-tembus-rp-100-t-pada-2021
 http://eprints.unram.ac.id/21730/
 STRATEGI PEMERINTAH INDONESIA DALAM MENANGANI WABAH
COVID-19 DARI PERSPEKTIF EKONOMI Saleha Mufida1 , F.G. Cempaka Timur
2 , Surryanto Djoko Waluyo 3
 Nur’aini, E. D., Wahyuni, S., & Widodo, J. (2019). Strategi Saluran Distribusi Obat Tradisional
Pada PT Karya Pak Oles Tokcer. JURNAL PENDIDIKAN EKONOMI: Jurnal Ilmiah Ilmu
Pendidikan, Ilmu Ekonomi dan Ilmu Sosial, 13(2), 55.
 https://www.suara.com/bisnis/2021/07/18/124931/berlomba-banting-harga-
menjamurnya-bisnis-tes-covid-di-jakarta-jadi-ladang-cuan-baru?page=all
 https://money.kompas.com/read/2020/10/06/050800026/dampak-pandemi-covid-
19-pemerintah-akui-daya-beli-masyarakat-melemah
 https://ukmindonesia.id/baca-deskripsi-posts/peluang-pasar-produk-apd-dan-nilai-
ekspor/
 https://www.liputan6.com/bisnis/read/4219278/bisnis-apd-dan-alkes-menjanjikan-
cuan-di-tengah-wabah-corona

27
28

Anda mungkin juga menyukai