Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH MIKRO EKONOMI

“KONDISI KENAIKAN HARGA BARANG KEBUTUHAN POKOK SAAT INI”

Disusun untuk Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Mikro Ekonomi

Dosen : Drs. Abdul Halim S, M.M.

Dibuat Oleh : Syafira Izzati (1121210164)

FAKULTAS EKONOMI BISNIS

PROGRAM STUDI S1 MANAJEMEN

UNIVERSITAS PANCASILA

JAKARTA

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Kondisi Kenaikan
Harga Barang Kebutuhan Pokok Saat Ini” tepat pada waktu yang telah ditentukan,
guna memenuhi tugas mata kuliah Mikro Ekonomi. Dalam kesempatan ini, kami juga
ingin mengucapkan terima kasih dengan hati yang tulus kepada seluruh pihak yang
telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini semoga tuhan senentiasa
membalas dengan kebaikan yang berlipat ganda. Kami menyadari bahwa penyusunan
makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun dari semua pihak guna perbaikan di masa yang akan
dating. Harapan kami semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Depok, 21 Juni 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................2
DAFTAR ISI.............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................5
PENDAHULUAN.....................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................6
1.3 Tujuan Penulisan.........................................................................................................7
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................7
BAB II.......................................................................................................................................8
PEMBAHASAN.......................................................................................................................8
2.1 Daya Beli Masyarakat Pasca Pandemi Covid..................................................................8
2.2 Kenaikan Harga Barang Pokok dan Dampaknya Bagi Masyarakat.................................9
2.3 Perilaku Masyarakat Menghadapi Kesulitan Akibat Kenaikan Harga yang Signifikan 10
2.4 Penjual Akan Tetap di Dalam Pasar Dalam Memaksimalkan Laba...............................12
2.4.1 Pendekatan Totalitas..........................................................................................12
2.4.2 Pendekatan Rata-rata..........................................................................................12
2.4.3 Pendekatan Marginal..........................................................................................13
BAB III....................................................................................................................................14
PENUTUP...............................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan................................................................................................................14
3.2 Saran..........................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16

3
BAB I
PENDAHULUAN

1 Latar Belakang

Krisis global adalah salah satu dilema yang sedang dihadapi Indonesia sejak dahulu
hingga sekarang. Dan ini adalah dinamika kehidupan ekonomi yang tidak tetap
perubahannya. Kadang system ekonomi dunia naik, kadang system ekonomi dunia
merosot drastic. Ini menyebabkan gejolak besar bagi kehidupan ekonomi seluruh dunia,
tak terkecuali Indonesia. Akibat langsungnya adalah meledaknya harga kebutuhan pokok
Indonesia. Yang mana sebelumnya saja sudah menjepit dompet masyarakat dan kini
semakin menekan. Definisi barang menurut Wikipedia, yaitu sebagai suatu produk fisik
(berwujud, tangible) yang dapat diberikan pada seorang pembeli dan melibatkan
perpindahan kepemilikan dari penjual ke pelanggan, sedangkan pengertian pokok yaitu
utama atau keutamaan. Maka dapat diartikan bahwa kebutuhan barang poko adalah
barang produksi yang paling utama bagi masyarakat.
Sektor-sektor usaha yang menyediakan kebutuhan tersebut. Misalnya : Petani yang
menyediakan sayur-mayur kini kesulitan dalam mencari pupuk yang murah, padi menjadi
kurang subur dan pasokan yang terbatas membuat harga beras melonjak. Ini adalah salah
satu dari rubuan keluhan masyarakat dalam merasakan dammpak buruk dari krisis global
ini. Sejumlah kebutuhan pokok khususnya pangan di berbagai daerah terus menunjukkan
kenaikan. Kebutuhan pangan, seperti cabai, beras bawang merah dan putih, daging dan
telur ayam, gula pasir, Nik sekitar 30-75% bahkan bisa mencapai dua kali lipat dengan
kalau dilihat dari factor musim dan yang meningkat tajam adalah cabai keriting dan cabai
merah dengan lonjakan harga hingga mencapai dua kali lipat.
Kenaikan harga bahan pokok ini akibat kebutuhan lebih tinggi daripada penawaran.
Selain itu, faktor eskternal atau faktor yang berasal dari luar negara kita juga bisa
mempengaruhi kenaikan bahan pangan pokok. Salah satunya adalah ketidakpastian
ekonomi global akibat pandemi covid-19. Sudah 3 tahun ini seluruh negara di dunia
dilanda pandemic covid-19. Pandemi Covid-19 adalah peristiwa menyebarnya Penyakit
koronavirus 2019 (Bahasa Inggris: Coronavirus disease 2019, disingkat Covid-19) di
seluruh dunia untuk semua Negara. Penyakit ini disebabkan oleh koronavirus jenis baru
yang diberi nama SARS-CoV-2. Wabah Covid-19 pertama kali dideteksi di
Kota Wuhan, Hubei, Tiongkok pada tanggal 31 Desember 2019, dan ditetapkan
sebagai pandemi oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tanggal 11 Maret 2020.
Dengan adanya peristiwa pandemic covid-19 beberapa negara di dunia menerapkan
peraturan lockdown. Lockdown adalah suatu tindakan darurat atau kondisi disaat orang-
orang untuk sementara waktu dicegah memasuki atau meninggalkan area atau bangunan
yang telah ditentukan selama ancaman bahaya berlangsung. Lockdown yang dilakukan
oleh suatu negara biasanya jika terjadi wabah yang berbahaya. Indonesia juga salah satu
negara dengan tingkat kasus positif covid-19 yang sangat banyak. Dengan begitu
pemerintah Indonesia menerapkan peraturan PSBB. Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) adalah istilah kekarantinaan Kesehatan di Indonesia yang didefinisikan sebagai

4
pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi
penyakit dan terkontaminasi sedemikian rupa untuk mencegah kemungkinan penyebaran
penyakit atau kontaminasi.
Di masa pendemi COVID-19, PSBB membuat sektor ekonomi masyarakat Indonesia
menerapkan work from home (WFH). Work from home (WFH) atau dikatakan bekerja
dari rumah membutuhkan banyak persiapan dalam berbagai hal. Teknologi pada saat
pandemi dapat memudahkan untuk berkomunikasi dan melakukan aktivitas pekerjaan.
Dampak pandemi selain work from home (WFH) adalah kehilangan pekerjaan ataupun di
PHK secara sepihak. Dengan adanya permasalahan tersebut banyak masyarakat berada di
rumah saja. Semakin banyak waktu di rumah, maka semakin besar permintaan
masyarakat terhadap produk kebutuhan pokok seperti sembako, alat kebersihan,
kebutuhan sandang, dan lain sebagainya.
Permintaan produk kebutuhan pokok masyarakat cukup tinggi. Sebagian besar
masyarakat Indonesia mengisi waktu luang mereka dengan memasak. Hal ini membuat
permintaan suatu produk tinggi, sedangkan sebagian besar masyarakat Indonesia
memiliki pendapatan yang berkurang karena pandemi COVID-19. Tidak hanya itu,
pemasok produk kebutuhan pokok di Indonesia pun berkurang. Mengapa demikian?
Karena pemasok produk kebutuhan pokok sebagian impor dari luar negeri. Produksi dan
produk di Indonesia menjadi terhambat karena ketersediaan produk berkurang. Hal ini
dapat menyebabkan harga produk tertentu mengalami kenaikan. Kenaikan harga tersebut
merugikan bagi masyarakat Indonesia. Pendapatan yang dimiliki saat pandemi tidak
sebanding dengan pengeluaran yang ada karena adanya kenaikan harga. Krisisnya
masyarakat karena kenaikan harga produk kebutuhan pokok. Perhatian pemerintah sangat
diperlukan dalam upaya menstabilkan harga suatu produk di pasaran karena pandemi
COVID-19.
Dengan situasi pasar tersebut akan mempengaruhi kondisi perekonomian masyarakat.
Pertama, jika harga barang primer meningkat, sementara pendapatan tetap, akan
menyebabkan harga barang sekunder pun akan meningkat. Kedua, pembelian terhadap
barang sekunder pun akan menurun. Ketiga, perubahan harga barang konsumsi
menyebabkan tingkat subtitusi (pergantian) terhadap barang konsumsi akan berubah pula.
Oleh karena itu maka penulis menyusun makalah dengan judul “Kondisi Kenaikan Harga
Barang Kebutuhan Pokok Saat ini” untuk memberikan penjelasan mengenai kondisi
ekonomi Indonesia saat ini pasca pandemic covid-19.

2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, rumusan masalah makalah ini adalah :
1. Apa dampak yang dirasakan masyarakat dari kenaikan harga barang kebutuhan
pokok?
2. Bagaimana perilaku masyarakat dalam menghadapi situasi kenaikan harga yang
signifikan?
3. Bagaimana daya beli masyarakat pasca pandemic covid-19?

5
4. Bagaimana cara bijak penjual dalam menghadapi kenaikan harga untuk
memaksimumkan laba?

3 Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan makalah ini adalah :


1. Menganalisis kondisi kenaikan harga barang kebutuhan pokok saat ini.
2. Mengetahui dampak kenaikan harga barang kebutuhan pokok bagi konsumen dan
produsen.
3. Mengidentifikasi perilaku masyarakat dalam menyikapi kondisi kenaikan harga
barang kebutuhan pokok.

4 Manfaat Penulisan

Manfaat yang dapat diperoleh dari penulisan makalah ini adalah :


1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan ini dapat menambah ilmu pengetahuan tentang kondisi ekonomi di
Indonesia khususnya bagi mahasiswa dibidang mikro ekonomi dan juga dapat
memberikan inovasi baru bagi para masyarakat. Mengetahui manfaat dari pendekatan
totalitas, pendekatan rata-rata, dan pendekatan marginal khususnya bagi penjual atau
produsen dalam memaksimalkan keuntungan. Juga memberikan pengetahuan lebih
pada masyarakat luas tentang ekonomi di Indonesia.

2. Manfaat Praktis
Penulisan ini diharapkan dapat memberi manfaat saran dan masukan kepada
mahasiswa, produsen, konsumen serta seluruh masyarakat Indonesia dan diharapkan
para pembaca akan lebih banyak mengetahui tentang kondisi perekonomian di
Indonesia dan cara menghadapi kondisi kenaikan harga barang kebutuhan pokok.

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Daya Beli Masyarakat Pasca Pandemi Covid

Di tengah pandemi covid-19 yang telah melanda dunia hampir dua tahun, terjadi
banyak perubahan dalam tatanan masyarakat. Beberapa aspek kehidupan mengalami
perubahan yang sangat drastis, yang paling umum kita jumpai adalah perubahan di
bidang kesehatan. Namun ada bidang lain yang juga terpengaruh dari adanya covid-19
yang menyebabkan perubahan besar, salah satunya adalah bidang ekonomi. Kita pasti
bertanya-tanya tentang seberapa besar pengaruh pandemi covid-19 terhadap
perekonomian Indonesia? Lalu bagaimana dengan tingkat daya beli masyarakat
selama pandemi? Apakah pandemi berpengaruh terhadap hal tersebut?
Pandemi Covid-19 yang berkepanjangan berdampak pada aktivitas ekonomi
masyarakat, adanya pergeseran transaksi, perubahan perilaku konsumen dan daya beli
masyarakat, hal ini disebabkan kebijakan pemerintah dalam membatasi kegiatan
masyarakat selama masa pandemi covid-19, masyarakat konsumen mengalami
perubahan perilaku khususnya dalam aktivitas menggunakan internet terkait
pembelian barang/jasa yang cenderung meningkat. Faktor yang sangat berpengaruh
adalah dari segi efektifitas waktu, di mana individu yang mengalami masa karantina
saat pandemi, tidak dapat melakukan aktivitas secara penuh, sehingga lebih banyak
menghabiskan waktu untuk membuka internet dan berbelanja online.
Daya beli masyarakat sendiri dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain inflasi
dan pendapatan per kapita. Telah kita ketahui bahwa tingkat inflasi di awal pandemi
covid-19 mengalami kenaikan namun tidak dengan pendapatan per kapita. Di awal
pandemi banyak dari pekerja yang mengalami PHK yang membuat mereka tidak
mendapatkan pemasukan sedangkan konsumsi terus berjalan. Selain itu kenaikan
harga barang khususnya barang pokok turut mengambil peran penting dalam tingkat
daya beli masyarakat, belum lama ini kita dihebohkan dengan harga minyak goreng
yang melambung tinggi, sehingga memaksa masyarakat untuk membuat pilihan antara
tetap membeli minyak dengan harga tinggi atau mengurangi konsumsi barang lain.
Hal-hal tersebut lah yang mempengaruhi tingkat daya beli masyarakat khususnya
selama pandemi covid-19.
Setelah hampir dua tahun berlalu keadaan pandemi covid-19 kian membaik, hal
tersebut ditandai dengan beberapa kebijakan pemerintah yang mulai melonggarkan
peraturan seperti memperbolehkan masyarakat untuk perjalanan jauh. Bagaimana
dengan perekonomian Indonesia? Apakah ikut membaik?. Berdasarkan data yang
dirilis oleh Badan Pusat Statistik tingkat inflasi Indonesia belum mengalami
penurunan di mana terjadi kenaikan antara triwulan 4 2021 dan triwulan 1 2022 yaitu
dari 1,87% menjadi 3,47%. Sedangkan tingkat PDB dari triwulan 4 2021 dan

7
Triwulan 1 2022 mengalami penurunan dari 5,02% menjadi 5,01%. Berbeda dengan
tingkat inflasi dan PDB, harga minyak goreng pada bulan Mei 2022 membawa kabar
baik, di mana terdapat sedikit penurunan harga dibandingkan bulan April 2022 yang
mana pada saat itu harga melambung tinggi. Untuk harga minyak goreng pada bulan
April mencapai harga Rp 57.000 per 2 liter. Berdasarkan data dari Pusat Informasi
Harga Pangan Strategis tercatat pada tanggal 25 Mei 2022 harga minyak merek 1
yaitu 26.600 dan 25.500 untuk merek 2. Dari data tersebut terlihat penurunan harga
meskipun tidak signifikan.
Dari data tersebut yaitu data yang berisi faktor yang mempengaruhi tingkat daya
beli masyarakat, maka dapat di simpulkan bahwa tingkat daya beli masyarakat saat
pandemi hampir usai tepatnya tahun 2022 belum menunjukkan tanda-tanda akan
semakin meningkat dan membaik. Diharapkan pemerintah mengambil langkah besar
seperti menyeimbangkan harga atau memberikan subsidi agar inflasi tidak meningkat
sehingga tingkat daya beli masyarakat dapat kian membaik dan kondisi perekonomian
Indonesia cepat pulih kembali.

2.2 Kenaikan Harga Barang Pokok dan Dampaknya Bagi Masyarakat

Dalam jangka waktu tertentu bahan pokok akan mengalami suatu kenaikan atau
penurunan harga. Kenaikan harga bahan pokok merupakan salah satu pengaruh
terhadap perekonomian masyarakat. Yang paling sering mengalami kenaikan harga
biasanya adalah beras, sehingga memicu bahan pokok lain mengalami kenaikan.
Banyak masyarakat yang mengeluh karena tidak dapat membeli bahan makanan
seperti saat sebelum harganya naik. Kenaikan harga bahan pokok sangat dirasakan
oleh rakyat menengah ke bawah, sedangkan untuk rakyat menengah ke atas tidak
begitu merasakan karena mereka masih mampu untuk membelinya. Kenaikan harga
ini yang akan memicu naiknya tingkat kemiskinan di Indonesia.

Kenaikan harga barang kebutuhan pokok semakin meroket di setiap tahunnya.


Meroketnya harga bahan pangan bukanlah kali pertama. Namun, sepertinya
pemerintah belum siap mengantisipasi fenomena ini sehingga hal ini terus terjadi
berulang kali. Penyebab meroketnya harga di antara lain, karena kurangnya stok
pangan, terjadi kekeringan, serangan hama, distribusi yang tidak merata, pandemic
covid-19, sampai terjadinya penimbunan barang.

Penentuan harga barang kebutuhan pokok tersebut berdasarkan tiga keadaan yaitu;
bagaimana pembentukan harga kebutuhan pokok pada saat kondisi pasokan barang
normal, saat pasokan barang sedang banyak dan pada saat pasokan atau ketersediaan
barang sedikit. Ketiga kondisi ini akan menyebabkan harga jual dari kebutuhan pokok
yang ditetapkan pedagang berbeda-beda terhadap para pembeli. Harga pasar suatu
komoditas dan jumlah yang diperjualbelikan ditentukan oleh permintaan dan
penawaran dari komoditas tersebut. Harga pasar yang dimaksudkan adalah harga yang
disepakati oleh penjual dan pembeli.

Kebutuhan barang-barang pokok di Indonesia saat ini sedang mengalami krisis,


dikarenakan harga barang-barang pokok yang melonjat naik. Kenaikan harga
merupakan ketetapan dari pemerintah yang kadang kala dapat menimbulkan dampak

8
bagi masyarakat. Mengapa kenaikan harga barang pokok dapat menimbulkan
dampak? Karena barang pokok merupakan barang utama yang merupakan
pendamping bagi kelangsungan hidup manusia sehingga kenaikan harga barang
pokok seringkali mengakibatkan kericuhan atau kerusuhan yang dapat merusak
beberapa fasilitas umum. Kerusakan tersebut tidak lain diakibatkan oleh masa yang
berdemo, pada akhirnya pemerintah harus membenahi Kembali fasilitas yang rusak
tersebut. Melambungnya harga kebutuhan pokok menyebabkan masyarakat
dihadapkan pada persoalan ketidak mampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari. Apalagi pendapatan tidak mampu mengimbangi kebutuhan yang harus di
penuhi. Beberapa industri kecil skala rumah tangga juga terpaksa gulung tikar dan
tutup. Bagaimana tidak, beberapa industri rumah tangga seperti industri tahu dan
tempe, industri kerupuk hingga penjual gorengan, untuk mendapatkan bahan bakunya
saja mereka sudah kehabisan modal, belum lagi untuk membeli minyak tanah dan
minyak goreng yang harganya tak terjangkau. Beberapa industri yang masih berjalan
pun terpaksa mengurangi jumlah produksinya meskipun mereka harus merugi karena
tidak bisa menaikkan harga jual. Dalih karena hal itu sudah menjadi pekerjaanlah
yang membuat mereka tetap bertahan untuk melakukan pekerjaan itu, selain memang
tidak ada pilihan usaha dan pekerjaan lain yang akan dilakukan. Dampak yang
diakibatkan dari kenaikan harga ini sangat luar biasa bagi rakyat miskin, jumlah
warga miskin akan bertambah banyak jumlahnya karena semakin banyaknya warga
banyak yang tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Disamping berakibat pada
kesulitan dan kesengsaraan untuk memenuhi kebutuhan, juga berakibat pada
ketidakmampuan untuk mencapai kualitas hidup dan kesejahteraannya yaitu
pemenuhan gizi, kesehatan dan pendidikanya

Kenaikan ini juga berakibat pada kesejahteraan rumah tangga yang sebelumnya
dapat memenuhi hampir semua kebutuhannya, tapi setelah langkanya bahan-bahan
pokok mereka mulai membatasinya. Dan itu sangat mengganggu ketentraman rumah
tangganya. Seharusnya masyarakat dapat mengesampingkan kebutuhan sekunder dan
terseier dan harus lebih mengutamakan kebutuhan primer yang berperan dalam
kehidupan sehari-hari. Ini merupakan suatu cara yang dapat dilakukan oleh
masyarakat. Dampak ini juga berlaku bagi pekerja industry. Banyak perindustrian
yang memangkas anggaran pembelian sehingga banyak pekerja yang mengalami
pemutusan hubungan kerja atau PHK.

2.3 Perilaku Masyarakat Menghadapi Kesulitan Akibat Kenaikan Harga yang


Signifikan

Masyarakat sebagai konsumen, dalam mensiasati kenaikan harga maka


konsumen dapat menggunakan barang subtitusi. Barang subtitusi adalah barang yang
dapat mengganti fungsi dari barang lain. Konsumen dapat membeli barang subtitusi
dan menurunkan pembelian terhadap barang yang mengalami kenaikan harga.
Contoh, terjadi kenaikan harga tahu. Maka para konsumen tahu dapat menurunkan
pembelian terhadap tahu dan untuk menutupi kerugian karena berkurangnya tahu
yang dibeli maka dapat dibeli barang subtitusinya. Misalnya menurunkan pembelian
tahu dan membeli telur. Atau jika terjadi kenaikan harga minyak goreng maka
mengalihkan membuat masakan yang jenis gulai. Konsumen dituntut kreatif dalam
mensiaati kenaikan harga. Pikirkan alternatif-alternatif lain yang memungkinkan yang

9
membuat kantong konsumen tidak tipis akibat kenaikan harga suatu barang.
Mengingat kesejahteraan itu relatif sifatnya maka walaupun ada penggantian
konsumsi terhadap barang-barang tertentu maka bila konsumen memiliki konsep
kesejahteraan tersendiri maka masalah kesejahteraan akibat kenaikan harga dapat
teratasi.

Sebagai produsen. Produsen dapat menurunkan kapasitas produk. Produsen


dapat menurunkan kepadatan atau ukuran dari produknya. Misalnya, pedagang
gorengan dapat mengurangi ukuran atau kepadatan dari gorengan yang dijualnya. Hal
iini memang akan menurunkan jumlah konsumen tapi penurunan jumlah konsumen
lebih kecil dibanding jika pedagang tersebut mempertahankan ukuran dan kepadatan
gorengan seperti biasanya tapi menaikkan harga. Hal ini disebabkan konsumen yang
lebih peka terhadap harga yang naik dibanding dengan penurunan ukuran atau
kepadatan produk. Memang produsen akan mengalami penurunan jumlah konsumen
(akibat pengalihan konsumsi oleh konsumen) , laba produsen dapat mengalami
penurunan juga. Tapi yang jelas produsen jangan sampai mengalami kebangkrutan.
Untuk mengatasi masalah penurunan jumlah konsumen dan laba ini maka produsen
dituntut kreatif dan inovatif. Produsen dituntut kreatif dan inovatif dalam mengolah
komposisi bahan baku dan bahan pelengkap alternatif. Produsen dapat mengganti
komposisi bahan produknya sehingga biayanya dapat lebih terjangkau dan harga yang
ditetapkan juga dapat terjangkau oleh konsumen.

Campur tangan pemerintah sangat diperlukan dalam mengatasi masalah


kenaikan harga. Depresi tahun 1930-an menyatakan mekanisme pasar bebasnya
ekonomi klasik tidak dapat mengatasi masalah tersebut. Ahli Ekonomi Keynes
mengatakan bahwa peran pemerintah dapat mengatasi masalah-masalah ekonomi
pada suatu negara termasuk kenaikan harga. Menurut Keynes, masalah kenaikan
harga dapat diatasi bila ada campur tangan pemerintah melalui kebijakannya, begitu
juga dengan masalah-masalah ekonomi lainnya karena masalah-masalah ekonomi bila
dibiarkan saja seperti pada prinsip mekanisme pasar bebas maka tidak dapat
mengatasi masalah-masalah tersebut dan hal ini terbukti pada depresi tahun 1930-an.
Karena itu dalam mensiasati kenaikan harga, apalagi untuk kebutuhan pokok maka
sangat diperlukan peran pemerintah. Pemerintah harus segera berpikir dan bekerja
keras untuk mengatasi masalah tersebut.Selain pertolongan dari pemerintah, sebagai
masyarat kita juga dapat menolong diri sendiri untuk menghadapi kenaikan harga
bahan pokok. Daripada bersungut-sungut menghabiskan energi, lebih baik
menggunakan waktu dengan menanam sayuran organik sendiri di pekarangan
rumah. Atau jika tidak memiliki pekarangan kita dapat menggunakan pot atau
memanfaatkan hidroponik. Selain itu untuk penghematan kita juga dapat belanja di
pasar tradisional, atau sebelum berbelanja sebaiknya buat rencana dan anggaran.
Dengan rencana dan anggaran pembelian barang yang tidak terlalu dibutuhkan dapat
dikurangi. Sebagai masyarakat kita juga harus cerdas memanfaatkan teknologi untuk
mencari informasi mengenai HET atau ketersediaan barang.  Dengan demikian kita
tidak lagi menjadi korban dari pedagang nakal yang memanfaatkan momen hari besar
keagamaan nasional demi meraup keuntungan peribadi tanpa memikirkan orang lain.

10
2.4 Penjual Akan Tetap di Dalam Pasar Dalam Memaksimalkan Laba

2.4.1 Pendekatan Totalitas

Pendekatan totalitas merupakan pendekatan dengan cara


membandingkan pendapatan total (TR) dan biaya total (TC). Pendekatan total
(TC) adalah sama dengan jumlah unit output yang terjual (Q) dikalikan
dengan harga output per unit (P), maka TR = P.Q . Sedangkan biaya total (TC)
adalah samadengan biaya tetap (FC) ditambah dengan biaya variable(VC),
maka TC = FC + VC.
Dalam pendekatan totalitas biaya variable per unit output dianggap konstan
sehingga biaya variable adalah jumlah output (Q) di kalikan dengan biaya
variable per unit (v), maka VC=v.Q. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
π=P.Q-(FC+v.Q).
Implikasi dari pendekatan totalitas ini adalah perusahaan menempuh
strategi penjualan maksimum (Maximum Selling).Sebab semakin besar
penjualan semakin besar laba yang diperoleh. Hanya saja sebelum mengambil
keputusan, perusahaan harus menghitung berapa unit output yang harus
diproduksi untuk mencapai titik impas. Kemudian besarnya output tadi
dibandingkan dengan potensi permintaan efektif.
Pendekatan totalitas sering dipakai dalam kehidupan sehari-hari, karena
memang mudah dan sederhana. Namun car aini memiliki kelemahan :
a. Dalam praktik sulit membedakan antara biaya tetap dengan biaya variable.
Misalnya listrik yang digunakan perusahaan ada yang untuk pabrik (dapat
menjadi biaya variable), ada yang untuk kantor (dapat menjadi biaya tetap).
Atau seorang pegawai dalam perusahaan, terutama perusahaan keluarga,
sering bekerja rangkap untuk kegiatan administrative (biaya tetap) dan
produksi (biaya variable).
b. Pendekatan ini mengabaikan gejala penurunan pertambahan hasil (LDR), yang
menyebabkan baik kurva biaya maupun kurva pendapatan tidak berbentuk
garis lurus. Karena itu pendekatan totalitas hanya dapat dipakai bila usaha
yang dianalisis relative sederhana, dengan skala produksi tidak besar (massal).

2.4.2 Pendekatan Rata-rata

Dalam pendekatan ini perhitungan laba per unit dilakukan dengan


membandingkan antara biaya produksi rata-rata (AC) dengan harga jual output

11
(P) Laba total adalah laba per unit dikalikan dengan jumlah output yang
terjual. Dapat dijelaskan secara matematis π=(P-AC).Q Dari persamaan ini
perusahaan akan mencapai laba bila harga jual per unit output (P)lebih tinggi
dari biaya rata-rata (AC). Perusahaan hanya mencapai angka impas bila P
sama dengan AC.
Keputusan untuk memproduksi atau tidak didasarkan perbandingan
besarnya P dengan AC. Bila P lebih kecil atau sama dengan AC, Perusahaan
hanya mencapai angka impas bila P=AC. Keputusan untuk memproduksi
didasarkan pada perbandingan antara P dengan AC. Bila P lebih kecil atau
sama dengan AC maka perusahaan tidak mau memproduksi. Implikasi
pendekatan rata-rata adalah perusahaan atau unit laba usaha harus menjual
sebanyak-banyaknya (maximum Selling) Agar laba (π) makin besar.

2.4.3 Pendekatan Marginal

Analisis marginal ini mirip dengan analisis mencari kepuasan


maksimum. Analisis ini mendasarkan pada satu konsep yaitu keuntungan
marginal yakni tambahan keuntungan total sebagai akibat tambahan satu unit
output. Untuk mencari jumlah output yang menghasilkan keuntungan
maksimum dapat digunakan patokan sebagai berikut : “Jika keuntungan
marginal masih positif dengan menambah satu unit output maka output harus
ditambah dan apabila keuntungan marginal negative dengan menambah satu
unit output maka outpur harus dikurangi sampai keuntungan atau laba
marginal = 0”
Dalam pendekatan marginal perhitungan laba dilakukan dengan
membandingkan biaya marginal (MC) dan pendapatan marginal (MR). Laba
maksimum akan tercapai pada saat MR=MC. Suatu perusahaan akan
menambah keuntungannya apabila menambah produksinya pada saat MR>MC
yaitu hasil penjualan marginal (MR) melebihi biaya marginal (MC). Dalam
keadaan ini pertambahan produksi dan penjualan akan menambah
keuntungannya. Dalam keadaan sebaliknya, yaitu apabila MR<MC,
mengurangi produksi dan penjualan akan menambah untung. Maka
keuntungan maksimum di capai dengan keadaan di mana MR=MC berlaku.
Sehingga phi=TR-TC.

12
BAB III
PENUTUP

4. Kesimpulan

Berdasarkan teori dan penjelasan yang sudah dipaparkan maka dapat disimpulkan
barang kebutuhan pokok adalah barang yang paling utama dalam kehidupan sehari-hari.
Ketika barang kebutuhan pokok ini mengalami kenaikan harga yang signifikan maka
akan menimbulkan dampak bagi para konsumen dan produsen. Dampak bagi konsumen
yang paling utama yaitu menurun nya jumlah daya beli konsumen. Semula konsumen
dapat membeli jumlah kebutuhan pokok yang mereka inginkan atau butuhkan, semenjak
mengalami kenaikan harga mereka jadi harus mengurangi jumlah barang kebutuuhan
pokok yang mereka beli. Dengan begitu konsumen memilih alternatif lain menggunakan
barang substitusi. Barang substitusi adalah jenis barang yang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Dalam ekonomi, substitusi bisa menjadi solusi ketika terjadinya
kelangkaan atau kenaikan harga. Substitusi adalah alternatif pilihan bagi konsumen.
Sesuatu yang bersifat substitusi adalah tidak harus berupa barang. Karna penurunan daya
beli konsumen tersebut, produsen menjadi mengalami penurunan pendapatan dan
mengakibatkan penurunan laba. Cara bijak produsen menghadapi kondisi kenaikan harga
yaitu menggunakan pendapatan marginal. Dalam pendekatan marginal perhitungan laba
dilakukan dengan membadingkan biaya marginal (MC) dan pendapatan marginal (MR).
Laba maksimum akan tercapai pada saat MR=MC. Suatu perusahaan akan menambah
keuntungannya apabila menambah produksinya pada saat MR>MC  yaitu hasil penjualan
marginal (MR) melebihi biaya marginal (MC). Dalam keadaan ini pertambahan produksi
dan penjualan akan menambah keuntungannya. Dalam keadaan sebaliknya, yaitu apabila
MR<MC, mengurangi produksi dan penjualan akan mmenambah untung. Maka
keuntungan maksimum di capai dengan keadaan di mana MR=MC berlaku sehingga
π=TR-TC. Maka untuk memaksimumkan laba pada saat terjadi penurunan daya beli,
produsen dapat mengurangi jumlah produksi nya agar tetap menambah untung. Maka
keuntungan maksimum dapat dicapai dengan keadaan di mana MR=MR.

5. Saran

Kepada masyarakat untuk tetap bersabar terhadap situasi permasalahan kenaikan


harga barang kebutuhan pokok ini dan mempercayakan segala sesuatu kepada
pemerintah. Dan dimulai dari pribadi dan diri sendiri, untuk mengikuti saran yang
telah dituliskan di atas. Dan bagi para mahasiswa untuk menjadi lebih kritis.
Sebaiknya sebelum melakukan kenaikan harga barang kebutuhan pokok masyarakat
terlebih dahulu harus memperimbangkan dahulu kondisi rakyat, apakah mereka siap

13
menerima ataukan belumnya. Jika masyarakat tidak siap atau tidak setuju atas inflasi
yang dilakukan pemerintah, masyarakat tidak akan segan – segan untuk menunjukan
ketidak setujuannya misalnya dengan berdemonstasi dan berunjukrasa bahkan sampai
merusak fasilitas umum yang seharusnya kita rawat. Dengan demikian pemerintah
harus membenahi kembali fasilitas yang rusak, dan membutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Oleh karena itu pemerintah harus mengerti kondisi dan keadaan rakyat
sebelum mengambil langkan, namun rakyat juga harus mengerti keadaan pemerintah.
Pada intinya untuk menciptakan suasana yang damai kita harus senantiasa saling
mengerti kondisi dan keadaan. Semoga makalah ini menjadi kajian yang baik
meskipun masih terdapat kekurangan. Atas perhatian dari seluruh pihak, penulis
ucapkan terima kasih.

14
DAFTAR PUSTAKA

Kinza. 2015. Makalan Kenaikan Harga Kebutuhan Pokok. Makalan kenaikan harga
kebutuhan pokok (slideshare.net). Diakses pada 22 Juni 2022.

Nadya, Raisa Alya. T.t. Makalan Dampak Akibat Kenaikan Harga Barang Pokok. (2)
Makalah dampak akibat kenaikan harga barang pokok | ALYA RAISA NADYA barabai -
Academia.edu. Diakses pada 22 Juni 2022.

Ristanti, Dita. 2022. Pandemi Hampir Usai, Apakah Tingkat Daya Beli Masyarakat
Kian Membaik?. Pandemi Hampir Usai, Apakah Tingkat Daya Beli Masyarakat Kian
Membaik? | kumparan.com. Diakses pada 23 Juni 2022.

Sari, Patma. 2021. Meningkatnya Harga Barang Pokok. MENINGKATNYA


HARGA BARANG POKOK (republika.co.id). Diakses pada 23 Juni 2022.

Rafly, M. 2022. Harga Bahan Pokok Naik, Kebutuhan Masyarakat Tercekik. Harga
Bahan Pokok Naik, Kebutuhan Masyarakat Tercekik Halaman 1 - Kompasiana.com. Diakses
pada 23 Juni 2022.

Ulin, Denmas. 2021. Dampak dan Akibat dari Kenaikan Harga Barang Pokok.
Dampak dan Akibat dari Kenaikan Harga Barang Pokok | Makalah Kondang (makalah-
xyz.blogspot.com). Diakses pada 24 Juni 2022.

Sari, N Handini. 2016. Pengaruh Kenaikan Harga Barang Pokok Terhadap Daya
Beli Masyarakat. Handini N Sari: PENGARUH KENAIKAN HARGA BARANG POKOK
TERHADAP DAYA BELI MASYARAKAT (handinisari.blogspot.com). Diakses pada 24
Juni 2022.

Anonim. 2015. Memahami Konsep Laba (Memaksimumkan Laba). [BAB 5]


MEMAHAMI KONSEP LABA (MEMAKSIMUMKAN LABA) ~ Singgih Sukaesar
(singgihsukaesar14046.blogspot.com). Diakses pada 25 Juni 2022.

Prasetyo, Budi. 2015. Makalah Memaksimumkan Laba. Makalah memaksimumkan


laba (slideshare.net). Diakses pada 25 Juni 2022.

15

Anda mungkin juga menyukai