Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

MINI RISET DAN REKAYASA IDE

DAMPAK COVID-19 TERHADAP RESESI EKONOMI:


Studi Kasus Indonesia, Filipina, dan Singapura

Dosen pengampu : Revita Yuni S.Pd,.M.Pd

OLEH KELOMPOK 3:
NISHA ANGELIA PUTRI (7201141001)
NIA NATANESA BR DAMANIK (7203141030)
RASVINA MASTARI MATONDANG (7202441006)
TIARA FILDZAH RIZKA (7201141005)
YOLA FRANSISKA (7203341016)

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nyasehingga saya dapat menyelesaikan tugas Makalah yang terdiri dari Mini Riset, Rekayasa
Ide dan Projek ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah inidiajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Internasional dengan
Dosen Pengampu Ibu Revita Yuni S.Pd,.M.Pd. Harapan saya semoga Makalah ini kedepannya
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca dan dapat dijadikan sebagai
referensi khususnya tentang materi Ekonomi Internasional. Masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam Makalah ini.
Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan Makalah ini. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada
pembaca dan perhatiannya semoga materi yang ada di dalam Makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat bagi kita semua.

Penulis

KELOMPOK 3
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..........................................................................................................................................................2


DAFTAR ISI ............................................................................................................................................................................3
BAB I LATAR BELAKANG ............................................................................................................................................4
1.1 Mini Riset ..............................................................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................................................................5
1.3 Tujuan penulisan .................................................................................................................................................5
1.4 Metodologi penelitian ........................................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN .....................................................................................................................................................6
2.1 Rekayasa Ide .........................................................................................................................................................6
BAB III PENUTUP ............................................................................................................................................................ 10
3.1 Kesimpulan ........................................................................................................................................................ 10
3.2 Saran ..................................................................................................................................................................... 10
BAB I
LATAR BELAKANG

1.1 Mini Riset


Peningkatan kasus COVID-19 menjadi perhatian setiap negara. Setiap negara berupaya
menerapkan kebijakan untuk memotong rantai penularan dari virus ini. Saat pandemi COVID-
19 menjadi perhatian utama setiap negara karena selain berdampak pada krisis kesehatan,
kasus ini juga membawa dampak ekonomi yang berbeda-beda di setiap negara.
Dampak ekonomi ini akan berdampak global terhadap pertumbuhan ekonomi,
diperkirakan akan terjadi kontraksi PDB sebesar 5,2 persen secara global. Dampak ekonomi ini
akan memperparah masalah sosial seperti peningkatan angka pengangguran dan penurunan
investasi. Negara-negara berkembang seperti Indonesia, Filipina, dan Singapura dihadapkan
dengan sejumlah tantangan seperti penurunan kinerja perdagangan, infrastruktur kesehatan
yang membutuhkan dukungan besar dalam mengatasi kasus COVID-19, penurunan aliran
modal, dan bahkan peningkatan utang.
Persoalan ekonomi yang muncul pada saat pandemi ini mengingatkan pada krisis global
yang pernah terjadi di tahun 2009. Sementara permasalahan ekonomi yang muncul pada saat
pandemi sekarang disebabkan oleh adanya kebijakan lockdown serta pembatasan kegiatan
yang dilakukan oleh beberapa negara, hal ini ternyata memberikan dampak besar bagi
penurunan aktivitas ekonomi. Setiap negara memiliki dampak yang beragam tergantung dari
struktur ekonomi di setiap negara. Beberapa sektor seperti perdagangan, pariwisata, dan
transportasi sangat terdampak akibat pandemi COVID-19. Dampak ini berdampak bagi orang-
orang yang bekerja pada sektor-sektor ini, termasuk kontraksi terhadap pertumbuhan ekonomi
negara.
Menurut International Monetary Fund dan World Bank, pada tahun 2020 akan terjadi
resesi ekonomi global dengan prediksi pertumbuhan ekonomi global akan menurun hingga
negatif 2,8%. Kondisi ini tentu menjadi perhatian setiap negara dan membutuhkan serangkaian
kebijakan untuk menyikapinya.
Kebijakan pembatasan kegiatan untuk memotong rantai COVID-19 memberikan
dampak ekonomi yang beragam bagi setiap negara. Dampak ekonomi yang terjadi seperti
penurunan aktivitas ekonomi, yang kemudian berdampak pada penurunan distribusi
pendapatan serta peningkatan pengangguran. Penurunan yang tajam terhadap hal-hal tersebut
dikhawatirkan akan mengakibatkan resesi ekonomi. Kondisi tersebut yang saat ini menjadi
perhatian setiap negara dengan membuat serangkaian kebijakan untuk menyikapinya.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dapat diambil adalah:
1. Bagaimana Negara di Indonesia, Filipina dan singapura menyikapi resesi
ekonomi saat COVID-19
2. Bagaimana COVID-19 memberikan dampak yang cukup pada setiap negara di
Indonesia, Filipina dan Singapura
3. Bagaimana dampak kebijakan penurunan aktivitas ekonomi terhadap distribusi
pendapatan, konsumsi domestik pada setiap negara di Indonesia, Filipina dan
Singapura
4. Bagaimana COVID-19 memberikan dampak pada sektor kesehatan pada setiap
negara di Indonesia, Filipina dan Singapura

1.3 Tujuan penulisan

Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dapat diambil adalah:


1. Mengetahui bagaimana Negara di Indonesia, Filipina dan singapura menyikapi
resesi ekonomi saat COVID-19
2. Mengetahui bagaimana COVID-19 memberikan dampak yang cukup pada
setiap negara di Indonesia, Filipina dan Singapura
3. Mengetahui bagaimana dampak kebijakan penurunan aktivitas ekonomi
terhadap distribusi pendapatan, konsumsi domestik pada setiap negara di
Indonesia, Filipina dan Singapura
4. Mengetahui bagaimana COVID-19 memberikan dampak pada sektor kesehatan
pada setiap negara di Indonesia, Filipina dan Singapura

1.4 Metodologi penelitian


Penulisan ini menggunakan sumber studi literatur, termasuk buku, artikel jurnal, dan
artikel internet yang membahas persoalan terkait COVID-19, dampak ekonomi, dan
kebijakan yang diambil oleh masing-masing negara. Melalui pendekatan ini, artikel
memberikan gambaran mengenai situasi ekonomi yang dihadapi oleh negara-negara
tersebut serta kebijakan yang diterapkan untuk mengatasi ancaman resesi. Dengan
menggabungkan data dari berbagai sumber literatur, penulis dapat menyajikan analisis
yang komprehensif mengenai dampak pandemi COVID-19 terhadap ekonomi dan
langkah-langkah yang diambil oleh negara-negara tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Rekayasa Ide


Kebijakan Indonesia, Filipina, dan Singapura dalam Menyikapi Resesi Ekonomi

Dalam menghadapi COVID-19, setiap negara telah mengambil tindakan untuk mengatasi
resesi ekonomi. Contohnya di kawasan Eropa, Uni Eropa (UE) telah mengambil
pendekatan serius dalam menghadapi COVID-19 dengan saling koordinasi kebijakan dan
tanggapan terkait pandemi ini. Negara-negara anggota UE telah sepakat untuk bekerja sama
dalam menangani COVID-19. Mereka sering melakukan pertemuan virtual untuk
membahas langkah-langkah yang harus diambil secara transparan guna mendukung
pembaruan informasi mengenai perkembangan pandemi di wilayah mereka (Goniewicz,
dkk., 2020).

Untuk mengendalikan penyebaran virus COVID-19, baik negara maju maupun berkembang
menerapkan kebijakan lockdown. Dampaknya, semua penerbangan internasional dibatasi
dan penerbangan domestik ditangguhkan tanpa waktu yang pasti. Selain itu, wisatawan
asing juga dilarang berkunjung ke negara tujuan. Namun, bagi wisatawan yang sudah
berada di negara tujuan, mereka harus menjalani karantina mandiri selama 14 hari. Menurut
UNWTO, kawasan Eropa, terutama Eropa Barat, telah menutup 93% destinasi pariwisata
internasional di setiap wilayah perbatasannya, yang berdampak signifikan pada
perekonomian di kawasan Eropa Barat (Haryanto, 2020).

Diperkirakan bahwa Uni Eropa akan mengalami kontraksi nilai mata uang Euro sebesar
10% akibat Pandemi COVID-19, meskipun telah dilakukan upaya stimulus melalui
kebijakan fiskal dan moneter. Namun, perlu dipahami bahwa perekonomian di setiap
negara anggota Uni Eropa tidak merata. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan
kebijakan fiskal dan moneter yang lebih ketat agar pertumbuhan ekonomi dapat berlanjut
dan berkelanjutan. Pandemi COVID-19 merupakan situasi baru bagi Uni Eropa, yang
memerlukan adaptasi regional. Kebijakan di dalam Uni Eropa bersifat terdesentralisasi,
yang mengharuskan pembahasan bersama dengan semua anggota. Terkadang, dalam
beberapa negara anggota Uni Eropa, situasinya sudah sangat buruk akibat COVID-19,
tetapi kebijakan harus diambil secara bersama-sama, sehingga terpaksa harus menunggu.
Hal ini menjadi akibat dari tingginya kasus di kawasan tersebut, bahkan sudah masuk ke
gelombang kedua.

Kebijakan jangka pendek untuk mengatasi urgensi Pandemi COVID-19 mungkin tidak
akan menjadi pilihan yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Meskipun kebijakan
jangka pendek yang diambil memfokuskan pada permasalahan yang sedang terjadi, perlu
diperhatikan bahwa satu permasalahan dapat menyebabkan permasalahan lain. Oleh karena
itu, kebijakan jangka panjang dan berkelanjutan juga perlu disiapkan.
Mirip dengan yang terjadi di Eropa, sebagian negara di ASEAN juga menghadapi resesi
ekonomi atau hampir mengalaminya. Oleh karena itu, negara-negara ini mengeluarkan
kebijakan untuk menghadapi resesi ekonomi tersebut. Kebijakan ini dapat berupa langkah
pencegahan atau perbaikan yang diambil oleh pemerintah untuk menyelamatkan negara
sebelum situasinya memburuk. Hal ini juga berlaku dalam menyikapi resesi ekonomi yang
disebabkan oleh Pandemi COVID-19. Ancaman resesi ekonomi dirasakan oleh negara-
negara maju maupun berkembang. Artikel ini akan menjelaskan kebijakan yang diambil
oleh Indonesia, Filipina, dan Singapura dalam menghadapi resesi ekonomi.

Indonesia sedang berupaya untuk meminimalisir penurunan tingkat perekonomiannya yang


dapat berujung pada resesi. Untuk mencegah hal tersebut, Indonesia menerapkan kebijakan
ekonomi yang bertujuan untuk menjaga stabilitas sektor keuangan. Kebijakan ini diatur
dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun
2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan dalam
Penanganan Pandemi COVID-19 dan/atau Menghadapi Ancaman yang Membahayakan
Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan.

Indonesia juga menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang telah diumumkan oleh
Kementerian Keuangan. Kebijakan fiskal yang dijalankan oleh Kementerian Keuangan
melibatkan realokasi dana APBN sebesar Rp 62,3 Triliun yang diambil dari beberapa
anggaran negara, termasuk belanja non-operasional negara, perjalanan dinas, perlindungan
sosial, penanganan COVID-19, dan insentif untuk dunia usaha. Selain itu, Kementerian
Keuangan juga memberikan stimulus pajak bagi karyawan dan dunia usaha dengan
mengurangi beban pajak penghasilan, mengurangi angsuran PPh, dan membebaskan pajak
penghasilan impor.

Sementara itu, kebijakan moneter yang diterapkan oleh Kementerian Keuangan bertujuan
untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, mencegah terjadinya inflasi, dan memberikan
stimulus kepada dunia usaha, terutama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Kebijakan moneter ini harus sejalan dengan kebijakan fiskal yang dijalankan oleh
Kementerian Keuangan agar dapat terealisasi dan menjaga stabilitas perekonomian
nasional (Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan, 2020).

Dengan adanya kebijakan fiskal dan moneter ini, pemerintah Indonesia berupaya untuk
mengatasi dampak ekonomi yang diakibatkan oleh COVID-19 dan menjaga stabilitas
perekonomian. Realokasi dana APBN dan stimulus pajak merupakan langkah-langkah
konkret yang diambil untuk memberikan dukungan kepada sektor-sektor terdampak dan
mendorong pemulihan ekonomi. Selain itu, kebijakan moneter yang berfokus pada
stabilitas nilai tukar dan pencegahan inflasi juga penting untuk menjaga keberlanjutan
perekonomian Indonesia.

Pemerintah Indonesia mengambil beberapa langkah kebijakan untuk menyikapi persoalan


ekonomi maupun sosial lainnya. Beberapa kebijakan stimulus juga diambil untuk
meningkatkan kembali aktivitas perekonomian. Kebijakan moneter dan fiskal diambil
untuk mencegah persoalan ekonomi yang lebih berat. Harmonisasi kebijakan fiskal maupun
moneter dilakukan untuk meminimalisir ancaman resesi ekonomi. Dengan demikian pada
kuartal III 2020, diharapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mengalami
peningkatan meskipun hal tersebut belum dapat dipastikan akibat dari Pandemi COVID-19
yang belum juga menemukan titik terang hingga saat ini. Maka berbagai kemungkinan
harus siap dihadapi oleh Indonesia.

Dalam menyikapi resesi ekonomi yang terjadi, Filipina menerapkan kebijakan fiskal dan
moneter yang diharapkan dapat menekan persentase resesi ekonomi. Kebijakan fiskal yang
diambil oleh Filipina dalam menghadapi ancaman resesi ekonomi adalah melaksanakan
Social Amelioration Program (SAP). Kebijakan ini bertujuan untuk memberi bantuan
finansial pada setiap rumah tangga sebesar 5.000-8.000 peso Filipina. Tentunya bantuan
tersebut ditujukan agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan sehariharinya selama masa
Pandemi ini. SAP sekaligus menjadi paket stimulus bagi masyarakat untuk memulihkan
kembali perekonomian negara.

Salah satu hal yang mendorong pemerintah Filipina lebih tanggap dalam menangani
COVID-19 ialah karena berdasarkan fakta bahwa saat ini jumlah masyarakat yang
produktif sebesar 51%. Semakin bertambahnya tahun angka masyarakat produktif akan
semakin menurun, hal ini membuat pemerintah Filipina lebih terdorong untuk menyikapi
COVID-19 secara serius. Mengapa demikian? Karena jika dari sekarang sudah banyak
masyarakat yang meninggal karena COVID-19 maka kategori masyarakat produktif dapat
menurun dan berpengaruh terhadap perekonomian negara (Vallejo Jr & Ong, 2020).

Kebijakan Singapura dalam menghadapi resesi ekonomi dapat dibagi menjadi kebijakan
fiskal dan kebijakan moneter. Pada kebijakan fiskal, terdapat empat paket kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Inti dari kebijakan fiskal Singapura dalam menyikapi resesi
ekonomi ialah bagaimana mereka mengalokasikan cadangan negaranya yang besar agar
dapat membantu perekonomian negara serta dapat diberikan kepada seluruh masyarakat
dan sektor bisnis secara merata. Lebih spesifik lagi bahwa kebijakan fiskal dapat membantu
negara dalam mengatasi COVID-19 melalui pengecekan dan perawatan gratis bagi
masyarakat. Kebijakan fiskal ini sebenarnya sudah dipikirkan secara matang persiapannya
pasca wabah SARS di tahun 2003 agar Singapura dapat lebih siap lagi menghadapi krisis
semacam itu (Woo, 2020).

2.2 Solusi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa solusi yang dapat
diimplementasikan untuk mengatasi ancaman resesi ekonomi yang dihadapi oleh Indonesia,
Filipina, dan Singapura akibat COVID-19. Berikut adalah beberapa solusi yang
direkomendasikan:

1. Kebijakan Pengendalian Penyebaran Virus: Penting untuk terus melaksanakan


kebijakan yang efektif dalam pengendalian penyebaran virus, seperti karantina wilayah,
pembatasan mobilitas, dan protokol kesehatan yang ketat. Upaya ini akan membantu
mengurangi dampak negatif terhadap sektor ekonomi karena penurunan aktivitas
ekonomi yang disebabkan oleh pandemi.

2. Dukungan Keuangan dan Stimulus Ekonomi: Pemerintah perlu memberikan dukungan


keuangan kepada sektor-sektor yang terdampak langsung, seperti pelaku usaha mikro,
kecil, dan menengah (UMKM), industri pariwisata, dan sektor informal. Selain itu,
stimulus ekonomi seperti insentif pajak, pembebasan pajak, dan subsidi juga diperlukan
untuk mendorong konsumsi domestik dan pemulihan ekonomi.

3. Penguatan Infrastruktur Kesehatan: Investasi dalam infrastruktur kesehatan, seperti


pembangunan rumah sakit dan laboratorium, serta peningkatan kapasitas sistem
kesehatan, akan membantu meningkatkan respons terhadap krisis kesehatan dan
meminimalisir dampak negatif terhadap sektor ekonomi.

4. Diversifikasi Ekonomi: Negara-negara perlu mendorong diversifikasi ekonomi untuk


mengurangi ketergantungan pada sektor-sektor yang paling terdampak, seperti
pariwisata dan industri manufaktur. Pengembangan sektor lain yang memiliki potensi
pertumbuhan, seperti industri digital, teknologi, dan pertanian, dapat membantu
mengurangi kerentanan ekonomi terhadap krisis masa depan.

5. Kerja Sama Regional: Negara-negara ASEAN perlu meningkatkan kerja sama regional
dalam menghadapi dampak ekonomi COVID-19. Pertukaran informasi, koordinasi
kebijakan, dan sharing best practices antara negara-negara di kawasan akan membantu
memperkuat ketahanan ekonomi dan memulihkan pertumbuhan secara bersama-sama.

Penerapan solusi-solusi ini harus dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan, dengan
mempertimbangkan aspek kesehatan dan ekonomi secara bersamaan. Langkah-langkah ini
diharapkan dapat membantu negara-negara tersebut mengatasi tantangan yang kompleks
akibat COVID-19 dan mencegah terjadinya resesi yang lebih dalam.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kebijakan yang diterapkan oleh Indonesia, Filipina, dan Singapura dalam menghadapi
penyebaran COVID-19 telah menghadirkan sejumlah masalah yang kompleks, termasuk
penurunan aktivitas ekonomi, konsumsi domestik, perdagangan, pariwisata, serta
peningkatan pengangguran dan penurunan distribusi pendapatan. Meskipun telah dilakukan
pelonggaran kebijakan karantina dan pembatasan mobilitas, pemulihan ekonomi belum
sepenuhnya terjadi, dan pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan sejak awal
munculnya kasus COVID-19 di ketiga negara tersebut. Prioritas pemerintah adalah
memberikan dukungan kepada sektor-sektor yang terdampak, termasuk UMKM dan
kelompok bisnis lainnya, untuk menghidupkan kembali aktivitas ekonomi. Selain itu,
stabilitas nilai mata uang juga menjadi perhatian dalam kebijakan moneter di setiap negara.
Diharapkan bahwa langkah-langkah kebijakan ini dapat mendorong pemulihan ekonomi.
Namun, perlu diperhatikan bahwa pemulihan ekonomi selama pandemi COVID-19 harus
beriringan dengan upaya untuk mengurangi penyebaran virus, sehingga dapat mencegah
terjadinya krisis kesehatan yang lebih parah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
persoalan resesi ekonomi selama pandemi COVID-19 menjadi semakin kompleks.

3.2 Saran
Berdasarkan masalah yang kompleks yang dihadapi oleh Indonesia, Filipina, dan Singapura
dalam mengatasi dampak COVID-19 terhadap ekonomi, berikut adalah beberapa saran
yang dapat dipertimbangkan diantaranya, penguatan dukungan fiskal, stimulus ekonomi
yang tepat sasaran, kolaborasi regional, diversifikasi ekonomi, perencamaan pemilihan
jangka panjang dan pengendalian penyebaran virus. Penerapan saran-saran ini, dengan
memperhatikan kondisi setiap negara, dapat membantu mengurangi dampak negatif dan
mempercepat pemulihan ekonomi di tengah pandemi COVID-19 yang kompleks ini.
DAFTAR PUSTAKA

https://tapanuliselatankab.bps.go.id/statictable/2016/08/02/78/realisasi-pendapatan-
daerah-kabupaten-tapanuli-selatan-2014-2015.html
https://sumut.bps.go.id/statictable/2017/10/10/641/anggaran-pendapatan-asli-daerah
kabupaten-kota-menurut-jenis-pendapatan-ribu-rupiah-2016.html
https://medanmerdeka.com/sumut/tapanuli-selatan/apbd-tapsel-2019-rp14-triliun-disahkan/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Daerah_2018

Anda mungkin juga menyukai