OLEH KELOMPOK 3:
NISHA ANGELIA PUTRI (7201141001)
NIA NATANESA BR DAMANIK (7203141030)
RASVINA MASTARI MATONDANG (7202441006)
TIARA FILDZAH RIZKA (7201141005)
YOLA FRANSISKA (7203341016)
PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-
Nyasehingga saya dapat menyelesaikan tugas Makalah yang terdiri dari Mini Riset, Rekayasa
Ide dan Projek ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Makalah inidiajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ekonomi Internasional dengan
Dosen Pengampu Ibu Revita Yuni S.Pd,.M.Pd. Harapan saya semoga Makalah ini kedepannya
dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca dan dapat dijadikan sebagai
referensi khususnya tentang materi Ekonomi Internasional. Masih banyak kekurangan dan
kelemahan dalam Makalah ini.
Oleh karena itu, saya sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan Makalah ini. Akhir kata saya mengucapkan terima kasih kepada
pembaca dan perhatiannya semoga materi yang ada di dalam Makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan yang bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
KELOMPOK 3
DAFTAR ISI
Dalam menghadapi COVID-19, setiap negara telah mengambil tindakan untuk mengatasi
resesi ekonomi. Contohnya di kawasan Eropa, Uni Eropa (UE) telah mengambil
pendekatan serius dalam menghadapi COVID-19 dengan saling koordinasi kebijakan dan
tanggapan terkait pandemi ini. Negara-negara anggota UE telah sepakat untuk bekerja sama
dalam menangani COVID-19. Mereka sering melakukan pertemuan virtual untuk
membahas langkah-langkah yang harus diambil secara transparan guna mendukung
pembaruan informasi mengenai perkembangan pandemi di wilayah mereka (Goniewicz,
dkk., 2020).
Untuk mengendalikan penyebaran virus COVID-19, baik negara maju maupun berkembang
menerapkan kebijakan lockdown. Dampaknya, semua penerbangan internasional dibatasi
dan penerbangan domestik ditangguhkan tanpa waktu yang pasti. Selain itu, wisatawan
asing juga dilarang berkunjung ke negara tujuan. Namun, bagi wisatawan yang sudah
berada di negara tujuan, mereka harus menjalani karantina mandiri selama 14 hari. Menurut
UNWTO, kawasan Eropa, terutama Eropa Barat, telah menutup 93% destinasi pariwisata
internasional di setiap wilayah perbatasannya, yang berdampak signifikan pada
perekonomian di kawasan Eropa Barat (Haryanto, 2020).
Diperkirakan bahwa Uni Eropa akan mengalami kontraksi nilai mata uang Euro sebesar
10% akibat Pandemi COVID-19, meskipun telah dilakukan upaya stimulus melalui
kebijakan fiskal dan moneter. Namun, perlu dipahami bahwa perekonomian di setiap
negara anggota Uni Eropa tidak merata. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan
kebijakan fiskal dan moneter yang lebih ketat agar pertumbuhan ekonomi dapat berlanjut
dan berkelanjutan. Pandemi COVID-19 merupakan situasi baru bagi Uni Eropa, yang
memerlukan adaptasi regional. Kebijakan di dalam Uni Eropa bersifat terdesentralisasi,
yang mengharuskan pembahasan bersama dengan semua anggota. Terkadang, dalam
beberapa negara anggota Uni Eropa, situasinya sudah sangat buruk akibat COVID-19,
tetapi kebijakan harus diambil secara bersama-sama, sehingga terpaksa harus menunggu.
Hal ini menjadi akibat dari tingginya kasus di kawasan tersebut, bahkan sudah masuk ke
gelombang kedua.
Kebijakan jangka pendek untuk mengatasi urgensi Pandemi COVID-19 mungkin tidak
akan menjadi pilihan yang berkelanjutan dalam jangka panjang. Meskipun kebijakan
jangka pendek yang diambil memfokuskan pada permasalahan yang sedang terjadi, perlu
diperhatikan bahwa satu permasalahan dapat menyebabkan permasalahan lain. Oleh karena
itu, kebijakan jangka panjang dan berkelanjutan juga perlu disiapkan.
Mirip dengan yang terjadi di Eropa, sebagian negara di ASEAN juga menghadapi resesi
ekonomi atau hampir mengalaminya. Oleh karena itu, negara-negara ini mengeluarkan
kebijakan untuk menghadapi resesi ekonomi tersebut. Kebijakan ini dapat berupa langkah
pencegahan atau perbaikan yang diambil oleh pemerintah untuk menyelamatkan negara
sebelum situasinya memburuk. Hal ini juga berlaku dalam menyikapi resesi ekonomi yang
disebabkan oleh Pandemi COVID-19. Ancaman resesi ekonomi dirasakan oleh negara-
negara maju maupun berkembang. Artikel ini akan menjelaskan kebijakan yang diambil
oleh Indonesia, Filipina, dan Singapura dalam menghadapi resesi ekonomi.
Indonesia juga menerapkan kebijakan fiskal dan moneter yang telah diumumkan oleh
Kementerian Keuangan. Kebijakan fiskal yang dijalankan oleh Kementerian Keuangan
melibatkan realokasi dana APBN sebesar Rp 62,3 Triliun yang diambil dari beberapa
anggaran negara, termasuk belanja non-operasional negara, perjalanan dinas, perlindungan
sosial, penanganan COVID-19, dan insentif untuk dunia usaha. Selain itu, Kementerian
Keuangan juga memberikan stimulus pajak bagi karyawan dan dunia usaha dengan
mengurangi beban pajak penghasilan, mengurangi angsuran PPh, dan membebaskan pajak
penghasilan impor.
Sementara itu, kebijakan moneter yang diterapkan oleh Kementerian Keuangan bertujuan
untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, mencegah terjadinya inflasi, dan memberikan
stimulus kepada dunia usaha, terutama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
Kebijakan moneter ini harus sejalan dengan kebijakan fiskal yang dijalankan oleh
Kementerian Keuangan agar dapat terealisasi dan menjaga stabilitas perekonomian
nasional (Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Kementerian Keuangan, 2020).
Dengan adanya kebijakan fiskal dan moneter ini, pemerintah Indonesia berupaya untuk
mengatasi dampak ekonomi yang diakibatkan oleh COVID-19 dan menjaga stabilitas
perekonomian. Realokasi dana APBN dan stimulus pajak merupakan langkah-langkah
konkret yang diambil untuk memberikan dukungan kepada sektor-sektor terdampak dan
mendorong pemulihan ekonomi. Selain itu, kebijakan moneter yang berfokus pada
stabilitas nilai tukar dan pencegahan inflasi juga penting untuk menjaga keberlanjutan
perekonomian Indonesia.
Dalam menyikapi resesi ekonomi yang terjadi, Filipina menerapkan kebijakan fiskal dan
moneter yang diharapkan dapat menekan persentase resesi ekonomi. Kebijakan fiskal yang
diambil oleh Filipina dalam menghadapi ancaman resesi ekonomi adalah melaksanakan
Social Amelioration Program (SAP). Kebijakan ini bertujuan untuk memberi bantuan
finansial pada setiap rumah tangga sebesar 5.000-8.000 peso Filipina. Tentunya bantuan
tersebut ditujukan agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan sehariharinya selama masa
Pandemi ini. SAP sekaligus menjadi paket stimulus bagi masyarakat untuk memulihkan
kembali perekonomian negara.
Salah satu hal yang mendorong pemerintah Filipina lebih tanggap dalam menangani
COVID-19 ialah karena berdasarkan fakta bahwa saat ini jumlah masyarakat yang
produktif sebesar 51%. Semakin bertambahnya tahun angka masyarakat produktif akan
semakin menurun, hal ini membuat pemerintah Filipina lebih terdorong untuk menyikapi
COVID-19 secara serius. Mengapa demikian? Karena jika dari sekarang sudah banyak
masyarakat yang meninggal karena COVID-19 maka kategori masyarakat produktif dapat
menurun dan berpengaruh terhadap perekonomian negara (Vallejo Jr & Ong, 2020).
Kebijakan Singapura dalam menghadapi resesi ekonomi dapat dibagi menjadi kebijakan
fiskal dan kebijakan moneter. Pada kebijakan fiskal, terdapat empat paket kebijakan yang
dikeluarkan oleh pemerintah. Inti dari kebijakan fiskal Singapura dalam menyikapi resesi
ekonomi ialah bagaimana mereka mengalokasikan cadangan negaranya yang besar agar
dapat membantu perekonomian negara serta dapat diberikan kepada seluruh masyarakat
dan sektor bisnis secara merata. Lebih spesifik lagi bahwa kebijakan fiskal dapat membantu
negara dalam mengatasi COVID-19 melalui pengecekan dan perawatan gratis bagi
masyarakat. Kebijakan fiskal ini sebenarnya sudah dipikirkan secara matang persiapannya
pasca wabah SARS di tahun 2003 agar Singapura dapat lebih siap lagi menghadapi krisis
semacam itu (Woo, 2020).
2.2 Solusi
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, terdapat beberapa solusi yang dapat
diimplementasikan untuk mengatasi ancaman resesi ekonomi yang dihadapi oleh Indonesia,
Filipina, dan Singapura akibat COVID-19. Berikut adalah beberapa solusi yang
direkomendasikan:
5. Kerja Sama Regional: Negara-negara ASEAN perlu meningkatkan kerja sama regional
dalam menghadapi dampak ekonomi COVID-19. Pertukaran informasi, koordinasi
kebijakan, dan sharing best practices antara negara-negara di kawasan akan membantu
memperkuat ketahanan ekonomi dan memulihkan pertumbuhan secara bersama-sama.
Penerapan solusi-solusi ini harus dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan, dengan
mempertimbangkan aspek kesehatan dan ekonomi secara bersamaan. Langkah-langkah ini
diharapkan dapat membantu negara-negara tersebut mengatasi tantangan yang kompleks
akibat COVID-19 dan mencegah terjadinya resesi yang lebih dalam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kebijakan yang diterapkan oleh Indonesia, Filipina, dan Singapura dalam menghadapi
penyebaran COVID-19 telah menghadirkan sejumlah masalah yang kompleks, termasuk
penurunan aktivitas ekonomi, konsumsi domestik, perdagangan, pariwisata, serta
peningkatan pengangguran dan penurunan distribusi pendapatan. Meskipun telah dilakukan
pelonggaran kebijakan karantina dan pembatasan mobilitas, pemulihan ekonomi belum
sepenuhnya terjadi, dan pertumbuhan ekonomi mengalami penurunan sejak awal
munculnya kasus COVID-19 di ketiga negara tersebut. Prioritas pemerintah adalah
memberikan dukungan kepada sektor-sektor yang terdampak, termasuk UMKM dan
kelompok bisnis lainnya, untuk menghidupkan kembali aktivitas ekonomi. Selain itu,
stabilitas nilai mata uang juga menjadi perhatian dalam kebijakan moneter di setiap negara.
Diharapkan bahwa langkah-langkah kebijakan ini dapat mendorong pemulihan ekonomi.
Namun, perlu diperhatikan bahwa pemulihan ekonomi selama pandemi COVID-19 harus
beriringan dengan upaya untuk mengurangi penyebaran virus, sehingga dapat mencegah
terjadinya krisis kesehatan yang lebih parah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
persoalan resesi ekonomi selama pandemi COVID-19 menjadi semakin kompleks.
3.2 Saran
Berdasarkan masalah yang kompleks yang dihadapi oleh Indonesia, Filipina, dan Singapura
dalam mengatasi dampak COVID-19 terhadap ekonomi, berikut adalah beberapa saran
yang dapat dipertimbangkan diantaranya, penguatan dukungan fiskal, stimulus ekonomi
yang tepat sasaran, kolaborasi regional, diversifikasi ekonomi, perencamaan pemilihan
jangka panjang dan pengendalian penyebaran virus. Penerapan saran-saran ini, dengan
memperhatikan kondisi setiap negara, dapat membantu mengurangi dampak negatif dan
mempercepat pemulihan ekonomi di tengah pandemi COVID-19 yang kompleks ini.
DAFTAR PUSTAKA
https://tapanuliselatankab.bps.go.id/statictable/2016/08/02/78/realisasi-pendapatan-
daerah-kabupaten-tapanuli-selatan-2014-2015.html
https://sumut.bps.go.id/statictable/2017/10/10/641/anggaran-pendapatan-asli-daerah
kabupaten-kota-menurut-jenis-pendapatan-ribu-rupiah-2016.html
https://medanmerdeka.com/sumut/tapanuli-selatan/apbd-tapsel-2019-rp14-triliun-disahkan/
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Anggaran_Pendapatan_dan_Belanja_Daerah_2018