Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH EKONOMIKA KERAKYATAN

PENGEMBANGAN EKONOMI KERAKYATAN INDONESIA


DI ERA PANDEMI COVID-19

Disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Ekonomika Kerakyatan


Dosen Pengampu: Ngadiyono, M.Pd.

Disusun Oleh:
Wahyu Fitriasari (NIM. 19804241008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, karunia
serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul ―Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Indonesia Di Era Pandemi
Covid-19 ‖ tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
akhir dari bapak Ngadiyono, M.Pd. selaku dosen pengampu pada Mata Kuliah
Ekonomika Kerakyatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Indonesia Di Era Pandemi
Covid-19 bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada bapak Ngadiyono, M.Pd.,
selaku dosen Mata Kuliah Ekonomika Ekonomi yang telah membantu kami secara
materi. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membagi sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah ini. Penulis menyadari, makalah yang penulis tulis masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis
nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 12 Desember 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................................ iii

BAB I ......................................................................................................................................... 1

PENDAHULUAN ..................................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ................................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .............................................................................................................. 2

C. Tujuan ................................................................................................................................ 2

BAB II ........................................................................................................................................ 3

PEMBAHASAN ........................................................................................................................ 3

A. Ekonomi Kerakyatan ......................................................................................................... 3

B. Pandemi Covid-19 dan Perekonomian Indonesia .............................................................. 5

C. Pengaruh Pandemi Covid-19 dengan UMKM Indonesia .................................................. 8

D. Pengembangan Ekonomi Kerakyatan di Indonesia ......................................................... 10

BAB III .................................................................................................................................... 15

PENUTUP................................................................................................................................ 15

A. Kesimpulan ...................................................................................................................... 15

B. Saran ................................................................................................................................ 15

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 16

iii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pandemi Covid-19 melanda dunia, dan Indonesia termasuk di dalamnya.
Pandemi COVID-19 memberikan implikasi ekonomi, sosial, dan politik tidak saja
negara-negara besar akan tetapi hampir seluruh negara di dunia. Rasanya tidak ada
satu negarapun yang tidak terdampak pandemic COVID-19 saat ini.
Pandemi COVID-19 yang terjadi saat ini mau tidak mau memberikan
dampak terhadap berbagai sektor. Pada tataran ekonomi global, pandemi COVID-
19 memberikan dampak yang sangat signifikan pada perekonomian domestik
negara-bangsa dan keberadaan UMKM. Laporan Organisation for Economic Co-
operation and Development (OECD) menyebutkan bahwa pandemi ini berimplikasi
terhadap ancaman krisis ekonomi besar yang ditandai dengan terhentinya aktivitas
produksi di banyak negara, jatuhnya tingkat konsumsi masyarakat, hilangnya
kepercayaan konsumen, jatuhnya bursa saham yang pada akhirnya mengarah
kepada ketidakpastian. Jika hal ini berlanjut, OECD memprediksi akan terjadi
penurunan tingkat output antara seperlima hingga seperempat di banyak negara,
dengan pengeluaran konsumen berpotensi turun sekitar sepertiga.
Indonesia adalah salah satu negara yang terdampak terutama pada sisi
ekonomi. Indonesia yang didominasi oleh Usaha Mikro, kecil, dan Menengah
(UMKM) perlu memberikan perhatian khusus terhadap sektor ini karena kontribusi
UMKM terhadap pereknomian nasional yang cukup besar.
Indonesia berjuang melawan Covid-19 dengan memodifikasi kebijakan
karantina wilayah (lockdown) menjadi pembatasan sosial berskala besar (PSBB)
yang bersifat lokal sesuai tingkat keparahan di wilayah provinsi, kabupaten, atau
kota. Selama masa pandemi ini, perekonomian dunia dan Indonesia mengalami
pelambatan. Pemerintah dan lembaga kajian strategis memprediksi Indonesia
tumbuh rendah atau bahkan negatif di tahun 2020. Untuk itu, Pemerintah berupaya
mengagendakan kebijakan Normal Baru agar dampak ekonomi akibat pandemi
tidak sampai menimbulkan krisis yang berkepanjangan. Kebijakan ini berhubungan
dengan perencanaan pembangunan dimana Pemerintah sudah menetapkan program,

1
target, dan major projects di Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
(RPJMN) 2020-2024.
Pandemi virus COVID-19 atau yang umum disebut virus corona di
masyarakat kian hari semakin menjangkiti perekonomian Indonesia. Dampak
ekonomi akibat virus ini semula hanya menggerus sisi eksternal perekonomian
Indonesia melalui kenaikan sejumlah komoditas impor dari China. Stabilitas
perekonomian pun terkena dampak, Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM)
menjadi sektor paling rentan kena hantaman pandemi virus corona. Sektor ini
disebut ekonom tak bisa lagi menjadi penyangga perekonomian seperti saat krisis
ekonomi dan keuangan 1998 dan 2008.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ekonomi kerakyatan?
2. Apa dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia?
3. Bagaimana pandemi Covid-19 dapat mempengaruhi perekonomian Indonesia
terutama bidang UMKM?
4. Bagaimana cara mengembangkan ekonomi kerakyatan Indonesia di masa
pandemi Covid-19?

C. Tujuan
1. Mendeskripsikan pengertian dari ekonomi kerakyatan
2. Mendeskripsikan dampak pandemi Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia
3. Mendeskripsikan bagaimana pandemi Covid-19 dapat mempengaruhi
perekonomian Indonesia terutama bidang UMKM
4. Mendeskripsikan cara mengembangkan ekonomi kerakyatan Indonesia di masa
pandemi Covid-19

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Ekonomi Kerakyatan

Ekonomi kerakyatan dimaknai sebagai sistem ekonomi partisipatif yang


memberikan akses sebesar-besarnya secara adil dan merata bagi seluruh lapisan
masyarakat, baik dalam proses produksi, distribusi, dan konsumsi nasional serta
meningkatnya kapasitas dan pemberdayaan masyarakat maupun dalam suatu
mekanisme penyelenggaraan yang senantiasa memperhatiakan fungsi sumber daya
alam dan lingkungan sebagai pendukung kehidupan guna mewujudkan
kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh rakyat Indonesia secara berkelanjutan.

Konsep Ekonomi Kerakyatan dalam pandangan Sarbini adalah bagian dari


ideologi Sosialisme Kerakyatan, yang dicetuskan pendiri Partai Sosialis Indonesia
(PSI), Sutan Sjahrir, pada 1947. Ekonomi Kerakyatan adalah komponen dari
ideologi Sosialisme Kerakyatan yang mencakup berbagai sektor kehidupan,
bertolak dari suatu konsep politik kebudayaan yang berintiksn kebebasan,
pembebasan, dan kemajuan-yang menganggap Marxisme dan Komunisme adalah
ajaran yang ketinggalan zaman.

Ekonomi Kerakyatan bukanlah suatu ideologi atau konsep sistem ekonomi,


melainkan suatu gagasan mengenai cara, sifat, dan tujuan pembangunan, dengan
sasaran utama perbaikan nasib rakyat yang umumnya hidup di pedesaan. Prof.
Sarbini Sumawinata, Guru Besar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
memberikan pengertian Ekonomi Kerakyatan sebagai suatu konsep strategi
pembangunan dalam konteks Indonesia. Inti konsep ini adalah pembangunan
pedesaan dan industrialisasi pedesaan dalam arti luas, yang mencakup mekanisasi
pertanian dalam rangka pemberantasan kemiskinan melalui penciptaan lapangan
kerja dan peningkatan pendapatan rakyat kecil. Hanya, yang bertugas
menggerakkan pembangunan ini adalah negara atau pemerintah. Hal ini, kata Prof.
Sarbini, dilakukan melalui alokasi anggaran khusus dan berbagai kebijakan
pemberdayaan masyarakat dan yang menghilangkan hambatan yang merintangi
produktif rakyat—yang terkandung dalam sistem kapitalisme pasar bebas dan
monopoli korporasi.

3
Ekonomi kerakyatan, sebagaimana dikemukakan dalam Pasal 33 UUD
1945, adalah sebuah sistem perekonomian yang ditujukan untuk mewujudkan
kedaulatan rakyat dalam bidang ekonomi. Tiga prinsip dasar ekonomi kerakyatan
adalah sebagai berikut:

1. Perekonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas azas


kekeluargaan;

2. Cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai


hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara; dan

3. Bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung didalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan ketiga prinsip tersebut dapat disaksikan betapa sangat besarnya


peran negara dalam sistem ekonomi kerakyatan. Sebagaimana dilengkapi oleh Pasal
27 ayat 2 dan Pasal 34, peran negara dalam sistem ekonomi kerakyatan antara lain
meliputi lima hal sebagai berikut :

1. Mengembangkan koperasi
2. Mengembangkan bumn
3. Memastikan pemanfaatan bumi, air, dan segala kekayaan yang terkandung
didalamnya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
4. Memenuhi hak setiap warga negara untuk mendapatkan pekerjaan dan
penghidupan yang layak
5. Memelihara fakir miskin dan anak terlantar.

Penjelasan lebih lanjut, peran negara di dalam perekonomian terlihat melalui


beberapa hal berikut :

1. Menyusun perekonomian sebagai usaha bersama berdasarkan azas


kekeluargaan; mengembangkan koperasi (Pasal 33 ayat 1)
2. Menguasai cabang-cabang produksi yang penting bagi negara dan yang
menguasai hajat hidup orang banyak; mengembangkan BUMN (Pasal 33
ayat 2)

4
3. Menguasai dan memastikan pemanfaatan bumi, air, dan segala kekayaan
yang terkandung didalamnya bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat
(Pasal 33 ayat 3)
4. Mengelola anggaran negara untuk kesejahteraan rakyat; memberlakukan
pajak progresif dan memberikan subsidi
5. Menjaga stabilitas moneter
6. Memastikan setiap warga negara memperoleh haknya untuk mendapatkan
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan (Pasal 27 ayat 2)
7. Memelihara fakir miskin dan anak terlantar (Pasal 34).

B. Pandemi Covid-19 dan Perekonomian Indonesia

Tahun 2020 merupakan tahun yang berat bagi dunia ketika tiba-tiba muncul
wabah Covid-19, yang awalnya muncul secara lokal di Wuhan – China, lalu
merebak dan memporak-porandakan sendi-sendi perekonomian dunia. Ketika
Covid-19 mulai muncul pada akhir tahun 2019 dan mulai mewabah dan meledak
secara lokal di China pada akhir Januari 2020, kemudian merembet ke seluruh
dunia sepanjang bulan Februari hingga akhir Mei ini, tidak satupun lembaga think
tank dan pemikir strategis dunia (baik dari pemerintahan, swasta, universitas, juga
World Bank dan IMF) memperhitungkannya, sehingga outlook perekonomian tahun
2020 dan tahun-tahun setelahnya masih diprediksi dengan asumsi normal.

Perkembangan krisis kesehatan yang berdampak pada ekonomi dunia ini


praktis membuat seluruh negara di dunia harus mundur dengan rencana-rencana
strategis yang telah ditetapkan semula untuk kemudian digantikan kebijakan
tanggap darurat dengan memobilisasi semua sumber daya untuk mengatasi wabah
Covid-19.

Lembaga think tank dan pemikir strategis mengoreksi proyeksinya, terutama


tahun 2020 yang kemungkinan akan terjadi pelambatan, resesi, dan bahkan depresi
ekonomi. Pembangunan di setiap negara dipastikan terganggu. Masing-masing
negara merevisi APBN-nya dan menyediakan alokasi dana yang besar untuk
mengatasi wabah corona ini. Mengingat bahwa penyakit yang datang melalui virus
corona cukup mematikan (rata-rata sekitar 3-5% kematian dari korban yang telah
terpapar virus), lalu obat paten belum ditemukan, maka hanya solusi pencegahan

5
yang menjadi jalan terbaik untuk diupayakan agar masing-masing negara dapat
melindungi setiap nyawa warganya.

Berbagai laporan dari lembaga studi yang menganalisis dampak Covid-19


menyatakan bahwa akan terjadi pelambatan ekonomi dunia di tahun 2020 ini, tidak
terkecuali Indonesia. United Nations Conference on Trade and Development
(UNCTAD, 2020) menyebutkan bahwa Covid-19 memukul negara-negara
berkembang pada saat mereka sedang berjuang dengan beban utang yang tidak
berkelanjutan selama bertahun-tahun. Pada akhir 2018 total stok utang negara-
negara berkembang mencapai 191 persen (atau hampir dua kali lipat) PDB
gabungan mereka, level tertinggi yang pernah tercatat.

Krisis utang negara berkembang, yang sudah berlangsung sebelum


goncangan Covid-19, memiliki dua hal yang patut diketengahkan dalam konteks
perdebatan tentang pengurangan utang untuk negara berkembang setelah goncangan
Covid-19. Pertama, krisis utang yang sedang berlangsung tidak terbatas pada
negara-negara berkembang yang termiskin saja, tetapi juga berpengaruh pada
semua kategori pendapatan. Kedua, pada umumnya, tidak disebabkan oleh salah
urus ekonomi di dalam negeri, tetapi oleh salah urus ekonomi dan keuangan di
tingkat global.

UNCTAD menambahkan bahwa kerapuhan posisi utang negara berkembang


sebelum krisis Covid-19 semakin meningkat karena perubahan yang bersamaan
dengan kepemilikan dan denominasi mata uang dari utang swasta dan publik
mereka. Dengan demikian, pasar obligasi domestik semakin dalam dimasuki oleh
investor asing. Indonesia juga tidak luput akan adanya kemungkinan terjebak pada
bahaya defisit anggaran yang tidak berkelanjutan.

Economist Intelligence Unit (2020), lembaga pemikir stategis dari The


Economist, menerbitkan analisis dengan kesimpulan bahwa Covid-19 akan
membuat hampir semua negara Group 20 (G-20) masuk ke jurang resesi. Analisis
ini terbit pada akhir Maret 2020. Gambaran suasana ekonomi global tampak suram
karena jika resesi terjadi pada anggota G20 maka efek dominonya akan membuat
pelambatan ini menyebar ke seluruh dunia. Meskipun diasumsikan bahwa
pemulihan akan terjadi pada paruh kedua tahun 2020, risiko pandemi gelombang

6
kedua dan ketiga akan semakin memperburuk gambaran proyeksi ekonomi global
paling tidak untuk jangka menengah. Tekanan untuk menerapkan kebijakan
karantina wilayah di setiap negara dipastikan akan meningkat, yang berarti
ketidakpastian ekonomi akan cenderung naik dan membuat pelambatan ekonomi
baik secara gradual maupun drastis.

Semua negara akan berhadapan dengan kondisi dimana pendapatan negara


turun, tetapi di sisi lain negara membutuhkan peningkatan pengeluaran negara yang
sangat tinggi untuk berbagai kebutuhan penanganan Covid-19. Keadaan ini akan
membuat banyak negara masuk dalam krisis utang yang berkepanjangan.

Jika merujuk proyeksi Economist Intelligence Unit, Indonesia (bersama


dengan India dan Cina) diprediksi masih relatif beruntung dapat mencapai tingkat
pertumbuhan yang positif. Sementara wilayah Eropa adalah daerah yang paling
parah terkena dampaknya. Namun mengingat analisis ini dilakukan pada masa awal
pandemi maka prediksi ini terlalu prematur untuk menumbuhkan optimisme karena
diperkirakan tidak akan ada negara yang mampu menghela pertumbuhan
ekonominya di tahun 2020 ini.

Kementerian Keuangan melalui Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Febrio


Nathan Kacaribu (2020), menyatakan bahwa pemerintah merevisi pertumbuhan
ekonomi Indonesia di tahun 2020 ini pada rentang angka 2,3 persen dan minus 0,4
persen, sedikit lebih tinggi dari proyeksi optimis Bank Dunia 2,1 persen dan untuk
pesimis Bank Dunia memprediksi di angka minus 3,4 persen.3 Detil proyeksi lebih
mikro dimana pertumbuhan triwulan I-2020 masih berkisar 4,5 - 4,6 persen,
sedangkan pada triwulan II-2020 masuk dalam rentang nol persen hingga minus 2
persen. Dampak pandemi Covid-19 mempengaruhi hampir semua aktivitas
domestik sejak awal Maret 2020.

Lebih lanjut Kacaribu menjelaskan bahwa saat ini Indonesia menghadapi


masa sulit dengan tingkat ketidakpastian yang belum bisa diprediksi. Perekonomian
global dan nasional dipastikan melambat signifikan. Titik kritis dampak pandemi
Covid-19 terhadap perekonomian Indonesia diperkirakan terjadi selama April-Juni
2020. Kondisi ini juga seiring dengan semakin banyak daerah yang menerapkan
kebijakan pembatasan sosial berskala besar. Lebih lanjut diungkapkan Febrio

7
bahwa pembatasan sosial berskala besar akan menggerus konsumsi rumah tangga,
yang berkontribusi 54-55 persen terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Kegiatan dunia usaha juga akan menurun sehingga berpotensi meningkatkan kasus
pemutusan hubungan kerja dan pengurangan jam kerja. Sebagai solusi jangka
pendek, untuk memperkecil tekanan, pemerintah mempercepat pencairan bantuan
sosial secara bertahap mulai April. Stimulus bagi dunia usaha juga diperluas dan
diberlakukan pada awal April. Selain itu, suntikan stimulus baru disiapkan untuk
menyelamatkan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) dari kebangkrutan.
Stimulus ekonomi juga akan diarahkan untuk mendukung penduduk rentan miskin
yang di atas 20 persen dan pengusaha menengah ke bawah.

C. Pengaruh Pandemi Covid-19 dengan UMKM Indonesia

Kajian yang dibuat oleh Kementerian Keuangan menunjukkan bahwa


pandemi COVID-19 memberikan implikasi negatif bagi perekonomian domestik
seperti penurunan konsumsi dan daya beli masyarakat, penurunan kinerja
perusahaan, ancaman pada sektor perbankan dan keuangan, serta eksistensi
UMKM.

Pada aspek konsumsi dan daya beli masyarakat, pandemi ini menyebabkan
banyak tenaga kerja berkurang atau bahkan kehilangan pendapatannya sehingga
berpengaruh pada tingkat konsumsi dan daya beli masyarakat terutama mereka
yang ada dalam kategori pekerja informal dan pekerja harian. Sebagian besar
masyarakat sangat berhati-hati mengatur pengeluaran keuangannya karena
ketidakpastian kapan pandemi ini akan berakhir. Hal ini menyebabkan turunnya
daya beli masyarakat akan barang-barang konsumsi dan memberikan tekanan pada
sisi produsen dan penjual.

Pada aspek perusahaan, pandemi ini telah mengganggu kinerja perusahaan-


perusahaan terutama yang bergerak dalam sektor perdagangan, transportasi, dan
pariwisata. Kebijakan social distancing yang kemudian diubah menjadi physical
distancing dan bekerja dari atau di rumah berdampak pada penurunan kinerja
perusahaan yang kemudian diikuti oleh pemutusan hubungan kerja. Bahkan ada
beberapa perusahaan yang mengalami kebangkrutan dan akhirnya memilih untuk
menutup usahanya.

8
Pada aspek perbankan dan keuangan, pandemi ini memunculkan ketakutan
akan terjadinya masalah pembayaran hutang atau kredit yang pada akhirnya
berdampak pada keberlangsungan kinerja bank. Banyak kreditur yang sudah
meminta kelonggaran batas dan besaran pembayaran cicilan hutang dan kredit
kepada bank. Belum lagi para pengusaha harus memperhatikan fluktuasi nilai tukar
rupiah yang akan mengganggu proses produksi terutama untuk perusahaan-
perusahaan yang bergantung pada bahan baku impor. Selain itu, pandemi ini
menyebabkan ancaman kaburnya investasi asing dari Indonesia yang tentu
mengancam proyekproyek strategis pemerintah.

Pada aspek UMKM, adanya pandemi ini menyebabkan turunnya kinerja


dari sisi permintaan (konsumsi dan daya beli masyarakat) yang akhirnya berdampak
pada sisi suplai yakni pemutusan hubungan kerja dan ancaman macetnya
pembayaran kredit.

Dalam situasi pandemi ini, menurut KemenkopUKM ada sekitar 37.000


UMKM yang memberikan laporan bahwa mereka terdampak sangat serius dengan
adanya pandemi ini ditandai dengan: sekitar 56 persen melaporkan terjadi
penurunan penjualan, 22 persen melaporkan permasalahan pada aspek pembiayaan,
15 persen melaporkan pada masalah distribusi barang, dan 4 persen melaporkan
kesulitan mendapatkan bahan baku mentah. Masalah-masalah diatas juga semakin
meluas jika dikaitkan dengan adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar
(PSBB) yang diterapkan di beberapa wilayah di Indonesia.

Merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan No. 9/2020 tentang Pedoman


PSBB dalam rangka Percepatan Penanganan COVID-19, PSBB meliputi
pembatasan kegiatan tertentu penduduk dalam suatu wilayah yang diduga terinfeksi
COVID-19 termasuk pembatasan terhadap pergerakan orang dan/atau barang untuk
satu provinsi atau kabupaten/kota tertentu untuk mencegah penyebaran COVID19.
Pembatasan tersebut paling sedikit dilakukan melalui peliburan sekolah dan tempat
kerja, pembatasan kegiatan keagamaan, dan/atau pembatasan kegiatan di tempat
atau fasilitas umum. Ditakutkan dengan adanya PSBB, aktivitas ekonomi terutama
produksi, distribusi, dan penjualan akan mengalami gangguan yang pada akhirnya
berkontribusi semakin dalam pada kinerja UMKM dan perekonomian nasional
seperti hasil kajian Kementerian Keuangan diatas.

9
Tidak salah jika muncul kekhawatiran apalagi jika melihat besarnya jumlah
UMKM di Indonesia dan jumlah tenaga kerja yang terserap dalam UMK. Menurut
data Badan Pusat Statistik (BPS), kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik
Bruto (PDB) Indonesia mencapai 61,41 persen pada tahun 2018. Tentu kontribusi
ini menunjukkan peran UMKM sebagai tulang punggung ekonomi nasional
Indonesia.

Tugas besar ada di pundak Pemerintah Indonesia terkait dengan pandemi


COVID-19 saat ini: pertama, menjaga keselamatan dan kesehatan masyarakat
Indonesia sebagai fokus utama dan kedua, menjaga laju pertumbuhan ekonomi.

Prediksi pertumbuhan ekonomi global perlu dijadikan input bagi pemerintah


dalam merancang kebijakan-kebijakan ekonomi terutama solusi bagi UMKM.
Sejumlah lembaga internasional telah merilis prediksi mereka akan pertumbuhan
ekonomi global di 2020 seperti JP Morgan yang menyebutkan pertumbuhan
ekonomi global akan minus 1,1 persen dan International Monetary Fund (IMF)
yang bahkan memprediksi pertumbuhan ekonomi global akan minus 3 persen.

Sementara untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia, IMF meramalkan


Indonesia masih akan mengalami pertumbuhan ekonomi positif sebesar 0,5 persen
dari target awal 5 persen di 2020 sementara Menteri Keuangan Sri Mulyani
memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia ada di kisaran 0,3-2.8 persen di
tahun 2020.10 Angka-angka tersebut, baik jumlah UMKM dan kontribusinya serta
prediksi pertumbuhan ekonomi global dan Indonesia, perlu mendapatkan perhatian
serius dan dijadikan bahan evaluasi pemerintah untuk merancang kebijakan dan
strategi yang tepat bagi eksistensi UMKM di Indonesia.

D. Pengembangan Ekonomi Kerakyatan di Indonesia

Situasi pandemi COVID-19 memberikan tantangan sekaligus peluang bagi


pemerintah untuk menjaga eksistensi UMKM. Tantangan diartikan, perlu adanya
solusi jangka pendek untuk membantu UMKM dan pekerja yang tergabung
didalamnya. Peluang diartikan, solusi jangka pendek perlu dilanjutkan dengan
solusi jangka panjang apalagi jika dikaitkan dengan era industri 4.0 yang
mensyaratkan ketersediaan teknologi digital untuk mendukung aktivitas ekonomi.
Ada beberapa solusi jangka pendek untuk tetap menjaga eksistensi UMKM.

10
Menurut OECD, beberapa solusi perlu dipertimbangkan untuk dilakukan
yakni: protokol kesehatan ketat dalam menjalankan aktivitas ekonomi oleh UMKM,
penundaan pembayaran hutang atau kredit untuk menjaga likuiditas keuangan
UMKM, bantuan keuangan bagi UMKM, dan kebijakan struktural. Pertama,
protokol kesehatan yang ketat dapat diterapkan ketika pemerintah memberikan izin
bagi UMKM untuk menjalankan aktivitasnya. Kewajiban penggunaan masker,
sarung tangan, dan jarak aman antar pekerja dapat dijadikan persyaratan bagi
UMKM untuk terus menjalankan aktivitasnya.

Tentu perlu ada kerjasama dari pelaku UMKM dan pengawasan yang ketat
dari instansi yang berwenang agar protokol kesehatan ini dapat berjalan dengan
baik. Dalam konteks ini, pemerintah dapat melibatkan aparatur sipil pada kantor
desa bekerjasama dengan bintara pembina desa (Babinsa/TNI) dan bhayangkara
pembina keamanan dan ketertiban masyarakat (Babinkamtibmas/polisi) dalam
pengawasan implementasi protokol kesehatan bagi UMKM yang diizinkan
menjalankan aktivitasnya.

Kedua, pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan untuk memberikan


kelonggaran pembayaran cicilan hutang atau kredit bagi UMKM atau bahkan
menunda proses pembayaran tersebut sampai enam bulan kedepan dengan
mempertimbangkan likuiditas keuangan UMKM. Termasuk juga menyederhanakan
proses administrasi mendapatkan pinjaman di tengah situasi darurat ini. Hal ini
dapat dilakukan agar supaya para pelaku UMKM termasuk para pekerja tetap dapat
menjaga tingkat konsumsi dan daya belinya sekaligus mendukung berjalannya roda
perekonomian nasional.

Ketiga, bantuan keuangan kepada para pelaku UMKM. Pemerintah


Indonesia telah menggelontorkan anggaran sebesar Rp. 70,1 triliun untuk insentif
perpajakan dan stimulus kredit usaha rakyat dari total anggaran Rp. 405,1 triliun
mengatasi pandemi Covid-19 melalui APBN 2020. Pendistribusian anggaran
tersebut harus transparan, jelas, dan tepat sasaran agar eksistensi UMKM dan
aktivitas perekonomian riil tetap terjaga. Selain anggaran yang telah ditetapkan,
pemerintah juga dapat mendorong sektor perbankan baik bank milik pemerintah
ataupun bank swasta untuk dapat memberikan pinjaman lunak kepada para pelaku
UMKM tentu dengan mekanisme ketat siapa saja yang berhak mendapatkan

11
pinjaman dengan suku bunga lunak ini. Jangan sampai pinjaman ini disalahgunakan
dan akhirnya malah merugikan kinerja bank pemberi pinjaman.

Terkait bantuan kepada UMKM, dua lembaga pemerintah yang berurusan


langsung dengan UMKM yakni Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah
(KemenkopUKM) dan Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah merancang
beberapa strategi untuk membantu UMKM.

KemenkopUKM telah memberikan setidaknya tiga stimulus bagi UMKM di


masa pandemi ini guna menjaga keberlangsungan aktivitas UMKM, yakni:
kelonggaran pembayaran pinjaman, keringanan pajak UMKM enam bulan, dan
transfer tunai untuk bisnis skala mikro.13 Sementara Kementerian Perindustrian
merencanakan untuk: memberikan pinjaman dengan bunga rendah (lebih rendah
dari tingkat suku bunga untuk usaha mikro) kepada usaha kecil dan menengah
(UKM), menghubungkan para pelaku UKM dengan toko-toko teknologi daring
untuk membantu pemasaran dan penjualan produk-produk UKM seperti Tokopedia,
Shopee, dan Blibli, melakukan kerjasama dengan industri lokal penyedia bahan
baku mentah untuk keperluan produksi UKM, dan melakukan kerjasama dengan
Kementerian Luar Negeri dan Atase Industri di luar negeri untuk terus melakukan
proses negosiasi perdagangan untuk melanjutkan aktivitas ekspor produk-produk
yang dihasilkan oleh UKM Indonesia.

Keempat, kebijakan struktural untuk kepentingan jangka panjang. Kebijakan


ini tidak saja digunakan untuk menghadapi pandemi COVID-19 tapi juga era
Industri 4.0 kedepannya. Kebijakan ini meliputi kebijakan-kebijakan jangka pendek
bagi UMKM yakni pengenalan teknologi digital dan pelatihan bagi para pelaku dan
pekerja UMKM serta kebijakan panjang bagi UMKM untuk beradaptasi dengan
penggunaan teknologi untuk proses produksi, penggunaan media teknologi digital
untuk mempromosikan produk UMKM, dan menemukan pasar potensial bagi
produk yang dihasilkan.

Dalam jangka pendek, perlu adanya pendampingan bagi para pelaku


UMKM untuk dapat memanfaatkan media e-commerce (belanja daring) untuk
menjual produk-produk mereka. Data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan
bahwa pada tahun 2018 baru 3,79 juta UMKM (atau sekitar 8 persen) yang

12
memanfaatkan platform online untuk memasarkan produknya.15 Tentu situasi
seperti ini dapat menjadi salah satu jalan keluar untuk meningkatkan jumlah
UMKM yang memanfaatkan platform online tadi. Kemudian, kebijakan jangka
pendek tadi dilanjutkan dengan kebijakan jangka panjang. Pemerintah dapat
memulainya dengan membuat peta jalan pengembangan UMKM dalam
menghadapi era Industri 4.0 mulai dari pelatihan ulang (retraining) para pekerja
UMKM guna beradaptasi dengan penggunaan teknologi produksi baru dan
teknologi digital, pembangunan infrastruktur telekomunikasi dan program internet
masuk desa, pelibatan dunia akademisi dan usaha besar dalam pendampingan
pengenalan dan penggunaan teknologi produksi dan media digital, serta
menghidupkan kembali program kemitraan usaha besar dan UMKM. Kebijakan
struktural ini dilakukan untuk mendukung penguatan UMKM sekaligus mendukung
pengembangan UMKM di era Industri 4.0.

Cara lain yang dapat dilakukan untuk membantu UMKM bertahan dalam
situasi pandemi ini adalah dengan memanfaatkan dana Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan (TJSL) yang dimiliki oleh perusahaan swasta dan badan usaha-badan
usaha milik negara (BUMN). Pemerintah perlu mengeluarkan instruksi dan
pedoman untuk seluruh BUMN agar mengalihkan dana TJSL yang ada untuk
membantu secara langsung UMKM-UMKM yang terdampak pandemi COVID-19.

BUMN pun dapat melibatkan UMKM dalam proses produksi produk-


produk yang bisa diisi oleh para pekerja UMKM. Misalnya, BUMN yang bergerak
dalam produksi farmasi dan alat perlindungan diri (APD) seperti masker dan
pakaian medis dapat melibatkan para pekerja UMKM yang bergerak dalam bidang
usaha produksi pakaian untuk memproduksi dalam skala besar kebutuhan APD.
Melihat potensi pasar mengenai kebutuhan APD baik untuk kebutuhan domestik
maupun internasional, peluang ini dapat dimanfaatkan sekaligus memberi rasa
aman ancaman pemutusan hubungan kerja atau penutupan produksi yang dialami
UMKM dalam jangka pendek.

Untuk perusahaan swasta, dana TJSL juga bisa dialihkan untuk membantu
UMKM yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada. Bentuk bantuan bisa
dalam bentuk bantuan langsung seperti pemberian paket sembako atau pembelian
produk-produk UMKM untuk kemudian disalurkan ke tempat lain. Tindakan

13
seperti ini setidaknya dalam jangka pendek mampu memberikan rasa aman para
pelaku UMKM.

14
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Semua negara didunia saat ini sedang berlomba menghadapi gelombang


serangan wabah covid-19. Termasuk Indonesia dengan jumlah penduduk besar dan
kondisi perekonomian yang lesu perlu segera memiliki antisipasi kebijakan
pemerintah yang tepat. Meskipun sampai saat ini kebijakan pemerintah dinilai lambat
dan kurang tegas menurut beberapa pengamat kebijakan publik akan tetapi perlu
diapresiasi bahwa Pemerintah telah berupaya keras memberikan berbagai solusi bagi
masyarakat.

Cara sederhana beradaptasi dan menghadapi pandemi ini adalah dengan


menyiapkan strategi-strategi jangka pendek dan jangka panjang sambil terus berharap
vaksin virus COVID-19 segera ditemukan dan diproduksi massal. Kebijakan jangka
pendek yang dapat diterapkan adalah bantuan keuangan baik dalam bentuk pinjaman
lunak atau bantuan tunai langsung dengan melibatkan pemerintah dan sektor swasta.
Sementara strategi jangka panjang difokuskan pada pengenalan dan penggunaan
teknologi digital bagi UMKM sekaligus persiapan untuk memasuki era Industri 4.0.

B. Saran
Demikian makalah ini dibuat, semoga dapat menambah wawasan dan manfaat
bagi para pembaca. Menyadari bahwa makalah ini masih terdapat banyak kekurangan,
maka penulis dengan lapang dada mengharapkan kritik dan saran yang membangun.

15
DAFTAR PUSTAKA

Abrar, Thea Fatanah. ―Jangan Kaget, Ini Prediksi Sri Mulyani Soal Ekonomi RI,‖
CNBC Indonesia, diakses 22 April 2020,
https://www.cnbcindonesia.com/market/2020041909 2613-17-152924/jangan-
kaget-ini-prediksi-srimulyani-soal-ekonomi-ri
Baswir, R. (2015, September 1). Ekonomi Kerakyatan vs. Neoliberalisme. Gema
Keadilan, II, 1-10.
Bhwana, Petir Garda. ―Ministry Proposes Soft Loans for SMEs Affected by COVID-
19,‖ Tempo.co, diakses 22 April 2020,
https://en.tempo.co/read/1327970/ministry-proposessoft-loans-for-smes-affected-
by-covid-19.
Budianto, Arif. ―8 Juta UMKM Ditarget Bertransaksi Online Pada 2019,‖ Koran Sindo,
diakses 22 April 2020, https://economy.okezone.com/read/2018/09/22/320/1
954112/8-juta-umkm-ditarget-bertransaksi-onlinepada-2019
Hakim, Rakhmat Nur. ―Jokowi Gelontorkan Rp 405,1 Triliun untuk Atasi Covid-19, Ini
Rinciannya,‖ Kompas, diakses 22 April 2020,
https://nasional.kompas.com/read/2020/03/31/182538 71/jokowi-gelontorkan-rp-
4051-triliun-untuk-atasicovid-19-ini-rinciannya.
Lihat Peraturan Menteri Kesehatan No. 9/2020 tentang Pedoman PSBB dalam rangka
Percepatan Penanganan COVID-19, diakses 23 April 2020,
http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/PMK_No__9_Th_2020_ttg_Pe
doman_Pembatasan_So sial_Berskala_Besar_Dalam_Penanganan_COVID19.pdf
Rahman, Riska. ―37,000 SMEs hit by COVID-19 crisis as government prepares aid,‖
The Jakarta Post, 16 April 2020,
https://www.thejakartapost.com/news/2020/04/16/37 000-smes-hit-by-covid-19-
crisis-as-governmentprepares-aid.html.
Santoso, Yusuf Imam. ―Menghitung dampak Covid19 terhadap dunia usaha hingga
UMKM,‖ Kontan.co.id, diakses 22 April 2020,
https://nasional.kontan.co.id/news/menghitungdampak-covid-19-terhadap-dunia-
usaha-hinggaumkm?page=all.

16

Anda mungkin juga menyukai