Anda di halaman 1dari 19

Ketahanan UMKM di Indonesia Menghadapi Resesi Ekonomi Akibat

Pandemi Covid 19 di kota payakumbuh

Disusun oleh :

Nama : M. AGIF GANDAWARI

NPM : 120610239022

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2023
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Untuk mencegah kemungkinan penyebaran COVID-I9, pemerintah Indonesia pada


awal Maret 2020 mulai memberlakukan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dalam
suatu wilayah yang diduga terinfeksi COVID-19. Kebijakan PSBB di satu sisi dinilai sebagai
pilihan paling rasional di antara banyak pilihan di tengah wabah COVID-19 yang melanda
Indonesia. Namun, pemberlakuan PSBB menjadi dilema karena memberikan pengaruh buruk
yaitu menurunnya aktivitas sosial ekonomi. Akibat pandemi Covid-19 terjadi penurunan daya
beli sehingga UMKM menjadi terdampak. Dampak yang paling dirasakan UMKM akibat
pandemi COVID-19 ini adalah terjadi penurunan penjualan UMKM. Imbas terjadinya
penurunan penjualan produk UMKM ini memicu terjadinya penurunan kinerja usaha UMKM
lainya yaitu penurunan modal kerja dan pengurangan jumlah tenaga kerja yang digunakan
dan kinerja UMKM lainnya. Menurunnya aktivitas dan kinerja UMKM memiliki implikasi
terhadap perekonomian Indonesia yang masih menghadapi permasalahan pengangguran yang
masih tinggi, kemiskinan, dan ketimpangan sosial ekonomi.penurunan daya beli Masyarakat
menyebabkan pertumbuhan ekonomi menurun.

pertumbuhan ekonomi indonesia periode 2017-2020


6

0
2017 2018 2019 2020

-2

-4

-6
Sumber : Kompas.com

Dari data data diatas dapat dilihat kalau pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun
2020 minus 5,3% hal ini dikarenakan diperlakukan nya psbb ketat sehingga sektor
perdagangan dan umkm terkena dampaknya.

Salah satu akibat dari wabah covid 19 adalah terjadinya resesi ekonomi.Secara
sederhana resesi ekonomi adalah suatu kondisi dimana perekonomian sebuah negara
memburuk yang terlihat dari produk domestic bruto (PDB) yang bernilai negatif,
pengangguran meningkat dan angka kemiskinan meningkat.

Indonesia pernah mengalami resesi pada tahun 1997 sampai 1998, hal ini dikarenakan
oleh menurunnya mata uang rupiah terhadap dolar. Penurunan nilai rupiah ini disebabkan
karena system devisa bebas tanpa pengawasan yang ketat. hal ini membuat banyak pihak
yang melakukan transaksi valuta asing tanpa mempertimbangkan risikonya. Akibat dari
resesi ini adalah munculnya lonjakkan pengangguran di indonesia dan banyak Perusahaan
melakukan PHK secara masif hal ini memengaruhi kestabilan ekonomi dan kehidupan sosial
di Indonesia.

Resesi ekonomi disebabkan oleh beberapa faktor salah satu nya adalah pandemic
covid-19, pada masa pandemic tidak ada negara yang terhindar dari dampak penyebaran
virus covid-19 world health organization (WHO) telah menetapkan covid-19 sebagai global
pandemic. Pemerintah Indonesia menetapkan keputusan presiden Nomor 12 tahun 2020
tentang penetapan penyebaran non alam penyebaran corona virus disease 2019 (covid 19)
sebagai bencana nasional. Pandemic memberikan banyak efek kepada banyak aspek seperti
aspek social, aspek ekonomi, dan keuangan. Pada saat pandemic banyak negara yang terkena
resesi ekonomi. Pada pertumbuhan ekonomi triwulan pertama tahun 2020, prekonomian
Indonesia masih menunjukkan angka positif namun Ketika memasuki triwulan kedua
perekonomian Indonesia mengalami penurunan sebesar 5.32% dan triwulan ke tiga minus
3.49%(cnbc Indonesia). Artinya, Indonesia mengalami resesi ekonomi,karena mengalami
penurunan ekonomi secara dua triwulan berturut turut.

Salah satu sektor perekonomian yang terkena dampak dari resesi ekonomi adalah
sektor UMKM yang mempunyai kontribusi penting bagi perekonomian Indonesia Jumlah
unit usaha di Indonesia terdata sebanyak 64.199.606 unit usaha, tediri dari usaha mikro
(UMI) sebanyak 98,68 %, usaha kecil (UK) sebanyak 1,22 %, usaha menengah (UM)
sebanyak 0,09 %, dan usaha besar (UB) sebanyak 0,01%. Kontribusi pelaku usaha dalam
produk domestik bruto (PDB) dalam persentase adalah UMI (37,77%), UK (9,60%), UM
(13,70 %), dan UB (38,93%). Selanjutnya, kontribusi pelaku usaha dalam investasi masing-
masing adalah UMI sebesar 6,85%, UK sebesar 23,48%, UM sebesar 30,09%, serta UB
sebesar 39,58%. Tenaga kerja pada UMKM terdata sebanyak 97% sedangkan hanya 3%
tenaga kerja yang bekerja pada UB(Kemenkopukm, n.d.)

Dengan mengetahui kontribusi umkm untuk perekonomian Indonesia diharapkan


pemerintah lebih mengambil kebijakan kebijakan dan mensubsidi pedagang mikro dan
umkm.

1.2 Rumusan Masalah

Seluruh dunia terhubung dalam rantai pasok global yang merupakan jejaring
kompleks antar pelaku pasar di seluruh dunia dalam melakukan aktivitas-aktivitas ekonomi.
Tidak berhenti pada terganggunya kegiatan produksi dalam skala kecil, pandemi Covid-19
ternyata memegang andil besar pada terganggunya rantai pasok global tersebut, misalnya
penutupan pabrik-pabrik dan gangguan jalur distribusi barang akibat lockdown dan
pembatasan wilayah di sejumlah wilayah dunia, termasuk Indonesia. Dengan kata lain,
pandemi memperlambat seluruh siklus di dalam rantai pasok dunia.

Indonesia sendiri berpaku pada sektor umkm karena umkm berkontribusi besar pada
perekonomian Indonesia. Dengan semakin banyaknya keterlibatan tenaga kerja pada UMKM
itu akan membantu mengurangi jumlah pengangguran di negara ini. Saat ini, UMKM sedang
dalam tren yang positif dengan jumlahnya yang terus bertambah setiap tahunnya. Tren positif
ini akan berdampak baik bagi perekonomian Indonesia.

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui bagaimana pengaruh resesi terhadap umkm.
2. Mengetahui pengaruh resesi ekonomi global terhadap ketahanan perekonomian sebuah
negara kusus nya di sektor usaha mikro.
3. Mengetahui bagaimana cara pelaku usaha umkm bisa menghadapi masalah resesi
ekonomi.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan diatas maka diharapkan penelitian ini


dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Manfaat teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan manfaat terhadap
perkembangan ilmu perekonomian.
2. Manfaat praktis
a. Bagi pelaku usaha UMKM

Sebagai tambahan literatur pengetahuan tentang makro ekonomi kususnya


resesi dan bisa dapat memahami bagaimana pengaruh perubahan ekonomi global
terhadap usaha mikro/UMKM.

b. Bagi penulis
Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan penulis tentang ilmu
ekonomi kususnya ekonomi makro dan menambah pengetahuan tentang resesi
ekonomi dan umkm.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teori


2.1.1. Covid 19
Virus corona pertama kali ditemukan di kota Wuhan, Cina. Corona
adalah virus yang menyerang sistem pernapasan manusia, virus ini sangat
mudah menyebar sehingga menyebabkan angka kematian yg tinggi pada
tahun ini. Saat ini virus corona telah menyebar ke berbagai Negara salah
satunya adalah Indonesia. Virus corona ini memiliki dampak yang sangat
berpengaruh terhadap perekonomian. Penyebab rendahnya pertumbuhan
ekonomi di Indonesia ini adalah turunnya minat konsumsi dan investasi
masyarakat, baik lingkup rumah tangga maupun lingkup pemerintah. Pada era
pandemi corona virus saat ini, masyarakat dituntut untuk mengurangi aktivitas
di luar rumah yang mempengaruhi ekonomi para pedagang. Ekonomi
merupakan faktor penting dikehidupan manusia. Kehidupan keseharian
manusia dapat dipastikan selalu bersinggungan dengan kebutuhan
ekonomi(Honoatubun,2020).
Para pedagang kecil mengalami kerugian pesat dengan adanya wabah
covid-19 ini. Pembatasan aktivitas akibat covid-19 telah menimbulkan
kerugian ekonomi secara nasional(Hadiwardoyo,2020). Dengan adanya PSBB
maka perkantoran dan sebagian besar industri dilarang beroperasi, untuk
kurun yang relatif lama, dan menimbulkan kerugian ekonomi. Jika PSBB
diperpanjang atau diperluas kekota - kota lain, maka otomatis dampak
kerugian membesar, dan dapat diproyeksikan berdasar perbandingan waktu
dan luasan area. Selanjutnya pembahasan kerugian dibagi dalam kelompok
kerugian nasional, sektoral, corporate, maupun individual.
2.1.2. Resesi Ekonomi

Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), resesi adalah suatu kondisi di


mana perekonomian suatu negara sedang memburuk, yang terlihat dari produk
domestik bruto (PDB) negatif, pengangguran meningkat, maupun
pertumbuhan ekonomi riil bernilai negatif selama dua kuartal berturut-turut.
Sedangkan melansir Forbes, resesi adalah penurunan signifikan dalam
kegiatan ekonomi yang berlangsung selama berbulan-bulan atau bahkan
bertahun-tahun

Faktor pemicu terjadinya resesi

1. Pandemi Covid-19, walaupun sudah mulai mereda dan banyak negara


yang telah membebaskan warganya untuk beraktivitas seperti biasa.
Namun pada saat meluasnya wabah Covid-19 pada awal tahun 2020
sampai dengan awal tahun ini, aktivitas ekonomi global menurun drastis.
Setiap negara lebih fokus untuk menangani Covid-19 dan menerapkan
pembatasan aktivitas, termasuk aktivitas ekonomi. Akibatnya,
pertumbuhan ekonomi secara global pun mengalami kontraksi. Pada saat
yang sama, banyak negara melakukan proteksi atas hasil pangan untuk
mengantisipasi wabah Covid-19 yang berkepanjangan dan berakibat pada
meningkatnya harga pangan karena kurangnya suplai. Indonesia juga
sempat mengalami resesi ekonomi pada akhir tahun 2020 akibat pandemi
Covid-19.
2. Perang Rusia-Ukraina yang berlangsung sejak bulan Februari lalu, telah
menghilangkan PDB global hingga USD2,8 triliun. Perang Rusia- Ukraina
mengganggu rantai pasok global sehingga menimbulkan krisis terutama di
sektor pangan dan energi, yang pada akhirnya mengakselerasi laju inflasi.
Perang Rusia-Ukraina merupakan factor utama penyebab terjadinya resesi
ekonomi global yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2023 mendatang.
3. Tingginya tingkat inflasi. Dalam laporan World Economic Outlook edisi
Oktober 2022, International Monetary Fund (IMF) memproyeksikan laju
inflasi global mencapai 8,8% pada 2022 dan akan menurun pada tahun
2023 yaitu menjadi 6,5%. Inflasi Indonesia menurut Bank Indonesia
diproyeksikan menurun dan kembali ke dalam sasaran 3,0±1% pada 2023
dan 2,5±1% pada 2024. Menyikapi hal ini, beberapa negara sudah menarik
insentif moneter dan fiskalnya sebagai upaya mengatasi risiko dari inflasi
yang terus meningkat.

Dari beberapa faktor pemicu diatas, resesi ekonomi dapat


mengakibatkan penurunan secara simultan pada seluruh aktivitas ekonomi
seperti lapangan kerja, investasi, dan keuntungan perusahaan. Selain
karena meningkatnya harga-harga secara tajam sehingga menyebabkan
ekonomi menjadi stagnan atau dalam proses yang dikenal sebagai
stagflasi, resesi ekonomi juga bisa terjadi karena turunnya harga-harga
atau deflasi. Situasi ini disebut bisa membuat ekonomi tahun depan akan
lebih gelap.

2.1.3. Kebijakan Pemerintah


Pandemi COVID-19 mengandung ancaman dan peluang. Di masa
krisis, para pelaku bisnis harus mampu mencari peluang dan beradaptasi
dengan cepat untuk tetap berbisnis dan bertahan dalam krisis. Perkembangan
digital begitu pesat sehingga UKM harus bisa memaksimalkannya (Purwana
et al., 2017) Perkembangan digital marketing dapat digunakan dalam
penjualan meski tanpa harus ke toko, dan dapat menjadi solusi tepat untuk
keberlangsungan bisnis di masa pandemi. Hal ini juga mengacu pada
kreativitas pengusaha dalam memperbaharui usahanya. Kehadiran pemerintah
untuk mengatasi krisis sangat diperlukan, oleh karena itu menjadi salah satu
arah penelitian pada masa pandemi ini, selain pokok bahasan manajemen
krisis dalam dunia usaha yang berkaitan dengan ketahanan perusahaan (Doern
et al., 2019). Kajian politik utama cenderung melihat kebijakan apa yang
diambil pemerintah untuk menjaga kelangsungan dunia usaha saat krisis, dan
mengetahui secara mendalam hambatan apa saja yang ada (Alesch et al.,
2009; Runyan, 2006). Di Indonesia. , pemerintah melakukan upaya serius
untuk menjaga keberlanjutan usaha khususnya UKM, seperti yang dilakukan
beberapa perusahaan dengan bantuan program keberlanjutan (Sutrisno, 2020).

2.1.4. Ketahanan UMKM


UMKM merupakan singkatan dari usaha mikro, kecil, dan menengah.
UMKM adalah usaha ekonomi produktif yang dijalankan oleh individu atau
badan usaha yang berukuran kecil. Sehingga UMKM dapat disimpulkan
sebagai usaha ekonomi yang dilakukan oleh masyarakat kalangan menengah
ke bawah. (Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan menengah Republik
Indonesia)
UMKM pernah menjadi pilar ekonomi dan memiliki daya tahan
terhadap krisis paling baik selama ini. Sejak krisis moneter pada tahun 1998,
pada 2008, dan sekarang pada 2020; UMKM merupakan pilar ekonomi yang
paling “tahan banting” dihempas krisis bila dibandingkan perusahaan
korporasi besar. Karenanya kemampuan UMKM untuk bertahan atau business
resilience dari UMKM menjadi sebuah tema yang menarik untuk ditelaah.
Faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap ketahanan bisnis.
Kapabilitas kolaboratif memungkinkan terciptakan peluang-peluang
baru melewat membangun dan mengelola hubungan antara organisasi yang
berbasiskan pada mutual trust, komuniktasi, dan komitmen. suatu kapabilitas,
kolaborasi juga memungkinan UMKM untuk beradaptasi dengan cepat
terhadap perubahan lingkungan ekonomi yag dinamis dengan mengandalkan
pada interaksi sosial yang berdampak pada inovasi (Castilho & Quandt, 2017).
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha
Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), digunakan beberapa kriteria, yaitu
Usaha Mikro; sebagai usaha manufaktur milik perorangan atau organisasi
yang memenuhi kriteria, usaha kecil ; usaha ekonomi produktif mandiri yang
dijalankan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan
anak perusahaan atau afiliasi dari badan usaha yang dimiliki, dikuasai, atau
langsung atau menjadi bagian tidak langsung dari usaha menengah atau
usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana ditentukan oleh
undang-undang, usaha Menengah ; Usaha ekonomi produktif yang berdiri
sendiri, yang dilakukan oleh perseorangan atau badan usaha yang bukan
merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai,
atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil
atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan
sebagaimana diatur dalam undang-undang.
Ketahanan adalah kemampuan perusahaan untuk bertahan dari
perubahan signifikan dalam lingkungan bisnis dan ekonomi dan/atau
kemampuan untuk menahan gangguan dan bencana (Acquaah et al., 2011). ,
keuntungan dan kemampuan membayar hutang (Astiti et al., 2016). Konsep
operasi didasarkan pada kesederhanaan aspek akuntansi berdasarkan
kenyataan bahwa jalannya kegiatan usaha di masa depan tidak dapat
diprediksi dengan pasti, dengan keyakinan bahwa bisnis akan bertahan
selamanya (Nurhayati, 2019). Samryn (2012) menyatakan bahwa laba atau
profit merupakan sumber pembiayaan internal yang dapat diperoleh dari
operasional normal suatu perusahaan dan tidak memerlukan tambahan
persediaan dan biaya operasional.
Menjadi seorang wirausaha membutuhkan lebih dari sekedar ide-ide
besar. Pengusaha sejati adalah orang yang mempunyai kualitas unggul,
keterampilan dan sifat unik yang memungkinkannya mengatasi rintangan dan
mewujudkan impiannya dengan kecepatan penuh (Umar et al., 2018). Ciri-ciri
seorang wirausaha adalah modal tetap yang sangat penting untuk dapat
mempertahankan dan mengembangkan perusahaan dalam segala situasi yang
memungkinkan (Sánchez, 2012; Ahmedet al., 2018). Kuckertz dkk. (2020)
salah satu faktor yang menciptakan keberlanjutan bisnis adalah
kewirausahaan, yang berfokus pada keberlanjutan bisnis melalui kerja keras,
inovasi dan kreativitas, serta orientasi pelanggan. Ketiga ciri wirausaha
tersebut semuanya berkaitan dengan semangat yang menjadi pedoman
wirausaha untuk meningkatkan keberlangsungan usahanya.
2.1.5. Diversifikasi Usaha/Produk
Pada dasarnya strategi diversifikasi produk salah strategi penting
untuk meningkatkan volume penjualan. Kotler menyatakan bahwa konsep
diversifikasi produk adalah salah satu cara untuk meningkatkan bisnis yang
ada adalah dengan mencari cara untuk menambah bisnis menarik yang tidak
berhubungan dengan bisnis perusahaan saat ini.
Menurut J. Nijman, diversifikasi adalah salah satu bagiannya strategi
produk merupakan perluasan pengembangan barang dan jasa yang
ditawarkan perusahaan dengan menambahkan produk atau jasa baru. Baru
mengacu pada pengembangan barang yang sudah ada. Dalam hal ini,
perbedaan dibuat antara diversifikasi praktis, yang berarti peningkatan jumlah
warna, desain, ukuran, dll., dan diversifikasi strategis, yang memiliki efek
produk yang sangat berbeda.
Inti dari strategi diversifikasi produk yaitu untuk meminimalkan risiko
atau peluang yang ada di perusahaan. Jika suatu produk dengan inovasi baru
dibuat maka akan dibuat konsumen lebih tertarik dan mengkonsumsinya.
Selain itu, Strategi diversifikasi produk ini dapat memberikan banyak pilihan
produk yang dihasilkan Perusahaan.
Menurut Fandy Tjiptono, ia menjelaskan keunggulan strategi tersebut
Diversifikasi yaitu: perusahaan dapat mengerahkan seluruh kapasitasnya,
karena tidak bergantung pada satu jenis produk saja. Keuntungan dapat
dimaksimalkan dengan memperluas perusahaan. Penemuan baru yang
bermanfaat bagi kandidat Dengan menerapkan strategi diversifikasi produk,
perusahaan tidak bergantung pada satu wilayah pasar saja
2.1.6. Resiliensi Finansial UMKM
Resiliensi merupakan konsep penting dalam manajemen krisis bisnis
(Doern et al., 2019), tidak hanya menghalangi pelaku bisnis untuk terus
berinovasi selama peristiwa terjadi. Sebuah aspek yang merepotkan namun
konseptual yang mempertimbangkan sumber daya apa yang dikumpulkan
sebelum krisis dan kemudian digunakan selama dan setelah krisis (Williamset
al., 2017). Mengelola krisis ketidakpastian ini dapat membangun ketahanan
dan hal ini sangat penting selama krisis Covid-19. Manajemen krisis
digunakan untuk meminimalkan dampak krisis (Spillan dan Hough, 2003),
jika dilakukan dengan baik, dapat dengan cepat memulihkan fungsionalitas
organisasi yang terkena dampak sistem yang terganggu (Williams et al.,
2017). Banyak analisis menyatakan bahwa UMK berkontribusi signifikan
dalam memperkuat lingkungan ekonomi yang stabil dan memberdayakan
perekonomian negara. Untuk mencapai pembangunan ekonomi yang stabil,
kemampuan bisnis UKM masih sangat kuat memerlukan dukungan positif dan
sistematis. Mengingat berbagai kendala yang mereka hadapi, keberlanjutan
UMK terutama memerlukan layanan keuangan dan konsultasi. Membantu
mereka mengatasi kesulitan dalam fase start-up dan/atau untuk dapat
menjalankan bisnis normal di era ketidakpastian (Guttler, 2001).
Menurut (Warner, 2001) Pengembangan UKM juga menjadi sangat
efektif dalam mendukung program pengentasan kemiskinan dengan
memperkuat kapasitas kewirausahaan masyarakat miskin dan kurang
beruntung. Menurut Doern dkk (2019), penjualan dan perubahan pasar
merupakan salah satu jenis manajemen krisis yang dapat diterapkan oleh
pelaku bisnis untuk mengurangi ketidakpastian dan likuiditas akibat krisis.
Namun, UMK secara umum memiliki keunggulan dalam beradaptasi
terhadap krisis (Smallbone et al., 2012). UMK seringkali lebih kreatif
dibandingkan perusahaan besar, dan kreativitas ini dapat membantu
memastikan bahwa perusahaan mereka dapat bertahan menghadapi kesulitan
(Williams et al., 2017). Menurut Kuckertz dkk (2020), manajemen krisis di
tingkat UMK adalah tanggung jawab pengusaha itu sendiri, sedangkan peran
kunci pengambil keputusan adalah bagaimana mendukung para pelaku UMK
tersebut dalam upaya mereka menghadapi krisis seperti Covid-19. Artinya,
pengambil kebijakan harus mampu mengatasi permasalahan di tingkat makro
guna memperkuat keberlanjutan operasional bisnis UMK.

2.2. Kerangka Konseptual

Kebijakan Pemerintah H1

Diversifikasi produk/usaha H2

Ketahanan UMKM

Resiliensi Finansial UMKM


H3

Pandemi Covid 19 H4
Kerangka konseptual yaitu hubungan antara konsep satu dengan konsep lainnya
dari masalah penelitian, tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor
yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Dalam rangka pemikiran diatas
penulis mencoba untuk menguraikan apakah terdapat hubungan antara variabel X1
(kebijakan pemerintah), X2 (diversifikasi produk/usaha), x3 (resliensi finansial
umkm),x4 (covid 19) terhadap variabel Y (ketahanan umkm). Sehingga dari kerangka
pemikiran diatas dapat dibuat menjadi hipotesis penelitian. Berdasarkan kerangka pikir
diatas, maka dapat dijelaskan bahwa Pengaruh kebijakan pemerintah dapat
mempengaruhi ketahanan umkm, dan pada variabel ke 2 diversifikasi produk usaha dapat
mempengaruhi ketahanan umkm, risiliensi finansial umkm dapat mempengaruhi
ketahanan umkm dan covid 19 dapat juga mempengaruhi ketahanan umkm.

2.3. Hipotesis
1. Kebijakan pemerintah terhadap ketahanan umkm
Kebijakan pemerintah sangat berpengaruh terhadap umkm seperti
kebijakan fiskal dan kebijakan moneter, kebijakan yang menguntungkan umkm
yaitu seperti pembatasan ekspor supaya produk umkm dapat diminati Masyarakat.

H1 : Terdapat hubungan positif dan signifikan antara kebijakan pemerintah


dan ketahanan umkm

2. Diversifikasi produk/usaha terhadap ketahanan umkm


Perluasan usaha dan strategi bisnis yang tepat dapat sangat berpengaruh
terhadap umkm itu sendiri disini jiwa wirausaha pelaku umkm di uji, dan
diharapkan dapat bersaing dengan produk produk lain.

H2 : Terdapat hubungan positif dan signifikan antara diversifikasi produk


terhadap ketahanan umkm

3. Resiliensi Finansial UMKM terhadap ketahanan umkm

Resiliensi finansial umkm berkaitan dengan inovasi sebuah usaha umkm,


umkm yang tumbuh dengan cepat biasanya usahanya akan tumbuh dengan cepat
dan dapat memperluas pasar usahanya
H3 : Terdapat hubungan positif dan signifikan antara resiliensi finansial
umkm terhadap ketahan umkm

4. Pandemi Covid 19 terhadap umkm

Covid 19 menyebabkan terganggunya usaha umkm mulai dari lock down


dan pembatasan usaha justru memberikan dampak yang buruk terhadap ketahanan
umkm

H4 : Terdapat hubungan positif dan signifikan antara pandemic covid 19


terhadap ketahanan umkm.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Objek dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui survey dengan warga setempat di Kota payakumbuh.
Lokasi penelitian ini betempatan pada pasar ibuh payakumbuh, yang beralamat di Jl.pasar ibuh, ,
Kota payakumbuh, Sumatra barat.

3.2 Desain penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif untuk memahami dan
mengukur tingkat ketahanan UMKM di Indonesia selama resesi ekonomi akibat pandemi.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time
series, yaitu data yang sudah diolah menjadi satu informasi. Data yang digunakan dalam
penelitian ini diperoleh dari data publikasi Statistik, Badan Pusat Statistik (BPS). Dilihat dari
sumber data, sumber tertulis, dilihat dari dari sumber buku dan majalah ilmiah, sumber arsip,
dokumen pribadi dan dokumen resmi

3.3 Variabel penelitian


Menurut Sugiyono (2010:38) definisi operasional variabel penelitian adalah elemen atau
nilai yang berasal dari obyek atau kegiatan yang memiliki ragam variasi tertentu yang kemudian
akan ditetapkan peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Variabel utama meliputi
faktor internal UMKM (manajemen keuangan, inovasi, dan adaptasi strategis) serta faktor
eksternal (dukungan pemerintah, kondisi pasar, dan akses ke sumber daya).

3.3.1. Variabel Bebas/Independen

Variabel bebas atau variabel independen menurut Sugiyono (2017:39) adalah


variable yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya.
Menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Adapun yang
menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah pengaruh covid 19 .
3.3.2. Variabel Terikat/Dependen

Menurut Sugiyono (2019:69) Dependent Variable sering disebut sebagai variabel


output, kriteria, konsekuen. Dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel
terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Dalam Penelitian ini variabel terikat yaitu pengaruh covid
19 terhadap umkm.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan melalui survei kuesioner, wawancara mendalam dengan


pemilik UMKM, dan analisis dokumentasi terkait kinerja UMKM selama pandemi. Data
sekunder juga diambil dari sumber terpercaya. yang berupa data time series dalam kurun waktu 2
tahun dari tahun 2020-2022. Agar bisa mendapatkan data Jumlah pelaku umkm, kinerja
pertumbuhan perekonomian indonesia, pendapatan umkm maka dalam penelitian ini
menggunakan teknik pengumpulan data yang didapat dari laporan tahunan yang dipublikasikan
di alamat website Bps.co.id serta dengan menggunakan studi pustaka (library research), dan
Dokumentasi.

3.5. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif
kualitatif. Menurut Fadil (2020:33), penelitian kualitatif bersifat deskriptif dan cenderung
menggunakan analisis induktif, dengan itu penelitian kualitatif menekankan proses dan makna
dari sudut pandang subjek. Menurut Braun dan Clarke (2019), metode analisis kualitatif adalah
penelitian yang bertujuan untuk memahami dan menjelaskan pengalaman, persepsi dan makna
subjektif individu atau kelompok melalui analisis data non-numerik. Metode ini melibatkan
pengkodean, kategorisasi dan pengembangan tema atau pola dari data yang dikumpulkan.
Menurut Denzin dan Lincoln (2018), analisis kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan
untuk memahami dan menjelaskan fenomena sosial melalui analisis mendalam terhadap data
non-numerik. Metode ini menggunakan proses pengkodean, pengkategorian dan pengembangan
tema atau pola serta teknik interpretasi dan reflektif, untuk memahami makna subjektif dari data.
Metode analisis data dalam penelitian ini berupa strategi umkm untuk bertahan dalam kririsis
ekonomi akibat covid 19.
3.6 Variabel operasional Penelitian

operasional variabel adalah suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan
cara memberikan arti, atau menspesifikan kegiatan, ataupun memberikan suatu operasional yang
diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Moh Nazir, 2005).Variabel utama meliputi faktor
internal UMKM (manajemen keuangan, inovasi, dan adaptasi strategis) serta faktor eksternal
(dukungan pemerintah, kondisi pasar, dan akses ke sumber daya).

3.7 Instrumen Penelitian

menurut sugiyono, Instrumen penelitian adalah alat bantu yang dipilih & digunakan oleh
peneliti dalam melakukan kegiatannya untuk mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi
sistematis & dipermudah olehnya.Instrumen survei dan panduan wawancara disusun berdasarkan
kerangka konseptual, dengan validitas dan reliabilitas diuji sebelum implementasi.

3.8 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur merupakan urut-urutan pekerjaan yang harus dilakukan oleh peneliti dalam
suatu penelitian. Teknik merupakan alat-alat pengukur yang diperlukan dalam melaksanakan
suatu penelitian. Survei dan wawancara dilakukan secara berkala selama (periode waktu) dengan
melibatkan kerjasama aktif dari UMKM yang menjadi responden.

3.9 Etika Penelitian

Penelitian ini mematuhi prinsip-prinsip etika penelitian, termasuk privasi responden dan
integritas data, dengan mendapatkan persetujuan etika dari (lembaga pemberi izin).
Daftar Pustaka

Lestari, S. P., Haryono, A. T., & Febrianto, A. R. (2022). Ketahanan UMKM


Menghadapi Masa Pandemi Covid (Studi Kasus Pada UMKM
Olahan Pangan dan Toko Klontong di Kota Semarang). In Seminar
Nasional Riset Ekonomi dan Bisnis (Vol. 1, No. 1)

Mardanugraha, Eugenia dan Junaidi, Akhmad, (2022). Ketahanan UMKM di


Indonesia menghadapi Resesi Ekonomi. Jurnal Ekonomi dan
Pembangunan. 30(2), 101 – 114

https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/16064/Pandemi-Covid-19-Dan-
Menurunnya Perekonomian-Indonesia.html

https://www.ocbcnisp.com/id/article/2023/02/02/penyebab-terjadinya-krisis-
ekonomi-pada-akhir-tahun-1997-adalah

https://radartegal.disway.id/read/536161/umkm-selamatkan-ekonomi-nasional-
saat-resesi-akibat-pandemi-covid-19

Anda mungkin juga menyukai