Anda di halaman 1dari 11

SEMINAR PEMASARAN

DAMPAK COVID-19 TERHADAP UMKM SEKTOR MAKANAN

Kelompok 7 :

Nadhilla Rahmi Syofyan 1710521042

Alnesha Dermawan 1710523020

Aldo Berlian 1810526035

JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2020
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kemunculan COVID-19 (Corona virus disease) telah mempengaruhi kehidupan


sehari-hari dan ekonomi global. Pandemi ini telah mempengaruhi kehidupan milyaran orang
diseluruh dunia terutama dalam sosial dan menghambat pergerakan ekonomi. Gejala umum
yang timbul dari infeksi virus ini adalah demam, pilek, batuk, nyeri tulang dan masalah
pernapasan, dan akhirnya mengarah ke pneumonia. Karena kemudahan virus baru ini yang
menginfeksi manusia secara cepat dan vaksin yang belum didapatkan. Dengan demikian
penekannanya adalah pada mengambil tindakan pencegahan yang luas seperti protocol
kebersihan secara luas, menghindari interaksi tatap muka, menjauhkan diri dari kerumunan,
dan memakai masker atau alat perlindungan diri lainnya.

COVID-19 telah dengan cepat mempengaruhi kehidupan sehari-hari kita , yang


berimbas pada bisnis, terhentinya perdagangan, dan berdampak pada usaha kecil.
Identifikasi kelainan pada tahap awal sangat penting untuk mengendalikan penyebaran virus
karena sangat cepat menyebar dari orang ke orang. Sebagian besar negara telah
memperlambat produksi produk-produk mereka. Berbagai industri dan sektor dipengaruhi
oleh penyebab penyakit ini, ini termasuk industri farmasi, pariwisata, industri informasi,
elektronik dan UMKM. Virus ini menciptakan efek knock-on yang signifikan pada
kehidupan sehari-hari masyarakat, serta tentang ekonomi global.
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam makalah ini dapat
dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana dampak COVID-19 terhadap UMKM terutama pada sektor makanan di


Indonesia?

2. Bagaimana peranan pemerintah dalam menangani dampak COVID-19 terhadap


UMKM terutama sektor makanan ?

1.3 Tujuan Makalah

Adapun tujuan disusunya makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan COVID-19 terhadap usaha mikro


menengah kecil sektor makanan.

2. Untuk mengetahui bagaimana peranan pemerintah dalam menangani dampak


COVID-19 terhadap UMKM sektor makanan.
BAB II

PEMBAHASAN

Dampak COVID-19 Terhadap UMKM Sektor Makanan

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan usaha produktif yang dimiliki
perorangan maupun badan usaha yang telah memenuhi kriteria sebagai usaha mikro,
misalnya usaha kuliner. Pada sepuluh tahun terakhir perkembangan UMKM di Indonesia
mencapai 99,9 persen dari total unit usaha di Indonesia. Jumlah UMKM yang tersebar di
Indonesia sebanyak 62,9 juta unit meliputi perdagangan, pertanian, peternakan, kehutanan,
perikanan, pertambangan, pengolahan, bangunan, komunikasi, hotel, restoran dan jasa-
jasa. Berkembangnya UMKM di Indonesia tidak lepas dari faktor yang mendorong majunya
pertumbuhan UMKM di Indonesia diantaranya, pemanfaatan sarana teknologi, informasi
dan komunikasi, kemudahan peminjaman modal usaha, menurunnya tarif PPH final.

Meskipun begitu, pertumbuhan tersebut dinilai masih lambat karena beberapa faktor
seperti UMKM dianggap belum terlalu efektif, salah satunya dibagian perpajakan usaha.
Ditengah perkembangan UMKM yang belum terlalu baik di awal tahun 2020, UMKM di
Indonesia kembali diuji dengan munculnya wabah Covid-19 ditengah masyarakat
Indonesia.Wabah Covid-19 bermula muncul di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Tiongkok
pada bulan Desember 2019, dan ditetapkan sebagai pandemi oleh organisasi kesehatan
dunia WHO. Lebih dari 620.000 kasus Covid-19 telah dilaporkan di lebih dari 190 negara,
mengakibatkan lebih dari 28.800 kematian dan 137.000 diantaranya sembuh.

Seperti di negara Italia penyebaran virus corona sangat masif akibat masyarakatnya
masih beraktivitas diluar rumah seperti biasa. Mengambil pelajaran dari kasus Italia maka
seharusnya untuk mencegah penyebaran virus Covid-19 harus dilakukan Social Distancing
(jarak sosial) atau dikenal juga dengan upaya Lockdown (karantina wilayah).
Dengan demikian, di Indonesia pun pemerintah telah mencoba upaya tersebut yang
berimbas langsung terhadap penurunan secara drastis ekonomi UMKM, karena setiap warga
bahkan murid sekolah pun diliburkan agar tetap berada didalam rumah, akibatnya UMKM
terhambat dalam penjualan dan juga produksi.

Penyebaran virus Covid-19 memberikan dampak bagi pelaku UMKM di Indonesia.


Salah satunya yaitu, Amin S Sutimin yang memiliki bisnis lentera hias Aneka Jaya Glass di
Jakarta. Amin mengaku transaksi yang ia dapatkan menurun secara tiba-tiba sejak Januari
2020.Tak hanya itu sektor pariwisata dan perdagangan juga mengalami penurunan yang
drastis, terutama bagi para pedagang kaki lima yang sudah tidak bisa berdagang akibat
diberlakukannya pembatasan sosial, dan juga transportasi online.

Meskipun begitu, ada beberapa faktor yang membuat UMKM masih bisa bertahan
ditengah wabah Covid-19. Yang pertama, umumnya UMKM yang menghasilkan barang
konsumsi dan jasa yang dekat dengan kebutuhan masyarakat.Pendapatan masyarakat yang
menurun drastis tidak berpengaruh banyak terhadap permintaan barang dan jasa yang
dihasilkan. UMKM malah bisa bergerak dan menyerap tenaga kerja meski jumlahnya
terbatas dan dalam situasi Covid-19.Kedua, pelaku usaha UMKM umumnya memanfaatkan
sumberdaya lokal, baik sumberdaya manusia, modal, bahan baku, hingga peralatan. Artinya,
sebagian besar kebutuhan UMKM tidak mengandalkan barang impor. Dan yang ketiga,
umumnya bisnis UMKM tidak ditopang dana pinjaman dari bank, melainkan dari dana
sendiri.

Peran pelaku UMKM ditengah wabah untuk tetap menjaga pertumbuhan UMKM
menjadi sangat penting. Saat ini yang perlu dilakukan pemerintah adalah menahan
penyebaran Covid-19. Sebab, menahan laju penyebaran Covid-19 akan berpengaruh
terhadap perekonomian.Pertanyaannya, sampai kapan bisa bertahan, dan berapa banyak
pelaku UMKM yang bisa bertahan?. Karena itu, pemerintah perlu melakukan langkah nyata
perlindungan kepada UMKM yang terkena dampak Covid. 19.Dalam arahannya Presiden
Joko Widodo mengintruksikan untuk realokasi anggaran dan refocusing kebijakan guna
memberi insentif ekonomi bagi pelaku UMKM dan informal, sehingga tetap dapat
berproduksi dan beraktivitas juga tidak melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

Di Indonesia sendiri telah ditetapkan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala


Besar) yang mana kebijakan tersubut berdampak langsung terhadap UMKM. Penurunan
omset disebabkan tidak banyaknya masyarakat yang keluar karena kebijakan PSBB atau
masyarakat yang takut untuk keluar dari rumahnya. Kebijakan PSBB juga melarang usaha-
usaha yang tidak menjual kebutuhan pokok untuk buka dan melarang usaha-usaha rumah
makan untuk menyediakan fasilitas untuk makan ditempat.

(Sofuroh, 2020) Melihat hal ini Kementrian Koperasi dan UKM siap meyiapkan
program dan langkah mitigasi dampak COVID-19 tehadap sektor UMKM. Program tersebut
meliputi stimulus daya beli produk UMKM dan koperasi, belanja di warung tetangga,
program restrukturisasi dan subsidi suku bunga kredit usaha mikro, restrukturisasi kredit
yang khusus bagi koperasi melalui LPDB KUMKM, dan program masker untuk semua,
terutama masker bagi pedagang pasar kuliner supaya mereka tetap mendapatkan pelanggan.

Di tengah masyarakat, media sosial dan alat komunikasi sudah menjadi hal yang umum.
Berbagai kalangan mengemukakan ide, mulai dari perdebatan kebenaran perihal efektivitas
kunyit untuk meningkatkan daya tahan tubuh sampai perlu atau tidaknya penghentian
aktivitas secara total (lockdown). Dalam perdebatan yang terakhir ini kita harus
menyikapinya secara bijaksana.Perekonomian merupakan satu kesatuan arus mengalir
(circular flow) yang terdiri dari masyarakat konsumen dan produsen. Secara sederhana,
pengeluaran satu entitas merupakan rezeki bagi yang lainnya. Produksi dari satu entitas
tidak hanya merupakan barang dan jasa yang siap dikonsumsi, tetapi juga pendapatan bagi
rumah tangga yang bekerja di pabrik dan rumah tangga produksi.

Dari segi pelaku sektor produksi, perekonomian Indonesia didominasi usaha mikro,
kecil, dan menengah (UMKM). Data Kementerian Koperasi dan UKM menyebutkan, pada
2019, entitas produksi Indonesia didominasi UMKM, yang menyumbang sekitar 63 persen
dari produk domestik bruto. Dari segi ukuran jumlah pekerja dan omzet, yang terkecil
adalah usaha mikro dengan kontribusi nilai tambah sekitar 34 persen PDB. Sementara
secara entitas berjumlah sekitar 98 persen dari 63 juta jumlah total unit usaha yang ada,
termasuk perusahaan besar.

Tidak seperti pegawai kerah putih di perkantoran, bagi usaha mikro dan pekerjanya,
hidup adalah dari hari ke hari dengan mengandalkan omzet dan pendapatan harian. Omzet
usaha mikro per tahun rata-rata sekitar Rp 76 juta, berarti Rp 6 juta sebulan atau Rp 200.000
per hari. Bagi kelompok ini, akses dan kesempatan menjual produk mungkin lebih penting
dibandingkan dengan bantuan tunai dan kredit.Penjual di Pasar Beringharjo, Yogyakarta,
atau Pasar Gede, Solo, punya kotak uang, yang meskipun isinya bisa jadi uang kertas yang
lusuh, menjadi sumber investasi dan untuk berjaga-jaga. Bagi mereka, kesehatan dan
penghidupan menjadi satu. Mereka berusaha mencari nafkah untuk tetap sehat dan mereka
berusaha tetap sehat untuk dapat mencari nafkah.Bukan kebetulan jika sebagian besar
negara yang memutuskan lockdown adalah negara maju yang berlokasi di benua.
Pertimbangannya, logistik dan ukuran sektor informal. Korea Selatan sebagai negara maju
dengan sektor informal kecil menyadari perannya sebagai penghubung sistem logistik dunia
yang dapat dengan mudah direbut negara-negara tetangganya.

Kebijakan alternatif yang cukup berhasil dalam meredam penyebaran wabah adalah
pengujian drive-thru, komunikasi massa, dan penggunaan teknologi. Singapura sebagai titik
kumpul internasional sejauh ini tidak memilih lockdown. Indonesia memilih mengurangi
mobilitas orang, menjaga jarak (social distancing), mengurangi kerumunan orang, dan tes
cepat secara massal.Sejak 13 Maret, perguruan tinggi telah mengambil inisiatif, bukan
lockdown atau libur, namun menghentikan kuliah tatap muka dengan kuliah pembelajaran
jarak jauh. Langkah ini diikuti sekolah dasar hingga lanjutan. Alternatif ini merupakan
komproni antara kegiatan belajar-mengajar dan keperluan untuk mencegah penularan
Covid-19.

Strategi yang sama dapat dilakukan untuk membantu sektor informal yang hidup dari
penghasilan harian seperti warung, pedagang kecil, industri rumah tangga, sopir angkot, dan
ojek dalam jaringan. Tanpa perintah lockdown pun mereka sudah kehilangan pelanggan
dengan makin sepinya sekolah, perkantoran, pusat perbelanjaan, dan tempat keramaian yang
lain.Sektor informal mempunyai peranan penting dalam menjaga resiliensi perekonomian.
Saat ini secara makro, berbagai stimulus telah dilakukan pemerintah untuk menjaga daya
beli masyarakat, nilai dari pajak yang ditanggung pemerintah untuk enam bulan ke depan,
dana desa, bantuan tunai, relaksasi kredit untuk dunia usaha dan UMKM.

Pada awalnya, strategi ini ditujukan untuk mengompensasi penurunan permintaan


akibat terpuruknya sektor hotel dan restoran, serta perdagangan dan manufaktur. Dalam
perjalanan waktu, kebijakan ini akan sangat berguna untuk masa pemulihan nanti.Daya beli
hanya akan efektif kalau masih ada barang dan jasa yang dihasilkan sektor produksi,
termasuk UMKM, setidaknya pada tingkat aktivitas minimum. Jika tidak, dampaknya
adalah inflasi yang berkelanjutan.Secara mikro, berbagai platform daring yang populer
untuk memesan makanan, barang, atau kurir dapat dimobilisasi untuk memelihara
keseimbangan sisi permintaan dan produksi pada tingkat minimum. Di perdesaan, agen laku
pandai bank-bank BUMN, badan usaha milik desa, dan koperasi dapat melakukan hal yang
sama.Secara keseluruhan, kebijakan makro-mikro penanggulangan wabah Covid-19
diharapkan akan dapat mempertahankan ekspektasi positif semua entitas ekonomi, baik di
dalam negeri maupun luar negeri. Kebijakan makro-mikro itu sangat diperlukan untuk
Indonesia agar tetap tumbuh setelah badai ini berlalu.

Dari beberapa uraian di atas sudah disarankan berbagai solusi untuk mengatasi dan
meminimalisir dampak COVID-19 ini, khusunya bagi UMKM sektor makanan. Karena
seperti yang kita tahu bahwa sektor UMKM makanan ini salah satu yang mengalami
dampak negative terbesar karena salah satu cara ampuh memutus mata rantai penyebaran
virus ini adalah dengan menerapkan social distancing. Dengan penerapan social distancing
ini otomatis kegiatan msyarakat yang dilakukan diluar rumah sudah sangat berkurang. Jika
kegiatan diluar rumah berkurang berarti tempat makan yang biasanya ramai dikunjungi
apalagi saat jam makan datang tentu sekarang sedikit atau bahkan sudah tidak ada lagi
pengunjungnya.
Hal ini mengakibatkkan adanya penurunan penghasilan yang sangat signifikan
dirasakan oleh pelaku UMKM khususnya pada sektor makanan. Salah satu Langkah untuk
mensiasati fenomena ini adalah para pelaku UMKM sektro makanan ini tetap membuka
Gerai nya tetapi sudah tidak melayani makan di tempat lagi. Hanya melayani pembelian
take away. Walaupun ini membantu para pelaku UMKM untuk tetap ada pendapatan tetapi
hal ini belum mampu untuk menstabilkan keadaan.

Dengan melihat fakta ini sebenarnya kita bisa mengambil langkah-langkah atau
tindakan yang tepat yang didasarkan pada kasus bencana yang sudah pernah ada
sebelumnya yang telah dibahas di berbagai literatur. Karena COVID-19 sudah ditetapkan
oleh WHO sebagai Pandami jadi penanggulan dampaknya bisa merujuk kepada
penanggulan dampak bencana terhadp UMKM. Seperti penelitian yang dilakukan oleh
Pathak (2018) mengenai dampak bencana banjir terhadap keberlangsungan UMKM di
Thailand yang bisa ditanggulangi dengan memperkuat kapasitas dan perencanaan
manajemen bencana. Dan dari penelitian ini didapatkan hasil bahwa Tindakan preventif
tersebut bisa membuka jalan pemulihan yang lebih cepat dari bencana dan dapat
meningkatkan keberlanjutan serta ketahanan terhadap bencana tersebut di masa depan.

Untuk melakukan hal ini peran pemeritah sangat penting dalam proses pemulihan ini
baik itu dalam bentuk kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah maupun bantuan dari
pemerintah yang transparan dan tepat sasaran (Pathak & Ahmad, 2018). Menurut Fatih
Özatay & Güven Sak (2020) salah satu hal yang perlu dilakukan para pelaku usaha
khususnya UMKM dalam mengahadapi pandemic COVID-19 ini adalah dengan tetap
menjaga rantai nilai untuk keberlangsungan bisnis tersebut. Dios & Williamson (2020)
berpendapat bahwa perlu adanya subsidi yang diberikan oleh pemerintah baik kepada
perusahaan besar maupaun UMKM yang tentunya dalam porsi yang berbeda.
BAB III

KESIMPULAN

UMKM merupakan salah satu penunjang ekonomi bagi negara berkembang seperti Indonesia.
Penyerapan tenaga kerja dan perputaran perekonomian sangat terbantudengan adanya UMKM.
Namun dengan terjadinya wabah covid 19 membuat perekonomian Indonesia pun kena imbasnya.
Penyebaran virus Covid-19 memberikan dampak bagi pelaku UMKM di Indonesia.

Pemerintah Indonesia saat ini memberlakukan kebijakan PSBB (Pembatasan Sosial Bersekala
Besar) yang mana kebijakan tersebut berdampak langsung terhadap UMKM sektor
makanan .Penurunan omset disebabkan tidak banyaknya masyarakat yang keluar karena
kebijakan PSBB atau masyarakat yang takut untuk keluar dari rumahnya. Kebijakan PSBB juga
melarang usaha-usaha yang tidak menjual kebutuhan pokok untuk buka dan melarang usaha-
usaha rumah makan untuk menyediakan fasilitas untuk makan ditempat. Tetapi, salah satu
langkah yang dapat di lakukakan pada kondisi saat ini adalah para pelaku UMKM sektor
makanan ini tetap membuka gerainya tetapi tidak melayani makan ditempat lagi.Hanya
melayani pembelian takeaway.Walaupun ini membantu para pelaku UMKM untuk tetapa
mendapatkan pendapatan tetapi hal ini belum mampu untuk menstabilkan keadaan.
DAFTAR PUSTAKA

JURNAL

Agenda, C., Speech, W., Address, K., & Address, S. G. (2011). Conference Agenda Editor and
Committee Welcome Speech.

Dios, E. S. De, & Williamson, J. G. (2020). UP School of Economics Discussion Papers.

Haleem, A., Javaid, M., & Vaishya, R. (2020). Effects of COVID 19 pandemic in daily life.
Current Medicine Research and Practice,10–11.https://doi.org/10.1016/j.cmrp.2020.03.011

Nicola, M., Alsafi, Z., Sohrabi, C., Kerwan, A., & Al-jabir, A. (2020). Title : The Socio-
Economic Implications of the Coronavirus and COVID-. In International Journal of
Surgery. IJS Publishing Group Ltd. https://doi.org/10.1016/j.ijsu.2020.04.018

Pathak, S., & Ahmad, M. M. (2018). Role of government in flood disaster recovery for SMEs in
Pathumthani province, Thailand. Natural Hazards, 93(2), 957–966.
https://doi.org/10.1007/s11069-018-3335-7

Can, W., Do, W., & Consequences, E. (2020). April2020 N202006. 1–8.

Web Site

Sofuroh, F. U. (2020, 4 15). Jurus Menkop Teten untuk Mitigasi Dampak COVID-19 Terhadap
UMKM. Retrieved from financial.detik.com: https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-
4977870/jurus-menkop-teten-untuk-mitigasi-dampak-covid-19-terhadap-umkm

Nurhidayat, L. T. P. (2020). Pengaruh Covid-19-Terhadap Pertumbuhan UMKM di Indonesia.


https://sukabumiupdate.com/detail/bale-warga/opini/67200-Pengaruh-Covid-19-Terhadap-
Pertumbuhan-UMKM-di-Indonesia

Kolom Analisis Ekonomi Kompas. (2020). Mata Pencaharian Rakyat Banyak dan Covid-19. Prof. Ari
Kuncoro. https://www.ui.ac.id/rektor-ui-memahami-dampak-lockdown-bagi-perekonomian-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai