Anda di halaman 1dari 27

UMKM MEMBANGKITKAN EKONOMI KERAKYATAN DISAAT

PANDEMI COVID-19
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Koperasi dan UMKM merupakan jenis usaha yang memiliki peran
penting dalam peningkatan PDB (Pendapatan Domestik Bruto) satu negara
khususnya di Indonesia dengan menghadapi Era Industri 4.0. Menurut
Wikipedia, Industri 4.0 merupakan otomatisasi sistem produksi dengan
memanfaatkan teknologi dan big data. Konsep Industri 4.0 pertama kali
digunakan publik dalam pameran industri Hannover Messedi kota Hannover,
Jerman di Tahun 2011. Dari peristiwa ini juga sebetulnya ide Industri 2.0 dan
Industri 3.0 baru muncul, sebelumnya hanya dikenal dengan nama Revolusi
Teknologi dan Revolusi Digital. Industri 4.0 ini menggunakan komputer dan
robot sebagai dasarnya, maka kemajuan kemajuan yang muncul di era ini
terutama yang berhubungan dengan komputer yaitu Internet of Things (IoT),
Big Data, Cloud Computer, Artificial Intelligence (AI) dan Machine Learning.
Revolusi industri telah terjadi sejak tahun 1750-an dan terus berlanjut
sampai sekarang. Dimulai dari mesin uap yang mendominasi industri saat itu,
dari kereta sampai mesin penggerak turbin. Dan sekarang memasuki revolusi
industri ke-4, semuanya telah berubah secara dramatis. Prinsip rancangan
dalam Revolusi Industri 4.0 yang membantu sebuah usaha mengidentifikasi
dan mengimplementasikan skenario-skenario dalam revolusi industri 4.0
seperti Interoperabilitas, Transparansi Informasi, Bantuan Teknis, dan
Keputusan Mandiri. Dari beberapa prinsip yang ada dalam Revolusi Industri
4.0, maka untuk mengenal lebih jauh industri yang telah berubah akibat
revolusi industri 4.0 seperti transportasi, retail, keuangan, asuransi, pertanian
dan kesehatan.
Menurut Jacky Musry, Executive Vice President International Council
for Small Business (ICSB) Indonesia tentang UMKM 4.0, adalah mereka
(UMKM) harus menjadi profesional, produktif, kreatif dan be entrepreneurial.
Keempatnya harus saling terkait, para pelaku UMKM era 4.0 tersebut juga
akan lebih diarahkan pada digital, tidak lagi bermain pada tataran konservatif
tetapi harus dapat melihat peluang digital sehingga dapat menyasar pasar yang
lebih luas.
UMKM 4.0 mulai mengenal kemajuan dalam daya komputerisasi,
kecerdasan buatan, robotik, dan ilmu material yang dapat mempercepat
pergeseran menuju produk yang lebih ramah lingkungan dari semua jenis.
Persiapan diri pada perkembangan teknologi energi baru yang dapat
menciptakan sumberdaya murah, berlimpah, dan berkelanjutan. Skala dan
luasnya inovasi teknologi merevolusi cara UMKM 4.0 dalam berbisnis.
UMKM 4.0 mulai dapat mengeksplorasi bagaimana revolusi Industri 4.0 dapat
mempengaruhi individu dan masyarakat. Namun, UMKM 4.0 bisa melakukan
langkah awal terlebih dahulu untuk menciptakan perubahan besar pada bisnis.
COVID-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (severe acute respiratory syndrome
coronavirus 2 atau SARS-CoV-2). Virus ini merupakan keluarga besar
Coronavirus yang dapat menyerang hewan. Ketika menyerang manusia,
Coronavirus biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasan,
seperti flu, MERS (Middle East Respiratory Syndrome), dan SARS (Severe
Acute Respiratory Syndrome). COVID-19 sendiri merupakan coronavirus
jenis baru yang ditemukan di Wuhan, Hubei, China pada tahun 2019. Karena
itu, Coronavirus jenis baru ini diberi nama Coronavirus disease-2019 yang
disingkat menjadi COVID-19. COVID-19 sejak ditemukan menyebar secara
luas hingga mengakibatkan pandemi global yang berlangsung sampai saat ini.
Gejala COVID19 umumnya berupa demam 38°C, batuk kering, dan sesak
nafas serta dampak paling buruk untuk manusia ialah kematian.
Pandemi global yang terjadi pula di Indonesia membuat banyak pihak
berupaya ikut berperan serta dalam mengatasi. Para dokter umum dan spesialis
angkat bicara bersama guna memberi penjelasan singkat kepada masyarakat
maupun imbauan agar menjaga kebersihan diri dan lingkungan sekaligus tak
banyak keluar rumah.Grace Natalie Louisa sebagai tokoh politik ikut
mengucapkan tanggapan secara lisan berupa usulan kepada government
Indonesia agar memberikan Bantuan Langsung Tunai (BLT) kepada warga
yang menggantungkan hidup pada pendapatan harian serta melakukan tes
COVID-19 secara gratis.Nahdlatul Ulama (NU) sebagai organisasi
kemasyarakatan juga turut beraksi menanggapi dengan membentuk Satuan
Tugas PBNU Cegah COVID-19. Salah satu hasil kerja yang dilakukan satgas
ini ialah protokol di lembaga NU setiap tingkatan guna diberlakukan di setiap
lembaga yang berafiliasi dengan NU. Protokol ini disiapkan sebagai upaya
agar warga NU dan masyarakat secara luas dapat memahami tentang COVID-
19, bisa mencegahnya agar tidak terinfeksi, serta tidak panik dalam
menanggapi.
Salah satu dampak pandemi COVID-19 ialah UMKM di Indonesia
termasuk di Kalimantan Selatan, berdasarkan data dari kementerian koperasi
yang menggambarkan bahwa 1.785 koperasi dan 163.713 pelaku Usaha Mikro
Kecil dan Menengah (UMKM) terdampak pandemi virus corona (COVID-19).
Kebanyakan koperasi yang terkena dampak COVID-19 bergerak pada bidang
kebutuhan seharihari, sedangkan sektor UMKM yang paling terdampak yakni
makanan dan minuman.
Kementerian Koperasi dan UMKM mengatakan bahwa koperasi yang
bergerak pada bidang jasa dan produksi juga paling terdampak pada pandemi
COVID-19. Para pengelola koperasi merasakan turunnya penjualan,
kekurangan modal, dan terhambatnya distribusi. Sementara itu sektor UMKM
yang terguncang selama pandemi COVID-19 selain daripada makanan dan
minuman, juga adalah industri kreatif dan pertanian.
Dalam menanggulangi masalah yang dihadapi pelaku UMKM dan
koperasi, pemerintah melaksanakan beberapa upaya.Salah satunya adalah,
memasukkan pelaku UMKM dan koperasi sebagai penerima program bantuan
pemerintah, seperti Kartu Prakerja, subsidi tarif listrik, dan Keluarga Harapan.
Pemerintah juga memberikan keringanan pembayaran pajak selama enam
bulan, sejak April 2020 hingga September 2020.Selain itu,Pemerintah juga
merelaksasi dan merestrukturisasi pembayaran pinjaman bagi pelaku UMKM
dan koperasi.
Meskipun pandemi COVID-19 memunculkan beberapa masalah bagi
pelaku UMKM dan koperasi, di sisi lain ada kesempatan yang juga muncul.
Pelaku UMKM dan koperasi bisa memanfaatkan teknologi informasi dan
komunasi mengingat perdagangan elektronik pada 2020 mencapai US$ 130
miliar. Transaksi perdagangan drastis elektronik meningkat selama pandemi
COVID-19. Produk yang penjualannya mengalami peningkatan, antara lain
produk kesehatan meningkat 90%, produk penunjang hobi naik 70%, makanan
naik 350%, dan makanan herbal naik 200%.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian UMKM dan COVID-19 ?
2. Apakah terdapat penurunan omzet bagi para pelaku UMKM dan Koperasi?
3. Apa peran UMKM sebagai penunjang ekonomi kerakyatan disaat pandemi
COVID-19?
4. Bagaimana perubahan model bisnis dari konvensional menjadi
digitalisasi?

C. Tujuan
1. Untuk menjelaskan mengenai UMKM dan COVID-19
2. Untuk menjelaskan tentang penurunan omzet bagi para pelaku UMKM
dan Koperasi
3. Untuk menjelaskan peran UMKM sebagai penunjang ekonomi kerakyatan
disaat pandemi COVID-19
4. Untuk mengetahui perubahan model bisnis dari konvensional menjadi
digitalisasi
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Ekonomi Kerakyatan


Salah satu sistem yang mampu membantu ekonomi secara
desentralisasi adalah sistem ekonomi kerakyatan, ekonomi kerakyatan
merupakan suatu sistem ekonomi yang belandaskan pada kekuatan ekonomi
rakyat. Definisi ekonomi kerakyatan menurut Konvensi ILO 169 tahun 1989
adalah ekonomi tradisional yang menjadi basis kehidupan masyarakat lokal
dalam mempertahankan kehidupannnya. Ekonomi rakyat diartikan sebagai
kegiatan ekonomi atau usaha yang dijalankan oleh rakyat kebanyakan yang
dengan bersama-sama mengelola sumber daya ekonomi yang dapat dikuasai.
Secara ringkas Konvensi ILO169 tahun 1989 memberi definisi
ekonomi kerakyatan adalah ekonomi tradisional yang menjadi basis kehidupan
masyarakat local dalam mempertahan kehidupannnya. Ekonomi kerakyatan
ini dikembangkan berdasarkan pengetahuan dan keterampilan masyarakat
local dalam mengelola lingkungan dan tanah.
Dalam perkembangan UMKM sangat memberikan dampak positif bagi
perekonomian Indonesia, terutama menunjanng pembangunan ekonomi
kerakyatan. Bahkan setiap daerah di Indonesia memiliki produk UMKM
unggulan. Ekonomi kerakyatan adalah sistem ekonomi yang berbasis pada
kekuatan ekonomi rakyat.Dimana ekonomi rakyat sendiri adalah sebagai
kegiatan ekonomi atau usaha yang dilakukan oleh rakyat kebanyakan
(popular) yang dengan secara swadaya mengelola sumberdaya ekonomi apa
saja yang dapat diusahakan dan dikuasainya, yang selanjutnya disebut sebagai
Usaha Kecil dan Menegah (UKM) terutama meliputi sektor pertanian,
peternakan, kerajinan, makanan, dsb., yang ditujukan terutama untuk
memenuhi kebutuhan dasarnya dan keluarganya tanpa harus mengorbankan
kepentingan masyarakat lainnya.
Ekonomi kerakyatan itu sendiri merupakan suatu program
pembangunan untuk menyelaraskan distribusi pendapatan dengan mendorong
masyarakat menuju kesejahteraan. Hal ini dilakukan sesuai kondisi ekonomi
masyarakat yang terus mengalami kesenjangan pendapatan. Maka dengan
adanya program tersebut dapat menjadi jalan keluar bagi suatu negara
memperkecil kesenjagan sosial. Pola pembangunan ekonomi yang telah gagal
mendorong para pakar ekonomi untuk mengalihkan upaya pembangunan
dengan bertumpu pada pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan.
Dalam kegiatan yang berdasarkan pada kekuatan ekonomi rakyat ini
secara umum disebut lebih dikenal sebagai Usaha Mikro Kecil dan Menengah
(UMKM). Dimana pengembangan ekonomi kerakyatan diharapkan bisa
meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam arti yang luas. Usaha mikro,
kecil dan menengah (UMKM) tidak hanya berperan dalam pertumbuhan
ekonomi dan penyerapan tenaga kerja, namun juga mempunyai posisi yang
strategis dalam menyokong pembangunan ekonomi nasional. Usaha Mikro
Kecil Menengah sebagai motor penggerak sistem ekonomi kerakyatan mampu
mengurangi masalah kemiskinan dan pengangguran, selain itu UMKM juga
berperan untuk pendistribusian hasilhasil pembangunan.

B. Dampak Ekonomi Akibat Pandemi COVID-19 Melanda Seluruh Dunia


World Bank dalam laporan Prospek Ekonomi Global terbarunya
menyatakan bahwa krisis yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 ini lebih
parah dari krisis manapun di dunia yang pernah terjadi sejak tahun 1870
(www.voaindonesia.com). World Bank memprediksi bahwa dunia mengalami
kontraksi ekonomi, yaitu sebesar minus 5,2 persen tahun 2020. Dalam
Outlook Ekonomi Juni 2020, Organisation for Economic Co-operation and
Development (OECD) memproyeksikan perekonomian – dengan indikator
Produk Domestik Bruto (PDB) - global turun sebesar 6%, dan bahkan
mencapai angka negatif 7,6% dengan perkiraan gelombang pandemi kedua
terjadi pada akhir 2020. IMF dalam Outlook Ekonomi Juni 2020
memproyeksikan penurunan PDB global sebesar 4,9 persen pada 2020.
Penurunan ekonomi ini dinilai berbahaya karena menciptakan
pengangguran global yang besar, dan akan menurunkan daya beli sehingga
dapat berakibat pada kemiskinan dan kelaparan. Seperti yang diprediksi Bank
Dunia, kemiskinan di seluruh dunia diperkirakan akan mencapai lebih dari 100
juta orang pada akhir tahun ini. Untuk ketenagakerjaan, International Labour
Organization (ILO) memperkirakan bahwa pandemic Covid-19 berdampak
hingga 61,2 persen tenaga kerja dunia.
Efek ini secara menyeluruh lebih besar diderita oleh UMKM (usaha
mikro, kecil dan menengah), baik yang merupakan sektor formal apalagi
informal, dibandingkan dengan usaha besar. Dengan karakteristik usahanya
yang kecil, menghadapi penurunan mendadak pada sisi permintaan, UMKM
terutama mikro langsung drop produksinya, dan menyebabkan merosotnya
pendapatan. Dari sisi produksi sendiri, tenaga kerja mengalihkan perhatian
untuk menjaga keluarga dari penyebaran virus corona, sehingga menurun
produktifitas kerjanya. Terutama karena jumlah UMKM ini sangat besar dan
di Indonesia mencapai 98-99 persen dari keseluruhan usaha (dari angka ini,
97-98 persen adalah usaha mikro), dan menampung 97 persen dari total tenaga
kerja, maka jatuhnya aktivitas UMKM menyebabkan jatuhnya ekonomi rakyat
secara keseluruhan. Oleh karena itu UMKM perlu mendapatkan perhatian
utama dalam skema pemulihan ekonomi nasional.
Sementara itu di sisi lain, masih terus terjadi peningkatan angka kasus
positif Covid-19 global dan Indonesia saat tulisan ini ditulis. Jika ekonomi
digerakkan dengan mengabaikan faktor kesehatan, maka kasus postif Covid-
19 tidak akan mereda bahkan dapat menjadi semakin banyak. Dampaknya
adalah ekonomi menjadi mandeg dalam waktu yang lebih panjang. Oleh
karena itu, aktivitas ekonomi dan menjaga kesehatan harus sama-sama
dilakukan secara simultan.

C. Dampak Pandemi COVID-19 Terhadap Ekonomi Masyarakat


Kalimantan Selatan
Institutes for Development of Economics an Finance (INDEF)
menggelar kajian via teleconference yang membahas mengenai penanganan
pandemi ini dan dampak ekonominya. Hasil kajian menyebutkan bahwa kian
hari pandemi ini semakin menjangkiti ke dalam perekonomian Indonesia
secara umum. Dampak ekonomi akibat pandemi semula hanya menggerus sisi
eksternal. Namun seiring semakin meningkatnya kasus penyebaran COVID-
19 turut berimbas pada stabilitas perekonomian internal. Salah satu imbasnya
ialah nilai tukar rupiah terus melemah tajam. Permasalahan ini tentu
berpengaruh pada arus permintaan (demand), penawaran (supply), dan
produksi pada usaha-usaha UMKM dalam negeri.
Berdasarkan data yang diterbitkan oleh Kompas per akhir Maret lalu,
para pelaku UMKM mengeluhkan berbagai dampak pandemi di antaranya
penjualan menurun, kesulitan bahan baku, distribusi terhambat, kesulitan
pemodal, serta produksi yang terhambat.
Kesulitan-kesulitan yang dialami oleh sektor bisnis selama
pandemiturut dirasakan oleh perusahaan-perusahaan besar sehingga berimbas
pada pemutusan hubungan kerja (PHK) pada karyawan-karyawan agar
menjaga stabilitas arus kas keuangan perusahaan (cash flow). Kondisi
semacam ini akan semakin memperparah kesejahteraan-kesejahteraan
masyarakat jika tidak ada langkah jitu dari pemerintah. Tentu ini tidak sesuai
dengan konsep ekonomi kerakyatan yang bernilai dasar Pancasila.

D. Ekonomi Kerakyatan dan Etika Berekonomi di Tengah Wabah


Pemikiran-pemikiran ekonomi Bung Hatta dalam sebuah buku
berjudul “Daulat Rakyat dan Ekonomi Kerakyatan” yang disunting oleh Tan
Sri Zulfikar Yusuf menjelaskan bahwa bagi kita (bangsa ini) rakyat itu yang
utama, rakyat umum yang mempunyai kedaulatan, kekuasaan, (souverenitet).
Karena itu, jantung hati bangsa dan rakyat itulah yang menjadi ukuran tinggi
rendahnya derajat kita (bangsa ini). Dengan rakyat, kita akan naik dan dengan
rakyat pula kita akan turun. Hidup dan matinya Indonesia, merdeka, semuanya
itu bergantung kepada semangat rakyat. Demikianlah pengantar awal yang
disampaikan oleh Bung Hatta di halaman depan buku tersebut.
Ungkapan demikian sangat penting sehingga harus menjadi perhatian
penuh oleh pemerintah dan lembaga kemasyarakatan lainnya. Tentu
pemerintah tidak dapat bekerja sendiri dalam penangan pandemi ini. Oleh
karena itu, gotong-royong mesti diberlakukan dalam penyelesaian kasus
COVID-19 ini.
Mari kita lihat kembali nilai-nilai ekonomi kerakyatan. Dalam
perpektif Ketamansiswaan, ekonomi kerakyatan merupakan sistem ekonomi
yang disusun sebagai usaha bersama dengan dijiwai oleh nilai-nilai
kekeluargaan. Dalam ekonomi kerakyatan, sumber daya yang potensial
dikelola atas dasar kemandirian, dan digunakan sebesar-besarnya untuk
kemakmuran rakyat. Distribusi hasil produksi mengutamakan pemerataan
kepada rakyat sebagai pendorong terwujudnya keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Di tengah pandemi, dampak-dampak yang berimbas kepada sektor
ekonomi baik negara, perusahaan hingga masyarakat tentu sangat
membutuhkan nilai-nilai ekonomi kerakyatan. Secara penerapan memiliki
konsep kolektivitas atau gotong-royong. Saya jadi teringat ucapan Dr. Francis
Wahono, direktur Cindelaras Institute for Rural Empowerment and global
Studies (CIREGS). Ia mengatakan gotong royong merupakan kearifan lokal
bangsa indonesia yang menjadi penyelamat utama para survivor gempa ketika
gempa di Yogyakarta tempo dulu. Lalu bagaimana korelasi kolektivitas kita
dalam melawan pandemi covid-19?
Dengan informasi penurunan angka pertumbuhan ekonomi, tentu kita
akan bisa benahi ketika saling bahu-membahu. Di saat seperti ini dibutuhkan
komunikasi yang baik antara pihak pemerintah dan juga para pelaku usaha
dalam negeri. Keputusan pemerintah dalam memberikan tunjangan atau
insentif kepada masyarakat yang terdampak sudah sangat tepat dan sesuai
dengan fungsi keberadaan Negara itu sendiri.
Di sisi lain pihak perusahaan swasta juga mesti menunjukkan peran
kemanusiaan serta kekeluargaannya terhadap masyarakat yang terdampak. Hal
ini akan sangat membantu penahanan merosotnya nilai-nilai kesejahteraan di
masyarakat akibat pandemi. Begitu juga dengan masyarakat yang masih
terbilang mampu untuk saling mendukung usaha-usaha kecil di masyarakat
misalnya usaha kuliner atau jenis usaha mikro lainnya.
Perusahaan-perusahaan terkait yang melakukan PHK seharusnya tetap
memberikan perhatian kepada karyawan yang menjadi korban PHK, bukan
dengan membiarkannya begitu saja. Tentu permasalahan ini juga menjadi
perhatian bagi pemerintah. Komunikasi yang baik mesti dilayangkan kepada
perusahaan terkait dan merencanakan alternatif baru untuk menampung
karyawan-karyawan yang di PHK setelah kondisi perekonomian telah
membaik.
Biar bagaimanapun, kasus pengangguran sama bahayanya untuk
kesejahteraan rakyat. Inilah yang kemudian disebut sebagai penerapan nilai-
nilai ekonomi kerakyatan dalam asas kekeluargaan yang meliputi nilai kasih
sayang, nilai menghormati dan menghargai, nilai tolong menolong dan gotong
royong, nilai demokrasi serta nilai kesatuan persatuan yaitu bersatunya
pemimpin dengan yang dipimpin.

E. Strategi Mempertahankan Bisnis di Tengah Pandemi COVID-19


Merebaknya kasus virus corona begitu mempengaruhi kehidupan
banyak orang, dari segi kesehatan, pendidikan, termasuk juga ekonomi.Jumlah
kasus Covid-19 yang terus bertambah membuat laju sejumlah bisnis pun
melambat. Apalagi, masyarakat saat ini tengah mengurangi aktivitas di luar
rumah seperti liburan atau belanja.
Roda perekonomian pun melambat, pasar mulai lesu, omzet menurun,
begitu pula dengan produktivitas. Pemerintah pun telah menyiapkan stimulus
untuk membantu mendongkrak ekonomi dan menjaga daya beli, khususnya
terhadap UMKM. Namun sebagai pebisnis, tentu kita harus juga menyiapkan
strategi. Apa yang bisa kita lakukan untuk tetap bertahan saat menghadapi
situasi seperti ini?
1) Tunjukkan Kepedulian
Tunjukkan kepekaanmu dalam merespons pandemi ini. Jaga komunikasi
yang baik dengan pelanggan. Hati-hati dalam mempromosikan produk
atau jasamu. Jangan sampai brand-mu terkesan seperti memanfaatkan
situasi untuk membicarakan diri sendiri dan mencari keuntungan. Hal ini
akan memberikan citra yang buruk terhadap bisnismu.
Salah satu hal yang bisa kamu lakukan untuk menunjukkan kepedulian
adalah dengan mengambil tindakan yang berfokus pada kepentingan
publik, misalnya membagikan fakta-fakta mengenai cara mencegah virus
corona ataupun program CSR seperti memberi dukungan nyata kepada
mereka yang terdampak.
Jika kamu ragu, cukup berikan pesan bahwa kamu peduli terhadap orang-
orang yang terkena dampak Covid-19. Pesan ini bisa kamu sampaikan
lewat sarana komunikasi yang biasa kamu gunakan, seperti email atau
media sosial.
2) Berikan Distraksi yang Positif
Situasi yang tidak pasti membuat banyak orang merasa khawatir dan stres.
Kondisi seperti ini bukanlah saat yang tepat untuk mempromosikan
penjualan. Bukan hanya karena strategi seperti ini bisa berbalik menyerang
brand-mu, tetapi juga kemungkinan besar tidak akan tepat sasaran dan
mencapai target yang diinginkan.
Sebaliknya, pikirkan mengenai bagaimana brand-mu bisa memberikan
distraksi yang positif terhadap audiensmu, salah satunya dengan
membangun kisah. Misalnya bisa dengan menceritakan mengenai
kepedulianmu terhadap masyarakat dan komunitas di sekitar, visimu
sebagai sebuah brand, dan sebagainya. Tentunya dengan penyampaian
yang tepat.
Gunakan waktu ini untuk kembali membangun semangat banyak orang.
Kisah-kisah positif dapat menenangkan pikiran. Beberapa brand
melakukan ini dengan membangun cerita menarik mengenai pelanggan
mereka alih-alih tentang brand mereka sendiri. Jika kamu memutuskan
untuk melakukan ini, selalu ingat untuk tetap peka dalam menyampaikan
setiap pesan.
3) Lakukan Transaksi Online
Untuk menghindari penyebaran virus corona, sebisa mungkin hindari
transaksi langsung. Lagipula sekarang ini transaksi bisa dengan mudah
dilakukan lewat online seperti m-banking ataupun internet banking. Jadi
kamu tidak perlu repot-repot datang ke bank. Saat ini rata-rata bank sudah
memiliki aplikasinya sendiri sehingga kamu bisa memantau tiap transaksi
yang kamu lakukan secara real-time.
4) Kaji Ulang Anggaran & Jaga Cashflow
Finansial bisnis merupakan hal krusial yang perlu diperhatikan terutama
dalam kondisi seperti ini. Keuangan yang dikelola dengan baik dan hati-
hati bisa berisiko pada kelangsungan bisnismu. Anggaran merupakan
gambaran budget suatu bisnis yang penting untuk dilakukan, baik untuk
mengevaluasi hasil kerja maupun membuat perencanaan dan target untuk
periode atau tahun selanjutnya.
Dalam situasi seperti ini, pebisnis harus bijak dalam mengambil
keputusan. Apakah ada anggaran yang bisa dipangkas untuk memotong
pengeluaran? Bagaimana dengan alur cashflow? Pastikan setiap transaksi
terbukukan dengan baik dan rapi agar cashflow tetap seimbang.
5) Alihkan Strategi Penjualan ke Online
Di situasi seperti ini dimana masyarakat meminimalisir interaksi langsung,
perilaku berbelanja masyarakat pun ikut berubah. Banyak kegiatan
maupun transaksi yang beralih ke online. Salah satu cara untuk
menghadapi disrupsi ini adalah sigap beradaptasi dengan keadaan, seperti
mengalihkan strategi penjualan ke online baik lewat website toko online
ataupun media sosial. Dengan demikian, pelanggan masih bisa mengakses
produk atau jasamu.
F. Kebijakan Pemerintah Pusat Memulihkan Ekonomi Nasional dan
UMKM di Kalimantan Selatan
Sebagaimana negara-negara lain di dunia, pemerintah Indonesia juga
mengambil kebijakan untuk memulihkan ekonomi dengan cepat. Pemerintah
Indonesia menyiapkan anggaran mulai dari yang digunakan untuk menahan
dampak terutama bagi keluarga yang paling rentan, sampai pada program
pemulihan ekonomi di masa pandemi Covid-19. Jumlah anggaran total sampai
tahap ke-3 program stimulus mencapai Rp 695,2 trilyun. Anggaran ini
meningkat dari anggaran sebelumnya yaitu Rp 405,1 trilyun
(www.investor.id). Perincian dana tersebut adalah untuk kesehatan Rp 87,55
trilyun dan untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sebesar Rp
607,65 trilyun. Anggaran PEN terdiri dari perlindungan sosial sebesar Rp
203,90 trilyun, insentif usaha Rp 120,61 trilyun, dan UMKM Rp 123,46
trilyun, pembiayaan korporasi Rp 53,57 trilyun, serta untuk sektoral K/L dan
Pemda sebesar Rp 106,11 trilyun.
Program perlindungan sosial yang terkait dengan keluarga rentan
mencakup bantuan kepada keluarga harapan (PKH), bantuan sembako, bansos,
kartu pra kerja, diskon listrik, bantuan langsung tunai (BLT) Dana Desa dan
lainnya. Insentif usaha mencakup pembebasan pajak, penurunan tarif pajak
dan lainnya. Untuk UMKM mencakup subsidi bunga, penjaminan modal kerja
PPh UMKM, pembiayaan investasi pada koperasi, dan lainnya. Selain itu,
program pembiayaan korporasi yaitu untuk pemberian kredit modal kerja, dan
lainnya. Anggaran pemerintah pusat ini disinergikan dengan anggaran dan
kebijakan pemerintah daerah untuk melakukan tindakan-tindakan inovatif dan
rekayasa ekonomi bagi pemulihan ekonomi khususnya UMKM di daerah.

G. Strategi Pemulihan Ekonomi Daerah Kalimantan Selatan dengan


Protokol Kesehatan untuk UMKM
Untuk memulihkan kegiatan ekonomi dengan protokol kesehatan
secara simultan, jenis usaha yang berklasifikasi UMKM nampaknya adalah
yang paling sesuai. Ini karena karakteristik yang dimiliki oleh UMKM itu
sendiri, yaitu jumlah tenaga kerja yang terbatas (sedikit) dan kebutuhan modal
kerja yang tidak banyak, seperti pada usaha mikro dan kecil. Jumlah tenaga
kerja yang tidak terlalu banyak (bahkan kadang hanya anggota keluarga)
sehingga protokol kesehatan dapat dijalankan dengan lebih sederhana
dibandingkan perusahaan besar. Jumlah modal yang untuk menjalankan
produksi tidak besar dan jumlah aset yang dimiliki juga kecil, sehingga untuk
menggerakkan kembali relatif mudah, bahkan sangat fleksibel dapat beralih
jenis usahanya. Selain itu, jumlah pemasok (supplier) bagi UMKM cenderung
sedikit dan tidak beragam jenisnya, sehingga penanganan dan pemulihan
terhadap rantai pasoknya (supply chain) lebih sederhana dan segera.
Dengan jumlah UMKM yang banyak, pemulihan usaha rakyat ini,
akan memulihkan pendapatan masyarakat dan daya beli dengan cepat,
sehingga dapat mencegah meluasnya kemiskinan. Di samping itu, strategi ini
sekaligus dapat mencegah bertambahnya pengangguran bahkan menciptakan
lapangan kerja baru bagi korban PHK, atau pemudik yang ter-PHK.
Pemulihan aktivitas usaha dengan protokol kesehatan ini berbeda
dengan pemulihan akibat krisis ekonomi biasa, sehingga diperlukan kreativitas
dan rekayasa-rekayasa. Empat belas strategi berikut untuk pemulihan UMKM
ini dapat dilakukan oleh pemerintah provinsi dan kabupaten-kota, dan atau
masyarakat, dengan pengembangan teknis di lapangan yang menyesuaikan
jenis usaha dan kekhususan di masing-masing UMKM.
Strategi pertama adalah strategi umum yang dapat dilakukan Pemda
adalah kombinasi kebijakan dan anggaran dengan yang dikucurkan oleh
pemerintah pusat. Untuk ini pendataan UMKM sasaran harus sangat akurat.
Jenis pemberian bantuan produktif ini dalam bentuk uang tunai lebih utama
daripada bantuan barang, agar lebih fleksibel dalam penggunaannya, karena
sebagian akan digunakan sebagai modal kerja oleh UMKM.
Strategi kedua, menciptakan permintaan terhadap produk UMKM.
Tentu UMKM akan sia-sia berproduksi jika tidak dapat menjual karena tidak
ada permintaan terhadap produknya. Peran pemerintah melalui belanja dapat
menjadi andalan utama dalam menciptakan permintaan. Pertama, dengan
membeli langsung produk UMKM ini, dan kedua, dalam bentuk BLT kepada
masyarakat terdampak. BLT dapat menaikkan daya beli dan belanja
masyarakat, yang tinggal diarahkan untuk berbelanja produk UMKM daerah.
Belanja pemerintah ini dapat merupakan gabungan bantuan pemerintah pusat
dan daerah.
Strategi ketiga, membuat pasar murah – kumpulan produk UMKM,
yang dapat diakses secara online dan offline – yang dapat menjadi strategi
lanjutan dari belanja pada strategi peningkatan permintaan. Selain itu, dapat
membuat forum-forum marketplace berbasis internet oleh Pemda atau
masyarakat untuk memasarkan produk-produk UMKM setempat.
Strategi keempat, menjamin distribusi barang lancar dan murah,
dengan protokol kesehatan yang ketat. Jika memungkinkan, transportasi
barang dilakukan oleh pemerintah. Selain itu, bentuk kebijakannya dapat
berupa subsidi biaya distribusi.
Strategi kelima, rekayasa transaksi di pasar tradisional dan modern.
Misalnya penyediaan tempat membayar khusus di luar arena los dan kios;
pembeli tidak mendekat ke penjual untuk memilih dan menawar barang (dapat
menggunakan fasilitas kamera dan sebagainya); atau mengembangkan aplikasi
tawar-menawar, sehingga mengurangi penumpukan orang di dalam los dan
kios.
Strategi keenam, mendukung sisi produksi dengan kombinasi
kebijakan pusat seperti pinjaman modal bunga ringan dan kebijakan subsidi
bunga oleh Pemda sehingga dapat menjadi lebih ringan lagi atau nol.
Kebijakan ini simultan dengan kebijakan mendorong permintaan produk.
Strategi lain adalah membangkitkan dan menggalakkan kembali peran
koperasi sebagai soko guru perekonomian, yang dalam aksi lapangannya, aktif
sebagai pemodal bagi UMKM. Suntikan dana pusat bagi koperasi dikombinasi
dengan dana dari daerah untuk memperkuat permodalan koperasi.
Strategi ketujuh, juga subsidi untuk distribusi input produksi bahkan
pembelian input, terutama pada industri yang bisa cepat pulih dan menampung
tenaga kerja cukup banyak, seperti UMKM yang terkait dengan produk
pertanian dan industri makanan minuman. Sebagai contoh kebijakan, OECD
menyatakan bahwa di beberapa negara maju bahkan melakukan subsidi upah
jangka pendek bagi pekerja UMKM. Peran koperasi yang beranggotakan
UMKM juga dapat mengurus distribusi barang-barang input dan output
sehingga lebih efisien.
Strategi kedelapan, meningkatkan digitalisasi dalam operasi UMKM.
Dengan dukungan institusi pemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat,
digitalisasi yang mencakup pemasaran, logistik, sistem pembayaran dan
permodalan dapat menjangkau lebih banyak UMKM. Dapat dibuktikan bahwa
UMKM yang sudah terdigitalisasi adalah UMKM yang mampu bertahan
dalam krisis.
Strategi kesembilan, memberi pelatihan dan pendampingan UMKM.
Pelatihan ini diutamakan kepada UMKM yang memerlukan, juga yang
memiliki fleksibilitas untuk beralih usaha, terutama kepada yang laku dan
masih besar potensi pasarnya, misalnya UMKM yang memproduksi peralatan
yang terkait dengan kebutuhan kesehatan di masa pandemi, dan lain-lain.
Strategi kesepuluh, memunculkan dan menguatkan Gerakan
Masyarakat untuk membeli produk UMKM lokal. Masyarakat juga didorong
untuk berbelanja di warung-warung terdekat.
Strategi kesebelas, UMKM perlu dibantu dan dicarikan solusi kreatif
untuk beradaptasi pada new market condition karena pasar akan berbeda
selama pandemi Covid-19 berlangsung, bahkan setelah Covid-19 selesai.
Strategi ini dapat dilakukan dalam jangka pendek ke jangka menengah (dalam
hitungan minggu/bulan).
Strategi kedua belas, dalam jangka menengah dilakukan pemetaan
pada UMKM yang memiliki daya tahan krisis untuk dijaga kesinambungan
produksinya, dan diperbesar skala usahanya. Strategi yang cocok dengan
protokol kesehatan adalah membuka cabang UMKM tersebut, atau perluasan
usaha yang dilakukan oleh keluarga lain (skala ekonomi secara keseluruhan
terpenuhi, dengan sasaran pasar lokal, domestik, bahkan ekspor).
Strategi ketiga belas, dalam jangka pendek ke menengah, relaksasi
pajak, penundaan angsuran dan penghapusan utang (jika mungkin) mulai
dilakukan. Strategi ini sejalan dengan kebijakan pusat, tinggal implementasi
terfokus di daerah.
Strategi keempat belas, dalam jangka yang lebih panjang, perlu
dipertimbangkan strategi subtitusi impor (antara daerah dan antar negara) oleh
UMKM setempat, dan orientasi pasar ekspor (antar daerah antar negara),
terutama antar negara, yang nampaknya muncul kesempatannya di kala
pandemi ini.
H. Penurunan Omzet Pelaku UMKM dan Koperasi
Sejak kemunculannya di akhir tahun 2019, virus Covid-19 telah
menyebar di seluruh dunia. Dengan cepatnya penyebaran Covid-19,dampak
perlambatan ekonomi global mulai dirasakan di dalam negeri. Mulai dari
harga minyak bumi yang jatuh ke arah terendah pada dua hari lalu, bursa
saham yang terjun bebas, serta harga komoditas lain seperti gas dan minyak
sawit diperkirakan juga akan tertarik ke bawah apabila permintaan tidak
segera pulih.Industri pariwisata merupakan salah satu industri yang terdampak
oleh penyebaran virus ini. Ketua Bali Tourism Board (BTB)/ Gabungan
Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Bali, Ida Bagus Agung Partha Adnyana
mengatakan telah terjadi 40.000 pembatalan hotel dengan kerugian mencapai
Rp1 triliun setiap bulan.Lesunya sektor pariwisata memiliki efek domino
terhadap sektor UMKM. Berdasarkan data yang diolah P2E LIPI, dampak
penurunan pariwisata terhadap UMKM yang bergerak dalam usaha makanan
dan minuman mikro mencapai 27%. Sedangkan dampak terhadap usaha kecil
makanan dan minuman sebesar 1,77%, dan usaha menengah di angka 0,07%.
Pengaruh virus Covid-19 terhadap unit kerajinan dari kayu dan rotan, usaha
mikro akan berada di angka 17,03%. Untuk usaha kecil di sektor kerajinan
kayu dan rotan 1,77% dan usaha menengah 0,01%. Sementara itu, konsumsi
rumah tangga juga akan terkoreksi antara 0,5% hingga 0,8% (katadata.co.id, 2
Maret 2020). Padahal, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) memiliki
peran yang sangat strategis dalam perekonomian Indonesia.Data Kementerian
Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia tahun 2018 menunjukkan
jumlah unit usaha UMKM 99,9% dari total unit usaha atau 62,9 juta unit.
UMKM menyerap 97% dari total penyerapan tenaga kerja, 89% di antaranya
ada di sektor mikro, dan menyumbang 60% terhadap produk domestik bruto
(Kemenkop dan UMKM, 2018).
Selama ini UMKM telah membuktikan kemampuannya bertahan
dalam situasi ekonomi yang sulit. Sebagian besar UMKM belum berhubungan
langsung dengan sektor keuangan domestik, apalagi global. Situasi tersebut
menyebabkan UMKM selama ini mampu bertahan terhadap krisis keuangan
global seperti pada tahun 1998.
Meskipun telah diketahui ketahanannya dalam menghadapi
perlambatan ekonomi, terkait dengan kondisi terkini Ketua Umum Asosiasi
UMKM Indonesia (Akumindo) Ikhsan Ingrabatun memperkirakan omset
UMKM di sektor nonkuliner turun 30- 35% sejak Covid-19 penyebabnya
adalah penjualan produk ini mengandalkan tatap muka atau pertemuan antara
penjual dan pembeli secara fisik. UMKM yang menjual produk non-kuliner
menyasar wisatawan asing sebagai pasar.Himbauan dari Pemerintah mengenai
social distancing yang dicanangkan mulai tanggal 15 Maret 2020 juga
diprediksi dapat berdampak serius terhadap penyerapan produk UMKM. Maka
dari itu, diperlukan perhatian lebih dari pemerintah kepada sektor UMKM
sebagai penggerak utama perekonomian bangsa.
I. Perubahan Model Bisnis dari Konvensional menjadi Digitalisasi
Perkembangan digital dalam globalisasi sangat berpengaruh pada roda
ekonomi termasuk pasar ritel. Pasar ritel yang beberapa waktu sebelumnya
mencoba untuk menggusur keberadaan pasar tradisional, tetapi pada
kenyataannya keberadaan pasar ritel modern dipengaruhi oleh globalisasi
terlihat bahwa beberapa pasar ritel mulai turun seperti musim gugur. Satu
persatu pasar ritel modern, skala besar, mikro, hingga kecil mulai turun satu
persatu. Hal ini disebabkan kurangnya minat konsumen untuk berbelanja
secara konvensional meskipun fasilitas fisiknya sangat nyaman dan hampir
tidak ada celah. Tetapi dengan menghadirkan kemudahan berbelanja pada
kenyataannya di era digital orang tetap enggan dan lebih suka melakukan
aktivitas belanja online atau menggunakan aplikasi media.Berikut beberapa
alasan orang enggan melakukan aktivitas belanja konvensional:
1) Minimalkan Biaya
Efisiensi biaya dan waktu menjadi faktor utama melakukan transaksi
online. Selain lebih efisien dari segi biaya, antara lain biaya transportasi,
biaya parkir, dan biaya akomodasi yang merupakan satu paket dengan
proses transaksi. Belum lagi dari segi efisiensi waktu, anda perlu harus
meluangkan waktu khusus untuk melakukan aktifitas belanja, terlebih
menghabiskan banyak waktu lagi untuk memilih dan mencari barang,
sehingga perlu tenaga fisik yang kuat.
2) Kurangi Kelelahan
Dalam transaksi pasar online, anda tidak perlu harus repot mendatangi
toko, mall atau tempat makan. Sehingga kita tidak harus capek dan
mengeluarkan tenaga ekstra belum lagi harus mengendarai kendaraan,
macet, dan berbagai masalah yang muncul dijalan. Jika transaksi secara
online, kita bisa berbelanja sambil melakukan aktifitas lain dirumah, atau
tempat kerja, sehingga dinilai sangat praktis.
3) Efisiensi Daya
Aktifitas belanja melalui digital juga efisiensi dari segi daya. Para shooper
tidak perlu lagi menghabiskan waktu untuk antri di depan kasir, antrri dan
desk desakan dalam memilih barang terbaik, belum lagi harus menunggu
untuk dilayani para penjaga toko ketika toko sedang ramai dan banyak
pengunjung. Tentu berbeda jauh dengan belanja via online yang hanya
dengan satu aktifitas membuka smartphone semua aktifitas belanja mulai
memilih toko, memilih barang hingga proses transaksi dan pembayaran
dilakukan hanya dengan satu klik. Tentu hal ini menjadi sebuah
kemudahan tersendiri dalam era masyarakat millenial.
4) Terhindar dari Masalah Kerepotan
Jika berbelanja online saat shooper ingin berbelanja banyak tidak perlu
direpotkan membawa atau mencari kuli angkut untuk membawa
kekendaraan atau kerumah kita, karena semua barang pesanan langsung
dikirim kerumah dengan keadaan yang aman. Tentu berbeda dengan
belanja konvensional dimana kita dibuat repot untuk mebungkus,
membawa, bahkan mengirimnya kerumah, karena tidak semua toko
penyediaakan jasa pengiriman barang yang dibeli oleh konsumen.
5) Tidak Lapar Mata
Salah satu faktor kelemahan seorang manusia dalam aktifitas belanja
adalah nafsu belanja lebih saat di tempat perbelanjaan. Banyak kasus
ketika hanya ingin membeli satu barang namun sesampai di toko bisa
tertarik dengan barang lain yang sebenarnya tidak menjadi niat awal untuk
membelinya. Ketika belanja online tentu hal ini bisa diminimalisir sebab
kita akan bisa fokus mencari barang yang dibutuhkan.
6) Harga Bersaing
Aktifitas belanja konvensional akan banyak faktor untuk meluangkan
waktu membandingkan harga dengan toko sekitarnya, dan itu juga
membutuhkan waktu dan tenaga, berbeda dengan belanja online, saat ingin
beralih ketoko lain hanya dengan satu klik tanpa kita harus berpindah
secara fisik. Perbedaan harga juga tidak jauh berbeda dengan kita belanja
konvensional, karena selisihnya realtif sedikit. Jika dibandingkan dengan
beragamnya keuntungan tentu tidak menjadi masalah untuk memilih
belanja online.
7) Diskon Menarik/Harga Spesial
Sistem belanja online semacam sistem tabungan, jadi semakin sering
berbelanja online, penjual akan memberikan voucher, gift, poin, atau
reward tertentu sebagai bukti terima kasih atas kepercayaannya. Berbeda
dengan toko konvensional yang hanya memberikan potongan tertentu pada
yang punya member saja atau pada saat tertentu.
8) Efisiensi Waktu
Aktifitas belanja online juga tidak akan menghabiskan waktu kita, karena
kita dimudahkan untuk tidak harus keluar, macet dijalan, dengan beragam
bahaya di perjalanan. Dan aktifitas belanja online hanya membutuhkan
waktu beberapa menit saja, sehingga waktu kita akan bisa diunakan untuk
kegiatan yang lainnya.
9) Faktor Kenyamanan
Faktor kenyamanan tentu tidak diragukan lagi, apabila elanja online kita
tidak perlu harus berdandan, keluar untuk belanja, bahkan dengan posisi
santai saja kita sudah bisa melakukan aktifitas belanja, bahkan belanja juga
bisa tengah malam dan waktu libur.
J. Cara Mempertahankan Eksistensi pada Era Digital
Banyak keuntungan yang ditawarkan cara belanja online harus ada
beberapa langkah untuk dapat mempertahankan eksistensinya di pasar pada
era digital:
1) Pelanggan dan Industri Rethinking
a. Berfokus pada kebutuhan sosial pemikiran tradisional tentang
memenuhi kebutuhan pelanggan dasar seperti pakaian, makanan dan
rak telah menjadi landasan pemasaran selama bertahun-tahun. Namun,
revolusi sosial digital telah mengubah kebutuhan dasar menjadi
keseimbangan konektivitas antara satu pelanggan dan pelanggan
lainnya. Berfokus pada kebutuhan sosial berarti memahami arah
percakapan pelanggan.
b. Membangun ekosistem dan model bisnis baru di era digital saat ini,
keunggulan kompetitif diciptakan dari keterikatan kita dengan
ekosistem industri yang secara langsung mengubah diri kita dan
pesaing kita.
2) Merancang Strategi Sosial dan Digital
a. Mengembangkan strategi sosial dan digital menanggapi perubahan
yang terjadi di pasar dengan menerapkan strategi digital yang tepat.
Perusahaan seperti American Express, Nike dan Harvard telah berhasil
mengatasi kebutuhan sosial pelanggan mereka, sehingga mengurangi
retensi pelanggan dan biaya akuisisi serta mengurangi biaya produksi.
b. Memindahkan pelanggan ke pasar online yang mengembangkan
strategi digital membutuhkan kesiapan integrasi sistem operasi offline
dan online. Tidak hanya menembus Komunikasi Pemasaran Terpadu
saja, tetapi juga menjadi manual operasional yang harus diterapkan
bersama.
3) Melaksanakan Strategi Digital dan Sosial
Penetrasi pasar baru pasar digital, Facebook, Google, YouTube hingga
aplikasi seluler telah mengubah pasar kami menjadi lebih cerdas dan
terinformasi dengan baik. Ini adalah penggerak perubahan yang memaksa
perusahaan kami menjadi lebih sosial dan digital. Di sini pentingnya
memanfaatkan media sosial, pemasaran keluar dan masuk untuk mencapai
keunggulan kompetitif. Ingat, puasa selalu lebih tinggi dari yang besar.
4) Mengembangkan Kapabilitas Organisasi
a. Identifikasi kebutuhan perusahaan akan perubahan, persiapkan diri
untuk perubahan. DNA perusahaan kami harus dirancang sedemikian
rupa untuk mengakomodasi kebutuhan sosial digital pelanggan.
Kehadiran pasar online era digital teruama tidak hanya membawa
dampak buruk tetapi juga banyak sisi positif lainnya yang lebih dekat
dengan konsumen / pelanggan, dengan cepat mempromosikan atau
memperkenalkan produk kepada publik, tidak adanya batasan pasar
untuk menjangkau seluruh pelosok dunia yang terhubung dengan
internet, dan ketepatan serta kecepatan layanan menjadi kebutuhan
utama konsumen di era globalisasi. Di era digital, pebisnis harus
memiliki kemitraan dengan era digital sebagai reformasi bisnis.
Gejolak era globalisasi telah memberikan dampak luar biasa pada
hampir semua sendi kehidupan, salah satunya di dunia pemasaran.
Tidak hanya pasar tradisional, pasar ritel modern menjadi dampak dari
era digital komunikasi. pada perkembangan komunikasi digital,
masyarakat modern baik perkotaan maupun pedesaan alih-alih
memanfaatkan teknologi komunikasi dalam kegiatan belanja. Di era
digital, orang cenderung menghabiskan aktivitas belanja online dari
melakukan kegiatan belanja konvensional. Dampaknya adalah
jatuhnya pasar pasar konvensional, kejayaan pasar konvensional secara
bertahap mulai terkikis dan diprediksi akan mengalami penutupan
masif di masa depan. Ini karena banyak keuntungan yang didapat jika
belanja online daripada konvensional. Maka dirumuskan beberapa hal
yang dapat dijadikan alternatif untuk dapat mempertahankan bisnis di
pasar ritel modern dalam gelombang perkembangan komunikasi
digital.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan,maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Kondisi UMKM ditengah pandemi terus mengalami penurunan kapasitas,
mulai dari kapasitas produksi hingga penurunan penghasilan.
2. Perlu adanya kebijakan dalam rangka melindungi UMKM agar tetap bisa
kompetitif meskipun ditengah pandemi Covid-19.
3. Tips yang dapat diterapkan pelaku UMKM dalam menghadapi tekanan
ekonomi.
a. Tips pertama, manfaatkan media sosial sebagai channel utama
pemasaran. Di tengah himbauan menjaga social distancing, media
sosial dapat menjadi salah satu cara dalam mempromosikan produk
atau usaha yang kamu miliki jika kamu belum mencobanya.Banyak
UKM di Indonesia yang saling bantu usaha satu sama lain saat ini,
mulai dengan aktif menceritakan produk atau usahamu, memberikan
promo, hingga minta bantuan teman untuk promosikan usaha.
b. Kedua,pastikan cashflow terjaga dengan sehat. Arus kas menjadi
unsur paling penting dalam bisnis sehingga pemilik usaha harus
mampu mengelola uang tunai secara optimal. Saat ini, pemilik usaha
ada yang menjadi terhambat dalam melakukan penagihan dan
pembayaran kepada mitra karena biasa dilakukan manual tatap muka.
Pemerintah sudah menyiapkan program pemulihan ekonomi
nasional. Anggarannya pun sudah naik empat kali dalam tiga bulan hingga
nyaris mencapai Rp1000 triliun. Bisa dibilang ini bukti keseriusan
pemerintah mengatasi pelemahan ekonomi. Tinggal caranya perlu
dipertajam dan menjadikannya sebagai momentum untuk memperbaiki
struktur ekonomi Indonesia.
Ekonomi kerakyatan bisa menjadi jawaban untuk mengatasi
potensi ledakan pengangguran, sekaligus menjaga daya beli masyarakat
agar tidak merosot. Seperti diketahui, konsumsi rumah tangga masih
menjadi primadona sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi
dengan kontribusi sekitar 60 persen dari total produk domestik bruto
(PDB). Menjaganya berarti mendorong sektor ini berkontribusi optimal
terhadap PDB.
Untuk itu program pemulihan ekonomi nasional sebaiknya
difokuskan untuk menggerakkan sektor riil. Aktor laga di sektor riil adalah
usaha mikro, kecil dan menengah, koperasi, pekerja sektor informal.
Mereka yang bersentuhan langsung dan memenuhi kebutuhan masyarakat
sebagai konsumen.
Sektor modern seperti manufaktur, jasa, pariwisata, dan investasi
kemungkinan masih butuh waktu lama untuk siuman dari pukulan
pandemi Covid-19 lantaran rantai pasok global terganggu, sehingga sulit
diharapkan meniadi lokomotif kebangkitan ekonomi.
Gangguan pada rantai pasok global saat ini bisa menjadi
momentum untuk mengembangkan kemampuan pertanian lokal guna
memenuhi kebutuhan masyarakat, sekaligus sebagai strategi mewujudkan
kedaulatan pangan. Setiap tahun Indonesia mengimpor produk pangan
senilai Rp225 triliun. Dana itu lebih dari cukup untuk menyediakan
lapangan kerja untuk 2 juta orang di sektor pertanian.
Pada saat bersamaan, susun ekosistem closed-loop yang saling
mendukung dan memberikan garansi kepada pelaku ekonomi yang terlibat.
Ekosistemnya dibuat baru, melibatkan rakyat, bergerak dari bawah sebagai
upaya pemerataan ekonomi, perwujudan ekonomi kerakyatan melalui
program padat karya.
Strategi tersebut disinergikan dengan market place digital yang
menghubungkan simpul-simpul produksi dengan masyarakat sebagai
konsumen. Aplikasi yang dibangun independen dari kepentingan bisnis
besar dan menjangkau secara luas pelaku UMKM agar terjadi pemerataan
ekonomi.
Di desa-desa dikembangkan semangat kewirausahaan, membentuk
badan usaha milik desa (BUMDes) atau koperasi yang akan menjadi aktor
penggerak ekonomi lokal. Industri pengolahan skala kecil menengah
seperti pengeringan dan pengilingan padi, pembuatan bahan makanan
berbahan dasar buah, pemurnian susu, rumah potong hewan, atau gudang
penyimpanan berpendingin di pesisir menjadi pilihan pengembangan
ekonomi setempat.
Di setiap kecamatan didirikan semacam holding BUMDes yang
menjalankan fungsinya sebagai koordinator dan fasilitator. BUMN seperti
PT Telkom dapat memainkan perannya menyediakan jaringan internet,
berkolaborasi dengan PT Pos untuk jasa pengelolaan logistik.Dana ratusan
triliun rupiah yang disiapkan pemerintah untuk pemulihan ekonomi
nasional rasanya cukup untuk memfasilitasi semua program
tersebut,kecuali tidak ada kemauan politik yang kuat.

B. SARAN
Penulis berharap makalah ini dapat membantu para pembaca untuk
memperoleh informasi mengenai UMKM membangkitkan ekonomi
kerakyatan disaat pandemi COVID-19. Namun,penulis juga menyadari bahwa
masih terdapat banyak kekurangan pada makalah ini.Penulis sangat
mengharapkan kritik serta saran dari para pembaca guna membantu penulis
dalam pembuatan makalah berikutnya agar dapat menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Kramer, Erik. 2020. Cara Mencegah Virus Corona.


LPPI, Bank Indonesia. 2015. Profil Bisnis Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
(UMKM). Jakarta.
Murphi, Solehuddin. 2013. Business Plan Praktis dan Dahsyat untuk UMKM.
Bekasi: Laskar Aksara.
Nugroho, Listyawan. 2011. Pengaruh Modal Usaha. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suci, Fellyanda. 2020. Cerita Lengkap Asal Mula Munculnya Virus Corona di
Wuhan
https://www.pikiranrakyat.com/ekonomi/pr01379615/1785-koperasi-dan163713-
umkm-terdampak-pandemicovid-19
https://www.ubaya.ac.id/2018/content/articles_detail/289/Covid-19Memuluskan-
Era-Revolusi-Industri-40.html

Anda mungkin juga menyukai