Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

KRISIS EKONOMI

Oleh Kelompok 4 :

Agnes Indawat [1617001]


Hernawat [1617010]
Olyvia Christana [1617022]

Dosen :

Dr. Ida Ariyani, A.Md, SS, MM

Jurusan AKUNTANSI Semester V


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

SANTA URSULA
KRISIS EKONOMI

KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa. Karena berkat rahmat,
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Krisis Ekonomi ini dengan baik
meskipun banyak kekurangan didalamnya.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan mengenai Krisis Ekonomi. Kami juga menyadari sepenuhya bahwa di dalam
makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap
adanya kritik dan saran yang membangun untuk makalah di masa yang akan datang mengingat
tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan
dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah ini di waktu
yang akan datang.

Jakarta, 24 Agustus 2019

Penulis

ii
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL.……………………………………………………………………...i
KATA PENGANTAR
…………………………………………………………………………………………….ii
DAFTAR ISI
…………………………………………………………………………………………….iii

BAB I PENDAHULUAN
 1.1 Latar Belakang …………………………………………………………………1
 1.2 Rumusan Masalah….….………………………………………………………..1
 1.3 Tujuan Penulisan……….……………………………………………………….1

BAB II PEMBAHASAN
 2.1 Pengertian krisis ekonomi….……………………………………………….....2
 2.2 Jenis krisis ekonomi dan Jalur Transmisi Dampaknya….………………….....3
 2.3 Jalur Transmisi Kunci dan Indikator Monitoring Dampak Krisis.....................4
 2.4 Beberapa Teori Alternatif...……………………...............................................5
 2.5 Analisis Empiris..…………………………………….………………...……..6

BAB III PENUTUP


 3.1. Kesimpulan ……………………………………………………………………13

DAFTAR PUSTAKA

 Daftar Pustaka……..………….……………………………………………………14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan mendefinisikan krisis sebagai suatu situasi yang genting dan gawat, atau suatu
kemelut mengenai suatu kejadian atau peristiwa-peristiwa yang menyangkut kehidupan.
Krisis demi krisis telah kita lalui, banyak hikmah sekaligus trauma yang didapat, dua krisis
terakhir yaitu Krisis Keuangan Asia tahun 1997/1998 dan Krisis Ekonomi Global yang dipicu
oleh kasus subprime mortgage tahun 2008. Krisis 2008 memiliki skala dan dampak kerusakan
perekonomian dunia yang jauh lebih kuat dibandingkan krisis Asia 1998. Selain itu, krisis 2008
juga telah membawa dampak lanjutan terhadap fluktuasi nilai tukar (currency) dan permasalahan
fiskal akut di AS dan Uni Eropa. Namun faktanya, krisis global 2008 tersebut justru memberikan
dampak yang minimal, dibandingkan krisis keuangan Asia 1997 yang menimbulkan kerusakan
serius bagi perekonomian nasional serta memicu krisis sosial-politik skala nasional.
Krisis Moneter merembet pada ke hampir semua aspek perekonomian, sehingga menjelmalah
krisis ekonomi kemudian krisis di berbagai bidang yang berkepanjangan. Krisis ekonomi
merupakan salah satu dimensi yang telah membawa sebagian besar rakyat kita terejerembah
lebih dalam ke suasana kehidupan yang amat memprihatinkan. Untuk mewujudkan pemulihan
ekonomi Indonesia, bukanlah pekerjaan yang mudah. Kendati begitu, kita harus bertekad, dan
bekerja sama. Setiap orang Indonesia seyogianya terpanggil untuk berpartisipasi
menyumbangkan pikiran, tenaga, dan mau bekerja keras untuk keluar dari krisis yang dialami.

1.2 Rumusan Masalah

Dari Uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah, adapun rumusan masalah dalam
pembahasan ini adalah:
1. Apa Pengertian Krisis ekonomi?
2. Sebutkan Jenis-jenis Krisis dan jalur Transmisi UtamaNya?
3. Bagaimana Kilas Balik dari Krisis Keuangan Asia dan Pengaruh Serta Dampak nya
Terhadap Krisis di Indonesia?

1
1.3 Tujuan penulisan
Dari rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa tujuan pembahasan. Adapun
tujuannya yakni sebagai berikut:
1. Mengetahui serta Memahami dan Mendalami Pengertian dari Krisis Ekonomi.
2. Mengetahui serta Memahami dan Mendalami Jenis-Jenis Krisis Ekonomi.
3. Mengetahui serta Memahami dan Mendalami Kilas Balik dari Krisis Keuangan Asia dan
Pengaruh Serta Dampak nya Terhadap Krisis di Indonesia.
4. Mengetahui serta Memahami dan Mendalami Kilas Balik dari Krisis Global dan
Pengaruh Serta Dampak nya Terhadap Krisis di Indonesia.
5. Memenuhi Tugas Makalah Mata Kuliah Perekonomian Indonesia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Krisis Ekonomi

Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan


Kebudayaan mendefinisikan krisis sebagai suatu situasi yang genting dan gawat, mengenai suatu
kejadian atau peristiwa-peristiwa yang menyangkut kehidupan.
Menurut ahli ekonomi, pengertian krisis ekonomi secara sederhana adalah suatu keadaan
dimana sebuah Negara yang pemerintahnya tidak dipercaya lagi oleh rakyatnya, khususnya
masalah finansial. Rakyatnya tidak mau lagi menyimpan uang di bank-bank yang ada, sehingga
bank-bank mengalami kesulitan uang tunai. Jika itu terjadi maka bank sentral akan mencairkan
asetnya untuk menalangi semua bank-bank itu. Setelah itu maka harga-harga naik seiring dengan
banyaknya uang tunai di masyarakat akibat bank kelebihan uang tunai.
Jika keadaan itu terjadi maka negara memasuki masa krisis. Negara tidak mampu membayar
hutangnya sehingga hutangnya sudah jauh diatas PDB-nya. Maksudnya, ketika suatu negara
mempunyai hutang terhadap negara lain dan bunga dari hutang tersebut semakin bertambah
setiap tahunnya, tetapi pendapatan Negara tersebut tidak mengalami pertambahan akibat krisis
ekonomi, sehingga membuat Negara tersebut mengalami kesulitan untuk membayar hutang-
hutangnya.
Berdasarkan pengertian tentang krisis dan ekonomi yang telah dijelaskan di atas, dapat
disimpulkan bahwa krisis ekonomi adalah suatu peristiwa yang genting dan penuh dengan
kemelut tentang tatanan kehidupan perekonomian suatu negara yang merupakan faktor dasar
bidang kehidupan manusia yang bersifat material.

3
2.2 Jenis-jenis Krisis Ekonomi dan Jalur Transmisi Dampaknya

Suatu perubahan ekonomi dapat menjelma menjadi suatu krisis. Dilihat dari proses
terjadinya, krisis ekonomi mempunyai dua sifat yang berbeda. Pertama, krisis ekonomi yang
terjadi secara mendadak atau muncul tanpa ada tanda-tanda sebelumnya, yang umum disebut
goncangan ekonomi tak terduga. Misalnya, kenaikan harga minyak mentah yang sangat besar di
pasar internasional pada tahun 1974. Kedua, krisis ekonomi yang sifatnya tidak mendadak,
melainkan melewati proses akumulasi yang cukup panjang, adalah seperti krisis ekonomi global
yang terdapat pada periode 2008-2009.
Suatu krisis ekonomi di suatu Negara atau wilayah bisa berasal dari luar atau dalam
negara/wilayah tersebut. Bersumber dari dalam, misalnya penurunan pada suatu komoditas
secara mendadak. Di sektor pertanian, misalnya, gagal panen karena perubahan cuaca ekstrim
yang tidak terantisipasi sebelumnya. Bersumber dari luar Negara seperti krisis ekonomi global
2008-2009 (terkecuali AS, krisis ini berasal dari dalam). Atau krisis minyak pertama pada tahun
1974 atau kedua pada tahun 1979 bagi Negara-negara pengekspor minyak.

1. Krisis Produksi
Krisis ini termasuk tipe krisis ekonomi yang bersumber dari dalam negeri. Krisis tersebut
bisa dalam bentuk penurunan produksi domestik secara mendadak dari sebuah komoditas
pertanian, misalnya padi/beras. Penurunan produksi tersebut berakibat langsung pada
penurunan tingkat pendapatan rill dari para petani dan buruh tani padi. Selanjutnya jika
pemerintah disebuah provinsi yang mengalami penurunan produksi padi tidak melakukan
impor padi untuk mengkompensasi kekuranagn beras di pasar lokal akibat penuruan
produksi tersebut, maka akan terjadi kelebihan permintaan terhadap padi di provinsi
tersebut, dan sesuai dengan mekanise pasar maka, harga beras di provinsi tersebut akan
melonjak tinggi yang berakhir dengan laju inflasi yang tinggi.

2. Krisis Perbankan
Dampak langsung atau fase dari efek krisis perbankan adalah kesempatan kerja dan
pendapatan yang menurun di subsektor keuangan tersebut. Pada fase kedua krisis
perbankan merembet ke perusahaan-perusahaan yang sangat tergantung pada sektor
perbankan dalam pembiayaan kegiatan-kegiatan produksi. perusahaan-perusahaan
tersebut sedang mengalami kekurangan dana atau bangkrut, atau perusahaan masih bisa
mendapatkan kredit tetapi dengan tingkat suku bunga pinjaman (R) yang jauh lebih tinggi
dibandingkan pada saat perbankan dalam keadaan normal.

4
3. Krisis Nilai Tukar
Suatu perubahan kurs dari sebuah mata uang, misalnya rupiah terhadap dolar AS yang
dianggap krisis apabila kurs dari mata uang tersebut mengalami penurunan yang sangat
besar yang prosesnya mendadak atau berlangsung terus-menerus yang membentuk
sebuah tern yang meningkat (rupiah per satu dolar AS). Dampak langsung dari perubahan
tersebut adalah pada ekspor dan impor. Paling tidak, menurut teori konvensional
mengenai perdagangan internasional, depresiasi nilai tukar dari suatu mata uang terhadap
misalnya dolar AS yang membuat daya saing harga dar produk-produk buatan negara dari
mata uang tersebut membaik, yang selanjutnya membuat volume ekspornya meningkat.
Di sisi impor akibat kurs mata uang nasional melemah, misalnya dalam rupiah, dari Rp
2.000 per satu dolar AS menjadi Rp 10.000 per satu dolar AS, maka harga-harga dalam
rupiah di pasar dalam negeri dari produk-produk impor akan naik, yang bahkan bisa
mengakibatkan meningkatnya laju inflasi di Indonesia. Besar pengaruhnya terhadap laju
inflasi sangat tergantung pada jenis produk yang paling banyak diimpor (kebutuhan
pokok atau bahan baku) dan keterkaitan antar barang-barang yang diimpor dengan
kegiatan dalam negeri.

4. Krisis Perdagangan
Dalam hal krisis ekonomi yang berasal dari sumber –sumber eksternal, ada dua jalur
utama, yaitu perdagangan dan investasi/arus modal . Di dalam jalur perdagangan itu
sendiri ada dua sub-jalur, yaitu ekspor dan impor (barang dan jasa ). Dalam jalur ekspor,
misalnya ekspor barang, suatu krisis bagi negara eksportir turun secara drastis atau
permintaan dunia terhadap komoditas tersebut menurun secara signifikan.
Dalam ekspor jasa, suatu krisis bisa terjadi jika jumlah wisatawan asing yang berkunjung
ke dalam negeri menurun secara drastis, atau jumlah pengiriman uang ke Indonesia dari
tenaga kerja Indonesia yang bekerja di luar negeri mengalami pengurangan secara
signifikan. Dalam hal impor, suatu kenaikan harga dunia yang signifikan atau suatu
penurunan secara tiba-tiba dan dalam jumlah yang besar dari persediaan dunia untuk
suatu komoditas yang di perdagangkam di pasar global dapat menjadi suatu krisis
ekonomi yang serius bagi negara-negara importir jika komoditas itu sangat krusial,
misalnya beras, atau minyak yang juga sering merupakan komoditas-komoditas kunci
bagi masyarakat miskin.
Dalam kasus ini, jalur-jalur transmisi paing utama adalah perubahan-perubahan dalam
output, inflasi dan kesempatan kerja. Kelompok-kelompo masyarakat yang paling rentan
terhadap krisis tipe ini yaitu : pertama, perusahaan yang sangat bergantung pada minyak
seagai sumber energi atau bahan baku utama dan pekerja-pekerja di perusahaan tersebut.
Dan kedua, lewat keterkaitan produksi dan konsumsi pendapatan domestik, yaitu
perusahaan tau sektor-sektor yang terkait, termasuk pekerja-pekerja.
5
5. Krisis Modal
Suatu pengurangan modal di dalam negeri dalam jumlah besar atau penghentian bantuan
serta pinjaman luar negeri akan menjadi sebuah krisis ekonomi bagi banyak negara
miskin di dunia, seperti di Afrika dan Asia Tengah yang ekonomi mereka selama ini
sangat tergantung pada ULN atau hibah internasional. Suatu pelarian modal, baik yang
berasal dari sumber dalam negeri maupun modal asing, terutama investasi asing jangka
pendek ( uang panas ), dalam jumlah yang besar dan seacara menadadak bisa menjelma
menjadi sebuah krisis besar bagi ekonomi dari negara-negarayang sangat memerlukan
modal investasi.
Proses mulai dari larinya mdal ke luar negeri hingga menjadi sebuah krisis ekonomi
sangat sederhana, dana investasi di dalam negeri berkurang, investasi menurun ,kegiatan
produksi dan tingkat produktivitas menurun, pertumbuhan ekonomi merosot, jumlah
angkatan kerja yang bisa bekerja berkurang, tingkat pendapatan rill menurun dan pada
akhirnya, tingkat kemiskinan bertambah. Di sisi lain, suatu pelarian modal dalam jumlah
besar akan menyebabkan depresiasi nilai tukar mata uang dari negara bersangkutan.

6
2.3 Jalur Transmisi Kunci dan Indikator Monitoring Dampak Krisis

Sebuah krisis ekonomi bisa memiliki jalur-jalur pertama, kedua dan ketiga sekaligus, tergantung
pada tipe krisis tersebut. Juga dalam sebuah krisis ekonomi yang mempengaruhi lebih dari satu
sektor ekonomi, sebuah jalur transmisi bisa masuk kategori primer untuk satu sektor sementara
untuk sektor-sektor lainnya yang juga terkena dampaknya, jalur tersebut masuk kategori
sekunder. Misalnya, dalam kasus krisis perbankan, jalur output merupakan jalur primer (*), yaitu
output dari sektor tersebut merosot, tetapi merupakan jalur sekunder (**) bagi perusahaan non-
bank yang tergantung pada perbankan untuk pendanaan kegiatan-kegiatan produksi mereka .
Krisis-krisis ekonomi yang berasal dari sumber-sumber yang berbeda juga mempunyai proses-
proses atau jalur-jalur transmisi dari sumber-sumber yang berbeda juga. (lihat Tabel 1).

Tabel 1
Tipe-tipe krisis ekonomi beserta jalur transmisinya dan indikator-indikator utamanya

Tipe Krisis Jalur-Jalur Indikator-Indikator Utama Untuk Memonitor


Ekonomi Transmisi Utama
Dampak
Krisis Produksi Kesempatan Kerja Output menurut sektor dan wilayah
Pendapatan Kesempatan kerja menurut sektor dan wilayah
Inflasi Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Inflasi menurut wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
Krisis Perbankan Kredit Output menurut sektor dan wilayah
Suku bunga pinjaman Kesempatan kerja menurut sektor dan wilayah
Output Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Kesempatan kerja Kemiskinan menurut wilayah
Pendapatan
Krisis nilai tukar Export Ekspor menurut sektor dan wilayah
Import Impor menurut sektor dan wilayah
Output Output menurut sektor dan wilayah
Kesempatan kerja Inflasi menurut wilayah
Pendapatn Kesempatan kerja menurut sektor dan wilayah
Inflasi Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
Krisis ekspor Output Ekspor menurut sektor dan wilayah
Kesempatan kerja Output menurut sektor dan wilayah
Pendapatan Kesempatan kerja menurut sektor dan wilayah
Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Kemiskinan menurut wilayah
7

Krisis impor Output Output menurut sektor dan wilayah


Kesempatan kerja Kesempatan kerja menurut sektor dan wilayah
Pendapatan Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Inflation Kemiskinan menurut wilayah
Inflasi menurut wilayah
Krisis modal Output Output menurut sektor dan wilayah
Nilai tukar Kesempatan kerja menurut sektor dan wilayah
Kesempatan Kerja Pendapatan menurut sektor dan wilayah
Pendapatan Inflasi menurut wilayah
Inflasi Kemiskinan menurut wilayah

2.4 Teori-teori Alternatif

Selain faktor-faktor internal dan esksternal (ekonomi dan non ekonomi), ada tiga teori alternatif
yang dapat juga dipakai sebagai basic framework untuk menganalisis faktor-faktor penyebab
terjadinya krisis ekonomi di Asia. Yaitu ;

a. Teori konspirasi
Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa krisis tersebut sengaja ditimbulkan oleh negara-
negara industri maju tertentu, khususnya AS karena tidak menyukai sikap arogansi ASEAN
selama ini.

b. Teori Penularan
Krisis di Asia memperlihatkan adanya contagion effect, yaitu menularnya amat cepat dari satu
negara ke negara lain. Berdasarkan teori ini, melihat sejarah awal krisis keuangan melanda Asia
adalah dengan merosotnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan ini terjadi sesaat setelah nilai
tukar mata uang Thailand bath mengalami suatu depresiasi yang besar terhadap dolar AS. Bermula
di Thailand pada pertengahan 1997, kemudian menyebar ke Malaysia, Singapura, Filipina, Indonesia
dan Korea Selatan. Tetapi di antara negara-negara tersebut, Thailand, Indonesia dan Korea Selatan
tertular berat karena ketiganya dalam banyak hal mempunyai permasalahan yang sama. Prosesnya
terjadi terutama karena sikap investor-investor asing yang setelah krisis terjadi di Thailan menjadi
ketakutan bahwa krisis yang sama juga akan menimpa Negara-Negara tetangga seperti Indonesia,
Malaysia dan Filipina.

c. Teori Konjungtur atau Business Cycle


Teori konjugtur atau business cycle, atau gelombang pasang surut suatu ekonomi. Inti dari teori ini
adalah bahwa ekonomi yang prosesnya sepenuhnya di gerakkan oleh mekanisme pasar (kekuatan
permintaan dan penawaran) pasti akan mengalami pasang surut pada suatu periode akan
menegalami kelesuan dan pada periode berikutnya akan mengalami kegairahan kembali dan
selanjutnya lesu kembali dan seterusnya . Implikasi dari teori ini adalah bahwa kalau memang krisis
ekonomi di Asia merupakan suatu gejala konjungtur, maka krisis itu dengan sendirinya akan hilang,
tentu dengan syarat bahwa prosesnya sepenuhnya ditentukan oleh kekuatan pasar.

2.5 Analisis Empiris

1. Krisis keuangan Asia 1997-1998

Krisis keuangan Asia muncul sekitar pertengahan tahun 1997 dan mencapai klimaksnya pada
tahun 1998 dipicu awalnya oleh larinya modal, terutama modal asing jangka pendek. Dari
Thailand, secara tiba-tiba da dalam jumlah yang tidak kecil, cukup kuat untuk membuat banyak
investor dan pengusaha gugup dalam menanggapinya.
Pelarian tersebut mengakibatkan nilai tukar bath terhadap dolar AS terdepresiasi dalam jumlah
yang besar. Dalam jangka waku yang tidak lama, hal yang sama juga terjadi di Indonesia yang
membuat nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah.
Prosesnya mulai terjadi pada pertengahan kedua taun 1997 dan terus berlangsung hingga sempat
mencapai di atas Rp 10.000 per satu dolar AS dalam periode 6 bulan pertama tahun 1998.
Pemerintah waktu itu berupaya mengehentikan jatuhnya nilai tukarrupiah dan sekaligus
membalikkan arus modal yang lari kembali ke dalam negeri dengan menaikkan tingkat suku
bungan tabungan dalm suatu persentase yang paling tinggi
yang pernah dilakukan oleh otoritas moneter Indonesia dalam sejarah negara tersebut.
Namun,upaya itu gagal mengehentikan laju penurunan nilai rupiah dan tidak mampu
menarikkembali modal dari luar Indonesia.
Akhirnya, pemerintah Indonesia terpaksa melepas sistem penentuan kurs rupiah managed
floating (bebas terkendali; kurs rupiah
bebas bergerak ke atas dan ke bawah, namun ada batas maksimum dan minimum) pada tahun199
8, karena Bank Indonesia mulai kehabisan stok dolar AS untuk intervensi pasar.
Sebagai suatu akibat langsung dari tindakan masyarakat tersebut adalah munculnya sebuah efek
domino, bank-bank sebenarnya tidak mempunyai masalah keuangan akhirnya ikut goyang akibat
kehabisan dana dari pihak ketiga. Hal ini menimbulkan suatu krisis ekonomi yang terparah, yang
pernah dialami Indonesia sejak tahun 1945.
Dalam waktu yang tidak lama, depresiasi kurs rupiah tersebut menimbulkan suatu krisis
keuangan yang paling besar yang pernah Indonesia alami dalam sejarah, dan memaksa sejumlah
bank swasta tutup menjelang akhir tahun 1997 serta bergabungnya sejumlah bank
mengakibatkan kepanikan masyarakat yang sangat besar, mereka berbondong-bondong menarik
uang mereka dari semua bank, khususnya bank-bank swasta nasional.

Selain menyebabkan sejumlah bank mengalami kesulitan likuiditas yang sanagt serius,
depresiasi nilai tukar rupiah tersebut juga berdampak buruk pada perusahaan non-bank di dalam
negeri yang banyak impor dan memiliki ULN dalam jumlah yang banyak dalam mata uang asing
yang terapresiasi atau menguat terhadap rupiah, yaitu dolar AS. Banyak dari mereka harus
berhenti beroperasi karena tidak sanggup membayar kembali ULN mereka atau meneruskan
impor, terutama perusahan yang selama itu sangat tergantung pada impor utuk bahan baku utama
bagi keperluan proses produksi mereka sanagat terpukul. Memang selama orde baru banyak
perusahaa khususnya konglomerat, di dalam negeri selain sangat tergantung pada impor bahan
baku dan input lainnnya juga membuat banyak ULN.

Pada tingkat makro, ekonomi Indonesia mengalami suatu resesi yang paling dalam yang pernah
terjadi selama sejarah Indonesia modern. Pada tahun 1998, saat krisis keuangan Asia mencapai
titik terburuknya, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat minus hampir 14 persen.Laju
pertumbuhan negative ini jauh lebih besar daripada laju pertumbuhan positif tertinggi yang
pernah dicapai Indonesia selama pemerintahan order baru yang rata rata 7 persen hingga 8%.

Laju pertumbuhan PDB Indonesia selama periode krisis keuangan Asia (1997-1998).

Setelah pengalaman pahit tersebut, pemerintah Indonesia melakukan banyak langkahuntuk


mencegah agar di kemudian hari walaupun krisis seperti tahun 1997-1998 tersebutakan sangat
mungkin muncul kembali namunn dampaknya terhadap perekonomianIndonesia dapat ditekan
seminimum mungkin.
Langkah-langkah tersebut terutama fokus pada :
1. Memperkuat ekspor non-migas
2. Mengurangi dan menghilangkan ketergantungan pada ULN (utang luar negeri),impor dan
investasi jangka pendek atau yang bermotivasi spekulasi dihilangkan3.
3. Memperkuat sektor perbankan/keuangan.
4. Menerpakan kembali mekanisme penentuan lurs berdasarkan sistem bebas terkendali.
5. Menyiapkan cara penanggulangan krisis yang bagus dengan memperhatikan semua
faktor-faktor yang secara teori sangat memungkinkan munculnya suatu krisis serupa

10

2. Krisis Ekonomi Global 2008-2009


Krisis ekonomi global 2008-2009 dipicu oleh suatu krisis keuangan yang besar di
AS pada tahun 2007 dan melalui keterkaitan keuagan global, krisis tersebut menjalar kesebagian
besar dunia, terutama negara-negara maju seperti Jepang dan Uni Eropa yangsecara ekonomi dan
keuangan sangat terintegrasi dengan AS. Oleh banyak ekonom duniakrisis ini disebut sebagai
krisis ekonomi paling serius setelah depresiasi ekonomi besaryang terjadi pada dekade 30-
an.Berdasarkan laporan mengenai perekonomian Asia dari IMF (International Monetery Fund )
yang dikeluarkan pada bulan April 2009, pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebutsecara
keseluruhan di prediksi menurun sekitar 1,4 persen pada tahun 2009.Krisis 2008-2009 tersebut
mempengaruhi banyak negara melalui sejumlah jalur, yaitu ekspor, investasi (termasuk PMA),
dan pengiriman uang dari pekerja-pekerja migran.
Namun demikian, jalur yang paling utama untuk sebagian besar negara-negara yangterkena
dampaknya adalah ekspor. Ekspor merupakan jalur transmisi yang memiliki dampak bagi
kebanyakan negara,terutama negara-negara yang berorientasi ekspor seperti Hongkong-Cina,
Korea Selatan,Malaysia, Singapora, Cina-Taipei, dan Thailand maka krisis ekonomi global 2008-
2009 (berbeda dengan kasus krisis 1997-1998) bagi banyak negara, termasuk
Indonesia,merupakan sebuah krisis permintaan dunia.Sebuah krisis ekonomi bersumber dari luar
seperti krisis 2008-2009 yang dapatmemberi suatu dampak sangat buruk terhadap sebuah negara,
namun pada saat
yang bersamaan, beberapa sektor ekonomi di negara itu bisa sama sekali tidak merasakandampak
nya. Ada beberapa sektor yang lebih berorientasi ekspor daripada sektor-sektorlainnya, dan ada
impor, sementara ada pula beberapa sektor lainnya yang sangat tergantung pada hanya
menjualnya pada pasar domestik dan menggunakan hanya input-input dari dalam negeri. Jadi,
dari sisi produksi/suplai, sektor-sektor ekonomi yang berbeda bisa mengalamidampak yang
berbeda dari krisis 2008-2009.

3. Krisis Utang Zona Euro

Bagaikan penyakit menular, krisis keuangan tersebut kemudian juga terjadi di negara lainnya.
Tahun 2011 krisis keuangan global kembali terjadi dan memuncak, kali ini di kawasan Eropa.
Menarik untuk menelusuri, apa sebenarnya yang terjadi di negara-negara Eropa sehingga salah
satu kawasan termakmur di dunia ini kemudian terjerat dengan polemik yang dikhawatirkan bisa
meruntuhkan sistem one single currency yang mereka miliki. Menelusuri krisis Eropa secara
sederhana bisa dilakukan dengan mengurutkan kronologis yang terjadi di sana. Sebelumnya,
perlu diketahui bahwa kawasan Eropa yang dimaksud di sini adalah semua negara yang tercakup
di dalam Euro Zone, negara yang menggunakan Euro sebagai mata uang tunggal di wilayah ini.

11
Saat ini terdapat 17 negara anggota yang tergabung dalam Euro area, yakni: Austria, Belgia,
Cyprus, Estonia, Finlandia, Prancis, Jerman, Yunani, Irlandia, Italia, Luxembourg, Malta,
Belanda, Portugal, Slovakia, Slovenia, dan Spanyol.
Dengan menekan perjanjian sebagai anggota Euro Zone, maka semua negara anggota diharuskan
memenuhi kewajiban yang telah disyaratkan untuk dapat mempertahankan stabilnya
perekonomian di kawasan ini. Tidak semua negara EU berada dalam keadaan keuangan yang
"makmur".
Negara dengan sistem perekonomian terkuat adalah Jerman dan Prancis, sementara yang berada
di posisi lemah diantaranya adalah Portugal, Itali, Irlandia, Yunani (Greece), dan Spanyol.
Kelima negara tersebut, sayangnya, kemudian harus rela dijuluki dengan akronim PIIGS yang
berasal dari huruf depan masing-masing negara.
Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Eurostat, rasio hutang pemerintah terhadap GDP dari
negara-negara Eropa meningkat dari 74.4% di tahun 2009 menjadi 80.0% di tahun 2010. Seperti
yang diperkirakan sebagai negara pemicu terjadinya krisis Eropa, Yunani adalah negara dengan
rasio hutang tertinggi yakni dengan rasio sebesar 142.8% dari hutang pemerintah terhadap GDP,
disusul dengan Italia (119.0%), Belgia (96.8%), Irlandia (96.2%), Portugal (93.0%), Jerman
(83.2%), Prancis (81.7%) Hungaria (80.2%), dan United Kingdom (80.0%). Rasio hutang
terhadap GDP yang tinggi dan ketidakmampuan beberapa negara untuk memperbaiki kondisi
ekonomi dan membayar hutang tersebut adalah salah satu pemicu terjadinya krisis eropa.

4. Beberapa Pelajaran dari Krisis Ekonomi

Langkah kebijakan yang diambil selama krisis ini terfokus kepada mengembalikan kestabilan
makro ekonomi dan membangun kembali infrastruktur ekonomi, khususnya di sektor perbankan
dan dunia usaha.
Adapun langkah-langkahnya untuk mengatasi krisis ekonomi yang melanda Indonesia, antara
lain sebagai berikut :

#1 Bidang Moneter
Ditempuh kebijakan moneter ketat untuk mengurangi laju inflasi dan penurunan atau depresiasi
nilai mata uang lokal secara berlebihan.

#2 Bidang Fiskal
Ditempuh kebijakan yang lebih terfokus kepada upaya relokasi pengeluaran untuk kegiatan-
kegiatan tidak produktif kepada kegiatan-kegiatan yang diharapkan dapat
mengurangi social cost yang ditimbulkan oleh krisis ekonomi. Salah satu bentuknya adalah
dengan program Jaring Pengaman Sosial.

12
#3 Bidang Pengelolaan (Governance)
Ditempuh kebijakan untuk memperbaiki kemampuan pengelolaan baik di sektor publik maupun
swasta. Termasuk di dalamnya upaya mengurangi intervensi pemerintah, monopoli, dan
kegiatan-kegiatan yang kurang produktif lainnya.

#4 Bidang Perbankan
Kondisi sektor keuangan, khususnya Bank, yang sehat harus selalu terjaga. Stabilitas nilai tukar
mata uang Nasional harus tetap terjaga, dan sistem penentuan nilai tukar “bebas mengambang”
adalah yang paling tepat. Namun syaratnya bank Sentral harus mempunyai cadangan valuta
asing yang banyak. Khususnya uang-uang internasional yang paling banyak digunakan antar
negara, seperti dolar AS dan Euro.
Ditempuh kebijakan yang akan memperbaiki kelemahan-kelemahan sistem perbankan berupa
program restrukturisasi perbankan yang bertujuan untuk mencapai dua hal, yaitu: mengatasi
dampak krisis dan menghindari terjadinya krisis serupa di masa datang.

#5 Bidang Import
Ketergantungan pada import harus dikurangi dengan kebijakan subsitusi import.

#6 Stabilitas
Stabilitas harga atau tingkat inflasi yang rendah harus tetap terjaga.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Krisis moneter yang berlangsung di Indonesia pada tahun 1997-1998, dapat disimpulkan sbagai
dampak dari penurunan nilai tukar rupiah terhadap dollarAmerika. Tak hanya Indonesia, negara-
negara tetangga pun juga merasakan. Akan tetapi Indonesia termasuk negara yang terparah
akibat masalah tersebut. Hal ini dikarenakan Indonesia sangat tergantung pada dollar Amerika,
entah dari sektorimpor maupun sektor lain.
Dengan adanya keadaan tersebut sebenarnya Indonesiamengalami masalah dalam ekonomi
makronya.
Hal ini terbukti Indonesia saat itu mengalami Inflasi dan angka pengangguran yang cukup tinggi.
Banyak sekali faktor-faktor yang menyebabkan krisis itu terjadi.
Namun ada dua aspek penting yang menunjukkan kondisi fundamental ekonomi Indonesia
menjelang krisis, yakni saldo transaksi berjalan dalam keadaan defisit yangmelemahkan posisi
neraca pembayaran dan adanya utang luar negeri jangka pendek yang tidak bisa dibayar pada
waktu jatuh tempo.
Terjadinya krisis ini menimbulkan dampak positif dan negative
terhadap perekonomian Indonesia, di dalam segala aspek kehidupan.
Namun secara keseluruhan, dampak negatif dari jatuhnya nilai tukar rupiah ini lebih besar
daripada dampak positif yang ditimbulkan.
Dalam menangani krisis ini, pemerintah tidak dapat menanganinya sendiri. Karena merosotnya
nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tidak dapat dibendung sendiri,lebih lagi cadangan dollar AS
di BI sudah mulai menipis. Oleh karena itu, pemerintah meminta bantuan kepada IMF.
IMF adalah bank sentral dunia yangfungsi utamanya adalah membantu memelihara stabilitas
kurs devisa Negara-negara anggotanya dan tugasnya adalah sebagai tumpuan akhir bagi bank-
banku mum yang mengalami kesulitan likuiditas.

3.2 Saran

Belajar dari krisis ekonomi tahun tersebut, seharusnya pemerintah Indonesia dapat memperbaiki
sistem ekonominya, serta lebih sensitif dalam menilai keadaan gejala-gejala perekonomian
internasional.
Menggairahkan perekonomian domestik, dengan mempergunakan sumber-sumber produksi
dengan bijak benar,serta menanamkan rasa cinta pada produk dalam negeri.
Mengurangi ketergantungan terhadap negera-negara lain, mengingat hutangluar negeri dan
kegiatan import yang masih cukup tinggi. Serta, dengan meyakinkan/meningkatkan kepercayaan
rakyat dan invertor pada perekonomian, hal ini dapat meningkatkan kapasitas produksi nasional
14

DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/9357294/Krisis_Ekonomi_Perekonomian_Indonesia_Tulus_Tambuna
n_2011_
http://elconquistador123.blogspot.co.id/2015/01/makalah-krisis-ekonomi-dan-kemiskinan.html
http://milarosalinasiregar.blogspot.com/2015/04/krisis-ekonomi.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/56397/Chapter%20II.pdf?
sequence=3&isAllowed=y
https://www.kompasiana.com/anggitacinditya/550b3b7fa33311b0142e39c4/menelusuri-krisis-
eropa
15

Anda mungkin juga menyukai