Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PEREKONOMIAN INDONESIA
“JENIS-JENIS KRISIS EKONOMI DAN DAMPAKNYA”

Dosen Pengampu :
Muflih Khallab Al Mustaqim, S.S., S.E., M.E

Disusun Oleh:
Hairul Saparuddin (501171593)
Winda Hamidah (501171803)

JURUSAN EKONOMI SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020

i
KATA PENGANTAR

Segala Puji hanya milik Allah Swt serta Shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada Rasulullah SAW, berkat limpahan dan rahmat-nya
penyusun mampu menyelesaikan makalah Penganggaran Perusahaan.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang
penulis hadapi. Namun penulis menyadari bahwa kelancaran dalam
penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan, dan
bimbingan dosen, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas
dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca kuhususnya para
mahasiswa dan mahasiswi UIN Sultan Thaha Saifudin Jambi.

Jambi, Maret 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................ii

DAFTAR ISI......................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................1
B. Rumusan masalah..................................................................................................2
C. Tujuan.....................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Krisis Ekonomi......................................................................................................3
B. Jenis Krisis Ekonomi dan Jalur Trasmisi Dampaknya.....................................3
C. Jalur Transmisi Kunci dan Indikator Monitoring Dampak Krisis..................6
D. Analisis Emperis dan Krisis Ekonomi.................................................................9
E. Perubahan Struktur Ekonomi..............................................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan.............................................................................................................14
B. Saran.......................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................15

iii
iv
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia krisis ekonomi itu kita lihat dalam gejala resesi perekonomian
dunia yang bersumber pada negara-negara maju. Dampak resesi itu mengakibatkan
turunnya laju pertumbuhan dan menghambat pembangunan ekonomi di Indonesia.
Jika kegiatan ekonomi di negara-negara industri bisa dipulihkan, maka berkatnya
akan dapat dirasakan di negar-negara sedang membangun, termasuk Indonesia.
Krisis demi krisis telah kita lalui, banyak hikmah sekaligus trauma yang
didapat, dua krisis terakhir yaitu Krisis Keuangan Asia tahun 1997/1998 dan Krisis
Ekonomi Global yang dipicu oleh kasus subprime mortgage tahun 2008. Krisis 2008
memiliki skala dan dampak kerusakan perekonomian dunia yang jauh lebih kuat
dibandingkan krisis Asia 1998. Selain itu, krisis 2008 juga telah membawa dampak
lanjutan terhadap fluktuasi nilai tukar (currency) dan permasalahan fiskal akut di AS
dan Uni Eropa. Namun faktanya, krisis global 2008 tersebut justru memberikan
dampak yang minimal, dibandingkan krisis keuangan Asia 1997 yang menimbulkan
kerusakan serius bagi perekonomian nasional serta memicu krisis sosial-politik skala
nasional.
Krisis Moneter merembet pada ke hampir semua aspek perekonomian,
sehingga menjelmalah krisis ekonomi kemudian krisis di berbagai bidang yang
berkepanjangan. Krisis ekonomi merupakan salah satu dimensi yang telah membawa
sebagian besar rakyat kita terejerembah lebih dalam ke suasana kehidupan yang amat
memprihatinkan. Untuk mewujudkan pemulihan ekonomi Indonesia, bukanlah
pekerjaan yang mudah. Kendati begitu, kita harus bertekad, dan bekerja sama. Setiap
orang Indonesia seyogianya terpanggil untuk berpartisipasi menyumbangkan pikiran,
tenaga, dan mau bekerja keras untuk keluar dari krisis yang dialami.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Krisis Ekonomi?
2. Sebutkan Jenis Krisis Ekonomi dan Jalur Transmisi Dampaknya?
3. Bagaimana Jalur Transmisi Kunci dan Indikator Monitoring Dampak Krisis?
4. Bagaimana Analisis Empiris dari Krisis Ekonomi?
5. Bagaimana Perubahan Struktur Ekonomi?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk Mengetahui Pengertian Dari Krisis Ekonomi
2. Untuk Mengetahui Apa Saja Jenis Ekonomi dan Bagaimana Jalur Transmisi
Dampaknya
3. Untuk Mengetahui Jalur Transmisi Kunci dan Indikator Monitoring dari Dampak
Krisis
4. Untuk Mengetahui Analisis dari Krisis Ekonomi
5. Untuk Mengetahui Perubahan Struktur Ekonomi

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Krisis Ekonomi

Menurut ahli ekonomi, pengertian krisis ekonomi secara sederhana adalah


suatu keadaan dimana sebuah Negara yang pemerintahnya tidak dipercaya lagi oleh
rakyatnya, khususnya masalah finansial. Rakyatnya tidak mau lagi menyimpan uang
di bank-bank yang ada, sehingga bank-bank mengalami kesulitan uang tunai. Jika itu
terjadi maka bank sentral akan mencairkan asetnya untuk menalangi semua bank-bank
itu. Setelah itu maka harga-harga naik seiring dengan banyaknya uang tunai di
masyarakat akibat bank kelebihan uang tunai.

Jika keadaan itu terjadi maka negara memasuki masa krisis. Negara tidak
mampu membayar hutangnya sehingga hutangnya sudah jauh diatas PDB-nya.
Maksudnya, ketika suatu negara mempunyai hutang terhadap negara lain dan bunga
dari hutang tersebut semakin bertambah setiap tahunnya, tetapi pendapatan Negara
tersebut tidak mengalami pertambahan akibat krisis ekonomi, sehingga membuat
Negara tersebut mengalami kesulitan untuk membayar hutang-hutangnya.1

Berdasarkan pengertian tentang krisis dan ekonomi yang telah dijelaskan di


atas, dapat disimpulkan bahwa krisis ekonomi adalah suatu keadaan yang mengacu
pada penurunan kondisi ekonomi drastis yang terjadi disebuah negara.

B. Jenis-Jenis Krisis Ekonomi dan Jalur Transmisi Dampaknya

Suatu perubahan ekonomi dapat menjelma menjadi suatu krisis. Dilihat dari
proses terjadinya, krisis ekonomi mempunyai dua sifat yang berbeda. Pertama, krisis
ekonomi yang terjadi secara mendadak atau muncul tanpa ada tanda-tanda
sebelumnya, yang umum disebut goncangan ekonomi tak terduga. Misalnya, kenaikan
harga minyak mentah yang sangat besar di pasar internasional pada tahun 1974.2
Kedua, krisis ekonomi yang sifatnya tidak mendadak, melainkan melewati proses
akumulasi yang cukup panjang, adalah seperti krisis ekonomi global yang terdapat
pada periode 2008-2009.
1
KRISIS EKONOMI GLOBAL DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA, chapter II. PDF
2
Rahardjo Dawam ”PEREKONOMIAN INDONESIA Pertumbuhan dan Krisis” (Jakarta: PT. Gelora
Aksara Pratama, 1987), hlm. 6

3
Krisis-krisis ekonomi yang berasal dari sumber-sumber yang berbeda juga
mempunyai proses-proses atau jalur-jalur transmisi dari sumber-sumber yang berbeda
juga, yaitu sebagi berikut:3

1. Krisis Produksi
Krisis produksi adalah termasuk tipe krisis ekonomi yang bersumber dari
dalam negeri. Krisis tersebut bisa dalam bentuk penurunan produksi domestik
secara mendadak dari sebuah (atau sejumlah) komoditas pertanian, misalnya,
padi/beras. Penurunan produksi tersebut berakibat langsung pada penurunan
tingkat pendapatan riil dari para petani dan buruh tani padi.
Dalam tipe krisis ini, jalur-jalur transmisi dampaknya terhadap kemiskinan
adalah perubahan-perubahan dalam harga (inflasi), jumlah kesempatan kerja dan
tingkat pendapatan. Kelompok-kelompok masyrakat yang paling rentan terhadap
tipe krisis ini adalah petani dan keluarganya, buruh tani dan keluarganya, dan pada
peringkat berikutnya adalah pekerja dan pemilik-pemilik usaha sertai keluarga-
keluarga mereka di sektor-sektor lainnya yang terkait lewat produksi dengan
subsektor padi.
2. Krisis Perbankan
Dampak langsung atau fase pertama dari efek krisis perbankan adalah
kesempatan kerja dan pendapatan menurun disubsektor keuangan tersebut. Pada
fase kedua krisis perbankan merembet ke perusahaan perusahaan yang sangat
tegantung pada sektor perbankan.
Rumah tangga juga kena dampaknya. Ada dua macam dampak terhadap
rumah tangga dan dua tipe kelompok rumah tangga yang terkena dampaknya.
Pertama, kelompok rumah tangga kaya: tabungan mereka hilang karena bank-bank
yang menyimpan uang mereka bangkrut. Di banyak negara, termasuk Indonesia,
pemeritah memberikan jaminan keamanan bagi pemilik-pemilik rekening tabungan
di perbankan, tapi hanya hingga suatu batas (jumlah) tertentu saja. Kedua,
kelompok rumah tangga non-kaya: pengeluaran-pengeluaran mereka terutama
untuk barang-barang bukan kebutuhan pokok (seperti mobil, rumah, naik haji)
menurun karena mereka tidak bisa meminjam dari bank, atau masih tetap bisa

3
https://www.academia.edu/40612881/SISTEM_EKONOMI_INDONESIA_KRISIS_EKONOMI_DAN_RES
ESI_EKONOMI

4
mendapatkan kredir konsumen dengan tingkat pinjaman yang sangat tinggi yang
membuat biaya pinjaman terlalu mahal.
Dalam tipe krisis ekonomi ini, jalur-jalur transmisi paling utama lewat mana
krisis tesebut berdampak pada tingkat kemiskinan yakni perubahan dalam arus
kredit dari perbankan ke dunia usaha atau tingkat suku bunga pinjaman, volume
produksi (output), jumlah kesempatan kerja, dan tingkat pendapatan masyarakat.
Kelompok-kelompok masyarkat yang paling rentan terhadap krisis ini adalah
bukan masyarakat miskin seperti dalam kasus krisis produksi pertanian, melainkan
masyarakat kelas menengah dan atas seperti pegawai dan pemilik bank.
3. Krisis Nilai Tukar
Suatu perubahan kurs dari sebuah mata uang, misalnya rupiah terhadap dolar
AS dianggap krisis apabila kurs dari mata uang tersebut mengalami penurunan
atau depresiasi yang sangat besar yang prosesnya mendadak atau berlangsung
terus-menerus yang membentuk sebuah tren yang meningkat (rupiah per satu dolar
AS). Dampak langsung dari perubahan tersebut adalah pada ekspor dan impor.
Paling tidak menurut teori konvensional mengenai perdagangan internasional,
depresiasi nilai tukar dari suatu mata uang terhadap misalnya dolar AS yang
membuat daya saing harga (dalam dolar AS) dari produk-produk buatan negara
dari mata uang tersebut menjadi lebih murah, yang selanjutnya membuat volume
ekspornya meningkat.
Dalam tipe krisis ekonomi ini, jalur-jalur transmisi kuncinya adalah perubahan
dalam volume ekspor-impor. Sedangkan jalur-jalur sekundernya adalah perubahan
dalam volume produksi, jumlah kesempatan kerja, tingkat pendapatan dan laju
inflasi. Kelompok masyrakat yang paling rentan terhadap krisis nilai tukar adalah
mereka yang bekerja di perusahaan-perusahaan yang berurusan langsung maupun
tidak langsung dengan kegiatan ekpor-impor.
4. Krisis Perdagangan
Dalam hal krisis-krisis ekonomi yang berasal dari sumber-sumber eksternal
ada dua jalur utama, yaitu perdagangan dan investasi/arus modal. Di dalam jalur
perdagangan itu sendiri ada dua sub-jalur, yaitu ekspor dan impor (barang dan
jasa).
Dalam kasus ini, jalur-jalur transmisi paling utama adalah perubahan-
perubahan dalam output inflasi, dan kesempatan kerja. Kelompok-kelompok
masyarakat yang paling rentan terhadap krisis tipe ini yaitu: pertama, perusahaan-

5
perusahaan yang sangat tergantung pada minyak sebagai sumber energi atau bahan
baku utama dan pekerja-pekerja (termasuk keluarga-keluarga mereka) di
perusahaan-perusahaan tersebut, dan kedua, lewat keterkaitan-keterkaitan produksi
dan konsumsi/pendapatan domestik, yaitu perusahaan-perusahaan atau sektor-
sektor yang terkait, termasuk pekerja-pekerja (termasuk keluarga-keluarga
mereka).
5. Krisis Modal
Terakhir, suatu pengurangan modal di dalam negeri dalam jumlah besar atau
penghentian bantuan serta pinjaman luar negeri akan menjadi sebuauh krisis
ekonomi bagi banyak negara miskin di dunia, seperti di Afrika, dan Asia Tengah
yang ekonomi mereka selama ini sangat tergantung pada ULN atau hibah
Internasional.
Suatu pelarian modal, baik yang berasal dari sumber dalam negeri maupun
modal asing, terutama investasi asing jangka pendek (yang umum disebut ‘uang
panas’), dalam jumlah yang besar dan secara mendadak bisa menjelma menjadi
sebuah krisis besar bagi ekonomi dari negara-negara yang sangat memerlukan
modal investasi.
Dalam kasus ini, jalur-jalur transmisi memiliki dampak utama, yakni
perubahan-perubahan dalam jumlah investasi, khususnya investasi jangka panjang
(volume atau unit proyek), volume produksi, dan jumlah tenaga kerja yang bekerja.
Kelompok-kelompok masyarakat yang paling rentan terhadap krisis ekonomi dari
kategori ini bisa kelompok miskin tetapi juga bisa kelompok non-miskin,
tergantung pada sektor atau industri yang paling dirugikan dengan kekurangan
modal investasi.
C. Jalur Transmisi Kunci dan Indikator Monitoring Dampak Krisis
Sebagai rangkuman dari pembahasan diatas, Tabel.1 memberikan sebuah daftar
dari jalur-jalur transmisi dampak utama menurut tipe-tipe krisis ekonomi tersebut.
Jalur-jalur itu dapat diperingkat menurut proses munculnya efek-efek dari sebuah
krisis:4
(*) Jalur-jalur pertama atau primer, yaitu efek-efek pertama yang muncul;
(**) Jalur-jalur kedua/sekunder
(***) jalur-jalur ketiga; dst

4
https://www.academia.edu/29309518/krisis_ekonomi.docx

6
Tabel.1 : Jalur- Jalur Transmisi Dampak Utama dan Indikator-Indikator Utama
untuk Memonitor Pengaruh dari Krisis Ekonomi menurut Tipe Krisis

Tipe Jalur-Jalur Transmisi Indikator-Indikator


Krisis Utama Utama untuk Memonitor
Ekonomi Dampak
Krisis Kesempatan Kerja* Output menurut sektor
Produksi Pendapatan* dan wilayah
Inflasi* Kesempatan kerja
menurut sektor dan
wilayah
Pendapatan menurut
sektor dan wilayah
Inflasi (IHK) menurut
wilayah
Kemiskinan menurut
wilayah
Krisis Kredit* Output menurut sektor
Perbanka Suku bunga dan wilayah
n pinjaman* Kesempatan kerja
Output*,** menurut sektor dan
Kesempatan wilayah
kerja**,*** Pendapatan menurut
Pendapatan**,*** sektor dan wilayah
Kemiskinan menurut
wilayah
Krisis Ekspor* Ekspor menurut sektor
Nilai Impor* dan wilayah
Tukar Output** Impor menurut sektor dan
Kesempatan wilayah
kerja*** Output menurut sektor
Pendapatan***,**** dan wilayah
Inflasi*** Inflasi menurut wilayah
Kesempatan kerja
menurut sektor dan

7
wilayah
Pendapatan menurut
sektor dan wilayah
Kemiskinan menurut
wilayah
Krisis Output* Ekspor menurut sektor
Ekspor Kesempatan kerja** dan wilayah
Pendapatan**,*** Output menurut sektor
dan wilayah
Kesempatan kerja
menurut sektor dan
wilayah
Pendapatan menurut
sektor dan wilayah
Kemiskinan menurut
wilayah
Krisis Output* Output menurut sektor
Impor Kesempatan kerja** dan wilayah
Pendapatan** Kesempatan kerja
Inflasi** menurut sektor dan
wilayah
Pendapatan menurut
sektor dan wilayah
Kemiskinan menurut
wilayah
Inflasi menurut wilayah
Krisis Output* Output menurut sektor
Modal Nilai tukar* dan wilayah
Kesempatan kerja** Kesempatan kerja
Pendapatan** menurut sektor dan
Inflasi** wilayah
Pendapatan menurut
sektor dan wilayah
Kemiskinan menurut

8
wilayah
Inflasi menurut wilayah

D. Analisis Empiris
1. Krisis Keuangan Asia 1997-1998
Krisis keuangan di Asia berawal di Thailand. Pada tanggal 14-15 mei bath
Thailand dilanda serangan spekulan yang mengambil keputusan bahwa kini adalah
saatnya untuk “jual” karena lambatnya pertumbuhan ekonomi serta keitdakstabilan
politik di negara itu. Pada awalnya, pemerintah Thailand tidak tinggal diam,
melainkan melakukan investasi beberapa kali. Tetapi sebulan kemudian bank sentral
Thailand terpaksa mengumumkan bahwa nilai tukar bath dibebaskan dari ikatan
dengan doar AS, dan berarti sejak itu nasibnya diserahkan sepenuhnya kepada pasar.
Hari itu juga pemerintah Thailand meminta bantuan Dana Moneter Internasional
(IMF). Apa yang terjadi di Thailand menjadi pola krisis di beberapa negara Asia
lainnya, termasuk Filipina, Korea Selatan, Indonesia dan Malaysia. Krisis mata uang
yang berubah menjadi krisis moneter dan akhirnya menjadi krisis ekonomi yang
melanda negara-negara Asia itu boleh dikatakan sangat mengejutkan, terutama
melihat kenyataan bahwa negara-negara tersebut selama kurun waktu 1965-1990
mengalai laju pertumbuhan rata-rata per tahun yang tinggi.5
Menanggapi perkembangan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang dimulai
merosot sejak bulan Mei 1997, pada bulan juli 1997 BI melakukan 4 (empat) kali
intervensi dengan memperlebar rentang intervensi. Tetapi pengaruhnya tidak banyak.
Krisis rupiah tersebut kemudian menjelma menjadi suatu krisis moneter karena
sudah mempengaruhi likuiditas perekonomian nasional. Dalam upaya pemerintah
untuk memperkuat kembali nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan sekaligus
mengurangi laju peningkatan inflasi yang diperkirakan akhir tahun 1998 akan
mencapai 100%, pemerintah mengeluarkan kebijakan pengetatan moneter yang (a)
mengurangi kemampuan bank komersal menciptakan kredit melalui peningkatan rasio
cadangan minimum, pembatasan akses pada pinjaman luar negeri, penghentian
pemberian SBPU(Surat Berharga Pasar Uang), dan peningkatan tingkat suku bunga
dipasar uang, lewat peningkatan suku bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia).; dan (b)
menetapkan arah penggunaan kredit.

5
Rahardjo Dawam ”PEREKONOMIAN INDONESIA Pertumbuhan dan Krisis” (Jakarta: PT. Gelora
Aksara Pratama, 1987), hlm. 11-12

9
Akibat kebijaksaan pengetatan likuiditas tersebut, roda perekonomian nasional
semakin lambat jalannya, dan khususnya dunia usaha semakin sulit untuk bergerak
akibat mahalnya biaya kredit; padahal kredit lewat kegiatan investasi merupakan salah
satu motor penggerakan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Sebagai reaksi
terhadap masalah yang timbul ini, akhirnya pada tanggal 3 September 1997
pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang dikenal dengan 10 jurus
kebijaksanaan. Salah satunya adalah kebijakan fiskal dan moneter yang berhati-hati
dengan pelonggaran likuiditas dan penurunan suku bunga secara bertahap dan berhati-
hati sesuai dengan perkembangan keadaan.6
2. Krisis Ekonomi Global 2008-2009
Krisis ekonomi global 2008-2009 dipicu oleh suatu krisis keuangan yang besar di
AS pada tahun 2007 dan melalui keterkaitan keuagan global, krisis tersebut menjalar
ke sebagian besar dunia, terutama negara-negara maju seperti Jepang dan Uni Eropa
yang secara ekonomi dan keuangan sangat terintegrasi dengan AS. Oleh banyak
ekonom dunia krisis ini disebut sebagai krisis ekonomi paling serius setelah depresiasi
ekonomi besar yang terjadi pada dekade 30-an. Krisis 2008-2009 tersebut
mempengaruhi banyak negara melalui sejumlah jalur, yaitu ekspor, investasi
(termasuk PMA), dan pengiriman uang dari pekerja-pekerja migran. Namun
demikian, jalur yang paling utama untuk sebagian besar negara-negara yang terkena
dampaknya adalah ekspor.
Ekspor merupakan jalur transmisi yang memiliki dampak bagi kebanyakan
negara, terutama negara-negara yang berorientasi ekspor seperti Hongkong-Cina,
Korea Selatan, Malaysia, Singapora, Cina-Taipei, dan Thailand. Maka krisis ekonomi
global 2008-2009 (berbeda dengan kasus krisis 1997-1998) bagi banyak negara,
termasuk Indonesia, merupakan sebuah krisis permintaan dunia.
Sebuah krisis ekonomi bersumber dari luar seperti krisis 2008-2009 yang dapat
memberi suatu dampak sangat buruk terhadap sebuah negara, namun pada saat yang
bersamaan, beberapa sektor ekonomi di negara itu bisa sama sekali tidak merasakan
dampaknya. Ada beberapa sektor yang lebih berorientasi ekspor daripada sektor-
sektor lainnya, dan ada pula beberapa sektor yang mempunyai ketergantungan besar
terhadap impor, sementara ada pula beberapa sektor lainnya yang sangat tergantung
pada hanya menjualnya pada pasar domestik dan menggunakan hanya input-input dari

6
Ibid. Hlm. 13-18

10
dalam negeri. Jadi, dari sisi produksi/suplai, sektor-sektor ekonomi yang berbeda bisa
mengalami dampak yang berbeda dari krisis 2008-2009.7
Indonesia sebagai sebuah perekonomian yang terbuka dan dalam situasi saling
ketergantungan antarnegara dan kawasan, maka Indonesia secara alamiah (nature)
tentu tidak bakalan sepenuhnya kebal dari penularan dampak guncangan eksternal.
Namun perekonomian Indonesia di sepanjang 2008 – 2009, masih tercatat tumbuh
positif. Tahun 2008 tumbuh di kisaran 6,01 persen dan 2009 kisaran 4,6 persen. Saat
itu pada tingkat regional Asia sendiri, Indonesia bahkan bisa dikata merupakan negara
yang mengalami dampak negatif paling ringan dibandingkan negara-negara tetangga
lainnya.
Peran pemerintah tentu saja sangatlah besar. Dalam krisis 2008 – 2009 Indonesia
dapat terhindar dari situasi keterpurukan halnya krisis 1997 - 1998. Selain
memperkuat sektor riil, saat itu pemerintah juga mengeluarkan beberapa Peraturan
Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) untuk mengatasi ancaman krisis
keuangan global 2008 – 2009.
Beberapa produk regulasi yang dirumuskan oleh pemerintah sebagai upaya
melakukan mitigasi terkait dampak resesi ekonomi global, antara lain ialah Pertama,
Perpu No 2/2008 berisi tentang Perubahan Kedua UU No. 23 Tahun 1999 tentang
Perubahan atas UU tentang Bank Indonesia. Kedua, Perpu No. 3/2008 tentang
Mengubah Nilai Simpanan yang Dijamin Lembaga Penjamin Simpanan. Dan ketiga,
Perpu No. 4/2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan (JPSK).
Banyak pihak mengatakan, ‘selamat’nya Indonesia dari guncangan krisis
keuangan 2008 – 2009 adalah justru dikarenakan minimnya proporsi ekspor terhadap
PDB. Indonesia hanya memiliki rasio ekspor atas PDB sebesar 29%. Sementara itu,
bagi negara-negara yang memiliki rasio ekspor terhadap PDB dengan angka tinggi,
mudah dipastikan akan serta-merta mengalami kontraksi dan mencatatkan
pertumbuhan ekonomi secara negatif.
Penelitian Imam Sugema, Krisis Keuangan Global 2008-2009 dan Implikasinya
pada Perekonomian Indonesia juga tiba pada kesimpulan yang serupa. Menurutnya,
Indonesia memiliki “keberuntungan yang tidak disengaja” sehingga implikasi resesi
global justru tidak berdampak signifikan.

7
https://www.academia.edu/40612881/SISTEM_EKONOMI_INDONESIA_KRISIS_EKONOMI_DAN_RES
ESI_EKONOMI

11
1) Indonesia tidak terlalu bergantung pada ekspor. Nilai pangsa ekspor
Indonesia tidak mencapai setengah dari PDB.
2) Sektor perbankan dan sektor finansial tidak mengalami dampak seberat
negara lain karena tingkat kebergantungannya tidak sedalam negara-negara
lain.
3) Fakta lain yang paling menarik dicatat ialah ekonomi Indonesia bisa
dikatakan sebagai self sustaining economy. Ini karena Indonesia memiliki
potensi pasar domestik yang sangat besar. Adanya potensi pasar domestik
ini, bagaimanapun merupakan sebuah keunggulan komparatif tersendiri
bagi Indonesia.
Sekalipun pasar ekonomi global tengah terkontraksi, sekiranya Indonesia berhasil
mengelola permintaan pasar domestik dan menjaga daya beli masyarakat, maka bisa
dipastikan Indonesia bakal sanggup mempertahankan stabilitas ekonominya di tengah
krisis ekonomi global.8

E. Perubahan Struktur Ekonomi


Meminjam istilah Kuznets, perubahan struktur ekonomi umum disebut
transformasi struktural dan dapat didefinisikan sebagai rangkaian perubahan yang
saling terkait satu dengan yang lainnya dalam komposisi permintaan agregat,
perdagangan luar negeri (ekspor dan impor), dan penawaran agregat (produksi dan
penggunaan faktor-faktor produksi seperti tenaga kerja dan modal) yang diperlukan
guna mendukung proses pembangunan dan pertumbuhan ekonomi yang
berkelanjutan.teori perubahan struktural menitikberatkan pembahasan pada
mekanisme transfomasi ekonomi yang dialami oleh negara-negara sedang
berkembang, yang semula bersifat subsisten (pertanian tradisional) dan
menitikberatkan sektor pertanian menuju struktur perekonomian yang lebih modern
yang didominasi sektor nonprimer, khususnya industri dan jasa.
Ada dua teori utama yang umum digunakan dalam menganalisis perubahan
struktur ekonomi yani dari Athur Lewis (teori migrasi) dan Hollis Chenery (teori
transformas struktural).

8
https://indonesia.go.id/narasi/indonesia-dalam-angka/ekonomi/belajar-dari-pengalaman-
menghadapi-krisis-ekonomi-dunia

12
Teori Athur Lewis pada dasarnya membahas proses pembangunan ekonomi
yang terjadi di pedesaan dan perkotan (urban). Dalam teorinya, Lewis
mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi
dua, yaitu perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama.
Teori transformasi struktural (Hollis Chenery), memfokuskan pada perubahan struktur
dalam tahapan proses perubahan ekonomi di negara sedang berkembang, yang
mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai mesin
utama penggerak pertumbuhan ekonomi.9

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Menurut ahli ekonomi, pengertian krisis ekonomi secara sederhana adalah suatu
keadaan dimana sebuah Negara yang pemerintahnya tidak dipercaya lagi oleh
9
Putra Windhu, “PEREKONOMIAN INDONESIA Penerapan Beberapa Teori Ekonomi Pembangunan di
Indonesia”, (Depok: PT.RajaGrafindo Persada, 2018). Hlm.55-56

13
rakyatnya, khususnya masalah finansial. Rakyatnya tidak mau lagi menyimpan uang
di bank-bank yang ada, sehingga bank-bank mengalami kesulitan uang tunai. Jika itu
terjadi maka bank sentral akan mencairkan asetnya untuk menalangi semua bank-bank
itu. Setelah itu maka harga-harga naik seiring dengan banyaknya uang tunai di
masyarakat akibat bank kelebihan uang tunai.

Dilihat dari proses terjadinya, krisis ekonomi mempunyai dua sifat yang berbeda.
Pertama, krisis ekonomi yang terjadi secara mendadak atau muncul tanpa ada tanda-
tanda sebelumnya, yang umum disebut goncangan ekonomi tak terduga. Misalnya,
kenaikan harga minyak mentah yang sangat besar di pasar internasional pada tahun
1974. Kedua, krisis ekonomi yang sifatnya tidak mendadak, melainkan melewati
proses akumulasi yang cukup panjang, adalah seperti krisis ekonomi global yang
terdapat pada periode 2008-2009.

B. Saran

Bila bangsa ini cukup cerdas untuk menterjemahkan hikmah krisis ekonomi,
secara tidak langsung seharusnya peristiwa menyakitkan ini justru dapat menjadi
pelajaran yang sangat penting untuk mengantisipasi krisis ekonomi masa mendatang.
Kami penulis sangat mengharapkan siapapun yang membaca makalah singkat kami
ini untuk dapat lebih bijaksana dalam memanfaatkannya dan digunakan sebaik-
baiknya di dalam kepentingan apapun, semoga makalah kami ini dapat memberikan
manfaat bagi para pembaca dan kami penulis khususnya, jika terdapat kesalahan baik
dalam penulisan ataupun penjabaran kami dalam makalah ini, kami mohon maaf
sebesar-besarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Rahardjo, Dawam. 1987, PEREKONOMIAN INDONESIA Pertumbuhan dan Krisis.


Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.

14
Putra, Windhu. 2018, PEREKONOMIAN INDONESIA Penerapan Beberapa Teori
Ekonomi Pembangunan di Indonesia. Depok: PT.RajaGrafindo Persada.
KRISIS EKONOMI GLOBAL DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA, chapter
II. PDF
https://www.academia.edu/29309518/krisis_ekonomi.docx
https://www.academia.edu/40612881/SISTEM_EKONOMI_INDONESIA_KRISIS_E
KONOMI_DAN_RESESI_EKONOMI

15

Anda mungkin juga menyukai