Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Guna Mengikuti Mata Kuliah Sistem
Ekonomi Indonesia Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Raja Haji
Tanjungpinang
Oleh:
18102004
2019/2020
I. KRISIS EKONOMI
1
Krisis ekonomi global merupakan peristiwa dimana seluruh sektor
ekonomi pasar dunia mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan
memperngaruhi sektor lainnya diseluruh dunia. Akibat dari krisis
ekonomi yang terjadi di beberapa negara maju seperti Amerika
Serikat, memberi dampak besar pada negara-negara Asia yang
sedang berkembang, salah satunya adalah Indonesia pada ekspor
perkebunan komoditi kelapa sawit, karet, dan kakao. Ini memberikan
tekanan yang cukup besar terhadap kinerja ekspor komoditi tersebut,
dimana terjadinya penurunan hraga berbagai komoditas anjlok akibat
adanya perlambatan ekonomi dunia, sehingga peluang untuk
memasarkan sangat sulit
Krisis ekonomi global yang terjadi pada kuartal kedua tahun 2008,
memiliki potensi menjadi salah satu krisis terbesar di dunia setelah
The Great Depression yang terjadi di Amerika Serikat awal tahun
1930. Melihat kondisi perekonomian global sebelum terjadi krisis
ekonomi global pada tahun 2008, dapat disimpulkan bahwa krisis
tersebut menjadi semakin meluas dan memberikan dampak yang
besar disebabkan oleh adanya akumulasi dari beberapa krisis dalam
bidang ekonomi yang melanda dunia dalam jangka waktu beberapa
tahun terakhir. Setidaknya ada dua krisis besar yang dapat disebut
dalam jangka waktu 2 tahun terakhir, yaitu krisis peningkatan harga
minyak mentah dunia dan krisis finansial di Amerika Serikat.
Kegagalan Amerika Serikat dalam mengelola sistim keuangan
membawa dampak berupa krisis keuangan dalam lingkup internal
perekonomian Amerika Serikat. Perekonomian dunia yang bersifat
global, membuat krisis finansial di Amerika Serikat berdampak kepada
negara-negara lainnya. Selain itu, disadari pula bahwa perekonomian
dunia belum lama ini menghadapi krisis peningkatan harga minyak
2
dunia yang sempat membawa keterpurukan yang berkepanjangan
bagi dunia industri di banyak negara.
Amerika Serikat juga merupakan negara yang terkena dampak
dari krisis peningkatan harga minyak dunia. Krisis kenaikan harga
minyak ditambah dengan adanya krisis keuangan di Amerika Serikat
yang bertransformasi menjadi krisis ekonomi global, mengakibatkan
keterpurukan dunia perekonomian di berbagai negara dunia.
3
struktur ekonomi yang lemah mencerminkan tidak seimbangnya
perkembangan dan pertumbuhan antarsektor di satu pihak, dan
tidak adanya “sektor kuci” (walaupun sektor tersebut dominan di
dalam sturktur ekonomi dengan suatu kinerja yang baik di pihak
lain. Sektor-sektor ekonomi tidak menunjukkan kinerja yang sama,
misalnya dalam hal tingkat produktivitas, efisiensi atau profitabilitas,
atau kontibusi terhadap pembentukan dan pertumbuhan PDB tidak
seimbang antarsektor.
4
produktivitas, efisiensi dan daya saing yang rendah, serta
ketergantungan yang tinggi terhadap impor dan modal asing, juga
merupakan salah satu penyebab lemahnya fundamental ekonomi
Indonesia.
2. Faktor Eksternal
Selain faktor-faktor internal, menurut Fischer (1998), krisis ekonomi
di Asia juga diakibatkan oleh perkembangan perekonomian negara-
negara maju dan pasar keuangan global yang menyebabkan
ketidakseimbangan global. Maksudnya, seperti di Jepang dan Eropa
Barat, pertumbuhan ekonomi mengalami kesulitan dan kebijaksanaan
moneter tidak berubah serta tingkat suku bunga sangat rendah.
Semua ini membuat kedua wilayah itu menjadi kurang menarik bagi
investasi. Dengan perkataan lain, dana berlimpah ruah tetapi proyek-
proyek yang menarik untuk investasi berkurang. Faktor eksternal
lainnya adalah disebabkan oleh daya saing Indonesia di Asia yang
lemah. Tingkat nilai tukar mata uang-mata uang dari Negara-Negara
Asia Tenggara, termasuk Indonesia, terhadap dolar AS yang terlalu
kuat (Over valued).
Selain faktor-faktor ekonomi, krisis di Asia itu juga disebabkan oleh
faktor-faktor nonekonomi, seperti sosial, budaya, kultur dan politik. Dan
faktor psikologis juga sangat berperan, paling tidak membuat krisis
rupiah itu menjadi suatu krisis ekonomi besar. Dampak psikologis
muncul dari krisis di Indonesia adalah merebaknya fenomena
kepanikan di mana-mana yang melanda masyarakat keuangan
internasional, sehingga para pemilik modal internasional
memindahkan modal mereka dari Indonesia secara tiba-tiba dalam
jumlah yang sangat besar. Kepanikan ini, kemudian diikuti oleh warga
5
Negara di Indonesia dengan melakukan hal yang sama, hal serupa
juga terjadi di Thailan dan Korea selatan.
3. Teori-teori Alternatif
Selain faktor-faktor internal dan esksternal (ekonomi dan non
ekonomi), ada tiga teori alternatif yang dapat juga dipakai sebagai
basic frameworkuntuk menganalisis faktor-faktor penyebab terjadinya
krisis ekonomi di Asia. Yaitu:
a. Teori Konspirasi
Dasar pemikiran dari teori ini adalah bahwa krisis tersebut
sengaja ditimbulkan oleh negara-negara industri maju tertentu,
khususnya AS karena tidak menyukai sikap arogansi ASEAN
selama ini.
b. Teori Contagion
Krisis di Asia memperlihatkan adanya contagion effect, yaitu
menularnya amat cepat dari satu negara ke negara lain. Bermula di
Thailand pada pertangan 1997, kemudian menyebar ke Malaysia,
Singapura, Filipina, Indonesia dan Korea Selatan. Tetapi di antara
negara-negara tersebut, Thailand, Indonesia dan Korea Selatan
tertular berat karena ketiganya dalam banyak hal mempunyai
permasalahan yang sama. Prosesnya terjadi terutama karena sikap
investor-investor asing yang setelah krisis terjadi di Thailan menjadi
ketakutan bahwa krisis yang sama juga akan menimpa Negara-
Negara tetangga seperti Indonesia, Malaysia dan Filipina.
6
c. Teori Business Cycle
Teori business cycle atau konjugtur, atau gelombang pasang
surut suatu ekonomi. Inti dari teori ini adalah bahwa ekonomi yang
prosesnya sepenuhnya di gerakkan oleh mekanisme pasar
(kekuatan permintaan dan penawaran) pasti akan mengalami
pasang surut pada suatu periode akan menegalami kelesuan dan
pada periode berikutnya akan mengalami kegairahan kembali dan
selanjutnya lesu kembali dan seterusnya. Implikasi dari teori ini
adalah bahwa kalau memang krisis ekonomi di Asia merupakan
suatu gejala konjungtur, maka krisis itu dengan sendirinya akan
hilang, tentu dengan syarat bahwa prosesnya sepenuhnya
ditentukan oleh kekuatan pasar.
7
waktu dekat harus membuat langkah taktis, seperti membuat
pasar dalam negeri yang diiringi dengan meningkatkan da ya
beli masyarakat Indonesia. "Kita net importir, kita harus cepat
buat akses pasar baru internal atau dalam negeri. Selain itu
harus terisis produk dalam negeri juga," pungkasnya.
8
hidup di bawah garis kemiskinan sudah mencapai lebih dari 100 juta
orang.
9
gilirannya, hal ini membuat sektor perbankan terpuruk dan
kepercayaan masyarakat internasional terkikis.
10
b. Dampak Terhadap Bidang Pertanian dan Perkebunan
Komoditas Pangan. Produksi komoditas pangan nasional pada
tahun 2008, dimana saat krisis ekonomi terjadi, secara rata-rata
tetap menunjukkan peningkatan. Bahkan, apabila dibandingkan
produksi tahun 2007, jumlah peningkatannya cukup besar.
Beras/padi sebagai komoditas pangan utama, produksi pada tahun
2008 mencapai 60,28 juta ton gabah kering giling (GKG) atau
meningkat 5,46 persen dibandingkan tahun 2007. Demikian juga
untuk jagung dan kedelai, produksi pada tahun 2008 meningkat
masing-masing menjadi 15,86 juta dan 761 ribu ton atau meningkat
19,36 dan 28,47 persen dibandingkan tahun 2007.
Komoditas Perkebunan. Komoditas perkebunan merupakan
komoditas yang paling rentan terhadap krisis keuangan global. Hal
ini tidak terlepas dari sifat komoditas perkebunan yang berorientasi
ekspor dan diperdagangkan secara internasional. Harga komoditas
perkebunan tidak hanya dipengaruhi dengan jumlah permintaan dan
penawaran, namun juga sangat rentan dengan aksi spekulasi yang
muncul di dalam pasar komoditas tersebut. Dengan demikian, hal
yang perlu diperhatikan dalam perdagangan komoditas perkebunan
di pasar internasional adalah perkembangan ekonomi negara
pengimpor serta tindakan spekulasi yang menyebabkan fluktuasi
dan ketidakpastian harga. Hal ini akan membahayakan
kelangsungan usaha komoditas primer serta kesulitan dalam
perencanaan usaha.
Komoditas Hortikultura. Tanaman hortikultura berfungsi sebagai
fungsi pangan (sumber vitamin, mineral, serat, antioksidan, energi),
fungsi ekonomi, fungsi kesehatan, serta fungsi budaya. Namun
demikian, meski memiliki peranan penting, konsumsi sayuran
masyarakat Indonesia masih kurang dibandingkan dengan anjuran
11
konsumsi seharusnya. Pada tahun 2003 misalnya, konsumsi
sayuran per kapita per tahun hanya 28,00 kg dari anjuran sebanyak
62,50 kg. Demikian juga dengan konsumsi buah pada tahun
tersebut hanya 49 kg buah per kapita per tahun atau lebih rendah
dari anjuran sebanyak 62,5 kg.
Komoditas Peternakan dan Hasil Turunannya. Krisis keuangan
global yang terjadi pada tahun 2008 tidak berpengaruh signifikan
terhadap komoditas peternakan dan hasil turunannya di dalam
pasar dalam negeri. Kondisi ini terlihat dari jumlah populasi ternak
dan produksi hasil ternak yang cenderung meningkat, serta relatif
stabilnya harga dalam negeri walaupun menunjukkan tren
peningkatan pada akhir tahun.
12
mengalami peningkatan, dari 28,28 kg/kap/th pada tahun 2007
menjadi 29,98 kg/kap/th pada tahun 2008.
13
tanah semakin menurun, pencemaran air, dan penurunan sepertiga
keanekaragaman hayati sejak tahun 1970 (WWF, 2005).
1. Kebijaksanaan Moneter
Pemerintahan negara yang terkena krisis ini menerapkan
kebijaksanaan moneter yang ketat untuk mendorong nilai tukar ke
tingkat yang lebih wajar dan untuk menurunkan inflasi. Maksudnya,
tingkat suku bunga SBI ditingkatkan, pada saat itu tingkat suku bunga
SBI untuk 1 bukan naik 22 persen menjadi 45 persen (dengan tingkat
bunga efektif tahunan sebesar 55 persen). Tingkat suku bunga SBI
ysng tinggi ini hingga oktober 1998 tetap dipertahankan dan membuat
suku bunga dipasar uang juga tetap tinggi dan membuat atau
mendorong nilai tukar ke tingkat yang lebih wajar dan menurunkan
inflasi.
2. Kebijaksanaan Perbankan
Langkah-langkah penting dalam restrukturisasi sektor perbankan
yang telah dilakukan pemerintah hingga saat ini adalah termasuk
pembentukan Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN), yang
salah satu contohnya di Indonesia pada tanggal 14 Februari 1998
mulai menangani 54 bank yang memperoleh pinjaman darurat dari BI
yang melebihi 200 persen modalnya, atau yang pada bulan desember
1997 memiliki modal kurang dari 5 persen dari nilai aktivannya. Pada
tanggal 31 maret tahun 1998, pemerintah lewat BPPN mengabil alih 6
bank swasta, yakni BDNI, Bank Modern, BUN, Bank Danamon, Bank
PDFCI dan Bank Tiara, dan disusul BCA. Agustus 1998, dibentuk
14
Asset Management Unit (AMU), yakni suatu lembaga khusus yang
berada di bawah BPPN dengan tugas utama menampung semua
kredit bermasalah. Oktober tahun 1998, dibentuk Bank Mandiri, bank
baru milik pemerintah yang akan menggabungkan Bank Exim, BBD,
BDN dan Bapindo. Selain itu, tanggal 24 Agustus tahun 1998 lalu
pemerintah telah mengajukan konsep Rancangan Undang-Undang
(RUU) perubahan UU perbankan No.7 Tahun 1992 dalam sidang
paripurna DPR. RUU itu antara lain memberi hak kepada investor
asing untuk menguasi saham di perbankan nasional sampai dengan
100 persen. Dalam RUU itu, masyarakat juga dimungkinkan untu
mengetahui sisi aktivitas dari neraca perbankan.
15
penerimaan Negara sebagai akibat dari berkurangnya penerimaan
pajak, peningkatan subsidi yang lebi besar daripada yang dianggarkan
semula, dan biaya untuk restrukturisasi perbankan. Maksudnya, pada
saat itu telah diangkat seorang Menteri Negara Pendayagunaan
BUMN dengan tugas mendayagunakan perusahaan-perusahaan di
sektor publik yang berjumlah 164, termasuk lembaga-lembaga
keuangan. Dalam tahun 1998-1999, pemerintah merencakan
penjualan saham-saham enam BUMN yang telah tercatat di pasar
modal, dan yang bergerak dalam pasar kompetitif seperti PT Telkom,
PT Indosat, PT Semen Gresik, dan PT Krakatau Steel.
16
dirasakan bahwa masalah ULN swasta, khususnya perbankan
semakin berat, sementara hingga saat itu belum ada perusahaan
bermasalah yang menggunakan fasilitas INDRA. Jumlah perusahaan
yang bermasalah terlalu banyak, sehingga penanganannya secara
konvensional semata tidak cukup lagi. Mengajukan kasus kredit
bermasalah ke pengadilan kepailitan juga tidak menyelesaikan atau
meringankan persoalan. Selain prosesnya memakan waktu, juga
dikhawatirkan hampir semua pelaku bisnis bermasalah dinyatakan
bangkrut. Melihat kenyataan itulah pemerintah membentuk Prakarsa
Jakarta yang dikoordinasi oleh Ketua Tim Penanggulangan ULN
Swasta. Pinjaman bermasalah diatas dalam lembaga khusus dengan
segala fasilitas kemudahan dari pemerintah, yang intinya memang
berupa penyelesaian utang di luar jalur pengadilan.
17
hubungan kerja. Secara lebih lanjut, kondisi tersebut mengakibatkan
daya beli masyarakat menurun yang berimbas pada turunnya
keuntungan perusahaan.
Terjadinya resesi ekonomi sering kali diindikasikan dengan
menurunnya harga-harga yang disebut dengan deflasi, atau
sebaliknya inflasi di mana harga-harga produk atau komoditas dalam
negeri mengalami peningkatan secara tajam. Jika tak segera diatasi,
resesi akan berlangsung dalam jangka waktu lama sehingga
menjadi depresi ekonomi, yang bisa berakibat pada kebangkrutan
ekonomi atau ekonomi kolaps. Jika ekonomi suatu negara sudah
sampai pada tahap ini, maka pemulihan ekonomi akan lebih sulit
dilakukan.
18
2. Pertumbuhan ekonomi lambat bahkan merosot selama dua
kuartal terturut-turut
19
4. Terjadi inflasi atau deflasi yang tinggi
20
menunjukkan tanda-tanda resesi semakin nyata dan bisa mengancam
ekonomi tahun depan.
"Ini adalah salah satu sinyal bagi para pemangku kebijakan untuk
mempersiapkan diri atas gejolak tersebut," ujar laporan UNCTAD yang
dirilis Kamis (26/9) seperti dilansir New Strait Times. Laporan itu
menyerukan agar para pembuat kebijakan tetap fokus pada
peningkatan lapangan kerja, upah, dan investasi publik. Bahkan
dengan mengabaikan risiko penurunan terburuk, laporan itu
memproyeksikan pertumbuhan global bakal turun menjadi 2,3% pada
2019 dibandingkan dengan 3% pada 2018.
21
Sebaliknya, utang tinggi malah memicu spekulasi keuangan. Negara-
negara berkembang telah melihat kalau utang sudah berubah dari
instrumen pembiayaan jangka panjang, menjadi aset keuangan yang
berisiko tinggi.
22
Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, dalam teori ekonomi,
kecemasan awal pelaku pasar akan resesi benar-benar bisa memicu
terjadinya resesi. Pasalnya, pelaku pasar yang berpikir negatif akan
cenderung menahan konsumsi. Sehingga permintaan akan turun dan
ekonomi melambat. "Ada peluang resesi negara-negara maju bisa
terjadi," ujarnya kepada KONTAN.
Kurva imbal hasil obligasi yang terbalik atau inverted yield curve
dapat menjadi tanda awal resesi ekonomi. Kurva imbal hasil
terbalik menandakan bunga obligasi pemerintah jangka pendek
lebih tinggi ketimbang bunga obligasi jangka panjang. Dalam
ekonomi yang sedang tumbuh, tingkat pengembalian yang lebih
tinggi diperlukan sebagai kompensasi bagi investor untuk
menahan uang mereka dalam jangka waktu lebih lama. Namun,
ketika kurva imbal hasil berbalik, investor menganggap prospek
ekonomi jangka panjang tidak menarik. Sejak tahun 1955, setiap
resesi yang terjadi di AS didahului oleh kurva imbal hasil terbalik.
Sehingga, ketika yield obligasi 10 tahun AS untuk pertama kalinya
sejak tahun 2007 jatuh di bawah imbal hasil obligasi dua tahun
pada Agustus lalu, investor langsung cemas bahwa ini merupakan
tanda resesi lagi. Menurut Credit Suisse, resesi terjadi sekitar 22
bulan setelah terjadi inversi rata-rata.
23
2. Perlambatan ekonomi Eropa dan AS
4. Kontraksi manufaktur
24
di bulan Juli. Angka ini di bawah ambang batas netral untuk
pertama kalinya sejak September 2009.
25
ongkos produksi dengan mengurangi pembelian peralatan baru,
pengembangan produk baru, hingga meminimalkan pengeluaran
buat pemasaran. Adanya pengurangan-pengurangan tersebut
nantinya memengaruhi bisnis lainnya yang selama ini
bersinggungan.
26
Buruknya reputasi membuat perusahaan bakal sulit dalam
memperoleh dana pinjaman.
27
DAFTAR PUSTAKA
Krisis ekonomi global dan upaya penanggu langannya, chapter II. PDF.
28