Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

KEMISKINAN DI INDONESIA

PENUNJANG TUGAS UAS MATA KULIAH FILSAFAT ILMU SOSIAL

DISUSUN OLEH :

RAHADIAN RIZA MODANA

170310120036

ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2013

1
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah, segala puji syukur kehadirat Allah SWT.


yang senantiasa telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada
Kami sehingga Kami mampu menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunya. Makalah ini Kami susun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Filsafat ilmu sosial . Selain itu, dengan penulisan makalah ini
Kami juga mendapatkan pemahaman baru mengenai kemiskinan di
Indonesia

Akhir kata , Kami menyadari dalam pembuatan makalah ini


jauh dari sempurna serta masih banyak kekurangan . Oleh karena itu,
kritik dan saran sangat Kami harapkan sehingga Kami dapat lebih baik
lagi dari sebelumnya. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat
kepada kami khususnya dan pembaca pada umumnya.

Jatinangor

2
DAFTAR ISI

Kata pengantar............................................................................................. 2

Daftar isi........................................................................................................ 3

Bab I Pendahuluan........................................................................................ 5

Latar Belakang.............................................................................................. 5

Rumusan Masalah ........................................................................................ 6

Manfaat.......................................................................................................... 6

Tujuan............................................................................................................ 6

Bab II Tinjauan konsep................................................................................ 7

2.1. Ukuran kemiskinan............................................................................... 7

2.2..Teori mengenai Kemiskinan................................................................. 8

2.3.Penyebab Kemiskinan............................................................................ 9

2.4. Upaya Pemerintah................................................................................ 11

BAB III Pembahasan.................................................................................. 15

BAB IV Kesimpulan................................................................................... 17

Daftar Pustaka............................................................................................. 18

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATARBELAKANG

Kemiskinan dapat di katakan sebagai sumber permasalahan atau dapat di


bilang akar permasalahan dari permasalahan lainnya karena kemiskinan memang
mempunyai konstelasi dari sumber masalah dan memang saling terkait. kajian
tentang kemiskinan itu sendiri sangat kompleks banyak teori – teori yang
melatarbelakangi kemiskinan itu sendiri mulai dari teori budaya kemiskinan
sampai kepada teori fungsionalis dan interaksionalis kemiskinan. mengenai
Kategori Kemiskinan di Indonesia, negara ini berpatok pada pendekatan absolut
yaitu penghasilan kurang dari 2 dollar sehari ( Mengacu pada patokan Bank dunia
atau World Bank) , jumlah kemiskinan di Indonesia menurut biro pusat dan
statistik (BPS) per maret 2013 ( dengan pengeluaran per kapita per bulan di
bawah Garis Kemiskinan) di Indonesia mencapai 28,07 juta orang (11,37 persen),
berkurang sebesar 0,52 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada
September 2012 yang sebesar 28,59 juta orang (11,66 persen).

Itu yang memang kategori orang miskin yang artinya hidup di bawah
standart garis yang di tetapkan. Memang berkurang dari periode yang sama di
tahun kemarin. , tetapi apabila kita melihat dengan cerdas dan dengan ruang
lingkup yang lebih luas bahwa ada sekitar 40 juta masyarakat Indonesia yang
berada di kategori rawan miskin, apa yang di maksud dengan kategori rawan
miskin disini juga akan di bahas selain itu penulis juga membahas bahwa adanya
ketimpangan sosial yang mempunyai jarak yang jauh. Di samping juga membahas
faktor – faktor penyebab kemiskinan mulai dari faktor internal dan eksternal nya
dan dampak serta solusi kemiskinan.

4
1.2. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang di maksud dengan kemiskinan?


2. Apa yang di maksud dengan kategori rawan miskin/?
3. Apakah ada Fakta Ketimpangan sosial di Indonesia yang mempunyai
jarak yang sangat melebar?
4. Faktor penyebab kemiskinan dari Faktor eksternal dan internal?
5. Apa Dampak dari kemiskinan dan solusi apa untuk meminimalisirnya?

1.3. MANFAAT

Manfaat penulis membuat makalah ini khusus nya adalah agar penulis
lebih paham dan dapat mengkaji mengenai permasalahan kemiskinan di Indonesia
yang notaben nya akar dari kebanyakan masalah ilmu sosial yang paling komleks
, dan umumnya para pembaca agar mengerti paling tidak garis besar dari
pengertian kemiskinan dan gambaran kemiskinan di Indonesia.

1.4. TUJUAN

Tujuan utama penulis membuat makalah ini adalah penulis ingin mencari
suatu kebenaran, dalam arti fakta dari kemiskinan itu sendiri dan kebenaran
memang merupakan hakekat dari filsafat yang di implementasikan penulis ke 4
buah butir tujuan.

1. Untuk mengetahui pengertian kemiskinan dan rawan miskin


2. Untuk mengetahui fakta mengenai ketimpangan sosial yang terjadi
3. Untuk mengetahui faktor – faktor internal dan eksternal dari kemiskinan
4. Untuk mengetahui dampak dari kemiskinan dan solusi untuk
meminimalisirnya

5
BAB II

TINJAUAN KONSEPTUAL

Sudah 68 tahun bangsa Indonesia merdeka tapi pengejawantahan dari


tujuan yang belum terlihat di karenakan kebijakan yang kurang mendukung
terhadap pengimplementasi dari pasal 34 ayat 1 tentang fakir miskin di pelihara
oleh negara dan dari tujuan bangsa pembukaan undang – undang dasar alinea ke 4
tentang untuk memajukan kesejahteraan umum memang masih dalam proses
menggapainya.

Di harapkan pada peringatan proklamasi bangsa Indonesia yang ke -100


pada tahun 2045 bangsa Indonesia sudah bisa di katakan sebagai negara maju ,
negara yang bebas dari kemiskinan , kesengsaraan dan ketimpangan sosial. Tapi
fakta nya 32 tahun sebelum menuju kesana masih ada pekerjaan rumah untuk
menanggulangi kemiskinan dan kesenjangan itu sendiri. , masih ada sekitar 28 –
30 juta masyarakat negara ini yang tidak bisa memenuhi kebutuhan sehari – hari
seperti kebutuhan akan panga , serta 40 juta masyarakat yang di katakan rawan
mengalami kemiskinan. Itulah hal – hal yang harus di tanggulangi. Ada banyak
teori yang mengkaji tentang kemiskinan, dan kemiskinan sendiri dapat di
katagorikan atau ukuran sebagai kemiskinan relatif dan absolut.

2.1. UKURAN KEMISKINAN

A.Kemiskinan Absolut
Konsep kemiskinan pada umumnya selalu dikaitkan dengan pendapatan
dan kebutuhan, kebutuhan tersebut hanya terbatas pada kebutuhan pokok atau
kebutuhan dasar ( basic need ).
Kemiskinan dapat digolongkan dua bagian yaitu :
a.Kemiskinan untuk memenuhi bebutuhan dasar.
b.Kemiskinan untuk memenuhi kebutuhan y6ang lebih tinggi.

6
Indonesia memakai ukuran kemiskinan jenis ini

B. Kemiskinan Relatif
Menurut Kincaid ( 1975 ) semakin besar ketimpang antara tingkat hidup
orang kaya dan miskin maka semakin besar jumlah penduduk yang selalu
miskin. Yakni dengan melihat hubungan antara populasi terhadap
distribusi pendapatan.
Perbedaan waktu dan tempat juga mendasari seperti garis indikator kemiskinan di
Eropa dan Indonesia pastilah berbeda karena terpaku ruang, waktu dan tempat yang
berbeda

2.2. TEORI MENGENAI KEMISKINAN

A. Teori Budaya Kemiskinan : menurut Lewis, mengenai budaya kemiskinan itu


sendiri individu yang di besarkan dalam budaya kemiskinan memiliki keyakinan yang
kuat bahwa segala sesuatu telah di takdirkan. yang di garis bawahi disini “ ada
mindset’ yang salah dari penganut budaya ini.mereka jadi tergantung, merasa
eksklusif dari yang lain serta enggan untuk memperbaiki kondisi mereka sendiri,
mereka cenderung berorientasi pada masa kini tanpa memperhatikan rencana masa
depan, sekali budaya kemiskinan berkembang sangat sulit untuk di hentikan. faktor
ekonomi penyebab munculnya budaya ini misalnya, kurangnya tingkat kesempatan
kerja yang sudah hilang. , budaya kemiskinan seperti malas sulit hilang. Norma –
norma tingkah laku serta ekspestasi budaya ini adalah karena mereka terisolasi secara
sosial. Mereka memiliki hubungan yang sangat terbatas dengan kelompok lain ,
sehingga tidak ada interaksi dan berakibat kelanjutan budaya ini terhadap generasi
lain terus berjalan.

B. Teori Fungsionalis : memandang kemiskinan sebagai akibat dari


ketidakberfungsian ekonomi. Perkembangan industrialisasi telah menghancurkan
sistem ekonomi. Contohnya kelompok yang tidak memiliki keahlian kerja dipaksa
untuk melakukan pekerjaan kasar dengan upah rendah, ketika tenaga manusia telah di
gantikan oleh mesin dan teknologi mereka di tinggalkan tanpa pekerjaan., tanpa uang

7
atau keahlian pergeseran pekerjaan dari manusia ke mesin pasti akan menimbulkan
kemiskinan.

C. Teori Interaksionis : penganut teori ini memandang kemiskinan sebagai masalah


pembagian harapan. Kelompok miskin memperoleh penilaian negatif dari kelompok
yang berpengaruh, mereka menjadi objek labelling akan di cap dirinya negatif. Dan
mulai berlaku sama dengan harapan orang lain terhadap mereka. Kelompok ini
percaya bahwa kemiskinan bukan standar masalah pengambilan hak ekonomi
melainkan juga masalah konsep diri seorang individu. Sebagai contoh, pekerja yang
dahulu pernah menerima bantuan kesejahteraan dari pemerintah akan melihat dirinya
negatif dari pada rekan pekerjanya. Yang berusaha sendiri untuk dapat bekerja di
tempat tersebut walaupun jumlah pendapatan mereka sama.

2.3. PENYEBAB KEMISKINAN

Tidaklah mudah mencari penyebab kemiskinan yang bisa diterima secara


umum. Menurut Tansey dan Ziegley (1991) dalam Suharto (2006) kemiskinan
mempunyai tiga penyebab prinsip yaitu:

a. Human capital deficiencies, defisiensi modal manusia berarti rendahnya


kualitas sumberdaya manusia, seperti rendahnya pengetahuan dan
keterampilan sehingga menyebabkan dan mendapatkan pekerjaan yang rendah
pendapatannya dan rendahnya daya beli;
b. Insufficent demand for labour, yakni rendahnya permintaan akan tenaga kerja
sehingga meningkatkan pengangguran, pengangguran menyebabkan orang
tidak memiliki pendapatan, daya beli rendah, akhirnya tidak dapat memenuhi
kebutuhan dasar;
c. Discrimination, adanya perlakuan berbeda terhadap golongan tertentu
terutama dalam aksesibilitas terhadap sumberdaya-sumberdaya dan adanya
dominasi pihak tertentu terhaap sumberdaya tersebut.
Selanjutnya BKPK dan Lembaga Penelitian SMERU dalam Suharto
(2006) mengidentifikasi penyebab kemiskinan sebagai berikut:

8
a. Keterbatasan pendapatan modal dari sarana untuk memenuhi kebutuhan dasar
(Modal sumberdaya manusia, misalnya pendidikan formal, ketrampilan dasar,
kesehatan yang memadai, Modal
produksi, misalnya lahan dan akses terhadap kredit. Modal sosial, misalnya
jaringan sosial dan akses terhadap kebijakan dan keputusan politik, sarana
fisik, misal akses terhadap prasarana dasar jalan, listrik dan air bersih,
termasuk hidup di daerah yang terpencil).

b. Kerentanan dan ketidakmampuan menghadapi goncangan-goncangan karena:


krisis ekonomi; kegagalan panen karena hama, bänjir atau kekeringan
kehilangan pekerjaan (PHK), konflik sosial dan politik, korban kekerasan
sosial dan rumah tangga; bencana alam (longsor, gempa bumi, perubahan
iklim global); dan musibah (jatuh sakit, kebäkaran, kecurian atau ternak
terserang wabah penyakit)
c. Tidak adanya suara yang mewakili dan terpuruk dalam ketidakberdayaan di
dalam institusi negara dan masyarakat karena: tidak ada kepastian hukum;
tidak ada perlindungan dari kejahatan; kesewenang-wenangan aparat;
ancaman dan intimidasi; kebijakan publik yang tidak peka dan tidak
mendukung upaya penanggulangan kemiskinan dan rendahnya posisi tawar
masyarakat miskin). (2001: 4-5)
ai
akibat dari perilaku, pilihan, atau kemampuan dari si miskin. Namun lebih
tepatnya terletak pada perbedaan kualitas sumber daya manusia dan
perbedaan akses modal.

keluarga.
sub-budaya (subcultural), yang menghubungkan kemiskinan
dengan kehidupan sehari-hari, dipelajari atau dijalankan dalam lingkungan
sekitar;

lain, termasuk perang, pemerintah, dan ekonomi. Karena ciri dan keadaan

9
masyarakat dalam suatu daerah sangat beragam (berbeda) ditambah
dengan kemajuan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi yang masih rendah.

merupakan hasil dari struktur social dan kebijakan pemerintah. Kebijakan


dalam negeri seringkali dipengaruhi oleh kebijakan luar negeri atau
internasional antara lain dari segi pendanaan. Dan yang paling penting
adalah Ketidakmerataannya Distribusi Pendapatan yang dilaksanakan
oleh pemerintah.

2.4. Upaya Pemerintah

Dalam sisitem kapitalistik yang berlaku di Indonesia, penetapan pajak


pendapatan/penghasilan merupakan solusi untuk mengurangi terjadinya
ketimpangan. Dengan mengurangi pendapatan penduduk yang pendapatannya
tinggi, sebaliknya subsidi akan membantu penduduk yang pendapatannya
rendah, asalkan tidak salah sasaran dalam pemberiannya. Pajak yang telah
dipungut apalagi menggunakan sistem tarif progresif (semakin tinggi
pendapatan, semakin tinggi prosentase tarifnya), oleh pemerintah digunakan
untuk membiayai roda pemerintahan, subsidi dan proyek pembangunan.
Namun kenyataanya tidaklah demikian. Pajak tidak hanya dibebankan pada
orang kaya tetapi semua komponen masyarakat tanpa pandang kaya atau
miskin semua dikenai pajak. Inilah yang menyebabkan permasalahan
kemiskinan tak kunjung selesai.
Seperti inilah sistem atau cara pengenaan pajak kepada para wajib pajak
yang terjadi dalam sistem kapitalis di Indonesia saat ini;
1. Pajak progresif atau progressive tax
Yaitu pajak yang dikenakan semakin berat kepada mereka yang
berpendapatan semakin tinggi. Contoh : pajak pendapatan, pajak rumah
tangga dan sebagainya
2. Pajak degresif atau degressive tax

10
Yaitu pajak yang dikenakan semakin berat kepada mereka yang
pendapatannya semakin kecil. Contoh : pajak penjualan, pajak tontonan
dan sebagainya.

3. Pajak proposional atau proposional tax


Yaitu pajak yang dikenakan berdasarkan pembebanan (persentase)
yang sama terhadap semua tingkat pendapatan.66
Secara lebih rinci langkah-langkah yang dilakukan pemerintah untuk
mengatasi masalah kemiskinan di tahun 2012 adalah sebagai berikut :
Pembangunan Sektor Pertanian
Sektor pertanian memiliki peranan penting di dalam pembangunan
karena sektor tersebut memberikan kontribusi yang sangat besar bagi
pendapatan masayrakat dipedesaan berarti akan mengurangi jumlah
masyarakat miskin. Terutama sekali teknologi disektor pertanian.
Menyoroti potensi pesatnya pertumbuhan dalam sektor pertanian
yang dibuka dengan kemajuan teknologi sehingga menjadi leading sector
(rural – led development) proses ini akan mendukung pertumbuhan
seimbang dengan syarat, kemampuan mencapai tingkat pertumbuhan
output pertanian yang tinggi serta dengan menciptakan pola permintaan
yang kondusif pada pertumbuhan
Pembangunan Sumber Daya manusia
Sumberdaya manusia merupakan investasi insani yang
memerlukan biaya yang cukup besar, diperlukan untuk mengurangi
kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyrakat secara umum,
maka dari itu peningkatan lembaga pendidikan, kesehatan dan gizi
merupakan langka yang baik untuk diterapkan oleh pemerintah.
Bila dikaitkan pada sektor pertanian, akan lebih berkembang jika
kebijakan pemerintah bisa menitikberatkan pada transfer sumber daya dari
pertanian ke industri melalui mekanisme pasar.

Peranan Lembaga Swadaya Masyarakat

11
Mengingat LSM memiliki fleksibilitas yang baik dilingkungan
masyarakat sehingga mampu memahami komunitas masyarakat dalam
menerapkan rancangan dan program pengentasan kemiskinan.
Penyuluhan lingkungan untuk menghindari praktek distribusi yang
menggunakan barang-barang yang merusak masyarakat. Misalnya,
minuman keras, obat terlarang, dan pembajakan, lantaran dalam Islam
distribusi tidak hanya didasarkan optimalisasi dampak barang tersebut
terhadap kemampuan orang. Tapi, pengaruh barang tersebut terhadap
prilaku masyarakat yang mengkonsumsinya.
Redistribusi Pendapatan secara lebih baik
Negara akan ikut bertanggungjawab terhadap mekanisme distribusi
dengan mengedepankan kepentingan umum daripada kepentingan
kelompok, atau golongan lebih-lebih kepentingan perorangan. Dengan
demikian, sektor publik yang digunakan untuk kemaslahatan umat jangan
sampai jatuh ke tangan orang yang mempunyai visi kepentingan
kelompok, golongan dan kepentingan pribadi.
Pembangunan Infrastruktur
Negara akan menyediakan fasilitas-fasilitas publik yang
berhubungan dengan masalah optimalisasi distribusi pendapatan. Seperti
sekolah, rumah sakit, lapangan kerja, perumahan, jalan, jembatan dan lain
sebagainya.
Namun terdapat 5 (lima) permasalahan dalam pengentasan
kemiskinan yaitu :
1. Lemahnya instusi pengelola program pengentasan kemiskinan
2. Kebijakan penggunaan data basis keluarga miskin belum secara
operasional dipergunakan

sebagai intervensi program pengentasan kemiskinan


3. Belum ada mekanisme dan sistem pencatatan dan pelaporan program
pengentasan kemiskinan
4. Dukungan anggaran operasional pengentasan kemiskinan yang masih

12
terbatas
Harus ada sinergisitas antara program pengentasan kemiskinan
yang diprogramkan oleh pemerintah pusat dengan pemerintah provinsi dan
pemerintah kabupaten/kota. Selama ini program pengentasan kemiskinan
oleh pemerintah pusat tidak maksimal diterapkan oleh pemerintah provinsi
dan pemerintah kabupaten/kota, karena tidak disiapkannya infrastruktur
pendukung untuk program tersebut.

13
BAB III

PEMBAHASAN

Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk


memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung,
pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat
pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan
pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami
istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya
dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut
ilmiah. Terdapat faktor – faktor yang menjadi penyebab kemiskinan ada faktor
eksternal dan internal, faktor eksternalnya adalah bersifat kultural antar lain tinggi
nya tingkat pengangguran, diskriminasi sosial, kurangnya program pelatihan
pekerjaan, diskriminasi oleh kaum yang mendominasi , pengurangan anggaran
kemiskinan, serta inflasi sementara faktor internalnya adalah ketidaksetabilan
fisik dan mental, ketidakpunyaan keahlian , ketergantungan pada alkohol, di
keluarkan maupun keluar dari sekolah serta “mindset” budaya kemiskinan itu
sendiri. Sekitar 30 juta masyarakat Indonesia terjebak dalam kondisi ini.
sementara kondisi rawan kemiskinan adalah mereka yang di katagorikan rawan
untuk mengalami kondisi miskin adalah mereka yang hanya hidup dengan gaji pas
– pasan atau UMR yang jumlahnya sekitar 40 juta. Apabila mereka sakit mereka
kadang lebih menderita dari pada warga miskin karena memang mereka tidak
mendapatkan pelayanan gratis karena mereka memang bukan orang miskin,
mereka kapan saja dapat di katakan sebagai orang miskin karena mereka memang
sangat rawan, jika mereka sakit mereka bayar rumah sakit sendiri tanpa adanya
yang mengcover biayanya, tidak seperti si miskin yang kalau sakit pasti di jamin
gratis karena mempunyai akses sarana jaminan sosial, dari situ untuk membayar
rumah sakit saja mereka masyarakat rawan miskin harus menghutang dan juga
dari situ timbul penyebab – penyebab kemiskinan. Buat makan saja pas – pasan
apalagi di tambah dengan hutang untuk berobat jadilah mereka masuk katogeri
miskin. Mereka dapat di katagorikan berada di piramida sosial paling sial.

14
Tindakan atau kebijakan preventif kepada mereka yang rawan miskin sangat perlu
dilakukan agar mereka tidak terjun dalam katagori miskin., karena apabila mereka
menjadi miskin mereka akan menambah permaslahan baru, serta menambah
angka kemiskinan baru. Hal itu kalau tidak di atasi akan berdampak pada visi
bersama bahwa bangsa ini tahun 2045 akan menjadi bangsa yang maju.

Kebijakan pajak progresif yaitu( penarikan presentase pajak yang semakin


tinggi apabila penghasilannya semakin tinggi pula) memang sangat di perlukan
untuk memeratakan semua dan untuk menambah dana pengentasan kemiskinan
karena saya rasa ketimpangan sosial di Indonesia sudah di luar batas lihat lah data
mengenai presentase saldo rekening di Indonesia sekitar 97% masyarakat
Indonesia mempunyai rekening dengan jumlah saldo kurang dari Rp100 juta
hanya mengontrol presentase uang sekitar 18,5% sedangkan presentase yang
mempunyai rekening dengan saldo di atas 5 miliar hanya sekitar 0,1 %
mengontrol presentase uang 37,8 kalau di lihat dari sirkulasi perputaran uang di
negara ini 60 % berada di jakarta, 30% berada di 33 provinsi lainnya dan 10%
berada di pedesaan namun faktanya 60% masyarakat di Indonesia tinggal di
pedesaan ini berarti hanya 10% uang yang beredar untuk 60% populasi. sebuah
data dan fakta yang terjadi di negara ini yang kaya tambah kaya dengan jurang
ketimpangan yang semakin melebar , lagi – lagi saya menginginkan pemerataan
bukan komunisme tapi kenakanlah pajak progresif bagi masyarakat yang kaya
agar keseimbangan dan Resistensi tercipta dalam suatu kebijakan uang – uang dari
pajak progresif itu bisa di alokasikan untuk membuat kebijakan bagi sang miskin
dan untuk menjamin warga yang rawan miskin juga, saya sangat mendukung
kebijakan jaminan sosial dari pemerintah pada tahun 2014, karena kebijakan
tersebut sangat mendukung bagi masyarakat yang rawan miskin di bidang
kesehatan. Negara harus di kembalikan kepada fungsi nya yaitu sebagai sarana
atau wadah yang menyejahterakan. Sudah saat nya bangsa ini mengelola sumber
daya secara mandiri untuk kesejahteraan bersama.

15
BAB IV

KESIMPULAN

Sudah saatnya kemiskinan ini di tanggulangi dengan cara dan kebijakan


yang tepat, bangsa ini harus mandiri dan harus lepas pada ketergantungan yang
terjadi solusi yang tepat juga adalah nasionalisasi dan tinjau ulang kontrak –
kontrak perusahaan asing di Indonesia untuk kemakmuran bangsa Indonesia
dalam memberantas kemiskinan, apabila perusahaan tersebut di nasionalisasi dan
di kembalikan ke masyarakat , pasti akan banyak lapangan kerja yang tumbuh dan
daerah di perusahaan tersebut akan bertambah pendapatan nya, lepas dari
ketergantungan dan berdiri sendiri juga merupakan salah satu aspek yang sangat
mendukung bagi terwujudnya bangsa Indonesia yang maju pada tahun 2045, dan
kebiakan pajak proporsional ( yaitu pajak yang sama rata terhadap semua
tingkatan pendapatan) sebaik nya di ganti dengan pajak progresif ( pajak sesuai
pendapatan , makin banyak pendapatan makin tinggi pula pajak nya) yang dapat
di berlakukan mulai dari saat ini untuk kemakmuran bersama. sebagai contoh
Perancis yang notaben nya negara maju memberlakukan pajak progresif sekitar
70% bagi yang berpendapatan di atas Rp 15 Miliar per tahun, negara maju saja
memberlakukan masa negara ini yang notabennya negara berkembang tidak dapat
memberlakukannya. kebijakan ini bukan mendiskriminasikan masyarakat kaya
yang minoritas tapi untuk berkorelasi antar sesama warga negara, pemerataan
demi kebaikan bersama dalam mengatasi permasalahan kemiskinan di negara ini
sekarang yang kita harapkan terhadap para Stakeholder bangsa ini adalah bahwa
di harapkan lahir nya lagi kebijakan pro rakyat seperti kebijakan sistem jaminin
sosial nasional, jadi pada inti nya kemiskinan itu tidak bisa di hilangkan karena di
negara maju saja masih ada warga yang miskin kemiskinan dapat di minimalisir
dan di tekan angka nya oleh kesadaran semua pihak untuk membantu dan di
dukung kebijakan yang efektif.

16
DAFTAR PUSTAKA

Dandy Dwi Laksono.2009. Indonesia For Sale.Surabaya : Pedati

Edi Suharto.2007. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik.Bandung :


Alfabeta.

Indra Nolind.2011.UUD1945.Bandung : Pustaka Tanah Air

http://id.wikipedia.org/wiki/Pengertian kemiskinan

17
18
19

Anda mungkin juga menyukai