KEBIJAKAN KEPENDUDUKAN
OLEH : Kelompok 13
ANGGOTA:
UNIVERSITAS UDAYANA
2021
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
PENDAHULUAN
Kebijakan kependudukan merupakan suatu gejala yang relatif masi mudah. Berbagai
3
BAB II
PEMBAHASAN
4
Pada periode tahun1980-an, progam KB telahmeluas ke negara-negara berkembang.
Sehubungan dengan itu, kelompok-kelompok yang tergabung dalam the United Ntions Dekade
of Woman, the Child Survival Movement dan the Safe Motherhood Initiative.
Mengampanyekan pentingnya suatu integrasi anatar progam KB dengan program-program
kesehatan dan program-progam yang menyangkut kemajuan kaum perempuan. Oleh karena
itu, kebijakan kependuduka tidak lagi dipandang sebagai kebijakan yang hanya bertujuan untuk
mengendalikan jumlah penduduk semata.
Sadik (1995) menyatakan bahwa kunci dari pendekatan baru ini adalah pemberdayaan
perempuan dan memberinya lebih banyak akses pada bidang pendidikan dan pelayanan
kesehatan, pengembangan keterampilan dan pekeraan, serta pengikutsertaan perempuan pada
proses pengambilan kepetusan diberbagai tingkatan. Oleh karena itu, salah satu pencapaian
terbesar dalam ICPD Kairo 1994 adalah adanya keinginan umtuk memberdayakanperempuan,
baik untuk kepentingan dirinya sendiri maupun sebagai kunci umtuk memperbaiki kualitas
hidup keluarga. Sejak saat itu, ada tuntutan akan terselenggaranya program KB dengan
paradigma baru, yaitu pelayaan KB yang lebih berorientasi pada klien.
Dengan demikian, pada dekade terakhir abad ke-20 telah terjadi perubahan visi dalam
kebijakan kependudukan, dari fokus pada pengendalian variabel-variabel dempgrafi semata
menjadi kearah perbaikan kualitas hidup terutama perempuan dan pembangunan. Sen,
Germani, dan Chen (1994) menyatakan bahwa mempertimbangkan kembali kebijakan
kependudukan penting dilakukan untuk memeriksa etika dasar, tujuan, metodologi dari
kebijakan-kebijakan kependudukan yang berlaku saat ini. Kebijakan kependudukan saat ini
perlu didukung oleh suatu pendekatan pembangunan manusia dengan kesehatan reproduksi,
pemberdayaan, dan hak-ha individu sebagai tujuan sentral.
5
Selanjutnya, Sen, Germani, Chen (1994) menyatakan bahwa ada tiga hal penting dalam
kaitannya dengan kebijakan kependudukan. Pertama, kebijakan kependudukan harus berubahb
dan mencerminkan adanya suatu komitmen yang mendasar pada etika dan hak asasimanusia.
Kedua, kebijakan kependudukan, yang lebih dari sekedar pengendalian fertilitas, hanya akan
efektif apabila menjadi bagian dari pendektan pembangunan manusia yang lebih luas yang
menciptalkan lingkungan dimana orang-orang memperolah keehatan dan haknya. Ketiga,
kebijakan kependudukan mempunyai prioritas strategi poemberdayaan perempuan dan strati
pelayanan kesehatan reproduksi.
Oleh karena itu, pendekatan kependudukan yang baru ini berbeda dari kebijkan yang
ada sebelumny karena beberapa alasan. Pertama, kebijakan kependudukan memasukan aspek
reproduksi dan seksualitas manusia sebagai komponen yang tidak dapat dipisahkan dalam
pebangunan manusia dan pembangunan yang berkelanjutan. Kedua, strategi pemberdayaan
dan pelayanan kesehatan reproduksi akan melengkapi progam pembangunan manusia yang
sedang dijalankan sekarang ini. Ketiga, pendekatan ini bersifat inklusif dan partisipatif,
memneri suara dan kekuasaan dalam pengambilan kepetusan pada mereka yang berperan
dalam reproduksi manusia dan seksualitas.
Di pihak lain, hasil ICPD Kairo 1994 menimbulkan kekhawatiran. Apa yang telah
dicapai melupakan dasar-dasar komitmen internasional yang telah dicapai dalam konferensi
Bukares, yaitu rasional makro ekonomi yang menerangkan “mengapa” diperlakukan kebijakan
kependudukan (Birdsall, Kelley, dan Sinding, 2001) dan bukan hanya “bagaimana”
melaksanakan kebijkan kependudukan.
Kebijakan kependudukan yang bersifat pronatalis saat ini umumnya dianut oleh
negara-negara yang telah mencapai tahap di bawah level penggantian penduduk (below
replacement level, yang mengalami tingkat bertumbuhan peduduk amat rendah bahkan
negatif. Pada masa lalu Perancis menerapkan kebijakan pronatalis, sesudah kalah perang
dari jerman pada tahun 1971. Pada waktu itu, timbul gagasan untuk mebalas kekalahan
terhadap Jerman. Keluarga-keluarga dianjurkan untuk memperbesar jumlah kelurga
untuk meningkatkan jumlah kelahiran. Berbagai subsidi maupun fasilitas-fasilitas
diberikan oleh pemerintah, namun hasilnya diragukan. Demikian pula dengan negara-
negara yang dipimpin oleh diktator-diktator yang menyiapkan perang menjelang perang
II, yaitu Rusia, Jerman , Italia dan Jepang, mempunyai kebijakan kependudukan yang
pronatalis pada waktu itu.
Sesudah perang dunia II, negara yang mempunya kebijakan pronalitas antara lain
adalah Brasil, yang ingin mencapai penduduk 250 juta karena dianggap diperlukan untuk
7
kepentingan masuk kelas negara besar. Penduduk yang besar dianggap penting untuk
kepentingan pertahanan negara. Di sampimg, negara-negara seperti Malaysia juga
termasuk kedalam negara yang pronalitas, mengingat keinginan negara tersebut untuk
meningkatkan jumlah penduduknya yang dirasakan masih kurang, dari 22,7 juta menjadi
sekita 35 juta pada pertengahan tahun 1999.
Negara Mesir dan Tunisia (berbangsa Arab) serta Ganha dan Kenya (mayoritas
berpenduduk kulit hitam) dapat dipandang sebagai negara-negara pelopor dalam hal
pelaksanaan program KB sebagai usaha peningkatan kesejahteraan keluarga di benua
Afrika. Meskipun dalam dekade beberapa hari yang lalu banyak negara Afrika merasa
kekurangan jumla penduduk, saat ini nampaknya progam KB makin banyak
dilaksanakan khususnya di negara-negara yang tingkat pertumbuhan penduduknya
tinggi dan miskin.
Transmigrasi
9
dan setalah mengalami berbagai hambatan menjelang perang duani II, kolonisasi itu
menjadi cukuppenting artinya.
Setelah kemerdekaan, pemerintah Indonesia meneruskan program pemindahan
penduduk yang disebut sebagai program transmigrasi. Konsep transmigrasi yang
dicetuskan pada permulaan kemerdekaan Iindonesia merupakan kebijakan
kependudukan yang ditujukanuntuk mengurangi jumlah penduduk di pulu Jawa dengan
jalan memindahkan penduduk ke luar Jawa. Dalam suatu perencanaan pemindahan
penduduk yang dikenal sebagai rencana Tambunan, dilaksanakan transmigrasi secara
besar-besaran, yang bertujuan tidak hanya mengurangi jumlah penduduk di Jawa, tetapi
juga untuk mengurangi jumlah penduduk pulau Jawa secara absolut. Kebijakan
transmigrasi itu terus dijalankan sampai pemerintahan Orde Baru memberikan orientasi
yang luas mulai tahun 1972. Undang-Undang No.3 tahun 1972 meberikan tujuan yang
luas pada transmigrasi dimana pertimbangan denografis hanya merupakan satu dari
tujuh sasaran, yang terdiri atas:
Di dunia ini, tidak ada negara lain yang mempunyai kebijakan redistribusi
penduduk yang lebih luas dari pada Indonesia. Malaysia dan Filipina mempunya
program pemukiman penduduk yang terbatas dan lebih bersifat kegiatan pembangunan
ekonomi. Proyek pembangunan ekonomi Felda (federal Land Development Authority)
di Malaysia merupakan usaha untuk meningkatn produksi karet dan kelapa sawit untuk
ekspor dengan ,endatangkan petani-petani yang terpilih. Proyek ini lebih mirip proyek
10
kolonisasi karena dikaitkan dengan kesempatan kerja di bidang perkebunan. Sementara
itu, Filipina mempunyai program pembukaan daerah Mindanau yang ruang lingkupnya
terbatas.
Kebijakan kependudukan yang dijalankan saat ini merupakan implementasi dari
arah kebijakan yang telah dirumuska dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN)
1999-2004.Pada periode GBHN 1999-2004, kebijakan yang menyangkut kependudukan
tidak merupakan kebijkan tersendiri, tetapi merupakan bagian dari kebijakan dibidang
sosial dan budaya, khususnya pada bidang kesehatan dan kesejahteraan sosial. Arah
kebijkan di bidang kependudukan seperti yan tercantum dalam GBHN bidang kesehatan
dan sosial adalah sebagai berikut.
Keluarga Berencana
12
berarti.
Ketiga, Indonesia dapat membuktikan bahwa program KB dapat dilaksanakan
dipedesaan secara efektif. Hal ini berdengan pola penyebaran KB di negara-negara maju
yang biasanya dimulai perkotaan ke pedesaan sehingga prosesnya lebih lambat.
Penerimaan masyarakat terhadap teknologi KB di daerah pedesaan merupakan
kesempatan yang penting proses pembangunan sektor-sektor lain. Hal ini mungkin
karena tidak langsung dilakukan pendektan teknis, tetapi melaui penerangan dan
motivasi terlebih dahulu. Banyak kegagalan program KB di negara-negara lain
disebabkan karena dimulai karena teknis terlebih dahulu, seperti pengadaan klinik-klinik
KB. Meskipun merupakan bagian yang menentukan, aspek teknis medis merupakan
bagian akhir dari suatu rantai yang dimulai dari pengetahuan tentangKB, sikap untuk
menerimanya, dan baru kemudian penggunaan alat/cara/obat KB dengan bantuan klinik.
1. Pandangan yang menyatakan bahwa penurunan fertilitas hanya dapat dicapai melalui
pembangunan ekonomi. Apabila ekonomi terbangun, maka fertilitas akan turun dengan
sendirinya.
2. Pandangan dalam masyarakat tentang peranan anak dalam kehidupan keluarga dan
sebagainjaminan hari tua maupun tenaga bantuan untuk keluarga. Kalau pandangan
ini berubah, maka keinginan untuk mempunyai banyak anak berkurang sehinga
fertilitas akan turun dengan sendirnya.
3. Pandangan yang menyatakan bahwa denga program KB yang dikelola dengan baik,
fertilitas akan dapat diturunkan.
Pada tahun 1960-an dimana program KB belum dilaksanakan atayu baru dimulai
dilaksanakan, angka kelahran kasar (CBR) Indonesia tercatat sebesar 44 per 1.000
penduduk. Setelah 10 tahun berjalanya program KB, CBR menurun menjadi 36,2 (SP
15
1980). Kemudian pada periode 1991-1994 (berdasarkan survei demografi dan kesehatan
Iindonesia/SDKI 1994), CBR turun menjadi 23,3 dan menjadi 23,1 pada periode 1995-
1997 (SDKI 1997). Sejalan dengan menurunnya CBR, angka fertilitas toyal (TFR) juga
menunjukan penurunan yang cukup berarti. Jika menurut SP 1971 TFR masih tergolong
tinggi, yaitu 5,6, maka menurut SP 1990 telah turun menjadi 3,3 bahkan menurut SDKI
1997 diperkirakan telah mencapai angka 2,6.
Penurunan juga terjadi pada angka kelahiran kasar (CDR). Indikator ini dapat
dianggap sebagai cerminan daro tingkat kesehatan dan kesejahteraan penduduk.
Berdasarkan SP 1971, CDR tercatat sebesar 18,81 per 1.000 penduduk, 10 tahun
kemudian turun menjadi 13,92 per 1.000 penduduk dan pada awal 1990-an diperkirakan
telah mencapai angka 7,9 per 1.000 penduduk. Dari gabungan ini dapat dikatakan bahwa
program KB telah ikut berperan, baik secara langsung maupun tidak langsung, pada
penurunan tingkat kematian pendudukatau peningkatan derajat kesehatan penduduk.
16
maka laju pertumbuhan penduduk Indonesia juga mengalami penurunan. Akan tetapi,
secara kuantitas jumlah penduduk tetap menunjukan peningkatan. Jika pada periode
1971-1980 laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 2,1% pertahun dengan jumlah
denga jumlah penduduk sebsar 179 juta jiwa. Bahkan pada tahun 1997, laju
pertumbuhan penduduk diperkirakan telah menurun menjadi 1,67% pertahun dengan
jumlah penduduk telah mencapai 201 juta jiwa.
Selain itu, mutu pelayanan kontrasepsi tanoaknya perlu ditingkatkan oada masa
mendatang disamping meningkatkan aksesibilitas alat kontrasepsi itu sendiri agar mudah
diperoleh oleh masyarakat.hal ini sesuai dengan apa yang dituangkan dalam salah satu
konsensus koiro. Peningkatan kualitas pelayanan kini menjadi hal yang penting
17
menginga tpola pelayanan KB pada masa depan memang harus sudah bergeser kearah
peningkatan kuliatas pelayanan yang semakin baik sesuai dengan keinginan dan tuntutan
klien.
Transmigrasi
18
Keluarga Berencana
Tantangan tersebut sudah mulai dirasakan saat ini seperti pengangguran, masalah
pangan, kemacetan transportasi, sampah, alih fungsi lahan, dan masih banyak persoalan lain
akibat pertambahan jumlah penduduk yang tidak terkendali. Saat ini di Indonesia angka
kelahiran masih harus terus ditekan sehingga penduduk dapat tumbuh seimbang. Salah satu
19
langkah yang dilakukan BKKBN adalah dengan adanya Program Pendewasaan Usia
Perkawinan (PUP) yang nantinya akan mendorong perempuan untuk melanjutkan jenjang
pendidikan yang lebih tinggi sekaligus mendorong perempuan untuk masuk ke pasar kerja.
Keberhasilan program pengendalian laju pertumbuhan penduduk di Indonesia membuat
struktur umur penduduk berubah. Jumlah penduduk usia muda (0-14) menjadi semakin kecil,
penduduk usia produktif (15-64) semakin besar dan jumlah penduduk lanjut usia (65+) lebih
sedikit jika dibandingkan dengan penduduk usia produktif sehingga angka ketergantungan
menjadi semakin kecil.. Kembali lagi ke Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera
Wilayah di Indonesia memiliki karakterstik yang beragam. Sama halnya dengan kondisi
demografinya, dari wilayah Aceh hingga Papua yang memiliki memiliki tingkat kepadatan
penduduk berbeda. BKKBN perlu lagi untuk kembali menekankan lagi bahwa program KB
tidak semata-mata untuk kepentingan pemerintah. Program KB yang dilaksanakan tidak
bersifat memaksa, tetapi dilaksanakan dengan menanamkan nilai-nilai pada masyarakat
tentang makna membangun keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera. Program KB tidak
hanya sekedar anjuran dua anak cukup tetapi menghormati hak reproduksi seseorang. Hal ini
diwujudkan melalui perencanaan keluarga, jarak kehamilan anak pertama dan kedua serta pada
usia berapa hingga berapa yang nantinya disesuaikan dengan kondisi kesehatan wanita dan
kondisi perekonomian masing-masing keluarga.
Lain di Indonesia, lain juga cerita tentang kebijakan tentang Keluarga Berencana yang
pernah dilakukan di negara lain. Jumlah populasi di suatu negara, terkadang memaksa
pemerintah untuk menerapkan kebijakan pengendalian, agar tidak terjadi over populasi yang
berdampak buruk bagi negara tersebut. Beberapa dari kebijakan-kebijakan tersebut bisa
dianggap ekstrem, aneh, dan mungkin ada yang menganggap mengekang kebebasan warga
negaranya. Berikut adalah kebijakan-kebijakan tentang Keluarga Berencana di beberapa
negara:
20
besar. Namun, bagi mereka yang melanggar akan mendapatkan pengurangan fasilitas, terutama
pendidikan dan perumahan, pengenaan denda bagi setiap anak mulai dari ketiga sampai
seterusnya.
Graduate Mother Scheme adalah sebuah kebijakan kontrol populasi lain yang tidak
biasa sempat berlaku di Singapura pada 1984. Berbeda dengan Stop at Two, kebijakan kontrol
populasi ini lebih berperan sebagai biro jodoh bagi para perempuan Singapura yang telah lulus
perguruan tinggi. PM Lee Kuan Yew melihat para perempuan berpendidikan tinggiyang belum
mendapatkan pasangan sebagai sebuah masalah sosial yang serius. Merasa khawatir akan hal
ini, dia mendorong para pria Singapura untuk memilih para perempuan berpendidikan tinggi.
Tahun itu, kebijakan Graduate Mother Scheme (GMS) diumumkan dan biro jodoh Social
Development Unit (SDU) dibentuk. SDU berperan sebagai wadah sosialisasi bagi para sarjana
pria dan wanita untuk bersosialisasi. Sedangkan Social Development Service (SDS) disediakan
bagi mereka yang bukan lulusan perguruan tinggi. Berbagai keistimewaan diberikan bagi para
sarjana yang berpartisipasi dalam program ini, di antaranya pemotongan pajak dan prioritas
perumahan. Namun, kebijakan ini dihapuskan setahun kemudian karena banyaknya protes dari
warga Singapura. Kebijakan ini muncul karena PM Lee percaya bahwa “bibit” yang bagus akan
menghasilkan buah yang bagus pula.
Kebijakan ini telah dihapuskan pada 2015. One Child Policy di China adalah salah satu
kebijakan kontrol populasi paling dikenal yang pernah diberlakukan di dunia. Sejak 1979,
setiap keluarga di China hanya diizinkan untuk memiliki satu orang anak saja, atau mereka
akan dikenai denda besar dengan berbagai pencabutan fasilitas dan pelayanan yang diberikan
negara kepada mereka. Begitu beratnya denda dan hukuman yang diberikan, beberapa
pasangan memilih melakukan aborsi terhadap janin mereka, dan diduga ada anak- anak yang
disembunyikan oleh orangtuanya karena hal ini. Kebijakan ini mulai dilonggarkan pada 2013,
sebelum dihapuskan pada tahun 2015 setelah China menyadari ada ketimpangan demografi
usia penduduk mereka. Sekarang, keluarga di China dapat memiliki maksimal dua orang anak.
21
3. Solusi Sterilisasi Berhadiah Mobil di India
India sebagai salah satu negara dengan jumlah penduduk terbesar di dunia, tentu saja
populasi jadi salah satu masalah bagi negara ini. Demi menghambat perkembangan
penduduknya, Pejabat Kesehatan di Provinsi Rajashtan, India, mengumumkan sebuah
kampanye yang mendorong warganya, laki-laki dan perempuan untuk melakukan sterilisasi
sehingga mereka tidak bisa memiliki anak lagi. Sebagai gantinya, mereka dijanjikan hadiah-
hadiah menarik seperti motor, televisi, blender, bahkan mobil. Penawaran ini berlaku bagi
seluruh warga India, tidak hanya penduduk Rajashtan saja. Penawaran serupa juga dilakukan
di provinsi-provinsi lainnya di India, setelah kampanye nasional untuk sterilisasi diberhentikan
pada 1970 karena protes dari ribuan penduduk yang mengaku dipaksa untuk menjalani operasi.
Hal –hal yang telah disampaikan tersebut hanya sebagai perbandingan bahwa di
Indonesia program yang dijalankan oleh Pemerintah masih lebih manusiawi dibandingkan
dengan kebijakan yang telah atau pernah dijalankan di negara lain.. Di negara berkembang
seperti Indonesia yang mempunyai sumber daya alam melimpah menjadi suatu tantangan
tersendiri untuk dapat mengoptimalkan potensi sumber daya manusianya yang baik. Salah satu
caranya adalah dengan Program Keluarga Berencana yang saat ini harus segera digencarkan
lagi, slogan dua anak cukup harus mulai tertanam kembali pada pola pikir masyarakat. Hal ini
yang melatarbelakangi mengapa perlu ditanamkan pentingnya perencanaan keluarga terkait
kelahiran yang tepat. Pemerintah saat ini, harus dapat mengatasi masalah kependudukan
termasuk pengaturan Keluarga Berencana lebih baik lagi sehingga dapat mengembalikan
Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera/
22
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kebijakan penduduk berkaitan erat dengan dinamika kependudukan yaitu perubahan-
perubahan terhadap tingkat fertilitas,mortalitas,dan migrasi.
· Macam-macam kebijakan kependudukan adalah:
1. Transmigrasi
2. Program Keluarga Berencana
Masalah kependudukan merupakan masalah umum yang dimiliki oleh setiap negara di
dunia ini. Dan penduduk adalah orang atau sekelompok orang yang tinggal di suatu tempat.
Adapun yang dimaksud penduduk Indonesia adalah orang-orang yang menetap di Indonesia.
Permasalahan di Indonesia antara lain: Laju pertumbuhan penduduk, dan masalah
ketenagakerjaan.
Masalah kependudukan dapat berdampak negatif, yaitu:
• Masalah akibat angka kelahiran
• Masalah akibat angka kematian
• Masalah Jumlah Penduduk
• Masalah mobilitas Penduduk
Kebijakan kontemporer kependudukan di Indonesia saat ini, antara lain: meningkatkan
kualitas penduduk melalui pengendalian kelahiran, memperkecil angka kematian, dan
peningkatan kualitas program keluarga berencana.
Sedangkan, kebijakan kontemporer kependudukan di negara China, antara lain: kebijakan
satu anak per keluarga.
23
DAFTAR PUSTAKA
Dasar-dasar Demografi Edisi 2 oleh Prof. Sri Moertiningsih Adioetomo, Ph. D, dan
Omas Bulan Samosir, Ph. D
http://eprints.umm.ac.id/34631/2/jiptummpp-gdl-dliyaunnaj-46339-2-babi.pdf
24