Anda di halaman 1dari 57

MIGRASI

: TEORI DAN KEBIJAKAN


Kesalahan pola pikir warga desa yang
beranggapan bahwa kota besar dan ibu
kota adalah kota impian yang menjanjikan
kehidupan layak bagi mereka. Padahal,
untuk menjalankan impian mereka
dibutuhkan pengalaman tinggi,
kemampuan, ilmu, pengalaman kerja, dan
gaya hidup yang sesuai untuk hidup di kota

PENGERTIAN
Urbanisasi adalah perpindahan
penduduk dari desa ke kota. Urbanisasi
adalah masalah yang cukup serius bagi k
kita semua

APA ITU URBANISASI ????
PENARIK
Faktor – Faktor Urbanisasi
PENDORONG
Ketersediaan sarana dan prasarana yang
lebih lengkap. Peluang melanjutkan
pendidikan yang lebih besar. Jenis
lapangan kerja lebih banyak dan
bervariasi

Faktor Penarik
Lapangan kerja yang terbatas,
kemiskinan, keterbatasan sarana dan
prasarana transportasi,ekonomi,
pendidikan dan kesehatan, keterbatasan
lahan pertanian penduduk terutama di
pulaU Jawa, Sumatera dan lainnya.

Faktor Pendorong
Memoderenisasikan warga desa
Menambah pengetahuan warga desa
Menjalin kerja sama yang baik antar
warga suatu daerah
Mengimbangi masyarakat kota dengan
masyarakat desa

KEUNTUNGAN URBANISASI
Terbentuknya subur tempat-tempat
pemukiman baru dipinggiran kota
Makin meningkatnya tuna karya (orang-
orang yang tidak mempunyai pekerjaan
tetap)
Masalah perumahan yg sempit dan tidak
memenuhi persyaratan kesehatan
Lingkungan hidup tidak sehat, timbulkan
kerawanan sosial dan kriminal
Akibat urbanisasi
Urbanisasi:
Kecenderungan peningkatan penduduk.
Peranan kota
Distrik industri
Skala perkotaan yang efisien
Masalah yang ditimbulkan kota raksasa

Dilema Migrasi dan Urbanisasi
DEFINISI
Migrasi adalah perpindahan penduduk dengan
tujuan untuk menetap dari suatu tempat ke tempat
lain melampaui batas politik/negara ataupun batas
administratif/batas bagian dalam suatu negara 
migrasi sebagai perpindahan yang relatif
permanen dari suatu daerah ke daerah lain.
Aspek Tempat Tinggal
• Adanya perubahan tempat tinggal (usual place
residence)
• Lamanya tinggal
• Niat tinggal di tempat tujuan
• Sensus/Survei menggunakan pendekatan usual
place of residence (de jure) atau current place of
residence (de facto)
Aspek Waktu
• Perhatikan dimensi waktu dalam perpindahan: apakah 1
tahun, 6 bulan atau 24 jam sebagai batasan migrasi
• Mobilitas : mobilitas permanen (migrasi) & mobilitas
non permanen

Ada migrasi risen, migrasi seumur hidup, migrasi total,


migrasi kembali, migrasi bertahap.
Mobilitas non permanen : musiman, sirkuler dan
commuting/ulang alik
Aspek Aktifitas
• Adanya perubahan aktifitas sehari-hari

• Beberapa analis menyatakan bahwa


mobilitas/migrasi harus menyangkut tempat
tinggal dan perubahan tempat aktifitas

• Tempat aktifitas berubah, tempat tinggal tidak


berubah, atau tempat tinggal berubah aktifitas
tidak
JENIS MIGRASI
Berdasarkan Cara Migrasi dibagi menjadi 4 jenis:
• Migrasi Masuk (Mi) : Migrasi masuk ke suatu wilayah tertentu
• Migrasi Keluar (Mo): Migrasi keluar dari suatu wilayah tertentu
• Migrasi Neto : Selisih antara migrasi masuk dan migrasi keluar wilayah tertentu
• Migrasi Bruto : jumlah migrasi masuk dan migrasi keluar
JENIS MIGRASI
Berdasarkan wilayah administrasi
• Migrasi Total : mereka yang tempat tinggal sekarang
berbeda dengan tempat tinggal sebelumnya tanpa melihat
kapan perpindahannya

• Migrasi Semasa Hidup : mereka yang tempat tinggal


sekarang berbeda dengan tempat kelahirannya

• Migrasi Risen : mereka yang pindah melalui batas


administrasi (desa/kec/kab/propinsi) dalam waktu kurun 5
tahun sebelum survei
Jenis Migrasi
Berdasarkan Arus Migrasi
• Migrasi Parsial (Partial Migration) adalah jumlah migran ke suatu
daerah tujuan dari satu daerah asal, atau dari daerah asal ke
suatu daerah tujuan. Migrasi ini merupakan ukuran dari arus
migrasi antara dua daerah asal dan tujuan.
• Arus Migrasi (Migration Stream) adalah jumlah atau banyaknya
perpindahan yang terjadi dari daerah asal ke daerah tujuan dalam
jangka waktu tertentu.
• Urbanisasi (Urbanization) adalah bertambahnya proporsi
penduduk yang berdiam di daerah perkotaan yang disebabkan
oleh proses perpindahan penduduk ke perkotaan dan/atau akibat
dari perluasan daerah perkotaan.
Jenis Migrasi

• Transmigrasi (Transmigration) atau


settlement. Transmigrasi adalah
pemindahan dan atau kepindahan
penduduk dari suatu daerah untuk
menetap ke daerah lain yang
ditetapkan di dalam wilayah Republik
Indonesia (Undang-Undang No. 3
Tahun 1972)
• Migrasi Kembali : mereka yang tempat
tinggal sekarang sama dengan tempat
kelahirannya tetapi tidak sama dengan
tempat tinggal terakhir sebelumnya
Faktor Penyebab Migrasi
Faktor pendorong
Makin berkurangnya sumber daya alam
Berkurangya kesempatan kerja di tempat
asal
Adanya tekanan politik, agama, suku dan ras
di daerah asal
Tidak mampu beradaptasi dengan budaya
setempat
Alasan pekerjaan/pendidikan/perkawinan
Bencana alam
Faktor Penarik
• Ada rasa superior di tempat baru atau peluang memasuki lapangan kerja yg
cocok
• Kesempatan mendapat pekerjaan dan upah yg lebih baik
• Kesempatan pendidikan
• Kondisi lingkungan yg menyenangkan
• Ajakan teman, famili, orang lain informasi audio maupun visual (Media cetak
dan elektronik)
• Daya tarik kota besar (multi fasilitas)
The Law of Migration (EG. Ravenstein, 1885)
Hukum Migrasi
1. Migrasi dan jarak
- Banyak migran pada jarak dekat
- migran jarak jauh tertuju pada pusat2 perdagangan & industri
2. Migrasi bertahap,
- arus migrasi terarah,
- adanya migrasi desa kota, kota kecil-kota besar
3. Arus dan Arus balik
4. Perbedaan mencolok
5. Perempuan melakukan migrasi pada jarak yang lebih dekat dibanding laki-laki
6. Teknologi dan migrasi
7. Motif ekonomi
ALASAN BER MIGRASI
• Proses mempertahankan hidup (perang,
bencana alam, pekerjaan dll)

• motif ekonomi (mencari peluang kerja dg


tingkat upah yang lebih tinggi)

• motif paksaan (migrasi dukalara)


penggusuran, bedol desa dll

• motif non ekonomi (perkawinan, sekolah,


dll)
SUMBER DATA
• Sensus Penduduk : dapat dilihat dari propinsi tempat lahir, lama tinggal,
tempat tinggal terakhir, tempat tinggal 5 tahun yang lalu, tempat tinggal
sekarang
• Registrasi Penduduk: tidak mengumpulkan informasi yang detil untuk
analisis yang intensif tentang determinan dan konsekuensi migrasi. Untuk
negara berkembang belum baik kualitasnya
• Survei: data migrasi yang lazim digunakan adalah SUPAS atau survei mikro
khusus analisis migrasi
Untuk perhitungan angka migrasi, populasi
yang dihitung adalah penduduk usia 5 tahun
ke atas.
Karena itu, dalam perhitungan angka migrasi
menurut kelompok umur, penduduk usia 0-4
tahun datanya tidak tersedia
Untuk mengatasi hal ini, khusus kelompok
umur 0-4 tahun, digunakan data migrasi
seumur hidup untuk penduduk berusia 0-4
tahun.

Jenis-jenis Migrasi (9)


Ukuran-Ukuran Migrasi
1. Angka migrasi masuk (mi), yang menunjukkan banyaknya migran
yang masuk per 1000 penduduk di suatu kabupaten/kota tujuan
dalam satu tahun.
2. Angka migrasi keluar (mo), yang menunjukkan banyaknya migran
yang keluar dari suatu kabupaten/kota per 1000 penduduk di
kabupaten/kota asal dalam satu tahun.
3. Angka migrasi neto (mn), yaitu selisih banyaknya migran masuk
dan keluar ke dan dari suatu kabupaten/kota per 1000 penduduk
dalam satu tahun.
Transisi Mingrasi / Mobilitas
Menurut Zelinsky (1971)

 Tahap pertama. (the pre-modern traditional society)


◦ rendahnya arus perpindahan penduduk. Mobilitas
terjadi sebatas pd pemanfaatan lahan,
perdagangan, perang dll

 Tahap kedua (the early tranditional society)


◦ pergerakan penduduk desa-kota dlm jumlah besar
◦ ada kecenderungan perpindahan ke luar negeri
◦ ada kecenderungan mendatangan migran ahli dr
luar negeri
◦ mobilitas sirkuler mulai berkembang
Transisi Mobilitas Zelinsky (1971)
 Tahap ketiga. (the late tranditional society)
◦ migrasi desa-kota mulai menurun, walau masih besar
◦ menurunnya pergerakan penduduk ke daerah2 baru
◦ menurunnya migrasi keluar negeri
◦ mobilitas sirkuler makin berkembang dg bentuk dan
pola yg makin kompleks

 Tahap keempat (the advanced society)


◦ migrasi desa-kota makin menurun
◦ peningkatan migrasi antara kota dalam suatu sistem
pemusatan/aglomerasi yg sama
◦ migrasi tenaga kerja yg kurang berkualitas dari daerah
yg belum berkembang
◦ peningkatan migrasi sirkuler (pelesiran dan ekonomi)
dan migrasi internasional tenaga kerja terdidik
Transisi Mobilitas Zelinsky (1971)
 Tahap kelima (a future super advance society)
◦ migrasi permanen menurun
◦ migrasi sirkuler meningkat krn sistem komunikasi,
transportasi makin membaik
◦ migrasi tenaga kerja kurang trampil dr berbagai negara
terutama negara berkembang terus berlangsung
◦ peningkatan pola migrasi sirkuler akan memunculkan
bentuk migrasi sirkuler yg baru
Indonesia terletak pada tahap kedua atau keempat (?)
MIGRASI DI INDONESIA

• Sejak manusia neanderthal 3 juta - 10.000 tahun


sm
• Penduduk P. Jawa mobile  arus perdagangan
antar pulau - antar negara
• Akibat kesuburan tanah Jawa akhirnya muncul
budaya menetap
• Saat ini penduduk cukup mobile terutama dg
program transmigrasi dan makin meningkatnya
teknologi transportasi dan komunikasi
MIGRASI DI INDONESIA

Kebijakan makro mobilitas penduduk


* ekonomi makro 1967-1980, pemusatan industri
manufaktur di Jakarta dan pesisir Jawa 
urbanisasi meningkat

* 1980, mekanisasi sektor pertanian yg berakibat


penurunan daya serap TK sektor pertanian 
migrasi desa - kota & peningkatan transmigrasi
paruh tahun dasawarsa 80-an dan pengembangan
KTI
KEBIJAKAN MOBILITAS PENDUDUK ANTAR
WILAYAH

Umumnya kebijakan kependudukan dapat bersifat


langsung (direct) dan tidak langsung (indirect)

Ada 3 pendekatan dlm kebijakan mobilitas penduduk


1. Merangsang perpindahan penduduk  migrasi spontan
2. Menghambat perpindahan penduduk  Jakarta kota
tertutup
3. Mengarahkan perpindahan penduduk sesuai
kepentingan nasional : transmigrasi
 Pada bagian ini disajikan pembahasan migrasi risen lima
tahun antar propinsi berdasrkan SP 1980, 1990, dan 2000
serta SUPAS 1995 (Tabel 2).
 Gambaran pola mobilitas antar propinsi memperlihatkan
bahwa pangsa terbesar arus migrasi di Indonesia
utamanya didominasi oleh propinsi-propinsi Jawa Tengah,
Jawa Timur, Jawa Barat, dan Lampung.

Kecenderungan dan Pola (1)


 Jawa Tengah dan Jawa Timur selalu memperlihatkan pola
yang konsisten, yaitu sebagai daerah pengirim migran
yang penting di Indonesia.
 Hal ini ditunjukkan dengan persentase migran risen keluar
yang paling tinggi pada periode 1975-1980.
◦ Jawa Tengah (25,5%)
◦ Jawa Timur (16%)
 Pada periode 1985-1995 propinsi Jawa Barat mengalami
perkembangan yang sangat signifikan, dimana lebih dari
seperempat migran risen masuk menuju ke propinsi ini

Kecenderungan dan Pola (2)


Kecenderungan dan Pola (3)

 Perkembangan daerah metropolitan Jakarta-Bogor-


Depok-Tangerang-Bekasi (Jabodetabek) yang
menjadikan Jawa Barat sebagai daerah yang terkena
dampak tumpahan (spill-over effect) penduduk dari
DKI Jakarta
Tabel 2. Distribusi Persentase Migrasi Risen Masuk dan Keluar Antarpropinsi di
Indonesia: SP 1980, SP 1990, SUPAS 1995, dan SP 2000.
Propinsi SP 1980 SP 1990 SUPAS 1995 SP 2000
Masuk Keluar Masuk Keluar Masuk Keluar Masuk Keluar
NAD 1,37 0,79 1,07 0,96 0,67 1,16 0,19 1,96
Sumatera Utara 2,57 4,98 2,05 5,38 2,42 4,77 1,69 4,35
Sumatera Barat 2,50 4,30 2,46 3,35 3,25 3,47 1,29 2,84
Riau 2,65 1,51 4,67 1,80 3,46 3,03 6,34 1,11
Jambi 2,88 1,02 2,60 1,24 1,34 1,26 1,32 1,01
Sumatera Selatan 5,94 3,71 4,04 3,85 3,00 4,49 1,98 1,84
Bengkulu 1,80 0,45 1,58 0,55 1,55 0,86 0,83 0,43
Lampung 13,63 1,28 4,04 2,63 2,68 3,98 1,81 35,82
Kep. Bangka Belitung -- -- -- -- -- -- 34,46 0,41
DKI Jakarta 20,58 10,73 15,86 19,24 13,95 19,75 8,40 10,31
Jawa Barat 14,82 13,15 25,72 9,60 26,23 10,77 13,28 7,66
Jawa Tengah 4,93 25,50 7,33 22,46 8,26 17,57 4,24 12,34
DI Yogyakarta 2,65 2,05 3,08 2,34 3,88 2,66 2,36 1,57
Jawa Timur 5,46 16,02 6,26 12,54 10,29 9,85 2,16 6,42
Banten -- -- -- -- -- -- 7,52 2,52
Bali 1,00 1,47 1,26 1,09 1,37 1,09 1,03 0,57
Nusa Tenggara Barat 0,70 1,09 0,71 0,71 1,08 0,84 0,68 0,62
Nusa Tenggara Timur 0,70 0,97 0,52 0,88 0,77 1,04 0,33 0,67
Timor Timur 0,00 0,11 0,50 0,26 0,50 0,30 * *
Kalimantan Barat 1,06 0,80 0,83 0,87 1,05 0,82 0,59 0,55
Kalimantan Tengah 1,33 0,45 1,50 0,72 0,86 1,03 1,51 0,30
Kalimantan Selatan 1,66 1,29 1,87 1,48 1,62 1,35 1,07 0,76
Kalimantan Timur 3,02 0,57 3,70 1,32 3,25 1,82 1,86 0,52
Sulawesi Utara 1,22 1,07 0,66 0,99 0,51 1,16 0,65 0,47
Sulawesi Tengah 2,24 0,49 1,33 0,54 1,66 0,67 0,91 0,37
Sulawesi Selatan 1,75 4,15 2,27 3,12 3,22 3,58 0,92 2,06
Sulawesi Tenggara 1,37 0,83 1,35 0,71 1,34 0,93 1,30 0,27
Gorontalo -- -- -- -- -- -- 0,11 0,41
Maluku 1,26 0,76 1,31 0,75 0,54 1,10 0,22 1,13
Maluku Utara -- -- -- -- -- -- 0,18 0,35
Papua 0,26 0,45 1,40 0,61 1,25 0,64 0,77 0,37
Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00
Keterangan : -- Propinsi baru dan * sudah bukan merupakan bagian dari Republik Indonesia.
Jenis transmigrasi
Transmigrasi Nelayan
Transmigrasi DBS (Dengan Biaya Sendiri),
diadakan tahun 1954 yang kemudian berubah
menjadi transmigrasi spontan atau transmigrasi
swakarsa
Transmigrasi BRN (Biro Rekonstruksi Nasional)
atau Transmigrasi Veteran dan Demobilisasi
(Transved)
Transmigrasi Koperasi dan Pembangunan
Masyarakat Desa (Transkopemada)
Tabel 6.7
Jumlah Transmig ran yang berhasil ditempatkan
D ari tahun 1905 sampai deng an tahun 1975-1976
Tahun Jumlah Transmigran Tahun Jumlah Transmigran
1905 620 1921 3.798
1906 2.200 1922 5.450
1907 28 1928 1.693
1908 564 1929 214
1909 1.059 1930 180
1912 142 1931 750
1913 317 1932 7.000
1914 249 1934 1.375
1915 1.478 1935 13.324
1916 107 1936 12.500
1917 307 1937 19.010
1918 1.073 1938 33.131
1919 3.507 1939 42.323
1920 5.010 1940 50.860
1941 49.904 1962 22.193
1943 8.819 1963 32.131
1950 77 1964 15.222
1951 2.951 1965 52.325
1952 17.605 1966 4.650
1953 40.009 1967 4.775
1954 29.738 1968 10.490
1955 21.389 1969/70 17.848
1956 25.519 1970/71 19.985
1957 20.045 1971/72 18.870
1958 20.603 1972/73 51.920
1959 46.096 1973/74 73.703
1960 22.078 1974/75 46.600
19.600 1975/76 35.232
Sumber: Direktorat Transmigrasi, Realisasi Penempatan Transmigrasi dari Kolonisasi (1905)
sampai Pelita I (1969/70 s/d 1973/74), Dit. Jen. Transmigrasi, Dep. NAKER
TRANSKOP, Jakarta, tanpa tahun.
M. Amral Syamsu, dari Kolonisasi ke Transmigrasi 1905-1955, Djambatan, Djakarta,
1960.
Laporan: Pelaksanaan Pemindahan Transmigrasi, Direktorat Pemindahan Transmigrasi, Dit. Jen.
Transmigrasi, Dep. NAKER-TRANSKOP, Jakarta.
Migrasi Internasional
 Mc Falls (1998)
◦ tahun 90-an diperkirakan 120 juta penduduk
tinggal di luar negara tempat kelahiran
mereka
◦ Remitan mencapai 70 Milyar USD (1995)
 Firdausy (1998)
◦ Mobilitas penduduk di Asia Tenggara
meningkat ditinjau dr kuantitas,
kompleksitas, gender, sosial ekonomi dan
budaya selama dekade terakhir ini. Terjadi
peningkatan redistribusi potensial di antara
negara2 Asia Tenggara berikut
permasalahannya
Migrasi Internasional
Stalker
 Teori Struktural  dual labour market
◦ jenis pekerjaan berupah tinggi
◦ jenis pekerjaan dirty, dangerous and difficult
 Teori Keluarga dan Individu
◦ manusia makhluk rasional yg mampu
menilai kondisi negara tujuan dan memilih
kombinasi yg optimal (upah, keamanan dan
biaya perjalanan
◦ migrasi merupakan pilihan kelompok atau
kelg sbg salah satu cara mengurangi resiko
 Teori Sistem Jaringan
◦ Terbentuknya sistem jaringan migrasi, ada
pihak perintis ada arus yg mengikutinya.
Migrasi Internasional

 Migrasi Internasional dr Indonesia didominasi


overseas contract workers ke Arab Saudi,
Malaysia, Singapura, Taiwan, Hongkong
 teori Migrasi vs gender
◦ teori : migrasi didominasi oleh laki-laki,
berumur produktif dan karena alasan ekonomi
◦ Kenyataan terjadi peningkatan migran
perempuan baik alasan pribadi, keluarga,
pendidikan, mengungsi, selain ekonomi.
Rasio Jenis Kelamin Pekerja Indonesia di Empat Negara Tujuan
1995-2000

Negara Tujuan 1996 1997 1998 1999 2000


Malaysia 15.2 157.3 50.4 90.0 138.3
Singapura 21.4 17.4 11.2 10.1 12.9
Taiwan 349.0 257.0 76.9 24.7 13.7
Saudi Arabia 3.5 7.3 8.5 8.7 10.3
Sumber: Soeprobo & Wiyono, 2001
Dampak Migrasi Internasional THD Pendapatan
Keluarga dan Pembangunan Nasional

Peningkatan Pendapatan
Peningkatan devisa negara
Peningkatan Ketrampilan
Pengurangan masalah pengangguran
Ciri Pelaku Mobilitas Non Permanen
• Pada umumnya Menuju Daerah Perkotaan, dalam jarak dekat walaupun ada
kecenderungan mulai menempuh jarak jauh
• Berada pada kelompok umur muda
• Lebih Banyak Laki-laki dibandingkan Perempuan
• Berpendidikan rendah
• Lebih banyak dari kelompok ekonomi menengah bawah
• Karakter hidup hemat
• Sebagai agent of Change kehidupan perkotaan di daerah asal
Tabel 1
Karakteristik Migran, Mover dan Bukan Migran, di 7 Kabupaten di Indonesia
Karakteristik Migran Mover Bukan
Migran
Jenis kelamin
 Laki-laki 61.00 70.66 42.10
 Perempuan 39.00 29.34 57.90
Tempat Tinggal
 Perkotaan 53.74 26.12 34.99
 Perdesaan 46.26 73.88 65.01
Pendidikan
 Tidak 20.75 17.47 39.20
sekolah
 SD 27.86 34.95 33.44
 SMP ke atas 51.39 47.58 27.36
Status Kawin
 Kawin 66.13 50.52 52.72
 Tidak Kawin 33.87 49.38 47.28
Kabupaten
 Lampung 10.41 18.42 19.87
Utara
 Indramayu 4.99 23.65 14.07
 Wonogiri 6.09 28.30 16.80
 Bangkalan 18.18 4.27 17.02
 Lombok 14.15 11.21 11.26
Tengah
 Banjar 25.95 3.42 6.08
 Bone 20.23 10.73 14.90
Jumlah sampel 1364 1053 3995
Sumber: Ananta dkk (2000)
Kecenderungan di Masa Depan

Mobilitas desa-kota masih akan meningkat dibarengi


dengan mobilitas antar kecamatan dan antar daerah
Mobilitas sirkuler akan digantikan dg mobilitas ulang alik
Pelaku Mobilitas Perempuan akan meningkat baik
secara internal maupun internasional
Masih didominasi pada kelompok umur muda
Makin terdidik
Masih sebagai tenaga kerja kasar (Dirty, dangerous,
difficult)
Alternatif Penanganan

Pendataan komprehensif
Kerjasama antar daerah
Kebijakan berpihak pada masyarakat
Peningkatan pembangunan antar daerah
Peningkatan prasarana dan sarana transportasi dan
alternatifnya
Pemberian informasi kondisi ekonomi, peluang kerja,
persyaratan yang harus dipenuhi secara jelas
Populasi perkotaan diberbagai
kawasan utama dunia
Lima belas kota terbesar
Presentase penghuni pemukiman
kumuh dan liar terhadap jumlah
penduduk perkotaan
Peranan migrasi desa ke kota
BIAS TERHADAP KOTA UTAMA
Kebijakan untuk sektor informal
perkotaan
Kaum wanita dalam sektor informal

Salah satu konsekuensi pokok atas


melonjaknya arus urbanisasi adalah
meledaknya jumlah pencari kerja, baik di
Sektor informal di perkotaan
sektor modern (formal) maupun disektor
informal dalam perekonomian perkotaan.
Pengangguran terbuka diperkotaan
 Pemerintah-pemerintah daerah membentuk
tim khusus yang terpadu dengan tugas
secara selektif menyaring mereka yang
berkeinginan melakukan urbanisasi
khusunya mereka yang memiliki
keterampilan, pendidikan, kepastian tempat
yang dituju kota dan pekerjaan
 Memberi limitasi waktu kepada kaum urban
tersebut, jika mereka tidak bisa survive di
kota tujuan dalam jangka enam bulan
misalnya, maka akan dipulangkan ke daerah
asal.

Solusi Permasalahan Urbanisasi
di Indonesia
agar tidak membludak maka ada kuota
urbanisasi setiap tahun dan yang belum
berkesempatan lolos pada tahun ini bisa
mengikuti seleksi pada tahun berikutnya,
rentang waktu menunggu ini
dimanfaatkan untuk menambah kapasitas
keterampilan dan pendidikan
Pembangunan Ekonomi di negara-negara
Eropa Barat dan Amerika Serikat berkaitan
erat dengan kenyataan didefinisikan
sebagai perpindahan tenaga kerja dari
daerah pedesaan ke kota-kota. Karena
perekonomian pedesaan didominasi oleh
sektor pertanian, sedangkan di perkotaan
memusatkan
Teori Ekonomi kegiatan di sektor
tentang Migrasi
perindustrian
Desa-Kota

Anda mungkin juga menyukai