Anda di halaman 1dari 5

Ferry Gudary S

120210110023
Ekonomi Kependudukan

Tingginya laju pertumbuhan penduduk dibeberapa bagian dunia


menyebabkan terjadinya peningkatan yang cukup derastis pada jumlah
penduduk dunia. Oleh sebab itu, banyak ahli kependudukan yang mencari
faktor-faktor penyebabnya. Dalam tulisan ini akan dibahas teori
kependudukan menurut T.R Malthus dan Ester Boserup.
Michael Lipton (1990) memperdebatkan pemikiran-pemikiran
demografis, posisi Lipton dalam konteks ini tidak jelas. Lipton
mengawalinya dengan isu tentang bagaimana menjawab dua pertanyaan
ini. Pertama, bagaimana respons masyarakat pedesaan atas meningkatnya kelangkaan tanah? Dan kedua, apakah yang disebut
kesejahteraan, khususnya tentang kecukupan pangan? Untuk menjawab
dua pertanyaan itu, Lipton mengharuskan untuk memahaminya melalui
cara mengkorelasikan antara variabel pertumbuhan penduduk, respons
perekonomian masyarakat pedesaan dan ketersediaan pangan. Malthus
dan Boserup, juga mengembangkan teorinya dari dimensi seperti ini.
Lipton dalam konteks ini, mencoba memperdebat-kan antar-teori-teori itu.
Sebagai-mana diketahui, Malthus pada awal dan akhir teorinya
menampilkan dua varian dari meningkatnya fertilitas sebagai respons dari
bertambahnya bahan pangan. Sementara itu, Boserup telah menganalisis
dampak dari mening-katnya jumlah penduduk dalam hubungannya
dengan pemakaian teknologi pertanian yang bisa meningkatkan produksi
pangan.
Thomas Robert Malthus adalah orang Inggris yang menulis esay
yang berjudul An essay in the First Principle of population yang terbit
pada tahun 1798, Malthus menyatakan bahwa apabila penduduk tidak
ada pembatasan, akan berkembang biak dengan cepat dan memenuhi
dengan cepat beberapa bagian dari permukaan bumi. Tingginya

pertumbuhan penduduk disebabkan oleh hubungan kelamin antara lakilaki dan perempuan. Disamping tiu Malthus juga berpendapat bahwa
manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju
pertumbuhan bahan makanan lebih lambat dibandingkan dengan laju
pertumbuhan penduduk. Apabila tidak diadakan pembatasan terhadap
pertumbuhan penduduk, maka akan terjadi kekurangan bahan makanan
sehingga banyak terjadi kemelaratan dan kemiskinan.
Menurut Malthus pembatasan tersebut dapat dilakukan dengan dua
cara. Yaitu positive check dan preventive check. Positive cek merupakan
pengurangan penduduk melalui proses kematian. Positive check juga
dibagi menjadi dua, yaitu vice yaitu pembunuhan dengan cara mencabut
nyawa dan misery yaitu pembunuhan dengan cara kemelaratan (seperti
penyebaran jenis penyakit, bencana alam, kelaparan, dan lain
sebagainya). Sedangkan preventive check adalah pengurangan jumlah
penduduk dengan cara menekan kelahiran. Cara ini dibagi menjadi dua,
yaitu moral restraint (pengurangan kelahiran dengan cara pengendalian
nafsu) dan vice (pengurangan kelahiran dengan cara pengguguran
kandungan).
Dasar teori malthus:

Pangan/makanan merupakan hal yang penting bagi keberadaan

manusia.
Populasi manusia cenderung untuk tumbuh lebih cepat daripada

kemampuan dunia untuk memenuhi kebutuhan pangan


Keadaan yang bertentangan tersebut harus terjaga tetap seimbang
Manusia cenderung tidak membatasi besaran populasi (population

size) secara sadar/sukarela preventive checks


Malthus beranggapan bahwa jika populasi tidak dikendalikan, maka

tumbuh mengikuti deret geometri: 2 4 8 16 32


Dan makanan hanya tumbuh mengikuti deret aritmetik 1 2 3 4
5 6, karena lahan semakin terbatas.
Namun prinsip-prinsip Malthus menjadi perdebatan selama 200

tahun (baik itu revolusi maupun kontroversi) karena relevansinya dengan

dunia modern. Karena banyak ilmuwan yang berpendapat bahwa teori


Malthus ini tidak mempertimbangkan Perkembangan teknologi yang
belum pernah dia bayangkan atau alami sama sekali, seperti
Meningkatnya jumlah lahan pertanian pangan seiring dengan teknologi
pertanian termasuk irigasi, penemuan bibit unggul, penemuan pupuk
sehingga meningkatakan jumlah produksi pangan. Kemajuan teknologi di
bidang transportasi dan komunikasi pun semakin meningkat dan
memungkinkan pengiriman bahan pangan di wilayah wilayah yang
menghadapi kelaparan dan pada zaman modern ini Mengurangi
pertumbuhan penduduk sebagai suatu program pemerintah.
Berbeda dengan Ester Boserup seorang ekonom dari Denmark dan
para pengikutnya (Neo-Boserupian). Faham Boserup gaya baru lebih
menekankan pada pengaruh tekanan penduduk ini terhadap masyarakat.
Menurutnya, tekanan penduduk justru dapat mempercepat inovasi
teknologi, dan masyarakat cenderung berusaha mencari teknologi baru
atau mengadaptasi teknologi yang ada pada lingkungan baru. Ester
Boserup (1965; 1981), yang menyatakan bahwa orang tidak mempunyai
keinginan inheren untuk meningkatkan tingkat teknologi mereka. Dia
mempostulatkan bahwa orang ingin hidup dengan cara seserhana dan
semudah mungkin. Kecenderungan mereka adalah memenuhi kebutuhan
subsistensinya dengan bekerja sesedikit mungkin. Karena menggunakan
teknologi baru secara aktual mengakibatkan manusia bekerja lebih keras,
mereka tidak akan beralih ke metode baru tanpa kondisi khusus yang
memaksa untuk melakukannya. Boserup percaya bahwa kondisi penting
yang memaksa manusia untuk meningkatkan teknologinya adalah
tekanan penduduk (population density). Tekanan penduduk muncul ketika
pertumbuhan penduduk menekan sumber makanan. Ketika jumlah mulut
yang harus diberi makan bertambah, satu titik akhirnya dicapai dimana
orang mulai menghabiskan sumber makanan dan mengalami penurunan
tajam dalam standar hidup merka. Boserup menegaskan bahwa pada titik
inilah manusia mulai mengintensifkan produksi. Mereka menggunakan
bentuk teknologi baru dan bekerja lebih keras serta lama untuk
memproduksi lebih banyak makanan untuk memberi makan lebih banyak

orang. Masyarakat hortikultura sederhana, misalnya, mulai menggunakan


teknik-teknik masyarakat hortikultura intensif. Begitu juga masyarakat
hortikultura intensif mungkin berpindah ke pertanian yang menggunakan
bajak. Teori Boserupian berfokus pada hubungan antara tiga factor, yaitu
penduduk, lingkungan, dan teknologi. Konsep 'penduduknya,' berbeda
dengan Malthus, meliputi kepadatan penduduk serta ukuran mutlak dan
pertumbuhan. Seperti Malthus, konsep lingkungan terutama mengacu
pada sumber daya lahan dan faktor-faktor terkait seperti iklim dan
kualitas tanah. Karena fokusnya adalah sejarah baik civilzations atau
negara-negara berkembang, 'teknologi' menurut Boserup, seperti halnya
dengan Malthus, terutama mengacu pada alat-alat dan input yang
digunakan dalam pertanian, kegiatan produktif utama di masyarakat.
Menurutnya terdapat hubungan yang sangat erat antara penduduk,
lingkungan dan teknologi. Hal ini umumnya disepakati bahwa perubahan
teknologi memiliki pengaruh penting pada ukuran populasi.
Dasar teori Esther Boserup:

Boserup percaya bahwa manusia mempunyai sumberdaya berupa


pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan supply

makanannya.
Menentang teori Malthus pertumbuhan penduduk sejalan dengan

pembangunan pertanian.
Memberikan asumsi bahwa manusia menguasai teknik-teknik yang
diperlukan dengan sistem yang lebih intensif dan menggunakannya
ketika terjadi pertumbuhan penduduk.
Teori Boserup didasarkan pada asumsi closed society bukan dalam

keadaan realitas (adanya migrasi). Harus disadari bahwa argumen


Boserup tidak mengasumsikan bahwa peralihan ke teknologi yang lebih
intensif akan membawa ke standar hidup yang lebih baik
Dari dua pemikiran tersebut saya lebih condong kepada pemikiran
dari T.R. Malthus. karena bagaimanpun juga, jumlah penduduk penduduk
harus dikendalikan laju pertumbuhannya dengan cara preventive checks.
Jika laju pertumbuhan jumlah penduduk sangat cepat dan tidak terkendali

akan menimbulkan berbagai masalah. Masalah tersebut tidak hanya


dalam masalah ketersediaan pangan saja tetapi bisa menimbulkan
masalah transportasi, tingkat kriminal, lapangan pekerja, dsb.

Anda mungkin juga menyukai