PEN D A HU L UA N
T ahap awal yang akan dibahas dalam Buku Materi Pokok (BMP) ini
adalah mengenai pengantar dasar teknik presentasi dan komunikasi, serta
kebutuhan presentasi dan komunikasi bagi mahasiswa program studi
Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK).
Komunikasi merupakan aktivitas yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari sebagai proses penyampaian informasi, baik secara formal maupun tidak.
Aktivitas komunikasi merupakan proses transformasi informasi dalam hal ini
terdapat pihak yang menyampaikan informasi dan pihak yang menerima
informasi. Informasi yang baik perlu disampaikan melalui media
penyampaian yang tepat. Hal ini pada dasarnya menyangkut cara atau teknik
presentasi, mulai dari hal yang paling sederhana sampai hal yang paling
canggih.
Dewasa ini sudah berkembang berbagai teknik dan media presentasi
yang memegang peranan penting hampir di semua bidang untuk
meningkatkan efektivitas komunikasi. Berkomunikasi secara efektif
dipandang tidak hanya sekedar memberi informasi tetapi lebih jauh lagi dapat
dimanfaatkan untuk membangkitkan antusiasme penerima informasi atau
bahkan bersifat persuasif. Presentasi kini dipandang lebih dari sekedar sarana
komunikasi secara fungsional semata.
Demikian halnya di bidang Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)
informasi atau data merupakan hal yang selalu dihadapi dalam setiap proses
dan tahapan kegiatannya. Dalam proses perencanaan, data atau informasi
mempunyai peranan penting karena perencanaan pada dasarnya merupakan
pengambilan keputusan secara rasional yang harus didukung dengan
informasi. Data akan menjadi lebih informatif jika disajikan dengan baik
sesuai dengan tujuannya. Analisis dapat dilakukan dengan lebih sistematis
jika didukung dengan teknik presentasi yang baik. Demikian pula produk
1.2 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
Kegiatan Belajar 1
Pengertian Dasar
Teknik Presentasi dan Komunikasi
A. PRESENTASI GRAFIS
Gambar 1.1
Contoh Diagram
Gambar 1.2
Contoh Bagan Alir
PWKL4107/MODUL 1 1.5
Gambar 1.3
Contoh Peta
Gambar 1.4
Contoh Bagan Alir dan Peta
1.6 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
Gambar 1.5
Contoh Sketsa
Gambar 1.6
Contoh Foto
PWKL4107/MODUL 1 1.7
Gambar 1.7
Contoh Slide
Gambar 1.8
Contoh Maket
B. PRESENTASI TULISAN
A. Latar Belakang
Proses perkembangan kota pada dasarnya memiliki dua bentuk dasar seperti
yang dikemukakan oleh Doxiadis (1968), yaitu pertumbuhan dan transformasi.
Pertumbuhan berbeda dengan transformasi yang menunjukkan perubahan yang
terus menerus bagian-bagian permukiman perkotaan maupun perdesaan untuk
meningkatkan nilai dan tingkat efisiensi penghuninya (Doxiadis, 1968:448). Proses
transformasi melalui tahapan seperti penetrasi, yaitu penerobosan fungsi baru ke
dalam suatu fungsi yang homogeny, kemudian invasi, yang merupakan serbuan
fungsi baru yang lebih besar dari tahap penetrasi tetapi belum mendominasi
fungsi lama, kemudian dominasi yang menunjukkan perubahan dominasi proporsi
fungsi, dari fungsi lama ke fungsi baru akibat besarnya perubahan ke fungsi baru,
dan terakhir adalah suksesi dimana terjadi pergantian sama sekali dari fungsi lama
ke baru.
Proses transformasi ini sering menjadi persoalan di dalam masyarakat karena
pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat sering sekali tidak sesuai dengan
rencana tata ruang kota. Dampak yang dihasilkannya pun tidak kecil akibat tidak
sesuainya pembangunan oleh masyarakat. Ketidaksesuaian atau pun transformasi
ini sangat berpengaruh terhadap penduduk perkotaan baik hal tersebut
berpengaruh pada kehidupan sosial, budaya, ekologi, perubahan struktur kota,
dan sangat dirasakan hasilnya adalah perubahan ekonomi masyarakat perkotaan.
Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut dapat menimbulkan dampak negatif
yang besar maka peran politik menata guna lahan dari pemerintah sangat
berperan untuk menghasilkan tingkat efisiensi masyarakat dan social benefit
maksimal dapat tercapai.
Begitu banyaknya kegiatan atas guna lahan di perkotaan maka diperlukan
suatu identifikasi karakteristik guna lahannya untuk memudahkan melihat proses
transformasi tersebut. Guna lahan sering dipahami sebagai fungsi dominan
dengan ketentuan khusus yang ditetapkan pada suatu kawasan sedangkan
kegiatan tersebut merujuk pada aktivitas (pemanfaatan ruang) pada suatu persil.
Kegiatan-kegiatan penduduk suatu perkotaan dalam memanfaatkan lahan dapat
dikelompokkan sebagian besar menjadi blok perumahan, komersial, industri,
ruang terbuka hijau, kawasan lindung, campuran dan lainnya. Tidak semua
wilayah perkotaan memiliki lahan yang berfungsi seperti fungsi yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka dari itu diperlukan identifikasi karakteristik guna
lahan dan kegiatan dalam hal ini khususnya Kota Bandung.
PWKL4107/MODUL 1 1.9
D. Lingkup Kegiatan
Kegiatan survei dilakukan di Kota Bandung yang dibagi menjadi enam
Wilayah Pengembangan (WP). Kegiatan ini akan dilaksanakan selama 1 semester.
urban sprawl yang ditandai dengan ekspansi kawasan terbangun yang lebih besar
dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk ini pada umumnya tidak
diikuti oleh desentralisasi pusat kegiatan/lokasi tempat kerja secara
proporsional. Oleh karena itu, jarak pergerakan yang harus dilakukan oleh
penduduk kota semakin panjang. Dalam konteks inilah kemudian masalah
yang terkait dengan tata ruang perkotaan, sistem transportasi dan lingkungan
muncul: kebutuhan lahan untuk pengembangan perumahan yang menyebabkan
urban sprawl, ketergantungan pada kendaraan bermotor yang semakin tinggi,
kemacetan lalu lintas, peningkatan konsumsi energi, serta pencemaran udara.
Masalah substantif dalam penelitian ini adalah pengembangan kawasan
perkotaan secara horizontal yang berlangsung ekspansif dan sprawl mengarah
pada ketidak-berlanjutan. Dalam kaitannya dengan kota-kota di Indonesia yang
sedang mengalami pertumbuhan pesat, baik secara demografis, ekonomi, dan
fisik-spasial, menjadi penting untuk mempertanyakan keterkaitan antara bentuk
perkotaan (urban form) dan keberlanjutannya, baik secara lingkungan, sosial
maupun ekonomi. Bertolak dari hasil kajian empirik di negara-negara maju yang
menunjukkan keterkaitan antara bentuk perkotaan dengan keberlanjutannya,
sejauh mana hal ini juga berlaku di kota-kota di Indonesia sehingga dapat
dijadikan landasan untuk menjawab persoalan kecenderungan perkembangan
fisik kota di Indonesia yang bersifat ekspansif dan menunjukkan gejala urban
sprawl yang semakin tidak terkendali dengan berbagai dampaknya secara
lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Dalam konteks perkembangan perkotaan di Indonesia yang ditandai oleh
masih terkonsentrasinya perkembangan tersebut di kota-kota besar dan
metropolitan, konsekuensinya adalah tidak terkendalinya perkembangan fisik-
spasial secara ekspansif dan sprawl yang semakin mengancam tingkat
keberlanjutan dan kelayakhunian. Oleh sebab itu, kebijakan perkotaan yang salah
satunya diarahkan pada pengelolaan pertumbuhan kota besar dan metropolitan
dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan, harus diikuti
dengan strategi pengembangan kawasan perkotaan yang dapat mengurangi
kecenderungan urban sprawl yang semakin tidak terkendali. Dalam hal ini adanya
berbagai strategi pengembangan kawasan perkotaan yang mengacu pada prinsip-
prinsip kota yang berkelanjutan harus tetap disesuaikan dengan karakteristik
spesifik kota-kota di Indonesia. Berbagai kajian empirik merekomendasikan solusi
preskriptif compact city atau kompaksi perkotaan yang diyakini lebih
berkelanjutan karena mengurangi kebutuhan perjalanan dengan kendaraan
bermotor, mengurangi pemborosan lahan di kawasan perdesaan, meningkatkan
kesetaraan sosial, menghidupkan kembali kawasan pusat kota yang terlantar,
serta berkontribusi pada vitalitas perkotaan dalam konteks keberlanjutan jangka
panjang. Dalam konteks inilah kemudian berbagai manfaat potensial kompaksi
perkotaan dijadikan dasar pertimbangan promosi gagasan ini untuk diterapkan,
terutama dalam: (1) pengurangan ketergantungan terhadap kendaraan bermotor
sehingga menimbulkan emisi yang lebih rendah sekaligus mengurangi konsumsi
PWKL4107/MODUL 1 1.11
Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan pada bagian terdahulu,
yang menjadi masalah substantif dalam penelitian ini adalah pengembangan
kawasan perkotaan secara horizontal yang berlangsung ekspansif dan sprawl
menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan hidup pada wilayah yang lebih luas
sehingga mengarah pada ketidakberlanjutan. Dalam kaitannya dengan kota-kota
di Indonesia yang sedang mengalami pertumbuhan pesat, baik secara demografis,
ekonomi, dan fisik-spasial, menjadi penting untuk mempertanyakan keterkaitan
antara bentuk perkotaan (urban form) dan keberlanjutannya, baik secara
lingkungan, sosial, maupun ekonomi. Bertolak dari hasil kajian empirik di negara-
negara maju yang menunjukkan keterkaitan antara bentuk perkotaan dengan
keberlanjutannya, sejauh mana hal ini juga berlaku di kota-kota di Indonesia
sehingga dapat dijadikan landasan untuk menjawab persoalan kecenderungan
perkembangan fisik kota di Indonesia yang bersifat ekspansif dan menunjukkan
gejala urban sprawl yang semakin tidak terkendali dengan berbagai dampaknya
secara lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Dalam konteks perkembangan perkotaan di Indonesia yang ditandai oleh
masih terkonsentrasinya perkembangan tersebut di kota-kota besar dan
metropolitan, konsekuensinya adalah tidak terkendalinya perkembangan fisik-
spasial secara ekspansif dan sprawl yang semakin mengancam tingkat
keberlanjutan dan kelayakhunian. Oleh sebab itu, kebijakan perkotaan yang salah
satunya diarahkan pada pengelolaan pertumbuhan kota besar dan metropolitan
dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan, harus diikuti
dengan strategi pengembangan kawasan perkotaan yang dapat mengurangi
kecenderungan urban sprawl yang semakin tidak terkendali. Dalam hal ini adanya
berbagai strategi pengembangan kawasan perkotaan yang mengacu pada prinsip-
prinsip kota yang berkelanjutan harus tetap disesuaikan dengan karakteristik
spesifik kota-kota di Indonesia.
Berbagai kajian empirik merekomendasikan solusi preskriptif compact city
atau kompaksi perkotaan yang diyakini lebih berkelanjutan karena mengurangi
kebutuhan perjalanan dengan kendaraan bermotor, mengurangi pemborosan
lahan di kawasan perdesaan, meningkatkan kesetaraan sosial, menghidupkan
kembali kawasan pusat kota yang terlantar, serta berkontribusi pada vitalitas
perkotaan dalam konteks keberlanjutan jangka panjang. Secara internasional,
kompaksi perkotaan telah diimplementasikan di berbagai negara maju dengan
berbagai bentuk, mulai dari yang menekankan pemanfaatan lahan terlantar dan
peremajaan atau pembangunan kawasan pusat kota di Eropa, sampai dengan
menciptakan batas pertumbuhan perkotaan (urban containment) dan
berkembangnya New Urbanism dan Smart Growth di Amerika Serikat, promosi
perumahan berkepadatan sedang di Australia dan New Zealand, serta urban
redevelopment yang lebih menekankan pembangunan kembali kawasan pusat
kota di Jepang. Adanya variasi penerapan kompaksi perkotaan ini menunjukkan
bagaimana tiap negara mengadaptasikan konsep compact city ke dalam kondisi
lokal dan dengan demikian dapat berkontribusi terhadap keberlanjutan perkotaan
dalam cara yang dapat diterima sekaligus layak dalam lingkungan lokalnya
1.16 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
C. PRESENTASI LISAN
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 1
2) Manakah di bawah ini yang bukan termasuk teknik presentasi grafis atau
visual ....
A. diagram
B. esai
C. foto
D. peta
3) Manakah di bawah ini yang bukan termasuk bentuk presentasi tulisan ....
A. esai/paper
B. artikel
C. maket
D. laporan
4) Dari beberapa gambar berikut ini mana yang termasuk diagram ....
A.
B.
PWKL4107/MODUL 1 1.19
C.
D.
8) Berikut ini yang tidak termasuk alat bantu utama ketika melakukan
presentasi lisan secara audio visual ....
A. komputer
B. infocus
C. dokumen laporan
D. slide presentasi
10) Data yang telah diolah dan dibentuk menjadi sesuatu yang lebih berguna
atau lebih berarti bagi penerimanya disebut .....
A. presentasi
B. komunikasi
C. informasi
D. observasi
Kegiatan Belajar 2
Gambar 1.9
Pentingnya Komunikasi dalam Proses Perencanaan
PWKL4107/MODUL 1 1.23
Gambar 1.10
Ilustrasi Berbagai Media dan Teknik Presentasi
1.24 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
A. KOMUNIKASI
B. PRESENTASI
Berikut ini beberapa tips umum untuk melakukan presentasi yang baik
dan benar.
1. Melakukan persiapan.
Beberapa persiapan yang perlu disediakan antara lain adalah bahan
presentasi, bahan yang akan dibagikan (jika ada), peralatan seperti laptop
atau infocus dan mempersiapkan mental. Jika semua kondisinya baik dan
aman dapat membuat presenter lebih percaya diri.
2. Materi presentasi.
Bedakan antara materi yang akan dipresentasikan dengan proposal yang
akan diberikan karena pada saat presentasi, presenter hanya menjelaskan
poin-poin utamanya saja, tidak perlu secara keseluruhan untuk dibahas
karena akan menghabiskan waktu dan membuat audiens merasa bosan.
3. Pada saat presentasi.
a. Usahakan datang lebih awal dari waktu yang ditentukan.
b. Gunakan waktu seefisien mungkin.
c. Gunakan pakaian yang sopan.
d. Kenali audiens atau peserta yang hadir, sehingga kita bisa lebih
akrab dengan menyebut namanya dan tahu jabatannya.
e. Bagi pandangan kita ke semua audiens dan perbanyak komposisi
pandangan kita kepada orang yang paling berpengaruh atau
pengambil keputusan.
f. Sebisa mungkin untuk tidak membicarakan hal yang tidak penting
atau hal-hal yang sekiranya tidak perlu atau tidak ingin didengar
audiens.
g. Berbicaralah dengan lugas dan sopan.
h. Atur intonasi suara, upayakan volume suara tidak terlalu besar atau
tidak terlalu kecil.
PWKL4107/MODUL 1 1.27
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 2
9) Yang bukan termasuk unsur utama di dalam suatu komunikasi adalah ....
A. komunikator dan komunikasi
B. pesan yang disampaikan
C. lamanya interaksi
D. media komunikasi
Kegiatan Belajar 3
T ahapan dalam perencanaan wilayah dan kota secara teknis acap kali
disederhanakan dalam tiga kegiatan utama: pengumpulan data, analisis,
dan perumusan rencana. Sejalan dengan tahapan kegiatan ini maka teknik
penyajian yang dibutuhkan untuk dikembangkan dapat pula dipilah menurut
tiga kegiatan utama tersebut meskipun sesungguhnya berkaitan satu sama
lain. Tentu saja pada tiap tahap kegiatan dibutuhkan bentuk penyajian yang
berbeda dengan memanfaatkan media yang berbeda pula. Sebelum
pembahasan masing-masing kegiatan, pada bagian ini terlebih dahulu akan
diuraikan peranan data dalam perencanaan sebagai landasan, jenis atau
macamnya, serta kebutuhan penyajiannya.
Tabel 1.1
Contoh Data Spatial Distribution
Jumlah Kepadatan
Kecamatan Luas (Km2)
Penduduk (Jiwa/Km2)
1. Ampenan 78.779 9,46 8.328
2. Sekarbela 53.112 10,32 5.147
3. Mataram 73.107 10,76 6.794
4. Selaparang 72.665 10,77 6.747
5. Cakranegara 64.087 9,67 6.627
6. Sandubaya 61.093 10,32 5.920
Jumlah 402.843 61,3 6.572
Tabel 1.2
Contoh Data Indikator Perkembangan
Gambar 1.11
Contoh Data Kuantitatif
Gambar 1.12
Contoh Data Kualitatif
a. Data primer
Data primer diperoleh secara langsung dari objeknya, melalui observasi
atau wawancara. Data primer adalah data yang hanya dapat peroleh dari
sumber asli atau pertama. Data primer harus secara langsung diambil dari
sumber aslinya, melalui nara sumber yang tepat dan yang jadikan responden
dalam penelitian. Berikut ini cara prosedur pengumpulan data.
PWKL4107/MODUL 1 1.35
b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari sumber yang lebih dahulu mengumpulkan,
mengolah dan menganalisis sesuai dengan tujuan tertentu. Data sekunder
merupakan data yang sudah tersedia sehingga tinggal mencari dan
mengumpulkan. Data sekunder dapat diperoleh dengan lebih mudah dan
cepat karena sudah tersedia, misalnya di perpustakaan, perusahaan-
perusahaan, organisasi-organisasi perdagangan, Badan Pusat Statistik (BPS),
dan kantor-kantor pemerintah. Meski data sekunder secara fisik sudah
tersedia dalam mencari data tersebut tidak boleh lakukan secara
sembarangan. Untuk mendapatkan data yang tepat dan sesuai dengan tujuan
penelitian, memerlukan beberapa pertimbangan, di antaranya berikut ini.
Jenis data harus sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah tentukan
sebelumnya. Data sekunder yang dibutuhkan bukan menekankan pada jumlah
tetapi pada kualitas dan kesesuaian, karena itu, peneliti harus selektif dan
hati-hati dalam memilih dan menggunakannya. Data sekunder biasanya
digunakan sebagai pendukung data primer, karena itu kadang-kadang tidak
1.36 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
Kita perlu memilih metode pencarian data sekunder apakah itu akan
dilakukan secara manual atau dilakukan secara online. Jika dilakukan secara
manual maka kita harus menentukan strategi pencarian dengan cara
menspesifikasi lokasi data yang potensial, yaitu lokasi internal dan/atau
lokasi eksternal. Jika pencarian dilakukan secara online maka kita perlu
menentukan tipe strategi pencarian; kemudian kita memilih layanan-layanan
penyedia informasi ataupun database yang cocok dengan masalah yang akan
kita teliti.
Setelah metode pencarian data sekunder kita tentukan, langkah
berikutnya ialah melakukan penyaringan dan pengumpulan data. Penyaringan
dilakukan agar kita hanya mendapatkan data sekunder yang sesuai saja,
sedang yang tidak sesuai dapat kita abaikan. Setelah proses penyaringan
selesai maka pengumpulan data dapat dilaksanakan.
Data yang telah terkumpul perlu kita evaluasi terlebih dahulu,
khususnya berkaitan dengan kualitas dan kecukupan data. Jika peneliti
merasa bahwa kualitas data sudah dirasakan baik dan jumlah data sudah
cukup, maka data tersebut dapat kita gunakan untuk menjawab masalah yang
akan kita teliti.
Tahap terakhir strategi pencarian data ialah menggunakan data tersebut
untuk menjawab masalah yang kita teliti. Jika data dapat digunakan untuk
menjawab masalah yang sudah dirumuskan maka tindakan selanjutnya ialah
menyelesaikan penelitian tersebut. Jika data tidak dapat digunakan untuk
menjawab masalah maka pencarian data sekunder harus dilakukan lagi
dengan strategi yang sama.
Ketepatan memilih data sekunder dapat dievaluasi dengan kriteria
berikut ini.
1) Waktu Keberlakuan: apakah data mempunyai keberlakuan waktu?
Apakah data dapat kita peroleh pada saat dibutuhkan? Jika saat
dibutuhkan data tidak tersedia atau sudah kedaluwarsa maka sebaiknya
jangan digunakan lagi untuk penelitian kita.
1.38 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
1. Tabel
Tabulasi merupakan bentuk penyajian data yang paling sederhana, yang
menunjukkan informasi yang berupa data numeris maupun teks (atau
campuran teks dengan simbol). Ditinjau dari tujuannya, tabel dipergunakan
untuk menunjukkan informasi yang bersifat distribusi (untuk data numeris)
atau komparasi (terutama untuk teks) antara komponen. Data distribusi yang
disajikan dalam tabel dapat berupa data mentah (raw data) yang mengandung
angka-angka absolut atau dalam bentuk proporsi/persentase/kontribusi/
pangsa suatu komponen terhadap keseluruhan. Dalam hal ini, baik yang
berupa distribusi spasial maupun aspasial. Distribusi spasial, misalnya jumlah
penduduk menurut suatu wilayah; sedangkan distribusi aspasial, misalnya
komposisi produk domestik regional bruto (PDRB) suatu wilayah menurut
sektor/lapangan usaha.
PWKL4107/MODUL 1 1.39
Tabel 1.3
Contoh Tabel PDBR atas Dasar Harga Konstan
(Juta Rupiah)
2. Grafik/Diagram
Karena berisi deretan angka-angka, penyajian data dalam bentuk tabel
acap kali ‘kering’, menjemukan dan tidak menarik. Hal inilah kemudian
menjadi kajian dasar diperlukannya teknik penyajian lain yang lebih
informatif sekaligus menarik dalam bentuk grafik atau diagram.
Grafik/diagram biasanya diperlukan untuk menunjukkan:
a. pola-pola dalam data: kecenderungan, perbandingan, distribusi, proporsi;
b. keterkaitan antara unsur;
c. proses, pilihan, probabilitas, dan lain sebagainya.
Gambar 1.13
Contoh Pie Chart
Gambar 1.14
Contoh Bar Chart
PWKL4107/MODUL 1 1.41
3. Peta
Peta pada dasarnya merupakan ‘model’ dua dimensi yang menunjukkan
karakteristik tata ruang suatu wilayah dalam bentuk gambar yang berskala
relatif kecil. Peta (Gambar 1.15) dapat dipergunakan untuk menunjukkan
lokasi dari data-data yang bersifat distribusi spasial, atau menunjukkan lokasi
dari karakteristik tertentu dari suatu wilayah.
Dalam penyajian data, peta biasanya dipergunakan untuk menampilkan
kondisi sekarang (rona awal wilayah), dan menurut subjeknya antar lain
dalam bentuk peta orientasi, peta yang berkaitan dengan fisik (alami maupun
binaan), peta yang berkaitan dengan data sosial, dan lain sebagainya
(Gambar 1.16).
Gambar 1.15
Contoh Peta Rencana Pola Ruang
4. Foto
Untuk kebutuhan kajian data, foto biasanya dipergunakan untuk
mendokumentasikan kondisi sekarang yang bersifat kualitatif. Dengan
kemampuannya, foto (Gambar 1.17) dapat merekam kondisi atau peristiwa
secara baik dan menyajikan kembali sebagai ‘data’ yang bernilai informasi
tinggi.
1.42 Teknik Presentasi Dan Komunikasi
Gambar 1.16
Contoh Peta Orientasi Kedalaman Rencana Tata Ruang
Gambar 1.17
Contoh Foto
dasar (basic data analysis). Pada tahap analisis ini, bentuk (format) penyajian
yang dipergunakan juga dalam bentuk tabulasi, grafik/diagram, peta dan foto,
meskipun penekanannya berbeda dengan penyajian data. Penyajian (hasil)
analisis tersebut, misalnya:
1. tabel, yang terutama dipergunakan untuk menunjukkan keterkaitan
antarkomponen/item dalam data, dalam bentuk cross-tab atau matriks,
misalnya;
2. grafik/diagram, dipergunakan untuk menyajikan pola distribusi atau
kecenderungan pada masa yang akan datang, misalnya;
3. peta analisis biasa dalam bentuk peta tematik yang merupakan turunan
dari peta yang menyajikan data (kondisi sekarang) atau peta komposit
yang memadukan beberapa peta dengan teknik super-impose;
4. fotografi, untuk kasus perencanaan tertentu, dapat pula untuk analisis
antar waktu atau analisis kualitatif (pada urban desain misalnya).
Gambar 1.18
Contoh Matriks Analisis SWOT
PWKL4107/MODUL 1 1.45
Detail Tata Ruang Kawasan) 1:5.000. Untuk rencana tata ruang yang relatif
kecil, yang merupakan rencana letak untuk kegiatan fungsional tertentu,
produk rencana biasa pula disajikan dalam bentuk maket sebagai representasi
tiga dimensi.
LAT IH A N
R A NG KU M AN
TES F OR M AT IF 3
10) Model dua dimensi yang menunjukkan karakteristik tata ruang suatu
wilayah dalam bentuk gambar dengan skala tertentu disebut.....
A. bar chart
B. pie chart
C. maket
D. peta
Glosarium
Rencana umum tata ruang : salah satu hasil perencanaan tata ruang,
secara hierarkis terdiri dari RTRWN
(nasional), RTRW provinsi dan RTRW
kabupaten/kota.
Rencana rinci tata ruang : hasil perencanaan tata ruang pada kawasan
yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
fungsional, disusun berdasarkan nilai
strategis kawasan dan atau kegiatan kawasan
PWKL4107/MODUL 1 1.53
Daftar Pustaka