Anda di halaman 1dari 54

Modul 1

Pengertian Dasar dan Kebutuhan


Presentasi dan Komunikasi dalam PWK
Ridwan Sutriadi, S.T., M.T., Ph.D.
Dr. Ir. Iwan Kustiwan, M.T.

PEN D A HU L UA N

T ahap awal yang akan dibahas dalam Buku Materi Pokok (BMP) ini
adalah mengenai pengantar dasar teknik presentasi dan komunikasi, serta
kebutuhan presentasi dan komunikasi bagi mahasiswa program studi
Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK).
Komunikasi merupakan aktivitas yang terjadi dalam kehidupan sehari-
hari sebagai proses penyampaian informasi, baik secara formal maupun tidak.
Aktivitas komunikasi merupakan proses transformasi informasi dalam hal ini
terdapat pihak yang menyampaikan informasi dan pihak yang menerima
informasi. Informasi yang baik perlu disampaikan melalui media
penyampaian yang tepat. Hal ini pada dasarnya menyangkut cara atau teknik
presentasi, mulai dari hal yang paling sederhana sampai hal yang paling
canggih.
Dewasa ini sudah berkembang berbagai teknik dan media presentasi
yang memegang peranan penting hampir di semua bidang untuk
meningkatkan efektivitas komunikasi. Berkomunikasi secara efektif
dipandang tidak hanya sekedar memberi informasi tetapi lebih jauh lagi dapat
dimanfaatkan untuk membangkitkan antusiasme penerima informasi atau
bahkan bersifat persuasif. Presentasi kini dipandang lebih dari sekedar sarana
komunikasi secara fungsional semata.
Demikian halnya di bidang Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK)
informasi atau data merupakan hal yang selalu dihadapi dalam setiap proses
dan tahapan kegiatannya. Dalam proses perencanaan, data atau informasi
mempunyai peranan penting karena perencanaan pada dasarnya merupakan
pengambilan keputusan secara rasional yang harus didukung dengan
informasi. Data akan menjadi lebih informatif jika disajikan dengan baik
sesuai dengan tujuannya. Analisis dapat dilakukan dengan lebih sistematis
jika didukung dengan teknik presentasi yang baik. Demikian pula produk
1.2 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

rencana pada akhirnya memerlukan pula sarana untuk dapat dikomunikasikan


secara efektif. Teknik presentasi yang baik akan menjadi sarana komunikasi
tidak saja bagi perencana dengan sesama perencana atau profesional lain,
tetapi juga menjadi sarana komunikasi antara perencana dengan masyarakat
luas dan berbagai pihak lain yang berkaitan dengan aktivitas perencanaan
yang dilakukannya.
Modul 1 dari BMP Teknik Presentasi dan Komunikasi ini terdiri atas
3 kegiatan belajar. Kegiatan Belajar 1 akan membahas tentang pengertian
dasar teknik presentasi dan komunikasi, sedangkan pada Kegiatan Belajar 2
kita dapat mempelajari peran teknik presentasi dan komunikasi dalam PWK.
Pada Kegiatan Belajar 3 mahasiswa dapat mempelajari peran teknik
pemanfaatan berbagai teknik presentasi dan komunikasi.
Selamat mempelajari modul ini!
 PWKL4107/MODUL 1 1.3

Kegiatan Belajar 1

Pengertian Dasar
Teknik Presentasi dan Komunikasi

P resentasi secara umum, berarti aktivitas berkomunikasi yang dilakukan


untuk menyampaikan atau menunjukkan sesuatu kepada orang lain
dengan cara atau menggunakan media tertentu. Teknik presentasi adalah
segala hal yang berkaitan dengan cara, metode, media, yang dapat
meningkatkan kemampuan presentasi secara efisien dan efektif.
Berdasarkan bentuk atau media penyajiannya, teknik presentasi sebagai
sarana komunikasi dalam PWK pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam
3 bentuk presentasi:
1. grafis (visual),
2. tulisan,
3. lisan (oral).

A. PRESENTASI GRAFIS

Presentasi secara grafis atau visual dilakukan dengan memanfaatkan


media visual dalam hal ini indera pandang dipergunakan secara maksimal.
Dalam hal ini, tercakup berbagai bentuk presentasi dengan pemanfaatan alat
bantu atau media grafis; baik dalam bentuk 2 dimensi maupun 3 dimensi;
menggunakan media proyeksi atau nonproyeksi. Presentasi visual ini
misalnya adalah dalam bentuk diagram/grafik/chart, peta, sketsa, foto, slide,
serta maket (lihat Gambar 1.1 sampai dengan 1.8). Ditinjau dari sisi penerima
informasi, teknik presentasi visual ini dapat meningkatkan kemampuan daya
serap mereka secara signifikan.
Beberapa bentuk presentasi grafis/visual dewasa ini sudah dapat
dilakukan dengan alat bantu komputer dengan segala keandalan dan
kelebihannya sehingga presentasi dapat dilakukan dengan lebih baik dan
atraktif. Dalam era teknologi informasi dewasa ini, tentu saja kemampuan
presentasi dengan menggunakan alat bantu komputer menjadi tantangan
tersendiri bagi para profesional, termasuk para perencana, untuk
memanfaatkannya secara maksimal.
1.4 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

Gambar 1.1
Contoh Diagram

Gambar 1.2
Contoh Bagan Alir
 PWKL4107/MODUL 1 1.5

Gambar 1.3
Contoh Peta

Gambar 1.4
Contoh Bagan Alir dan Peta
1.6 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

Gambar 1.5
Contoh Sketsa

Gambar 1.6
Contoh Foto
 PWKL4107/MODUL 1 1.7

Gambar 1.7
Contoh Slide

Gambar 1.8
Contoh Maket

B. PRESENTASI TULISAN

Presentasi dengan tulisan dilakukan dalam bentuk esai/paper, artikel,


laporan, dan bentuk lainnya. Dalam hal ini informasi (dalam bentuk verbal)
yang termuat di dalamnya tentu saja baru dapat dipahami dengan baik jika
bahan-bahan tertulis tersebut mempunyai sistematika yang baik, serta
menggunakan bahasa yang baik dan benar sesuai dengan kebutuhannya.
Teknik presentasi dengan tulisan ini (lazim disebut juga dengan teknik
1.8 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

penulisan ilmiah atau penulisan akademik) dimaksudkan terutama untuk


tujuan deskripsi, analisis, evaluasi, definisi, klarifikasi, serta interpretasi.

Contoh Esai (1)

Identifikasi Karakteristik Guna Lahan dan Kegiatan di Kota Bandung

A. Latar Belakang
Proses perkembangan kota pada dasarnya memiliki dua bentuk dasar seperti
yang dikemukakan oleh Doxiadis (1968), yaitu pertumbuhan dan transformasi.
Pertumbuhan berbeda dengan transformasi yang menunjukkan perubahan yang
terus menerus bagian-bagian permukiman perkotaan maupun perdesaan untuk
meningkatkan nilai dan tingkat efisiensi penghuninya (Doxiadis, 1968:448). Proses
transformasi melalui tahapan seperti penetrasi, yaitu penerobosan fungsi baru ke
dalam suatu fungsi yang homogeny, kemudian invasi, yang merupakan serbuan
fungsi baru yang lebih besar dari tahap penetrasi tetapi belum mendominasi
fungsi lama, kemudian dominasi yang menunjukkan perubahan dominasi proporsi
fungsi, dari fungsi lama ke fungsi baru akibat besarnya perubahan ke fungsi baru,
dan terakhir adalah suksesi dimana terjadi pergantian sama sekali dari fungsi lama
ke baru.
Proses transformasi ini sering menjadi persoalan di dalam masyarakat karena
pembangunan yang dilakukan oleh masyarakat sering sekali tidak sesuai dengan
rencana tata ruang kota. Dampak yang dihasilkannya pun tidak kecil akibat tidak
sesuainya pembangunan oleh masyarakat. Ketidaksesuaian atau pun transformasi
ini sangat berpengaruh terhadap penduduk perkotaan baik hal tersebut
berpengaruh pada kehidupan sosial, budaya, ekologi, perubahan struktur kota,
dan sangat dirasakan hasilnya adalah perubahan ekonomi masyarakat perkotaan.
Perubahan-perubahan yang terjadi tersebut dapat menimbulkan dampak negatif
yang besar maka peran politik menata guna lahan dari pemerintah sangat
berperan untuk menghasilkan tingkat efisiensi masyarakat dan social benefit
maksimal dapat tercapai.
Begitu banyaknya kegiatan atas guna lahan di perkotaan maka diperlukan
suatu identifikasi karakteristik guna lahannya untuk memudahkan melihat proses
transformasi tersebut. Guna lahan sering dipahami sebagai fungsi dominan
dengan ketentuan khusus yang ditetapkan pada suatu kawasan sedangkan
kegiatan tersebut merujuk pada aktivitas (pemanfaatan ruang) pada suatu persil.
Kegiatan-kegiatan penduduk suatu perkotaan dalam memanfaatkan lahan dapat
dikelompokkan sebagian besar menjadi blok perumahan, komersial, industri,
ruang terbuka hijau, kawasan lindung, campuran dan lainnya. Tidak semua
wilayah perkotaan memiliki lahan yang berfungsi seperti fungsi yang telah
dijelaskan sebelumnya, maka dari itu diperlukan identifikasi karakteristik guna
lahan dan kegiatan dalam hal ini khususnya Kota Bandung.
 PWKL4107/MODUL 1 1.9

B. Tujuan dan Sasaran


Tujuan survei ini adalah untuk mengkaji kesesuaian antara guna lahan dan
kegiatan melalui pemahaman sistem dan karakteristik guna lahan dan variasi
serta karakteristik kegiatan yang berkembang di dalamnya.
Sasaran kegiatan ini yaitu: diidentifikasinya karakteristik guna lahan di Kota
Bandung; diidentifikasinya karakteristik variasi kegiatan dalam suatu guna lahan di
Kota Bandung; dan diidentifikasinya karakteristik kegiatan yang berkembang di
dalam guna lahan di Kota Bandung.

C. Keluaran yang Diharapkan


Keluaran yang diharapkan berupa satu laporan hasil survei yang siap pakai
bagi kepentingan tahapan proses perencanaan selanjutnya.

D. Lingkup Kegiatan
Kegiatan survei dilakukan di Kota Bandung yang dibagi menjadi enam
Wilayah Pengembangan (WP). Kegiatan ini akan dilaksanakan selama 1 semester.

E. Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan


Beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk menyelesaikan pekerjaan
adalah sebagai berikut: sebelum melaksanakan kegiatan survei sangat diperlukan
pemahaman dan perumusan masalah mengenai topik ini agar nantinya kegiatan
survei dapat berjalan dengan baik; merumuskan kebutuhan data; merumuskan
populasi dan sampel; memilih, menyusun, dan menggunakan perangkat survei;
menentukan target area untuk disurvei; melakukan survei dan etika survei;
mengolah dan menampilkan data; melakukan interpretasi sederhana dari data
yang didapat.
Beberapa langkah yang dapat dilakukan untuk mengorganisasikan kegiatan
agar nantinya dapat berjalan dengan efektif dan efisien adalah: membuat
organisasi tim; membuat proposal kegiatan; membahas kegiatan; pola kebutuhan
dan jenis data; pencarian data; perkiraan biaya; dan mengurus perizinan ke pihak
yang terkait.

Contoh Esai (2)

Evaluasi Bentuk Perkotaan yang Berkelanjutan: Komparasi


antara Pengembangan Kawasan Coklat dan Kawasan Hijau
di Wilayah Cekungan Bandung
RINGKASAN
Secara fisik-spasial, pertumbuhan perkotaan ini, terutama di kota-kota
metropolitan, ditandai dengan pertumbuhan pesat kawasan pinggiran kota yang
dikenal sebagai proses suburbanisasi yang cenderung menjadikan kawasan
perkotaan secara fisik meluas secara liar/terpencar (urban sprawl). Fenomena
1.10 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

urban sprawl yang ditandai dengan ekspansi kawasan terbangun yang lebih besar
dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk ini pada umumnya tidak
diikuti oleh desentralisasi pusat kegiatan/lokasi tempat kerja secara
proporsional. Oleh karena itu, jarak pergerakan yang harus dilakukan oleh
penduduk kota semakin panjang. Dalam konteks inilah kemudian masalah
yang terkait dengan tata ruang perkotaan, sistem transportasi dan lingkungan
muncul: kebutuhan lahan untuk pengembangan perumahan yang menyebabkan
urban sprawl, ketergantungan pada kendaraan bermotor yang semakin tinggi,
kemacetan lalu lintas, peningkatan konsumsi energi, serta pencemaran udara.
Masalah substantif dalam penelitian ini adalah pengembangan kawasan
perkotaan secara horizontal yang berlangsung ekspansif dan sprawl mengarah
pada ketidak-berlanjutan. Dalam kaitannya dengan kota-kota di Indonesia yang
sedang mengalami pertumbuhan pesat, baik secara demografis, ekonomi, dan
fisik-spasial, menjadi penting untuk mempertanyakan keterkaitan antara bentuk
perkotaan (urban form) dan keberlanjutannya, baik secara lingkungan, sosial
maupun ekonomi. Bertolak dari hasil kajian empirik di negara-negara maju yang
menunjukkan keterkaitan antara bentuk perkotaan dengan keberlanjutannya,
sejauh mana hal ini juga berlaku di kota-kota di Indonesia sehingga dapat
dijadikan landasan untuk menjawab persoalan kecenderungan perkembangan
fisik kota di Indonesia yang bersifat ekspansif dan menunjukkan gejala urban
sprawl yang semakin tidak terkendali dengan berbagai dampaknya secara
lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Dalam konteks perkembangan perkotaan di Indonesia yang ditandai oleh
masih terkonsentrasinya perkembangan tersebut di kota-kota besar dan
metropolitan, konsekuensinya adalah tidak terkendalinya perkembangan fisik-
spasial secara ekspansif dan sprawl yang semakin mengancam tingkat
keberlanjutan dan kelayakhunian. Oleh sebab itu, kebijakan perkotaan yang salah
satunya diarahkan pada pengelolaan pertumbuhan kota besar dan metropolitan
dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan, harus diikuti
dengan strategi pengembangan kawasan perkotaan yang dapat mengurangi
kecenderungan urban sprawl yang semakin tidak terkendali. Dalam hal ini adanya
berbagai strategi pengembangan kawasan perkotaan yang mengacu pada prinsip-
prinsip kota yang berkelanjutan harus tetap disesuaikan dengan karakteristik
spesifik kota-kota di Indonesia. Berbagai kajian empirik merekomendasikan solusi
preskriptif compact city atau kompaksi perkotaan yang diyakini lebih
berkelanjutan karena mengurangi kebutuhan perjalanan dengan kendaraan
bermotor, mengurangi pemborosan lahan di kawasan perdesaan, meningkatkan
kesetaraan sosial, menghidupkan kembali kawasan pusat kota yang terlantar,
serta berkontribusi pada vitalitas perkotaan dalam konteks keberlanjutan jangka
panjang. Dalam konteks inilah kemudian berbagai manfaat potensial kompaksi
perkotaan dijadikan dasar pertimbangan promosi gagasan ini untuk diterapkan,
terutama dalam: (1) pengurangan ketergantungan terhadap kendaraan bermotor
sehingga menimbulkan emisi yang lebih rendah sekaligus mengurangi konsumsi
 PWKL4107/MODUL 1 1.11

energi; (2) peningkatan pelayanan transportasi umum yang lebih baik;


(3) peningkatan aksesibilitas; (4) penggunaan kembali prasarana dan lahan yang
telah dibangun; (5) regenerasi kawasan perkotaan; (6) peningkatan kualitas hidup;
dan (7) perlindungan terhadap ruang terbuka hijau. Dalam implementasinya,
kompaksi perkotaan dapat dilakukan pada kawasan dalam kota (inner city, dalam
bentuk infill development atau brownfield development). Infill development
adalah praktik pembangunan pada lahan kosong atau kapling yang belum
terbangun di dalam bagian lama kawasan perkotaan. Brownfield development:
adalah praktik pemanfaatan kembali lahan di kawasan dalam kota (misalnya
bekas lahan peruntukan industri) untuk pembangunan baru, untuk
membedakannya dengan greenfield development: yang merupakan
pembangunan pada kawasan yang sebelumnya belum terbangun (kawasan
pertanian) yang biasanya berada di pinggiran kota.
Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pola pengembangan kawasan
perkotaan yang lebih berkelanjutan, dengan melakukan komparasi terhadap pola
pengembangan pada kawasan hijau dan kawasan coklat. Untuk mencapai tujuan
tersebut, sasaran penelitian adalah (1) mengidentifikasi perbedaan pola
pengembangan kawasan perkotaan yang dilakukan pada kawasan hijau dengan
kawasan coklat, dalam kaitannya dengan keberlanjutan secara sosial, ekonomi,
dan lingkungan; (2) menganalisis potensi penerapan kompaksi perkotaan pada
kawasan coklat (borwnfield develepment) sebagai alternatif pengembangan
kawasan perkotaan yang lebih berkelanjutan; dan (3) merumuskan strategi
pengembangan kawasan coklat secara spasial yang dapat mewujudkan pola ruang
kawasan perkotaan yang lebih berkelanjutan sesuai dengan karakteristik spesifik
kota.
Riset yang akan dilakukan mengambil kasus kawasan perkotaan Bandung
(Kota Bandung dan sekitarnya). Riset yang akan dilakukan pada dasarnya
merupakan riset dasar (basic research) yang terkait dengan bentuk perkotaan
berkelanjutan (sustainable urban form). Dalam kaitan ini hasil penelitian yang
menyangkut keterkaitan antara bentuk perkotaan (urban form) dengan
keberlanjutannya, diharapkan dapat memperluas khazanah pengetahuan yang
didasarkan pada kajian empirik kota-kota di Indonesia yang dapat dijadikan dasar
bagi perencanaan tata ruang perkotaan yang berkelanjutan.
Riset yang akan dilakukan pada dasarnya mengisi program riset utama
Kelompok Perencanaan dan Perancangan Kota (KK-PPK)–Sekolah Arsitektur,
Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, yang salah satu temanya adalah
lingkungan perkotaan (urban environment).
Latar Belakang dan Rumusan Masalah
Memasuki dekade kedua di abad 21 ini, penduduk perkotaan di Indonesia
proporsinya diperkirakan melampaui 50%. Apabila pada tahun 1995 proporsi
penduduk perkotaannya 35,9% maka pada tahun 2005 proporsinya meningkat
1.12 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

menjadi 48,3%. Diperkirakan pada tahun 2025, 68,3% penduduk Indonesia


akan mendiami kawasan perkotaan (Bappenas, 2006). Secara fisik-spasial,
pertumbuhan perkotaan, terutama di kota-kota metropolitan, ditandai
dengan pertumbuhan pesat kawasan pinggiran kota yang dikenal sebagai proses
suburbanisasi yang cenderung menjadikan kawasan perkotaan secara fisik meluas
secara liar/terpencar (urban sprawl). Fenomena urban sprawl yang ditandai
dengan ekspansi kawasan terbangun yang lebih besar dibandingkan dengan laju
pertumbuhan penduduk ini pada umumnya tidak diikuti oleh desentralisasi
pusat kegiatan/lokasi tempat kerja secara proporsional. Oleh karena itu, jarak
pergerakan yang harus dilakukan oleh penduduk kota semakin panjang.
Pengembangan perumahan terutama bagi masyarakat berpendapatan rendah di
kawasan pinggiran kota yang semakin jauh dari lokasi tempat kerja dan pusat
kegiatan lainnya menimbulkan dampak terhadap peningkatan biaya transportasi
yang sangat besar. Demikian pula pengembangan perumahan bagi masyarakat
berpendapatan menengah–tinggi di kawasan pinggiran cenderung meningkatkan
ketergantungan terhadap pergerakan dengan kendaraan bermotor pribadi.
Dalam konteks inilah kemudian masalah yang terkait dengan tata ruang
perkotaan, sistem transportasi, dan lingkungan muncul: kebutuhan lahan untuk
pengembangan perumahan yang menyebabkan urban sprawl, ketergantungan
pada kendaraan bermotor yang semakin tinggi, kemacetan lalu lintas,
peningkatan konsumsi energi, serta pencemaran udara.
Fenomena urban sprawl terjadi di Kota Bandung sebagai salah satu kota
metropolitan di Indonesia menunjukkan perkembangan yang pesat dalam
berbagai aspek, terutama sejak perluasan wilayah administrasi Kota pada tahun
1987 dari 8.098 Ha menjadi 18.730 Ha. Dari luas wilayah Kota Bandung, 11.980 Ha
(63,96%) merupakan kawasan terbangun (2004). Dewasa ini penduduk Kota
Bandung sudah mencapai 2.270.969 jiwa, dengan kepadatan penduduk rata-rata
144 jiwa/Ha. (BPS Kota Bandung, 2005). Dengan laju pertumbuhan penduduk
yang pesat dan perkembangan berbagai kegiatan ekonomi perkotaan yang
menjadi fungsi utama Kota Bandung maka perkembangan fisik-spasial Kota
Bandung cenderung meluas secara ekspansif, bahkan jauh melampaui batas
administrasi kota, merupakan kawasan terbangun. Dewasa ini telah terjadi
konurbasi antara kawasan terbangun Kota Bandung dengan Kota Cimahi serta
perkembangan pesat di kawasan pinggiran Kota Bandung, yakni kecamatan-
kecamatan yang secara administrasi termasuk wilayah Kabupaten Bandung.
Perkembangan kawasan perkotaan yang pesat ini terjadi dalam konteks Kawasan
Cekungan Bandung atau sering disebut juga wilayah metropolitan Bandung
(Bandung Metropolitan Area, BMA).
Berkaitan dengan fenomena perkembangan kawasan pinggiran di Kota
Bandung, implikasi langsung yang dihadapi saat ini adalah orientasi pola
pergerakan menuju pusat Kota Bandung yang masih tetap tinggi, serta semakin
meningkatnya pemanfaatan sumber daya alam yang ada, terutama sumber daya
lahan dan air. Keduanya menimbulkan masalah yang serius bagi kota Bandung
dan wilayah sekitarnya, karena perkembangan kawasan pinggiran secara acak
 PWKL4107/MODUL 1 1.13

(urban sprawl) menimbulkan masalah transportasi/kemacetan lalu lintas serta


penurunan daya dukung lingkungan.
Kawasan perkotaan Bandung yang semakin meluas, membentuk konfigurasi
spasial yang menyebar ke segala arah secara acak (urban sprawl). Perkembangan
kawasan terbangun yang sangat cepat ini terutama dipacu oleh perkembangan
perumahan baru dalam dua dekade terakhir ini. Ditinjau dari polanya secara
spasial, perkembangan kawasan perumahan mengikuti perkembangan jaringan
jalan dan ketersediaan lahan. Dari perubahan penggunaan lahan di Kota Bandung
dan sekitarnya dalam kurun dua dekade terakhir tampak bahwa kawasan
pinggiran mengalami laju pertumbuhan penggunaan lahan perumahan, industri,
komersial dan jasa yang jauh lebih besar dibandingkan dengan kawasan pusatnya.
Namun adanya keterbatasan pembiayaan pemerintah daerah mengakibatkan
terjadinya kesenjangan pelayanan infrastruktur sebagai kebutuhan dasar antara
kawasan pusat/dalam kota dengan pinggiran. Sebagai dampak dari adanya
kesenjangan perkembangan, terjadi pemusatan kegiatan di kawasan dalam/pusat
Kota Bandung. Kota-kota satelit yang seyogianya dikembangkan secara fungsional
belum terbentuk sehingga mengakibatkan bertambah panjang perjalanan para
pekerja/commuter dari kota-kota kecamatan di Kabupaten Bandung ke Kota
Bandung.
Masalah yang timbul sebagai akibat dari meluasnya kawasan perkotaan
secara ekspansif adalah pada sistem transportasi sebagai turunan dari
perkembangan berbagai kegiatan perkotaan yang mengalami segregasi secara
spasial. Semakin jauh jarak lokasi tempat tinggal ke tempat kerja dan kegiatan
harian lainnya menyebabkan ketergantungan kepada kendaraan bermotor
semakin tinggi. Dengan adanya keterbatasan prasarana jalan serta kesamaan pola
lokasi tujuan dan waktu pergerakan, peningkatan yang luar biasa dalam
penggunaan kendaraan bermotor ini kemudian menimbulkan kemacetan pada
berbagai titik menuju pusat/dalam kota sebagai pusat. Bentuk perkotaan yang
cenderung meluas dan bersifat sprawl mempengaruhi pola pergerakan orang dan
kendaraan. Pertumbuhan kendaraan yang pesat di Kota Bandung mencerminkan
kurang memadainya sistem transportasi umum perkotaan. Banyak penduduk di
kawasan pinggiran terdorong untuk menggunakan kendaraan pribadi dan sepeda
motor karena ketiadaan transportasi umum yang nyaman, aman, dan tepat
waktu. Volume pergerakan orang dan kendaraan yang tinggi antara Kota Bandung
dan wilayah sekitarnya (Kabupaten Bandung dan Kota Cimahi) telah memberikan
kontribusi yang signifikan pada kepadatan lalu lintas di pusat-pusat kegiatan di
Kota Bandung. Kendaraan pribadi kemudian mengambil porsi transportasi jalan
yang lebih besar dibandingkan moda transportasi lainnya, bahkan untuk
perjalanan pendek sekalipun. Ketergantungan kawasan pinggiran dan kota-kota
kecil di sekitar Kota Bandung terhadap kawasan pusat Kota Bandung yang masih
tetap tinggi selain memperpanjang perjalanan pada akhirnya juga memberikan
implikasi pada kebutuhan pengembangan prasarana jalan yang semakin tidak
dapat dipenuhi, ketergantungan pada kendaraan bermotor yang semakin
meningkat, kendala bagi upaya penghematan energi untuk transportasi
1.14 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

perkotaan, serta memberikan kontribusi terhadap penurunan kualitas udara


sebagai akibat pencemaran udara karena peningkatan emisi gas buang kendaraan
bermotor.
Secara spasial, perkembangan kawasan perkotaan telah melebar dari Kota
Bandung dan Cimahi ke arah Lembang di Bandung Utara, Padalarang di arah
Barat, Tanjungsari, Rancaekek, dan Cicalengka di arah Timur, serta Soreang,
Banjaran, dan Majalaya di arah Selatan. Padahal kawasan perkotaan Bandung
secara fisik terletak di Kawasan Cekungan Bandung yang secara hidrologis berada
pada suatu sistem Daerah Aliran Sungai Citarum bagian Hulu, yang sebenarnya
mempunyai banyak limitasi ekosistem untuk dapat berkembang. Dampak yang
dapat terasakan saat ini adalah semakin menurunnya daya dukung lingkungan,
yang diindikasikan dengan meningkatnya perubahan fungsi lahan (dari lindung ke
budi daya), kelangkaan air baku dan air bersih pada saat musim kemarau, banjir
rutin pada musim hujan, tingginya sedimentasi pada beberapa ruas sungai utama,
dampak pencemaran udara, dan rendahnya kualitas air permukaan akibat
pencemaran air sungai oleh industri dan domestik, serta perubahan iklim mikro.
Berkaitan dengan perubahan iklim mikro, suhu udara dewasa ini dirasakan
semakin panas. Peningkatan suhu udara Bandung juga terjadi akibat efek rumah
kaca yang diakibatkan pencemaran udara yang semakin tinggi intensitasnya, yang
dipicu oleh kegiatan transportasi dan industri.
Masalah-masalah lingkungan yang terkait dengan perkembangan kawasan
perkotaan di atas menjadi tantangan ke depan apabila dikaitkan dengan fungsi
Kota Bandung, yakni pemerintahan, perdagangan, industri, jasa, pendidikan tinggi,
pariwisata, penelitian, dan pengembangan. Dalam konteks pembangunan
perkotaan berkelanjutan, timbul pertanyaan besar: sejauh manakah
pengembangan fungsi-fungsi di atas dapat terus dilakukan apabila dikaitkan
dengan keterbatasan daya dukung lingkungan? Ditinjau dari aspek fisik-spasial,
struktur dan pola ruang kawasan perkotaan Bandung yang cenderung bersifat
ekspansif dan menunjukkan gejala urban sprawl yang semakin tidak terkendali
pada dasarnya berlawanan dengan prinsip kota yang berkelanjutan, yang
menekankan keseimbangan antara kegiatan (pembangunan) yang dilakukan
dengan daya dukung lingkungan.
Ditinjau dari aspek spasial, struktur dan pola ruang kawasan perkotaan yang
cenderung bersifat ekspansif dan menunjukkan gejala urban sprawl yang semakin
tidak terkendali pada dasarnya berlawanan dengan konsep dan prinsip-prinsip
compact city yang di negara-negara maju diyakini mencerminkan bentuk
perkotaan yang berkelanjutan. Mengacu pada UN Habitat II City Summit di
Istanbul Tahun 1996, sasaran kota berkelanjutan adalah bentuk kota yang
kompak; preservasi ruang terbuka hijau dan ekosistem-ekosistem yang sensitif;
mengurangi penggunaan kendaraan bermotor; mengurangi limbah dan polusi,
penggunaan kembali dan daur ulang material; penciptaan lingkungan yang
berorientasi pada komunitas; pengalokasian perumahan yang layak dan
terjangkau; peningkatan pemerataan sosial; dan pengembangan ekonomi lokal
yang bersifat restoratif (Wheeler, 2000).
 PWKL4107/MODUL 1 1.15

Mengacu pada latar belakang yang telah diuraikan pada bagian terdahulu,
yang menjadi masalah substantif dalam penelitian ini adalah pengembangan
kawasan perkotaan secara horizontal yang berlangsung ekspansif dan sprawl
menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan hidup pada wilayah yang lebih luas
sehingga mengarah pada ketidakberlanjutan. Dalam kaitannya dengan kota-kota
di Indonesia yang sedang mengalami pertumbuhan pesat, baik secara demografis,
ekonomi, dan fisik-spasial, menjadi penting untuk mempertanyakan keterkaitan
antara bentuk perkotaan (urban form) dan keberlanjutannya, baik secara
lingkungan, sosial, maupun ekonomi. Bertolak dari hasil kajian empirik di negara-
negara maju yang menunjukkan keterkaitan antara bentuk perkotaan dengan
keberlanjutannya, sejauh mana hal ini juga berlaku di kota-kota di Indonesia
sehingga dapat dijadikan landasan untuk menjawab persoalan kecenderungan
perkembangan fisik kota di Indonesia yang bersifat ekspansif dan menunjukkan
gejala urban sprawl yang semakin tidak terkendali dengan berbagai dampaknya
secara lingkungan, sosial, dan ekonomi.
Dalam konteks perkembangan perkotaan di Indonesia yang ditandai oleh
masih terkonsentrasinya perkembangan tersebut di kota-kota besar dan
metropolitan, konsekuensinya adalah tidak terkendalinya perkembangan fisik-
spasial secara ekspansif dan sprawl yang semakin mengancam tingkat
keberlanjutan dan kelayakhunian. Oleh sebab itu, kebijakan perkotaan yang salah
satunya diarahkan pada pengelolaan pertumbuhan kota besar dan metropolitan
dengan memperhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan, harus diikuti
dengan strategi pengembangan kawasan perkotaan yang dapat mengurangi
kecenderungan urban sprawl yang semakin tidak terkendali. Dalam hal ini adanya
berbagai strategi pengembangan kawasan perkotaan yang mengacu pada prinsip-
prinsip kota yang berkelanjutan harus tetap disesuaikan dengan karakteristik
spesifik kota-kota di Indonesia.
Berbagai kajian empirik merekomendasikan solusi preskriptif compact city
atau kompaksi perkotaan yang diyakini lebih berkelanjutan karena mengurangi
kebutuhan perjalanan dengan kendaraan bermotor, mengurangi pemborosan
lahan di kawasan perdesaan, meningkatkan kesetaraan sosial, menghidupkan
kembali kawasan pusat kota yang terlantar, serta berkontribusi pada vitalitas
perkotaan dalam konteks keberlanjutan jangka panjang. Secara internasional,
kompaksi perkotaan telah diimplementasikan di berbagai negara maju dengan
berbagai bentuk, mulai dari yang menekankan pemanfaatan lahan terlantar dan
peremajaan atau pembangunan kawasan pusat kota di Eropa, sampai dengan
menciptakan batas pertumbuhan perkotaan (urban containment) dan
berkembangnya New Urbanism dan Smart Growth di Amerika Serikat, promosi
perumahan berkepadatan sedang di Australia dan New Zealand, serta urban
redevelopment yang lebih menekankan pembangunan kembali kawasan pusat
kota di Jepang. Adanya variasi penerapan kompaksi perkotaan ini menunjukkan
bagaimana tiap negara mengadaptasikan konsep compact city ke dalam kondisi
lokal dan dengan demikian dapat berkontribusi terhadap keberlanjutan perkotaan
dalam cara yang dapat diterima sekaligus layak dalam lingkungan lokalnya
1.16 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

masing-masing. Dalam konteks inilah kemudian berbagai manfaat potensial


kompaksi perkotaan dijadikan dasar pertimbangan promosi gagasan ini untuk
diterapkan, terutama dalam: (1) pengurangan ketergantungan terhadap
kendaraan bermotor sehingga menimbulkan emisi yang lebih rendah sekaligus
mengurangi konsumsi energi; (2) peningkatan pelayanan transportasi umum yang
lebih baik; (3) peningkatan aksesibilitas; (4) penggunaan kembali prasarana dan
lahan yang telah dibangun; (5) regenerasi kawasan perkotaan; (6) peningkatan
kualitas hidup; dan (7) perlindungan terhadap ruang terbuka hijau.
Dalam implementasinya, kompaksi perkotaan dapat dilakukan pada kawasan
dalam kota (inner city, dalam bentuk infill development atau brownfield
development). Infill development adalah praktik pembangunan pada lahan kosong
atau kapling yang belum terbangun di dalam bagian lama kawasan perkotaan.
Brownfield development adalah praktik pemanfaatan kembali lahan di kawasan
dalam kota (misalnya bekas lahan peruntukan industri) untuk pembangunan baru,
untuk membedakannya dengan greenfield development: yang merupakan
pembangunan pada kawasan yang sebelumnya belum terbangun (kawasan
pertanian) yang biasanya berada di pinggiran kota.

C. PRESENTASI LISAN

Presentasi lisan dilakukan misalnya dalam bentuk pidato, ceramah atau


kuliah, yang semata-mata mengandalkan penggunaan indera dengar (audio)
untuk menangkap informasi yang disampaikan pembicara (presenter). Teknik
presentasi ini tentu saja lebih mengandalkan kemampuan presenter secara
verbal, bahkan kemampuan retorika (misalnya dalam pidato). Dalam
kaitannya dengan kemampuan daya serap oleh pendengar (audiens, pemirsa),
teknik presentasi ini justru berada pada tingkat paling rendah, sehingga dalam
prakteknya biasanya perlu ditunjang dengan teknik presentasi lain, dengan
menggunakan alat bantu atau media visual.
Tentu saja dalam prakteknya ketiga bentuk dan teknik presentasi (grafis,
tulisan, dan lisan) acap kali dilakukan secara bersama-sama atau sekaligus
sesuai dengan kebutuhan atau tujuan presentasi yang dilakukan. Dewasa ini
kita mengenal presentasi audio-visual atau bahkan berkembang pula apa yang
disebut presentasi multimedia.
Dalam presentasi (sejak disain, pembuatan bahan/materi, dan
pelaksanaannya) tentu saja lazim dipergunakan berbagai alat bantu agar
presentasi dapat dilakukan secara lebih efektif. Berdasarkan penggunaan alat
bantu ini maka teknik presentasi dapat dibedakan: (1) presentasi manual dan
(2) presentasi dengan komputer.
 PWKL4107/MODUL 1 1.17

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan apa yang dimaksud dengan teknik presentasi!


2) Sebutkan macam-macam teknik presetasi yang digunakan sebagai sarana
komunikasi dalam PWK!
3) Berikan contoh-contoh teknik presentasi grafis!
4) Buatlah satu tulisan esai mengenai suatu masalah atau isu pembangunan
perkotaan!

R A NG KU M AN

Presentasi secara umum berarti aktivitas berkomunikasi yang


dilakukan untuk menyampaikan atau menunjukkan sesuatu kepada orang
lain dengan cara atau menggunakan media tertentu. Teknik presentasi
adalah segala hal yang berkaitan dengan cara, metoda, media, yang dapat
meningkatkan kemampuan presentasi secara efisien dan efektif.
Berdasarkan bentuk atau media penyajiannya, teknik presentasi sebagai
sarana komunikasi dalam PWK pada dasarnya dapat dibedakan ke dalam
3 bentuk, yaitu presentasi grafis (visual), presentasi tulisan, dan
presentasi lisan (oral).

TES F OR M AT IF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Manakah di bawah ini yang bukan merupakan jenis-jenis dari teknik


presentasi ....
A. lisan
B. oral
C. audio
D. grafis
1.18 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

2) Manakah di bawah ini yang bukan termasuk teknik presentasi grafis atau
visual ....
A. diagram
B. esai
C. foto
D. peta

3) Manakah di bawah ini yang bukan termasuk bentuk presentasi tulisan ....
A. esai/paper
B. artikel
C. maket
D. laporan

4) Dari beberapa gambar berikut ini mana yang termasuk diagram ....

A.

B.
 PWKL4107/MODUL 1 1.19

C.

D.

5) Manakah yang termasuk bentuk-bentuk presentasi lisan ....


A. pidato
B. kuliah
C. esai
D. diagram

6) Manakah bentuk presentasi visual di bawah ini yang bukan termasuk


bentuk dua dimensi (2D) ....
A. foto
B. sketsa
C. peta
D. maket
1.20 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

7) Teknik presentasi melalui tulisan dimaksudkan untuk tujuan-tujuan


berikut, kecuali ....
A. deskripsi
B. analisis
C. audio-visual
D. evaluasi

8) Berikut ini yang tidak termasuk alat bantu utama ketika melakukan
presentasi lisan secara audio visual ....
A. komputer
B. infocus
C. dokumen laporan
D. slide presentasi

9) Suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak hadirin atau salah satu


bentuk komunikasi disebut ....
A. observasi
B. analisis
C. informasi
D. presentasi

10) Data yang telah diolah dan dibentuk menjadi sesuatu yang lebih berguna
atau lebih berarti bagi penerimanya disebut .....
A. presentasi
B. komunikasi
C. informasi
D. observasi

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang
 PWKL4107/MODUL 1 1.21

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 1, terutama bagian yang
belum dikuasai.
1.22 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

Kegiatan Belajar 2

Peran Teknik Presentasi dan Komunikasi


dalam PWK

D alam bidang Perencanaan Wilayah dan Kota (PWK), data atau


informasi mempunyai peranan penting, karena perencanaan pada
dasarnya merupakan pengambilan keputusan secara rasional yang harus
didukung dengan informasi. Data akan menjadi lebih informatif jika disajikan
dengan baik sesuai dengan tujuannya. Analisis dapat dilakukan dengan lebih
sistematis jika didukung dengan teknik presentasi yang baik. Demikian pula
produk rencana pada akhirnya memerlukan pula sarana untuk dapat
dikomunikasikan secara efektif. Teknik presentasi yang baik akan menjadi
sarana komunikasi, tidak saja bagi perencana dengan sesama perencana atau
profesional lain, tetapi juga menjadi sarana komunikasi antara perencana
dengan masyarakat luas dan berbagai pihak lain yang berkaitan dengan
aktivitas perencanaan yang dilakukan, seperti terlihat pada Gambar 1.9.

Pada setiap tahapan


di dalam proses
perencanaan,
diperlukan adanya
komunikasi dengan
berbagai stakeholder

Gambar 1.9
Pentingnya Komunikasi dalam Proses Perencanaan
 PWKL4107/MODUL 1 1.23

Bidang Perencanaan Wilayah dan Kota dalam proses dan tahapan


kegiatannya senantiasa berhubungan dengan informasi. Informasi tersebut
pada umumnya berasal dari berbagai aspek (multi-sector) dan harus di
koordinasikan dengan berbagai pihak (multi-stakeholder). Oleh karena itu,
kemampuan komunikasi sangat diperlukan bagi seorang planner.

Penyampaian informasi pada masing-masing tahapan di atas


membutuhkan bentuk presentasi yang berbeda dengan memanfaatkan media
yang berbeda pula. Teknik penyampaian dan substansi presentasi juga perlu
dipertimbangkan berdasarkan audience yang akan hadir.

Gambar 1.10
Ilustrasi Berbagai Media dan Teknik Presentasi
1.24 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

Teknik presentasi dan komunikasi sangat penting di dalam penyampaian


informasi, khususnya di bidang perencanaan wilayah dan kota karena
substansi pada umumnya bersifat multisector (tata ruang/aspek spasial, aspek
ekonomi, aspek lingkungan, aspek sosial budaya, aspek hukum, dan
sebagainya) serta harus dapat dimengerti oleh berbagai stakeholder, mulai
dari pemerintah, tokoh masyarakat, pihak swasta, masyarakat, akademisi
maupun kepada sesama planner. Oleh karena itu, perlu adanya pemahaman
mendasar mengenai beberapa hal yang perlu diperhatikan di dalam
mengomunikasikan atau mempresentasikan suatu informasi. Berikut akan
dijelaskan beberapa pemahaman mendasar mengenai hal-hal yang perlu
diperhatikan di dalam suatu komunikasi dan presentasi.

A. KOMUNIKASI

Komunikasi secara umum dapat diartikan sebagai proses penyampaian


informasi dari komunikator kepada komunikan dengan menggunakan media
dan cara penyampaian informasi yang dipahami oleh kedua pihak, serta
saling memiliki kesamaan arti lewat transmisi pesan secara simbolik.
Komunikasi adalah proses memberi, menerima atau bertukar informasi,
pendapat, perasaan atau ide melalui perkataan, tulisan atau alat-alat peraga,
atau melalui kombinasi ketiganya.
Komunikasi memegang peranan penting bagi kita untuk membantu
mewujudkan hubungan yang sehat dan penuh penghargaan, baik di dunia
kerja, sosial, dan keluarga. Di bidang perencanaan wilayah dan kota,
komunikasi merupakan salah satu kunci yang paling penting untuk
menyampaikan berbagai usulan strategi, kebijakan, atau rencana tata ruang
(spasial). Oleh karena itu, diperlukan keahlian berkomunikasi yang baik dan
benar agar penyampaian informasi dan usulan rencana dapat dengan mudah
dipahami oleh berbagai pihak.
Sebagai suatu proses penyampaian informasi, para individu yang terlibat
dalam kegiatan komunikasi, khususnya komunikator perlu merancang dan
menyajikan informasi yang benar dan tepat sesuai setting komunikasi, dan
informasi tersebut disajikan dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan
situasi komunikasi dan tingkat nalar penerimaan lawan komunikasi. Dengan
kata lain, teknik maupun substansi presentasi perlu disesuaikan dengan
audiens yang akan hadir.
 PWKL4107/MODUL 1 1.25

Rumusan suatu komunikasi pada dasarnya memiliki enam komponen


dasar yang meliputi komunikator, komunikan, pesan atau esensi komunikasi,
interaksi yang langsung maupun tidak langsung, penggunaan media
komunikasi yang benar dan tepat, dan pemahaman bersama akan esensi dan
tujuan komunikasi.
Dalam penerapannya, keberhasilan suatu komunikasi dinilai dari
ketercapaian tujuan komunikasi yang didukung oleh kepercayaan
komunikasi, daya tarik pesan dan kesesuaian pesan dengan kebutuhan
komunikan, pengalaman tentang isi pesan antara komunikator dan
komunikan, dan kemampuan komunikan menafsirkan pesan sesuai dengan
indera penerimaan pesan.
Untuk menyampaikan informasi dengan efektif dan efisien, komunikasi
perlu dilakukan dengan jelas, benar, penuh pertimbangan, lengkap, dan
singkat. Selain itu, di dalam berkomunikasi perlu diperhatikan unsur
5 W & 1H (Whom, Who, What, When, Where, and How).
1. Whom: Siapa yang diajak berkomunikasi.
2. Who: Siapa yang akan mengomunikasikan.
3. What: Apa isi yang tepat untuk dikomunikasikan
4. When: Kapan waktu yang tepat untuk berkomunikasi.
5. Where: Di mana lokasi yang tepat untuk mengomunikasikan pesan
tersebut.
6. How: Bahasa, media, teknik, style yang dipakai untuk berkomunikasi.

B. PRESENTASI

Secara harfiah, presentasi merupakan suatu kegiatan berbicara di


hadapan banyak hadirin, yang merupakan salah satu bentuk komunikasi,
umumnya merupakan kegiatan pengajuan suatu topik, pendapat atau
informasi kepada orang lain. Kemampuan presentasi merupakan
keterampilan yang dapat diasah, dipelajari dan ditingkatkan. Dengan
mempelajari teknik komunikasi dan presentasi ini paling tidak seseorang
sudah mulai memiliki kemauan untuk meningkatkan kompetensi diri menjadi
komunikator/presenter yang baik, khususnya bagi orang yang hendak
menekuni bidang perencanaan wilayah dan kota.
Presentasi merupakan komunikasi formal yang dilakukan orang dalam
sebuah forum untuk menginterpretasikan keinginan orang pertama. Presentasi
dapat dilakukan pada sebuah forum yang formal maupun nonformal.
1.26 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

Presentasi sendiri lebih mengedepankan pada apa yang dimiliki dan


keinginan presenter kepada pendengar agar pendengar tahu dan memberikan
respons atau tanggapan kepada presenter mengenai topik yang disampaikan.
Enam hal yang menjadi komponen di dalam presentasi adalah:
1. internal pribadi presenter,
2. bahan presentasi,
3. media presentasi,
4. audience (pendengar),
5. lingkungan.

Berikut ini beberapa tips umum untuk melakukan presentasi yang baik
dan benar.
1. Melakukan persiapan.
Beberapa persiapan yang perlu disediakan antara lain adalah bahan
presentasi, bahan yang akan dibagikan (jika ada), peralatan seperti laptop
atau infocus dan mempersiapkan mental. Jika semua kondisinya baik dan
aman dapat membuat presenter lebih percaya diri.
2. Materi presentasi.
Bedakan antara materi yang akan dipresentasikan dengan proposal yang
akan diberikan karena pada saat presentasi, presenter hanya menjelaskan
poin-poin utamanya saja, tidak perlu secara keseluruhan untuk dibahas
karena akan menghabiskan waktu dan membuat audiens merasa bosan.
3. Pada saat presentasi.
a. Usahakan datang lebih awal dari waktu yang ditentukan.
b. Gunakan waktu seefisien mungkin.
c. Gunakan pakaian yang sopan.
d. Kenali audiens atau peserta yang hadir, sehingga kita bisa lebih
akrab dengan menyebut namanya dan tahu jabatannya.
e. Bagi pandangan kita ke semua audiens dan perbanyak komposisi
pandangan kita kepada orang yang paling berpengaruh atau
pengambil keputusan.
f. Sebisa mungkin untuk tidak membicarakan hal yang tidak penting
atau hal-hal yang sekiranya tidak perlu atau tidak ingin didengar
audiens.
g. Berbicaralah dengan lugas dan sopan.
h. Atur intonasi suara, upayakan volume suara tidak terlalu besar atau
tidak terlalu kecil.
 PWKL4107/MODUL 1 1.27

i. Jangan terlalu banyak bergerak karena akan mengganggu


konsentrasi peserta.
j. Pada beberapa kondisi, dapat dimunculkan beberapa joke atau
hiburan untuk mencairkan suasana agar tidak terlalu kaku atau
membosankan, namun jangan berlebihan.
4. Anggap saja audiens tidak mengerti mengenai materi yang akan
disampaikan, jadi bersikaplah dengan mengundang simpati dan rasa
kagum para audiens karena pengetahuan kita, tapi hindari kesan
menggurui.
5. Pada saat tanya jawab, catat pertanyaan dan jawablah dengan lugas.
Keberhasilan dari sebuah presentasi adalah kita mengerti betul tentang
isi yang akan dipresentasikan sehingga pada saat menjelaskan tidak
terbata-bata atau kebingungan sendiri. Untuk itu, pahami betul
substansinya dan lakukan persiapan yang matang, karena tujuan dari
presentasi adalah untuk membuat para audiens mengerti dan memahami
serta tertarik dari isi presentasi yang ditawarkan.

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Jelaskan menurut pendapat Anda, mengapa teknik komunikasi dan


presentasi sangat diperlukan di dalam perencanaan wilayah dan kota!
2) Sebutkan dan jelaskan sembilan tahapan di dalam proses perencanaan!
3) Jelaskan dan berikan contoh mengenai unsur 5W 1H dalam melakukan
komunikasi!
4) Jelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan saat presentasi agar
penyampaian informasi berjalan secara efektif dan efisien!

R A NG KU M AN

Perencanaan Wilayah dan Kota dalam proses dan tahapan


kegiatannya senantiasa berhubungan dengan informasi. Informasi
tersebut memiliki nilai yang sangat penting di dalam perumusan
1.28 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

kebijakan atau dalam pengambilan keputusan yang rasional.


Penyampaian informasi akan lebih informatif jika data-data yang ada
disajikan dengan baik sesuai dengan tujuannya. Dalam peyampaian
informasi tersebut, teknik komunikasi dan presentasi merupakan kunci
utama agar maksud rencana yang diusulkan dapat dipahami, ditanggapi
dan diterima oleh berbagai pihak. Secara umum, tahapan di dalam proses
perencanaan dapat disederhanakan menjadi tiga bagian utama, yaitu
pengolahan data, analisis dan perumusan rencana. Penyampaian
informasi pada masing-masing tahapan berikut membutuhkan bentuk
presentasi yang berbeda-beda.

TES F OR M AT IF 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Informasi diperlukan sebagai pertimbangan untuk dapat menentukan


keputusan secara ....
A. hemat
B. rasional
C. visual
D. memihak

2) Tahapan berikut ini yang tidak termasuk ke dalam proses perencanaan


adalah ....
A. merumuskan persoalan
B. melakukan analisis
C. menyampaikan informasi secara tertutup
D. mengumpulkan data

3) Proses memberi, menerima atau bertukar informasi, baik secara lisan


maupun tulisan disebut....
A. pidato
B. analisis
C. komunikasi
D. observasi visual

4) Di dalam proses perencanaan, komunikasi merupakan proses yang


menjadi kunci penting di dalam hal-hal berikut, kecuali....
A. menyampaikan usulan strategi
B. menentang semua pihak yang terlibat
 PWKL4107/MODUL 1 1.29

C. mendiskusikan perumusan kebijakan


D. proses penentuan atau pengambilan keputusan

5) Salah satu bentuk komunikasi berupa kegiatan berbicara di depan banyak


orang/hadirin disebut....
A. intonasi
B. observasi
C. verifikasi
D. presentasi

6) Hal-hal yang tidak perlu diperhatikan saat melakukan presentasi


adalah ....
A. audiens yang akan hadir
B. intonasi dan gaya bicara
C. hiburan yang berlebihan
D. penguasaan materi

7) Keberhasilan suatu presentasi dapat dilihat dari .....


A. media yang digunakan
B. munculnya debat antar pihak dalam proses diskusi
C. tempat diselenggarakannya presentasi
D. ketersampaian dan ketertarikan audiens terhadap materi

8) Saat melakukan presentasi, sebaiknya hindari ....


A. penggunaan bahasa yang lugas dan jelas
B. pakaian yang sopan
C. tatap muka dengan audiens
D. volume suara yang berlebihan

9) Yang bukan termasuk unsur utama di dalam suatu komunikasi adalah ....
A. komunikator dan komunikasi
B. pesan yang disampaikan
C. lamanya interaksi
D. media komunikasi

10) Di dalam perencanaan wilayah dan kota, penyampaian informasi bersifat


multistakeholder, artinya ....
A. mencakup berbagai aspek/bidang keilmuan
B. dapat disampaikan dengan melalui berbagai macam media
1.30 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

C. diselenggarakan di berbagai tempat


D. disampaikan kepada berbagai pihak (pemerintah, lembaga,
masyarakat, dan lain sebagainya)

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
 PWKL4107/MODUL 1 1.31

Kegiatan Belajar 3

Peran dan Pemanfaatan Berbagai Teknik


Presentasi dan Komunikasi

T ahapan dalam perencanaan wilayah dan kota secara teknis acap kali
disederhanakan dalam tiga kegiatan utama: pengumpulan data, analisis,
dan perumusan rencana. Sejalan dengan tahapan kegiatan ini maka teknik
penyajian yang dibutuhkan untuk dikembangkan dapat pula dipilah menurut
tiga kegiatan utama tersebut meskipun sesungguhnya berkaitan satu sama
lain. Tentu saja pada tiap tahap kegiatan dibutuhkan bentuk penyajian yang
berbeda dengan memanfaatkan media yang berbeda pula. Sebelum
pembahasan masing-masing kegiatan, pada bagian ini terlebih dahulu akan
diuraikan peranan data dalam perencanaan sebagai landasan, jenis atau
macamnya, serta kebutuhan penyajiannya.

A. DATA: PERANAN DAN JENISNYA

Tahap pengumpulan data mempunyai peranan yang sangat penting


dalam perencanaan karena perencanaan pada dasarnya merupakan suatu
proses pengambilan keputusan yang tidak dapat dilakukan tanpa dukungan
informasi yang memadai. Namun demikian, data yang dikumpulkan tersebut
tidak banyak gunanya jika tidak disajikan dengan baik.
Dalam perencanaan, data atau informasi diperlukan untuk tujuan utama,
yaitu:
1. identifikasi permasalahan dan perkembangan eksisting, sebagai dasar
bagi perumusan kebijaksanaan/rencana;
2. identifikasi dan evaluasi alternatif kebijaksanaan/rencana sebagai umpan
balik.

1. Jenis Data Menurut Kebutuhan dalam Perencanaan


Ada tiga tipe atau jenis informasi yang perlu dikumpulkan dan dianalisis
menurut kebutuhan dalam perencanaan.
a. Data yang memberikan informasi tentang distribusi (spatial distribution
dan aspatial distribution). Data ini memberikan informasi yang bersifat
deskriptif, yang dapat digunakan untuk membandingkan antar kelompok,
1.32 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

kegiatan, atau wilayah geografis yang berbeda, terutama dalam rangka


mengidentifikasikan potensi dan permasalahan pembangunan.
b. Data yang memberikan informasi tentang keterkaitan (relationship), baik
dalam bentuk spatial maupun aspatial.
c. Data indikator perkembangan, yang memberikan informasi yang
menunjukkan tingkat atau derajat perkembangan yang telah dicapai oleh
suatu wilayah atau kelompok penduduk.

Tabel 1.1
Contoh Data Spatial Distribution

Jumlah Kepadatan
Kecamatan Luas (Km2)
Penduduk (Jiwa/Km2)
1. Ampenan 78.779 9,46 8.328
2. Sekarbela 53.112 10,32 5.147
3. Mataram 73.107 10,76 6.794
4. Selaparang 72.665 10,77 6.747
5. Cakranegara 64.087 9,67 6.627
6. Sandubaya 61.093 10,32 5.920
Jumlah 402.843 61,3 6.572

Tabel 1.2
Contoh Data Indikator Perkembangan

Indikator 2007 2008 2009 2010 2011 2012


Surat Berharga 57,2 85,9 99,5 91,1 126,7 134,6
Negara
Pembiayaan Pinjaman (23,9) (18,4) (15,5) (4,2) (1,3) (1,0)
(neto)
Penarikan PLN, bruto 34,1 45,0 52,5 46,1 44,5 45,4
Pinjaman Program 19,6 30,1 28,9 29,0 19,2 15,3
Pinjaman Proyek 14,5 20,1 29,7 25,8 37,0 39,0
Penerusan PLN - (5,2) (6,2) (8,7) (11,7) (8,9)
Pembayaran cicilan (57,9) (63,4) (68,0) (50,6) (47,2) (47,3)
Pokok PLN
Penarikan Pinjaman - - - 0,4 1,5 0,9
Dalam Negeri, neto
Total Pembiayaan 33,3 67,5 83,9 86,9 125,3 133,6
Utang
 PWKL4107/MODUL 1 1.33

2. Jenis Data menurut Cakupan Karakteristiknya


Data muncul dalam berbagai bentuk, mencakup karakteristik orang
(person), tempat (places), peristiwa (events), dan hasil (outcomes).
Karakteristik data yang mencakup person misalnya adalah umur, jenis
kelamin, suku, pendidikan, status pekerjaan, agama, pendapatan, dan
sebagainya. Karakteristik tempat meliputi, perkotaan, pedesaan, wilayah
administrasi, jenis perumahan, dan sebagainya. Peristiwa, misalnya dalam
bentuk bencana alam, kecelakaan, frekuensi kejahatan, dan sebagainya.
Outcomes, misalnya tingkat kemiskinan, tingkat urbanisasi, dan tingkat
pengangguran.
Selain itu, data dapat dibedakan pula berdasarkan sifatnya, yaitu data
kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif menunjukkan kuantitas, jumlah
ukuran atau besaran numerik yang terukur (bersifat objektif). Sedangkan data
kualitatif menunjukkan kualitas dari objek tertentu yang acap kali tidak
terukur (lebih bersifat subjektif).
Data kualitatif adalah data yang dihimpun berdasarkan cara-cara yang
melihat proses suatu objek penelitian. Data semacam ini lebih melihat kepada
proses daripada hasil karena didasarkan pada deskripsi proses dan bukan
pada perhitungan matematis. Teknik pengumpulan data kualitatif meliputi
pengamatan/observasi, wawancara, studi literatur/pustaka, angket, dan lain-
lain. Data kuantitatif jelas mendasarkan hasil penelitian pada perhitungan-
perhitungan matematis yang kemudian memberikan gambaran atas suatu
fenomena kasus yang diajukan dalam penelitian. Data angka yang dihasilkan
menjadi acuan atau parameter, tingkat atau level yang telah ditentukan
sebelumnya. Cara-cara yang digunakan bisa berupa tes (pra maupun pasca)
yang kemudian melalui berbagai proses uji validitas data. Keduanya bisa
digunakan untuk meneliti objek studi yang sama, dengan cara berbeda. Jadi,
data kualitatif bukan sekedar menyatakan kualitas, dan data kuantitatif bukan
sekedar menyatakan jumlah. Yang membedakan kedua jenis data adalah cara
meneliti. Data kualitatif berkutat pada proses, sebagai contoh, efek reflective
teaching terhadap kualitas pembelajaran siswa. Sedangkan data kuantitatif
berkutat pada hasil, sebagai contoh, apakah reflective teaching dapat
meningkatkan prestasi siswa?
Dikaitkan dengan aspek yang berpengaruh dalam perkembangan dan
perencanaan wilayah dan kota, data acap kali pula dibagi dalam kategori data
ekonomi, sosial, fisik, dan seterusnya.
1.34 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

Gambar 1.11
Contoh Data Kuantitatif

Gambar 1.12
Contoh Data Kualitatif

3. Jenis Data menurut Teknik Pengumpulannya


Koleksi data merupakan tahapan dalam proses penelitian yang penting
karena hanya dengan mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian
akan berlangsung sampai peneliti mendapatkan jawaban dari perumusan
masalah yang sudah ditetapkan. Data yang dicari harus sesuai dengan tujuan
penelitian. Dengan teknik sampling yang benar, peneliti sudah mendapatkan
strategi dan prosedur yang akan gunakan dalam mencari data di lapangan.
Bagian ini akan membahas jenis data apa saja yang dapat pergunakan untuk
penelitian. Yang pertama ialah data primer dan yang kedua ialah data
sekunder.

a. Data primer
Data primer diperoleh secara langsung dari objeknya, melalui observasi
atau wawancara. Data primer adalah data yang hanya dapat peroleh dari
sumber asli atau pertama. Data primer harus secara langsung diambil dari
sumber aslinya, melalui nara sumber yang tepat dan yang jadikan responden
dalam penelitian. Berikut ini cara prosedur pengumpulan data.
 PWKL4107/MODUL 1 1.35

1) Wawancara atau interviu adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh


pewawancara (interviewer) untuk memperoleh informasi dari
terwawancara.
2) Kuesioner atau angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang
digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang diketahui. Dipandang dari
cara menjawab kuesioner dapat dibedakan atas kuesioner:
a) terbuka: kuesioner yang memberi kesempatan kepada responden
untuk menjawab dengan kalimat sendiri;
b) tertutup: kuesioner yang sudah menyediakan jawabannya sehingga
responden tinggal memilih.
3) Observasi adalah cara pengambilan data dengan pengamatan langsung
yang dapat dilakukan dengan menggunakan seluruh alat indera.

Data primer merupakan sumber data yang diperoleh langsung dari


sumber asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa opini
subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap
suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Metode yang
digunakan untuk mendapatkan data primer, yaitu (1) metode survei dan (2)
metode observasi.

b. Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari sumber yang lebih dahulu mengumpulkan,
mengolah dan menganalisis sesuai dengan tujuan tertentu. Data sekunder
merupakan data yang sudah tersedia sehingga tinggal mencari dan
mengumpulkan. Data sekunder dapat diperoleh dengan lebih mudah dan
cepat karena sudah tersedia, misalnya di perpustakaan, perusahaan-
perusahaan, organisasi-organisasi perdagangan, Badan Pusat Statistik (BPS),
dan kantor-kantor pemerintah. Meski data sekunder secara fisik sudah
tersedia dalam mencari data tersebut tidak boleh lakukan secara
sembarangan. Untuk mendapatkan data yang tepat dan sesuai dengan tujuan
penelitian, memerlukan beberapa pertimbangan, di antaranya berikut ini.
Jenis data harus sesuai dengan tujuan penelitian yang sudah tentukan
sebelumnya. Data sekunder yang dibutuhkan bukan menekankan pada jumlah
tetapi pada kualitas dan kesesuaian, karena itu, peneliti harus selektif dan
hati-hati dalam memilih dan menggunakannya. Data sekunder biasanya
digunakan sebagai pendukung data primer, karena itu kadang-kadang tidak
1.36 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

dapat hanya menggunakan data sekunder sebagai satu-satunya sumber


informasi untuk menyelesaikan masalah penelitian.
Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh
pihak lain). Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan
historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang
dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan.
Sebelum proses pencarian data sekunder dilakukan, kita perlu melakukan
identifikasi kebutuhan terlebih dahulu. Identifikasi dapat dilakukan dengan
cara membuat pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: 1) Apakah kita
memerlukan data sekunder dalam menyelesaikan masalah yang akan diteliti?
2) Data sekunder seperti apa yang kita butuhkan? Identifikasi data sekunder
yang kita butuhkan akan membantu mempercepat dalam pencarian dan
penghematan waktu serta biaya.
Data sekunder dapat dipergunakan untuk hal-hal berikut ini.
1) Pemahaman masalah: data sekunder dapat digunakan sebagai sarana
pendukung untuk memahami masalah yang akan kita teliti. Sebagai
contoh apabila kita akan melakukan penelitian dalam suatu perusahaan,
perusahaan menyediakan company profile atau data administratif lainnya
yang dapat kita gunakan sebagai pemicu untuk memahami persoalan
yang muncul dalam perusahaan tersebut dan yang akan kita gunakan
sebagai masalah penelitian.
2) Penjelasan masalah: data sekunder bermanfaat sekali untuk memperjelas
masalah dan menjadi lebih operasional dalam penelitian karena
didasarkan pada data sekunder yang tersedia, kita dapat mengetahui
komponen-komponen situasi lingkungan yang mengelilinginya. Hal ini
akan menjadi lebih mudah bagi peneliti untuk memahami persoalan yang
akan diteliti, khususnya mendapatkan pengertian yang lebih baik
mengenai pengalaman-pengalaman yang mirip dengan persoalan yang
akan diteliti.
3) Formulasi alternatif-alternatif penyelesaian masalah yang layak: sebelum
kita mengambil suatu keputusan, kadang kita memerlukan beberapa
alternatif lain. Data sekunder akan bermanfaat dalam memunculkan
beberapa alternatif lain yang mendukung dalam penyelesaian masalah
yang akan diteliti. Dengan semakin banyaknya informasi yang kita
dapatkan maka penyelesaian masalah akan menjadi jauh lebih mudah.
 PWKL4107/MODUL 1 1.37

4) Solusi masalah: data sekunder di samping memberi manfaat dalam


membantu mendefinisikan dan mengembangkan masalah, data sekunder
juga kadang dapat memunculkan solusi permasalahan yang ada. Tidak
jarang persoalan yang akan kita teliti akan mendapatkan jawabannya
hanya didasarkan pada data sekunder saja.

Kita perlu memilih metode pencarian data sekunder apakah itu akan
dilakukan secara manual atau dilakukan secara online. Jika dilakukan secara
manual maka kita harus menentukan strategi pencarian dengan cara
menspesifikasi lokasi data yang potensial, yaitu lokasi internal dan/atau
lokasi eksternal. Jika pencarian dilakukan secara online maka kita perlu
menentukan tipe strategi pencarian; kemudian kita memilih layanan-layanan
penyedia informasi ataupun database yang cocok dengan masalah yang akan
kita teliti.
Setelah metode pencarian data sekunder kita tentukan, langkah
berikutnya ialah melakukan penyaringan dan pengumpulan data. Penyaringan
dilakukan agar kita hanya mendapatkan data sekunder yang sesuai saja,
sedang yang tidak sesuai dapat kita abaikan. Setelah proses penyaringan
selesai maka pengumpulan data dapat dilaksanakan.
Data yang telah terkumpul perlu kita evaluasi terlebih dahulu,
khususnya berkaitan dengan kualitas dan kecukupan data. Jika peneliti
merasa bahwa kualitas data sudah dirasakan baik dan jumlah data sudah
cukup, maka data tersebut dapat kita gunakan untuk menjawab masalah yang
akan kita teliti.
Tahap terakhir strategi pencarian data ialah menggunakan data tersebut
untuk menjawab masalah yang kita teliti. Jika data dapat digunakan untuk
menjawab masalah yang sudah dirumuskan maka tindakan selanjutnya ialah
menyelesaikan penelitian tersebut. Jika data tidak dapat digunakan untuk
menjawab masalah maka pencarian data sekunder harus dilakukan lagi
dengan strategi yang sama.
Ketepatan memilih data sekunder dapat dievaluasi dengan kriteria
berikut ini.
1) Waktu Keberlakuan: apakah data mempunyai keberlakuan waktu?
Apakah data dapat kita peroleh pada saat dibutuhkan? Jika saat
dibutuhkan data tidak tersedia atau sudah kedaluwarsa maka sebaiknya
jangan digunakan lagi untuk penelitian kita.
1.38 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

2) Kesesuaian: apakah data sesuai dengan kebutuhan kita? Kesesuaian


berhubungan dengan kemampuan data untuk digunakan menjawab
masalah yang sedang diteliti?
3) Ketepatan: apakah kita dapat mengetahui sumber-sumber kesalahan yang
dapat mempengaruhi ketepatan data, misalnya apakah sumber data dapat
dipercaya? Bagaimana data tersebut dikumpulkan atau metode apa yang
digunakan untuk mengumpulkan data tersebut?
4) Biaya: berapa besar biaya untuk mendapatkan data sekunder tersebut?
Jika biaya jauh lebih dari manfaatnya, sebaiknya kita tidak perlu
menggunakannya.

B. DATA: PERANAN DAN JENISNYA

Sesuai dengan karakteristik data dalam PWK biasanya disajikan dalam


bentuk (format) tabulasi, grafik/diagram, peta, foto, maket (model 3 dimensi).
Berikut ini adalah contoh-contoh penggunaannya secara umum.

1. Tabel
Tabulasi merupakan bentuk penyajian data yang paling sederhana, yang
menunjukkan informasi yang berupa data numeris maupun teks (atau
campuran teks dengan simbol). Ditinjau dari tujuannya, tabel dipergunakan
untuk menunjukkan informasi yang bersifat distribusi (untuk data numeris)
atau komparasi (terutama untuk teks) antara komponen. Data distribusi yang
disajikan dalam tabel dapat berupa data mentah (raw data) yang mengandung
angka-angka absolut atau dalam bentuk proporsi/persentase/kontribusi/
pangsa suatu komponen terhadap keseluruhan. Dalam hal ini, baik yang
berupa distribusi spasial maupun aspasial. Distribusi spasial, misalnya jumlah
penduduk menurut suatu wilayah; sedangkan distribusi aspasial, misalnya
komposisi produk domestik regional bruto (PDRB) suatu wilayah menurut
sektor/lapangan usaha.
 PWKL4107/MODUL 1 1.39

Tabel 1.3
Contoh Tabel PDBR atas Dasar Harga Konstan
(Juta Rupiah)

SEKTOR 2007 2008 2009 2010


PERTANIAN 583 553 522 494
PERTAMBANGAN 173 165 156 147
INDUSTRI PENGOLAHAN 1854 1787 1705 1626
LISTRIK DAN AIR BERSIH 203 191 176 160
BANGUNAN 481 459 431 404
PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN 2432 2351 2249 2135
ANGKUTAN/TELEKOMUNIKASI 2805 2624 2426 2263
BANK/KEUANGAN/PERUMAHAN 916 864 806 749
JASA 1897 1803 1694 1599
TOTAL 11346 10797 10166 9577

2. Grafik/Diagram
Karena berisi deretan angka-angka, penyajian data dalam bentuk tabel
acap kali ‘kering’, menjemukan dan tidak menarik. Hal inilah kemudian
menjadi kajian dasar diperlukannya teknik penyajian lain yang lebih
informatif sekaligus menarik dalam bentuk grafik atau diagram.
Grafik/diagram biasanya diperlukan untuk menunjukkan:
a. pola-pola dalam data: kecenderungan, perbandingan, distribusi, proporsi;
b. keterkaitan antara unsur;
c. proses, pilihan, probabilitas, dan lain sebagainya.

Penyajian secara grafis ini dimungkinkan dilakukannya kombinasi (atau


komparasi) antarkomponen dalam data yang berasal dari tabel yang berisi
data numeris. Berikut ini tipologi penyajian grafis berdasarkan pada yang
ditampilkan.
a. Perbandingan antar komponen; yang biasanya menggunakan ‘kata kunci’
kontribusi, share, pangsa, proporsi, atau persentase terhadap suatu nilai
total seluruh komponen. Contohnya adalah dalam bentuk pie-chart
(Gambar 1.13).
b. Perbandingan antar-item berbeda; yang biasanya menunjukkan
kedudukan atau peringkat suatu item (misal A) terhadap item yang lain
(B). Contohnya adalah dalam bentuk Bar-chart (Gambar 1.14).
1.40 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

c. Distribusi frekuensi, yang menunjukkan variasi, distribusi, konsentrasi


atau frekuensi relatif, contohnya adalah dalam bentuk histogram atau
Diagram Titik (Carilah di internet contoh histogram dan diagram titik).
d. Co-relationship, yang menunjukkan satu data (variabel) dikaitkan
dengan data (variabel) lainnya. Contohnya adalah dalam bentuk diagram
scatter (cari di internet).
e. Time-series, menunjukkan tren atau kecenderungan, perubahan, fluktuasi
atau pertumbuhan. Dalam hal ini kuantitas berubah menurut fungsi
waktu. Contohnya adalah dalam bentuk kurva times series plotting
(Carilah di internet contoh kurva time series plotting).

Gambar 1.13
Contoh Pie Chart

Gambar 1.14
Contoh Bar Chart
 PWKL4107/MODUL 1 1.41

3. Peta
Peta pada dasarnya merupakan ‘model’ dua dimensi yang menunjukkan
karakteristik tata ruang suatu wilayah dalam bentuk gambar yang berskala
relatif kecil. Peta (Gambar 1.15) dapat dipergunakan untuk menunjukkan
lokasi dari data-data yang bersifat distribusi spasial, atau menunjukkan lokasi
dari karakteristik tertentu dari suatu wilayah.
Dalam penyajian data, peta biasanya dipergunakan untuk menampilkan
kondisi sekarang (rona awal wilayah), dan menurut subjeknya antar lain
dalam bentuk peta orientasi, peta yang berkaitan dengan fisik (alami maupun
binaan), peta yang berkaitan dengan data sosial, dan lain sebagainya
(Gambar 1.16).

Gambar 1.15
Contoh Peta Rencana Pola Ruang

4. Foto
Untuk kebutuhan kajian data, foto biasanya dipergunakan untuk
mendokumentasikan kondisi sekarang yang bersifat kualitatif. Dengan
kemampuannya, foto (Gambar 1.17) dapat merekam kondisi atau peristiwa
secara baik dan menyajikan kembali sebagai ‘data’ yang bernilai informasi
tinggi.
1.42 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

Gambar 1.16
Contoh Peta Orientasi Kedalaman Rencana Tata Ruang

Gambar 1.17
Contoh Foto

C. BENTUK PENYAJIAN ANALISIS

Penyajian data dalam berbagai bentuknya seperti diuraikan di atas sangat


berguna sebagai masukan bagi tahapan analisis. Apalagi jika analisis yang
dilakukan bersifat deskriptif (menjelaskan/memaparkan) atau analisis data
 PWKL4107/MODUL 1 1.43

dasar (basic data analysis). Pada tahap analisis ini, bentuk (format) penyajian
yang dipergunakan juga dalam bentuk tabulasi, grafik/diagram, peta dan foto,
meskipun penekanannya berbeda dengan penyajian data. Penyajian (hasil)
analisis tersebut, misalnya:
1. tabel, yang terutama dipergunakan untuk menunjukkan keterkaitan
antarkomponen/item dalam data, dalam bentuk cross-tab atau matriks,
misalnya;
2. grafik/diagram, dipergunakan untuk menyajikan pola distribusi atau
kecenderungan pada masa yang akan datang, misalnya;
3. peta analisis biasa dalam bentuk peta tematik yang merupakan turunan
dari peta yang menyajikan data (kondisi sekarang) atau peta komposit
yang memadukan beberapa peta dengan teknik super-impose;
4. fotografi, untuk kasus perencanaan tertentu, dapat pula untuk analisis
antar waktu atau analisis kualitatif (pada urban desain misalnya).

1. Penjelasan Matriks SWOT


Analisis SWOT kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang
(opportunities), dan ancaman (threats) adalah instrumen perencanaan
strategis yang klasik. Dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan
kelemahan, kesempatan eksternal, ancaman, instrumen ini memberikan cara
sederhana untuk memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah
strategi. Instrumen ini menolong para perencana apa yang bisa dicapai, dan
hal-hal apa saja yang perlu diperhatikan oleh mereka. Kerangka SWOT
– sebuah matriks dua kali dua– sebaiknya dikerjakan dalam suatu kelompok
yang terdiri dari anggota kunci tim atau organisasi. Pertama, penting untuk
diketahui dengan jelas tentang apa tujuan perubahan kunci, dan terhadap tim
atau organisasi apa analisis SWOT akan dilakukan. Setelah pertanyaan-
pertanyaan ini dijelaskan dan disepakati, mulailah dengan brainstorming
gagasan, dan kemudian setelah itu dipertajam dan diperjelas dalam diskusi.
Perkiraan mengenai kapasitas internal dapat membantu mengidentifikasi di
mana posisi sebuah proyek atau organisasi saat ini: sumber daya yang dapat
segera dimanfaatkan dan masalah yang belum juga dapat diselesaikan.
Dengan melakukan hal ini kita dapat mengidentifikasi di mana/kapan sumber
daya baru, keterampilan atau mitra baru yang akan dibutuhkan.
Bila berpikir tentang kekuatan, kita perlu memikirkan tentang contoh-
contoh keberhasilan yang nyata dan apa penjelasannya. Pertanyaan-
1.44 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

pertanyaan yang sering diajukan untuk memikirkan isu-isu di atas, antara


lain:
a. Apakah saat ini jenis pengaruh kebijakan apa yang dapat dikerjakan oleh
organisasi/proyek kita dengan sangat baik?
b. Di mana kita mengalami sukses terbesar?
c. Jenis keterampilan dan kapasitas apa yang mempengaruhi kebijakan
yang kita miliki?
d. Di bidang apa staf kita dapat memanfaatkan dengan sangat efektif
keterampilan dan kapasitasnya?
e. Siapa saja mitra terkuat kita dalam mempengaruhi kebijakan?
f. Kapan mereka telah bekerja bersama kita untuk melakukan dampak
kebijakan?
g. Apa yang dianggap karyawan sebagai kekuatan dan kelemahan utama?
Mengapa?
h. Apa pendapat mereka yang berada di luar organisasi?

Faktor Internal Kekuatan (S) Kelemahan (W)


 Otonomi daerah  Pengelolaan DAS
 Keterkaitan hulu hilir belum terpadu
 Komitmen pemerintah  Koordinasi antara
dalam pengelolaan pemda masih rendah
DAS  Kelembagaan
pengelolaan DAS
belum mantap
Faktor Eksternal  Keterbatasan anggaran
Peluang (O) SO Strategi WO Strategi
 Stakeholder yang Perencanaan pengelolaan Pembentukan lembaga
terlibat cukup DAS terpadu lintas pengelolaan DAS lintas
banyak. sektoral dan lintas sektoral dan lintas
 Sumber daya teritorial teritorial (Kab./Kota)
manusia dan
sumber daya alam.
Ancaman (T) ST Strategi WT Strategi
 Ego sektoral  Pengaturan urusan  Penyusunan Peraturan
 Degradasi pengelolaan DAS Perundang-Undangan
lingkungan fisik menurut kewenangan dalam pengelolaan DAS
masing-masing dalam bentuk Perda.,
lembaga pemerintah Kepmen., dll.
 Membentuk Forum  Memberdayakan dan
DAS meningkatkan kualitas
SDM melalui pendidikan,
kursus, dll.

Gambar 1.18
Contoh Matriks Analisis SWOT
 PWKL4107/MODUL 1 1.45

Sebuah perkiraan tentang lingkungan eksternal cenderung difokuskan


pada apa yang terjadi di luar organisasi atau pada bidang yang belum
mempengaruhi strategi tetapi dapat saja mempengaruhi strategi, baik secara
positif maupun negatif. Matriks (Gambar 1.18) merangkum beberapa bidang
subjek yang perlu mempertimbangkan, baik faktor internal maupun faktor
eksternal. Matriks (Gambar 1.18) dapat digunakan sebagai judul topik bila
kita bekerja dalam kelompok-kelompok kecil (gagasan yang baik bila
kelompokmu lebih besar dari delapan orang). Kembali ke pleno, buatlah
ranking kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang paling penting
(mungkin dengan simbol: ++, + dan o). Dalam kelompok yang lebih besar
peserta mungkin suka menentukan skornya sendiri, mungkin dengan
menggunakan sticky dots. Hasilnya kemudian dapat didiskusikan dan
diperdebatkan. Sangat penting agar kita memperhatikan aksi dan solusi apa
saja yang dapat muncul. Akhiri dengan diskusi yang berorientasi pada aksi.
Bagaimana dengan berdasarkan kekuatan kelompok dapat membangun untuk
memajukan sasaran dan strategi kita? Apa yang dapat dimasukkan dalam
strategi untuk meminimalkan kelemahan kita?
Analisis SWOT adalah sebuah instrumen yang beraneka guna, yang
dapat digunakan berkali-kali pada berbagai tahap proyek; membangun
sebuah telaah atau untuk pemanasan diskusi sebelum membuat perencanaan.
Instrumen ini dapat diterapkan secara luas, atau subkomponen yang kecil
(bagian dari strategi) dapat dipisahkan agar kita dapat melakukan analisis
yang mendetil. SWOT sering menjadi pelengkap yang berguna ketika
melakukan Analisis Pemangku Kepentingan. Kedua instrumen ini adalah
pendahuluan yang baik sebelum melakukan Force Field Analysis dan
Influencing Mapping.

D. BENTUK PENYAJIAN RENCANA

Produk rencana tata ruang biasanya diwujudkan dalam bentuk peta


dengan skala tertentu (selain dalam bentuk arahan kebijakan yang tertulis
dalam laporan tentu saja). Oleh sebab itu, penyajian peta menjadi penting
sebagai media tentang apa yang diarahkan pada masa yang akan datang.
Penyajian peta rencana tentu saja skala dan formatnya sangat tergantung pada
tingkat kedalaman rencana tata ruang yang disusun. Makin kecil wilayah
perencanaan, skala peta semakin besar. Misalnya untuk RTRW (Rencana
Tata Ruang Wilayah) Kota 1:10.000, sedangkan untuk RDTRK (Rencana
1.46 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

Detail Tata Ruang Kawasan) 1:5.000. Untuk rencana tata ruang yang relatif
kecil, yang merupakan rencana letak untuk kegiatan fungsional tertentu,
produk rencana biasa pula disajikan dalam bentuk maket sebagai representasi
tiga dimensi.

LAT IH A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Sebutkan dan jelaskan perbedaan tiga jenis data menurut kebutuhan


dalam perencanaan!
2) Apa perbedaan data kuantitatif dan data kualitatif? Berikan Contoh!
3) Jelaskan kegunaan data sekunder di dalam perencanaan!
4) Sebutkan empat bentuk penyajian analisis beserta contohnya!

R A NG KU M AN

Terdapat tiga tahapan kegiatan utama di dalam perencanaan wilayah


dan kota, yaitu pengumpulan data, analisis dan perumusan rencana. Pada
setiap tahapan dibutuhkan bentuk penyajian informasi yang berbeda-
beda. Informasi tesebut diperoleh dari hasil pengolahan data. Data dapat
dikelompokan menurut kebutuhan dalam perencanaan, menurut cakupan
karakteristiknya dan menurut teknik pengumpulannya. Data dapat
disajikan dalam bentuk tabulasi, grafik/diagram, peta, foto, atau maket.
Bentuk tersebut juga dapat digunakan untuk menyajikan hasil analisis
meskipun penekanannya berbeda. Untuk membantu merumuskan
berbagai strategi atau mengambil keputusan di dalam perencanaan,
digunakan analisis SWOT. Analisis ini menggunakan kerangka kerja
kekuatan, kelemahan, kesempatan eksternal, dan ancaman, sehingga
dapat memperkirakan cara terbaik untuk merumuskan strategi dalam
perencanaan. Produk utama rencana tata ruang pada umumnya
diwujudkan dalam bentuk peta maupaun teks tertulis berisi arahan
kebijakan.
 PWKL4107/MODUL 1 1.47

TES F OR M AT IF 3

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Manakah yang merupakan tiga kegiatan utama dalam tahapan


perencanaan....
A. analisis
B. kuliah
C. pengumpulan data
D. perumusan rencana

2) Berdasarkan karakteristiknya, data muncul dalam berbagai bentuk.


Unsur yang bukan merupakan bentuk data adalah....
A. tempat
B. distribusi
C. peristiwa
D. hasil

3) Yang tidak termasuk teknik pengumpulan data kualitatif adalah....


A. observasi
B. wawancara
C. perhitungan matematis
D. angket / kuesioner

4) Data primer dapat berasal dari sumber berikut, kecuali....


A. kejadian/kegiatan
B. opini subjektif seseorang
C. tabel data statistik
D. observasi visual

5) Berikut termasuk kegunaan data sekunder, kecuali....


A. penjelasan masalah
B. menghemat biaya
C. formulasi alternatif
D. pemahaman masalah

6) Data sekunder tidak dapat dievaluasi dengan kriteria....


A. jumlah stakeholder
B. kesesuaian
C. ketepatan
D. biaya
1.48 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

7) Untuk menampilkan data numerik berupa tren atau kecenderungan


tertentu, sebaiknya menggunakan....
A. pie chart
B. grafik time series
C. distribusi frekuensi
D. foto

8) Tingkat ketelitian atau skala ideal di dalam penyajian Rencana Detail


Tata Ruang Kota (RDTRK) adalah....
A. 1:100.000
B. 1:50.000
C. 1:5.000
D. 1:25.000

9) Untuk merumuskan dan menentukan sebuah strategi di dalam


perencanaan dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan pada
masing-masing alternatif, sebaiknya kita......
A. melakukan rona awal wilayah
B. menggunakan metode SWOT
C. membuat laporan
D. menyajikan grafik/diagram

10) Model dua dimensi yang menunjukkan karakteristik tata ruang suatu
wilayah dalam bentuk gambar dengan skala tertentu disebut.....
A. bar chart
B. pie chart
C. maket
D. peta

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan =  100%
Jumlah Soal
 PWKL4107/MODUL 1 1.49

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Modul 2. Bagus! Jika masih di bawah 80%, Anda harus
mengulangi materi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang belum dikuasai.
1.50 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

Kunci Jawaban Tes Formatif

Tes Formatif 1 Tes Formatif 2 Tes Formatif 3


1) C 1) B 1) B
2) B 2) C 2) B
3) C 3) C 3) C
4) B 4) B 4) C
5) A 5) D 5) B
6) D 6) C 6) A
7) C 7) D 7) B
8) C 8) D 8) C
9) D 9) C 9) B
10) C 10) D 10) D
 PWKL4107/MODUL 1 1.51

Glosarium

Bagan alir (flowchart) : sebuah diagram dengan simbol-simbol grafis


yang menyatakan aliran algoritma atau proses
yang menampilkan langkah-langkah yang
disimbolkan dalam bentuk kotak, beserta
urutannya dengan menghubungkan masing-
masing langkah tersebut menggunakan tanda
panah.

Data : suatu hasil pengukuran dengan menggunakan


alat ukur tertentu.

Diagram : penyajian suatu data yang digambarkan


dalam bentuk gambar yang berupa sajian
dalam bentuk diagram atau grafik dan bentuk
tabel.

Grafik : media grafis/visual yang berguna untuk


menjelaskan, menafsirkan dan menganalisis
angka-angka statistik atau data kuantitatif,
melalui titik, garis, bidang dan bentuk atau
simbol.

Grafis : suatu bentuk komunikasi visual yang


menggunakan gambar untuk menyampaikan
informasi atau pesan seefektif mungkin.

Informasi : data yang diolah dan dibentuk menjadi lebih


berguna dan lebih berarti bagi yang
menerimanya. Informasi merupakan hasil
dari proses pengumpulan dan pengolahan
data untuk memberikan keterangan atau
pengetahuan.

Komunikasi : proses pengiriman dan penerimaan pesan,


informasi atau berita antara dua orang atau
1.52 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat


dipahami.

Observasi : suatu proses pengukuran karakteristik dari


sumber data

Presentasi : suatu kegiatan berbicara di hadapan banyak


hadirin atau salah satu bentuk komunikasi,
umumnya merupakan kegiatan pengajuan
suatu topik, pendapat atau informasi kepada
orang lain.

Proses perencanaan : rangkaian kegiatan, peristiwa atau langkah


tertentu yang berurutan, saling berkaitan,
cenderung teknis, bersifat alamiah atau
ilmiah dan tidak terikat oleh peraturan yang
dibuat manusia.

Prosedur perencanaan : rangkaian tindakan yang diatur oleh berbagai


ketentuan yang dibuat oleh manusia atau
lembaga, pada umumnya bersifat
administratif, legal, dan formal.

Rencana tata ruang : hasil perencanaan tata ruang yang memuat


rencana struktur ruang dan rencana pola
ruang, diklasiifkasikan menjadi rencana
umum tata ruang dan rencana rinci tata ruang

Rencana umum tata ruang : salah satu hasil perencanaan tata ruang,
secara hierarkis terdiri dari RTRWN
(nasional), RTRW provinsi dan RTRW
kabupaten/kota.

Rencana rinci tata ruang : hasil perencanaan tata ruang pada kawasan
yang merupakan kesatuan geografis beserta
segenap unsur terkait yang batas dan
sistemnya ditentukan berdasarkan aspek
fungsional, disusun berdasarkan nilai
strategis kawasan dan atau kegiatan kawasan
 PWKL4107/MODUL 1 1.53

sebagai perangkat operasionalisasi rencana


tata ruang wilayah.

Visual : dapat dilihat dengan indra penglihatan.


1.54 Teknik Presentasi Dan Komunikasi 

Daftar Pustaka

Baso, Yusring Sanusi. (2007). Menyiapkan Presentasi Yang Efektif. Penerbit


Dandekar, Hemalata C. (1998). Planners’ Use of Information. APA.
Kustiwan, Iwan dan Nia Kurniasih Pontoh. (2009). Pengantar Perencanaan
Perkotaan. Bandung: Penerbit ITB.
Macnamara, Jim. (1996). The Modern Presenter’s Handbook. Australia:
Printice Hall Australian, Pty. Ltd.
Rianse, Usman. (2009). Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi: Teori
dan Aplikasi. Bandung: CV Alfabeta.
Sujarto, Djoko. (2008). Pengantar Planologi. Bandung: Penerbit ITB.
http://indraismaya.blogspot.com/
http://kua-terentang.blogspot.com/2010/03/teknik-komunikasi-dan-
presentasi-yang.html
http://naratekpend.wordpress.com/
http://tangkilisanharly.blogspot.jp/2012/05/teknik-komunikasi-dan-
presentasi-yang.html

Anda mungkin juga menyukai